H DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN HALUSINASI DI UNIT RAWAT INAP BANGAU 2
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Disusun Oleh
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan dan karunia-Nya sehingga tugas laporan kasus yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Halusinasi di rs ernaldi bahar palembang dapat
kami selesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini. Kepada Dosen pembimbing
kami bapak Ns. Maretha Akhiriyansyah, S. Kep., M. Kep, bapak Ns.Raden
Surahmat.,S.Kep.,M.Kes.,M.,Kep, ibu Ns.Desi F. S.,Kep.,M.Kes dan juga teman-
teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami,
laporan ini dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya. Tiada yang sempurna
didunia, melainkan Allah SWT Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan laporan kami
selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kondisi seseorang yang sejahtera baik fisik, mental, sosial
dan spiritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit maupun kecacatan. Menurut
Undang-Undang RI No.18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa yang dimaksud adalah
kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, metal, spiritual dan
sosial sehingga individu tersebut menyadri kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya (Wuryaningsih et al., 2018, p. 7), Menurut Stuart (2013) di dalam
buku Wuryaningsih (2018) menyatakan individu yang memiliki kesehatan jiwa
yaitu individu yang mampu mencapai kebahagiaan, ketenangan, kepuasan,
aktualisasi diri dan mampu optimis atau berpikir positif di segala situasi baik terhadap
diri sendiri, orang Iain dan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah untuk mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan kejiwaan halusinasi.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan pengalaman secara nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dengan
perubahan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Emaldi
Bahar Provisi Sumatra Setatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan in yaitu:
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan gangguan persepsi
sensori haiusinasi pendengaran.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengara.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensor
halusinasi pendengaran
e. Mengevalusi hasil tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran.
g. Membandingkan antara teori dan kenyataan dilapangan yang peneliti dapatkan.
D. Manfaat
1. Pasen Mampu Mengenali Halusinasinya
2. Pasien Mampu Menyebutkan Isi Halusinasinya
3. Pasien Mampu Menyebutkan Waktu Terjadinya Halusinasi
4. Pasien Mampu Menyebukan Situasi Terjadinya Halusinasi
5. Pasien Menyebut Perasaan Saat Halusinasi
6. Pasien Mampu Mengontrol Halusinasinya
BAB II
TINJAUAN PUSTKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa (Muhith, 2015a). Menurut Johnson,B.S.(1995:421) dalarn
Wijayaningsih, (2015, p. 75) halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi
sensori yang tidak sesuai dengan realita atau kenyataan seperti melihat bayangan dan
suara-suara yang tidak ada. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa
yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman
(Yusuf et al., 2015).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indra tanpa ada
rangsangan eksternal ( stuat,larala 2005)
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca indra yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap sumber
yang tidak nyata (kliat, dan akemat, 2007 : stuart, kliart, pasaribu, 2017)
2. Faktor predesposisi
Menurut Yusuf, Fitryasari and Nihayati, (2015, pp. 122— 123) faktor predisposisi
halusinasi sebagai berikut :
a. Faktor perkembangan
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran
yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi
C. Faktor biologis
D. Faktor genetic
3. Faktor Presipitasi
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbui kan haiusinasi
b. Faktor bokirnia
c. Faktor psikologis
d. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses piker, afektif, persepsi, motoric, dan sosial
a. Data Subjektif :
b. Data Objektif :
1) Mudah tersinggung
2) Apatis atau menarik diri
3) Tampak gelisah, perubahan perilaku,dan pola komunikasi, kadang
berhenti
4) Menggerakan bibirnya tanpa mengeluarkan suara
5) Menyerigai dan tertawa tidak sesuai
6) Gerakan mata cepat pikiran yang berubah-ubah
7) Kadang tampak ketakutan
8) Respon-respon yang tidak sesuai
5. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Sutejo, (2019, pp. 14-15) jenis halusinasi terbagi menjadi
beberapa jenis yaitu sebagai berikur :
6. Akibat
a. Data Subjektif
1) Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
2) Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
b. Data Objektif
1) Wajah tegang, merah
2) Mondar mandir
3) Mata melotot, rahang mengatup
4) Tangan mengepal
5) Keluar keringat banyak
6) Mata merah
7. Rentang Respon
Menurut Struat 2013 dalam sutejo (2019, p. 10) rentang respon sebagai
berikut:
adaptif maladaptive
isolasi sosial
Rentang respon yang paling adaptif yaitu adanya pikiran logis, persepsi akurat,
emosi yang konsisten Emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan
terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Sedangkan,respon maladaptive
yang meliputi waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak
teroganisasi, dan isolasi sosial.
8. Pohon Masalah
Menurut Kaliat 2006 dalam Sutejo (2019, p. 18) pohon masalah
berdasarkan diagnosis gangguan sensori persepsi: halusinasi adalah sebagai
berikut :
Untuk melakukan pengayaan tinjauan pustaka, peneliti menggunakan kata kunci health Literacy atau Covid-19. kata kunci
tersebut digunakan untuk mencari literatur jurnal di database Scopus, Science Direct, Proquest, Comulative Index To Nursing And
Allied Health Literature (Cinahl Ebsco), Covid-19, jurnal nasion. Dengan kata kunci tersebut didapatkan 11 jurnal yang sesuia
dalam penelitian ini. Jurnal yang sesuai dengan ini penelitian sajikan dalam tabel dibawah ini:
1. Stimulasi magnetik Pencarian sistematis dilakukan pada Studi saat ini menemukan
transkranial berulang database elektronik pubmed, bahwa tidak dapat
dan stimulasi arus menggunakan item pencarian berikut: disimpulkan bahwa rTMS
searah transkranial (skizofrenia) atau gejala psikotik) atau dan tDCS berkhasiat dalam
untuk halusinasi psikosis) atau halusinasi) atau halusinasi mengobati halusinasi
pendengaran pada visual) atau halusinasi pendengaran) atau verbal pendengaran yang
skizofrenia: Tinjauan delusi) dan stimulasi magnetik resistan terhadap obat.
sistematis dan meta- transkranial) atau arus searah transkranial Percobaan tDCS terkontrol
analisis stimulasi) dan hasil pengobatan. studi acak yang lebih besar
dimasukkan dalam tinjauan berdasarkan dengan kualitas yang lebih
kriteria seleksi berikut: 1) Rancangan tinggi harus dilakukan di
Penulis : Liv Liebach
penelitian terkontrol palsu acak, 2) Pasien masa depan untuk
Guttesensebuah,
yang didiagnosis dengan skizofrenia atau membangun bukti
Nikolai Albertsebuah,
gangguan skizoafektif yang didiagnosis substansial tDCS.
Merete
menurut kriteria standar seperti Intervensi tampak aman
Nordentoftsebuah,
Diagnostic and Statistical Manual of dan mungkin memiliki
Carsten HjorthHai:
Mental Disorders (DSM), International efek menguntungkan pada
2022
Klasifikasi Statistik Penyakit dan hasil lainnya
Masalah Kesehatan Terkait
2. 2. Penerapan strategi Metode yang digunakan pada penelitian Hasil menunjukkan klien
pelaksanaan 1 pada ini adalag “study kasus” pada 2 pasien ada penurunan tanda dan
klien skizofornia yang dirawat ri rumah sakit jiwa prof. gejala sebanyak 70%
paranoid dengan Dr.soerojo magelang. masalah teratasi atau
gangguan persepsi sebanyak 7 tanda dan geja
Jumlah pasien 2 orang
sensori halusinasi dan peningkatan
pendengaran kemampuan mengontrol
halusinasi sebanyak 7 dari
Penulis : Tiya Meliana
7 kemampuan atau 100%
Dan Emilia Puspitasari
Sugiyanti Tahun 2019 pada klien 2 ada penurunan
vol.3 no.1 tanda dan geja sebanyak
70% masalah teratasi
Jurnal : manajemen
sebanyak 7 tanda dan geja,
asuhan keperawatan
peningkatan kemampuan
mengontrol halusinasi
sebanyak 7 dari 7
kemampuan atau 100%.
Kesimpulan : strategi
pelaksanaan halusinasi
dapat menurunkan tanda
dan gejala halusinasi.
4. 4. Studi kasus aktifitas Penelitian ini dilakukan secara Hasil evaluasi klien
menggambar dalam “deskriptif”, selanjutnya dilakukan mengalami penurunan
mengontrol gejala dengan mengumpulkan data terkait setelah dilakukan aktifitas
halusinasi di RSJ dengan gejala halusinasi sebelum menggambar dengan hasil
dilakukan aktifitas menggambar melalui
prof.Dr. soerodjo wawancara. instrument penelitian untuk evaluasi klien Tn.A dengan
magelang mengumpulkan data yaitu menggunakan skor 18.
PSYRT (Psychotic Symptom Rating
Penulis : Novianti
Scale).
Saptriani, Erna Erawati
Dan Angga Sugiarto Jumlah pasien : subjek penelitian klien
Tahun :2020 vo.3 no.1 dengan masalah keperawatan halusinasi
Jurnal :Keperwatan dan yang memenuhi criteria inklusi.
fisioterapi (JKP)
6. Pengaruh terapi okupasi Jenis penelitian kuantitatif, menggunakan Ada pengaruh terapi
terhadap gejala design eksperimen dengan rancangan okupasi terhadap gejala
halusinasi pendengaran penelitian preksperiment dengan halusinasi pendengaran
pada pasien halusinasi pendekatan One Group Pretest-Postest pada pasien halusinasi
pendengaran rawat inap Design. Populasi penelitian ini adalah pendengaran rawat inap di
di Yayasan Aulia seluruh pasien halusinasi pendengaran di Yayasan Aulia Rahma,
Rahma Kemiling Yayasan Aulia Rahma, Kemiling Bandar Kemiling Bandar
Bandar Lampung. Lampung dengan jumlah 27 pasien Lampung.
halusinasi pendengaran. Sampel yang
Penulis: Niken Yuniar
digunakan 27 pasien dengan halusinasi
Sari, Budi Antoro,
pendengaran dengan menggunakan teknik
Niluh Gede Pita
total sampling.
Setevani Tahun Terbit
2019
6. 7. Pengaruh penerapan Penelitian pra-eksperimenta : one-group Ada pengaruh penerapan
asuhan keperawatan pra-post test design. Populasi semua klien asuhan keperawatan pada
pada klien halusinasi dengan gangguan halusinasi diruangan klien halusinasi terhadap
terhadap kemampuan kenari. Sampel : 14 responden. Teknik kemampuan klien
klien mengontrol pengambilan sampel adalah total mengontrol halusinasi.
halusinasi di RSKD sampling.
provinsi sulawesi
selatan ; Mahmud Hairi
Samal, Abdul kadir
Ahamd, St Saidah.;
2018
8. Upaya peningkatan Studi kasus merupakan studi kasus Hasil penelitian ini
harag diri rendah dengan pendekatan asuhan keperawatan didapatkan bahwa sebelum
dengan terapi aktivitas jiwa pada Tn. Y. metode penelitian dilakukan intervensi skor
kelompok (stimulasi deskriptif dengan studi kasus, sampel HDR pasien 19 meningkat
persepsi) diruangan sub pada penelitian 1 responden. menjadu 24 yang diukur
Akut laki RSKD menggunakan kuisioner
provinsi maluku; Hani
Tuasikal, Moomina Rosenberg self Esteen
Siauta, Selpinna Scale.
Embuai. ; 2019
9. Analisi tanda dan gejala Penelitian ini dilakukan pada 16 Hasil penelitian ini
resiko perilaku responden dengan teknik eccidental menunjukkan bahwa tanda
kekerasan pada pasie sampling. Penelitian ini merupakan dan gejala yang sering
skizofrenia ; Eka penelitian kuantitatif dengan desain muncul pada orang dengan
Malfasari, Rizka penelitian desain deskriptif. resiko perilaku kekerasan
Febtrina, Dini yaitu: mengepalkan
Maulinda, Riska Amimi tangan, bicara kasar, suara
; 2020 tinggi menjerit atau
berteriak.
10. Tingkat pengetahuan Desain yang digunakan deskriptif korelasi Hasil penelitian ada
pasien dalam dengan pendekatan cross sectional. hubungan pengetahuan
melakukan cara Populasi penelitian adalah pasien yang pasien dengan perilaku
mengontrol dengan mengalami gangguan realita atau pasien halusinasi
perilaku pasien halusinasi yang berjumlah 50 orang. pendengaran.
halusinasi pendengaran; Teknik pengambilan sampel total
Marisca Agustina; 2017 sampling yaitu sebanyak 50m responden
11 Penerapan strategi
Stdui kasus ini merupakan studi kasus penurunan tanda gejala
pelaksanaan (SP2) pada
“deskriptif” dimana penuilis sebanyak 53% masalah
klien skizofrenia dengan
membandingkann sebelum dan sesudah teratasi atau sebanyak 8
gangguan persepsi sensori :
dilakukan tindkan asuhan keperawatan tanda gejala.
halusinasi pendengaran.
dengan implementasi strategi pelaksanaan Kesimpulan : strategi
Penulis : Nur Muhammad
2 halusinasi apakah klien skizofernia pelaksanaan 2 pada klien
Abiding Dan Wahyuningsih
dengan masalah keperawatan gangguan skizofrenia dengan gangguan
Tahun : 2020 vol.4 No.2
perspsi sensori halusinasinya pendengan persepsi sensori : halusinasi
jurnal : jurnal manajemen
dapat memngontrol halusinasinya. pendengaan dapat membantu
asuhan keperawatan
mencegah kekambuhan
jurnal : jurnal manajemen
halusinasi sehingga perawat
asuhan keperawatan
perlu melakukan tindakan
tersebut.
BAB III
1 IDENTITAS KLIEN
Status : duda
klien dibawa ke rs enaldi bahar karena sering berjalan jalan sendiri sering mendengar bisikan
adalah utusan tuhaan
Klien Tampak tenang, kooperatif dan tidak tampak tanda klien terlihat berbicara sendiri
Jelaskan no. 1, 2, 3 : klien tidak pernah menjadi pelaku, korban dan saksi
dari aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan
tindakan kriminal
[ ] Ya [✓] Tidak
Hubungan keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Gejala : tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala gangguan jiwa
(perceraian/pemisahanikonflik dsb?)
Klien mengatakan pemah ditinggal istrinya sehingga klien merasa sangat sedih
1. Tanda vital TD: 130/80 mHg N:91 x/menit S:36,5 RR: 18 x/menit
× x
Penjelasan Gambar Genogram : klien mengatakan tinggal bersama anaknya,dan klien mengatakan
bercerai dengan isterinya.
2. KONSEP DIRI
4. SPIRITUAL
1. Penampilan
2. Pembicaraan
3. Aktivitas motorik
5. Afek
Jelaskan : klien tampak datar dan mengulang pembicaraan yang sudah di sampaikan
perawat
Jelaskan: klien tampak memiliki kontak mata dan kooperatif dan tidak mudah tersingung
[ ] Pengecapan [ ]Penghidup
Jelaskan : Klien mengtakan sering mendengar bisikan yang tidak jelas sehingga
sering membuatnya kesal dan marah saat pasien sendirian.
kekerasan
8. Proses pikir
Jelaskan : klien saat berinteraksi tiba tiba diam dan lalu kembali menjawab
pertanyaan
9. Isi piker
kebesaran, curiga, nihilistic, sisip pikir, siar pikir, dan control pikir
Suara suara
11. Memori
Jelaskan: klien mengatakan ia mengingat masa lalunya dan mengingat saat ini
Jelaskan : klien dapat mengambil keputusan yaitu wudhu dulu baru sholat
RS ernaldi bahar
7. pemeliharaan kesehatan
keluarganya
Adaptif maladaptif
[ ✓] lainnya [ ] lainnya
[] masalah ekonomi
[] lainnya:
2x2 mg
XII. ANALISIS DATA
halusinasi
Nama : Tn. H
Umur : 40 Tahun
Pertemuan :1
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data Subjektif :
• Klien mengatakan masih mendengar bisikan yang tidak jelas
Data Objektif :
“Selamat sore pak, perkenalkan nama saya Seniati Putri, sering di panggil putri,
nama bapak siapa?
“Baiklah, bagaimana kalua kita bercakap-cakap tentang suara bisikan yang selama
ini bapak dengar tapi tidak tampak wujudnya”
2. Tahap kerja
“Aapakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu?”
“Apa yang bapak dilakukan saat mendengar suara itu? Bagaimana kalua kita belajar
cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama dengan menghardik
suara tersebut. Kedua dengan cara minum obat. Ketiga dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Keempat melakukan kegiatan yang sudah terjadwal”
“Bagaimana kalai kita belajar satu cara yaitu dengan menghardik, caranya seperti
ini, suara-suara itu muncul, bapak langsung bilang “pergi kamu suara palsu, saya
tidak mau mendengar, begitu berulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi,
coba bapak lakukan, nah begitu… Bagus!! Coba lagi ya!! Ya bagus bapak sudah
bisa menghardik “.
3. Tahap terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latuhan tadi? Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silahkan cob acara tersebut! Bagaimana kalua kita buat jadwal latihannya?
Bagaimana kalua besok nanti kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa? Berapa lama kita
akan berlatih? Baiklah, sampai jumpa nanti ya bak. terimakasih”.
CATATAN PERAWATAN I
Inisial Pasien : Tn H
Pertemuan Ke : 1
Jam : 13:00
P : perawat
melakukan
kontak mata
kepada klien dan
tersenyum.
P : Bagaima P : perawat Perawat Klien Memvalidasi
perasaan berbicara berubahan menjawab merupakan komunikasi
bapak hari ini? dengan tenang untuk pertanyaan yang bertujuan untuk
Apakah bapak dan dengan memotivasi perawat dengan memastikan keadaan
mendengar suara suara yang keadaan pasien tenang. klien.
suara tanpa pelan dan jelas. dengan
ada mengklarifikasi
wujudnya? K : klien tampak respon klien
duduk dengan
santai sambil
menatap dan
mendengarkan
perawat.
K : saya baik K : klien Klien berusaha Sikap empati sangat
suster, sudah berbicara menjelaskan diperlukan dalam
merasa tenang dengan antusias keadaannya. komunikasi perawat-
dan jarang sambal melihat klien agar terbina
mendengarkan kea rah perawat. hubungan saling
bisikan lagi. P : perawat percaya.
menangguk
sambal
membalas
kontak mata.
P: apakah P : dengan sabar Respon dari jawaban
terus-menerus dan sambil yang diutarakan klien
terdengar atau tersenyum. akan memberikan
saat Sambil menyelesaikan
mendengar tersenyum dan masalah.
suara bisikan memandang
sehingga klien.
membuat saya
marah dan
mengamuk.
P : bagaimana P : perawat Perawat Upaya yang telah
kalau kita bercakap memberi dilakukan klien agar
belajar cara- dengan tenang penjelasan klien merasa mantap
cara untuk dan suara yang mengenai cra bahwa apa yang telah
mencegah pelan dan jelas untuk dilakukan benar.
suara-suara itu serta berusaha menghilangkan
muncul. agar tidak suara bisikan
Untuk caranya seperti
itu ada 4 cara, menggurui Usaha yang
tapi klien. dilakukan klien
bagaimana sebagian telah
kalau kita K : klien diam tepat.
belajar satu sambil
cara dulu, memandang ke
yaitu dengan arah perawat
cara
menghardik,
seperti ini,
saat suara itu
muncul bapak
lansung bilang
“pergi-pergi
kamu suara
palsu, saya
tidak mau Jawaban klien sesuai
mendengar” dengan yang
diulang diharapkan dari yang di
sampai Klien berusaha sampaikan oleh perawat
suaranya tidak K : klien mengikuti apa
terdengar lagi. mencontohkan yang di
K : oh begitu dengan instruksikan
ya suster, saya semangat dan perawat.
coba ya suster! mampu Perawat merasa
melakukannya tenang karena
Dengan benar. jawaban klien
P : perawat sesuai dengan
mendengarkan yang diharapkan
klien yang
sedang
mempraktikkan
cara menghardik
P : bagaimana P: dengan sabar Perawat ingin Usahakan perawat
perasaan dan sambil mengetahui untuk
bapak setelah tersenyum perasaan klien mengevaluasi/masalah
latihan fisik terhadap respon setelah Klien klien terkait dengan
tadi? Kalau klien mengungkapkan menunjukkan halusinasinya
suara-suara itu selanjutnya. mengenai suara perilaku yang
muncul lagi,, K : klien bisikan memberi kesan
silahkan cob a mengangguk memahami dan
cara tersebut. dan tersenyum menerima apa
yang telah di
anjurkan
K : senang K : klien Perawat yakin Klien Evaluasi terhadap
karena bisa mengungkapkan atas apa yang di menunjukkan jalannya terapi yang
cerita sama dengan antusias ungkapkan secara verbal telah diberikan pada
suster, baik dan penuh rasa klien. bahwa ia klien
suster nanti suka. mampu
akan saya mempraktikkan
praktikkan. P : tersenyum cara
mengontrol
halusinasi.
P : nah, P : perawat Klien menrima Pemberian tugas untuk
sekarang kita berbicara tugas yang memberi kesempatan
buat jadwal dengan tenang diberikan oleh pada klien untuk
latihannya dan suara pelan perawat. berlatih cara
yaa, nanti serta jelas. menghardik.
jangan lupa
latihan sendiri, K : klien
mau berapa tersenyum dan
kali menganggul
latihannya? terlihat senang.
K : yaa, baik K : klien Perawat yakin Klien
suster ternyum sambil klien akan mengungkpkan
mengangguk. mengikuti dengan
P : tersenyum instruksi antusias dan
perawat penuh rasa suka
P : bagaimana P : Terminasi Klien Memberikan salam di
kalau Perawatbertanya merupakan menerima tahap terminasi dapat
besokkita dengan tenang tahap akhir dari terminasi dan meningkatkan
bertemu lagi dan jelas sambil sesi tiap terapi. pertemuan hubungan saling
untuk belajar tersenyum. terapi. percaya dan
dan latihan menunjukkan kesan
mengontrol K : tersenyum perawat membantu
suara dengan dan penuh rasa klien kapan saja klien
cara kedua? suka senang. butuh.
Jam berapa
pak? baiklah,
sampai jumpa
ya pak.
K: baik suster, K : klien tampak Perawat Klien mampu Kesan bahwa perawat
setelah makan senang dengan meninggalkan melakukan serius memperhatikan
siang ya pertemuan klien dengan terapi yang masalah klien
suster. Terima terapi. perasaan lega diberikan.
kasih suster. dan bangga Menganai
P : tersenyum bahwa terapi suara bisikan
lancer dan yang
efektif. didengarnya.
STRATEGI PELAKSAAN II
Nama : Tn. D
Umur : 40 Tahun
Pertemuan :2
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data Subjektif :
Data Objektif :
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan tindakan
Minum obat
4. Intervensi keperawatan
1. Tahap Orientasi
"selamat sore pak, bagaimana perasaannya sekarang?"
"apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita Iatih
sebelumnya?"
sesuai janji kita, hari ini kta akan belajar cara mengontrol halusinasi yang kedua yaitu dengan
prinsip 6 benar minum obat beserta fungsi dan akibatnya jika tidak minum obat, bagaimana?
2. Tahap Kerja
"bapak sudah dapat obat dari ibu perawat? bapak sangat perlu meminum obat ini secara teratur
agar pikiran menjadi tenang dan tidur menjadi nyenyak. Obatnya ada 3 macam, yang warnanya
putih jecil namanya dorilex minum 1 kali sehari gunanya supaya tenang dan berkurang rasa
marah dan mondar mandirnya, yang warnanya putih namanya THP minum 2 kali sehari
supaya rileks dan tidak kaku, yang warnanya biru muda namanya Resperidone gunanya untuk
menghilangkan suara-suara yang bapak dengar. Semua obat ini harus diminum jam 7 pagi , jam
1 siang dan jam 7 malam. Bila nanti mulai bapak terasa kering, suster anjurkan untuk
"kalau suara-suara sudah hilang, obatnya tidak boleh diberhentikan nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan
kekeadaan sem
60 "kalau obatnya habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi, artinya bapak
harus memastikan bahwa itu oabt yang benarbenar Punya bapak, jangan keliru dengan obat milik
orang Iain. Baca nama pada kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktuna dengan cara yang
benar yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnnya dan juga harus perhatikan berap jumlah
obat sekali minum dan harus cukup minum 10 gelas perhari"
3. Tahap Terminasi
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara coba sebutkan?"
"mari kita masukkan jadwal minum obatnnya pada jadwal kegiatan bapak. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya pak. "baiklah pak, bagaimana kalau besok kita bertemu
lagi untuk melihat
manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain. Apakah bapak bersedia?"
disini saja? Baiklah pak besok saya akan kesini jam 14.30 WIB " "sampai jumpa besok ya... saya
permisi, selamat sore"
CATATAN KEPERAWATAN II
Pertemuan ke : Ke 2
Lingkungan Kerja : Saat itu klien selesai sholat, dan berbicara dengan teman- temannya
Tanggal : 28 Mei
Nama : Tn.h
UMUR : 40 Tahun
Pertemuan : III
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
2. Diagnosa Keperwatan
3. Tujuan Tindakan
• Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan cara orang
lain.
4. Intervensi keperawatan
B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap Orientasi
“apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah telah dicoba cara yang suster ajarkan
kemarin?”
“sesuai janji kita kemarin, suster akan latih cara ketiga untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita sudah latihan selama 15 menit. Tempatnya disini
bagaimana? Apa bapak sudah siap?”
2. Tahap kerja
“cara ketiga adalah untuk mengontrol haluinasi yang lain adalah bercakap-cakap dengan orang
lain, jadi kalau bapak mendengar suara-suara langsung saja cari teman untuk di ajak ngobrol.
Mintak teman untuk mengobrol dengan bapak. contohnya begini.. “ tolong saya mulai dengar
suara-suara, ayo ngobrol dengan saya”! begitu ya pak. Coba bapak lakukan seperti yang sudah
suster lakukan tadi ya.. begitu ya pak, bagus sekali1! Kalau suster tidak ada, pak bias ya
melakukannya sendiri?’
“jadi, cara ketiga untuk mengobrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan oramg
lain ya pak”
3. Tahap Terminasi
“coba bapak ulangi lagi apa yang sudah suster ajarkan tadi, jadi ada berapa cara untuk
mengontrol halusinasi?”
“besok saya akan kemari lagi ya, bagaimana kalau kita latih cara yang keempat yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Bagaimana kalau tempatnya disini?”
Pertemuan ke : Ke 3
Lingkungan : Saat itu klien sedang duduk santai menonton TV sambil makan snack
dan mengobrol dengan teman lainnya.
Deskripsi klien : Klien tampak tenang dan kooperatif dan beropakaian dengan rapi dan
sesuai
Nama : Tn.H
Umur : 40 Tahun
Pertemuan : IV
A. proses keperawatan
1. kondisi klien
Data Subjektif :
3. tujuan tindakan
• klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari atau kebutuhan sehari-harinya
(makan, minum, sholat, mandi, merapikan, tempat tidur)
• klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas terjadwal
4. intervensi keperawatan
• evaluasi jadwal kegiatan harian
• latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang mampu
dilakukan klien
• ajarkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan hariannya
B. Strategi Pelaksanaan
1. Tahap Orientasi
“selamat siang pak, bagaimana perasannya siang ini ? apakah sudah makan siangnya?”
“apakah suara-suaranya masih muncul? Bagaimana kalai kutaa latihan mengontrol
halusinasi dengan cara yang ke empat?”
g“bagaimana pak masih ingat 3 cara yang telah kita pelajari sebelumnya. apakah ke 3
cara tersebut telah dipraktikan?”
“sesuai janji kita tadi, kitaakan belajar cara yang ke 4 yaitu masukkan kegiatan
terjadwal, jadi kita akan belajar cara merapikan tempat tidur ya, bagaimana? apakah
baik sudah siap?”
2. tahap kerja
“baiklah, mari kita rapikan tempat tidur. tujuanna agar dapat mengalihkan suara
didengar. Nah, sekarang kita akan merapikantempat tidur, kita pindahkan dulu bantal,
guling dan selimutnya. bagus sekali sekarang kita pasang spreinya mulai dari arah
atasnya, ya sekarang kita pasang bagian kaki, Tarik dan masukkan lalu bagian pinggir
dimasukkan, sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas kepala selanjutnya kita
lipat dan rapikan selimutnya dan letakkan dibawah kaki, bagus sekali pak !! d dapat
melakukannya dengan baik dan rapih”
“jadi cara ke 4 untuk mengalihkan halusinasi yaitu dengan cara melakukan kegiatan
sehari-hari salah satunya merapikan tempat tidur”
3. tahap terminasi
“bagaimana perasaan bapak setelah kita membereskan tempat tidur?”
“apakah selama melakukan kegiatan suara-suara itu muncul?”
“tidak ya? bagus !!! jika, suara-suaraitu muncul kembali silahkan bapak untuk
mengontrol halusinasi bapak dengan 4 cara yang telah suster ajarkan.. apakah bapak
masih ingat semua ?”ya, Bagus bapak.”
“bagaimana kalua kita masukkan kegiatan kedalama jadwal kegiatan bapak sehari-
hari?”
“jadi, besok ketika ketemu suster lagi terus suster tanya harus bisa ya? ke 4 cara yang
sudah suster ajarkan harus diterapkan ya pak…. agar bapak cepat sembuh dan tidak
terganggu oleh suara-suara yang bapak dengar lagi ya ….”
“bagaimana kalua besok suster cek kebersihan dirinya?”
“besok suster datang keruangan ya boleh? Nanti suster jelasin pentingnya merawat diri
bapak..”
“besok suster cek pagi ya sekita jam 8/9 yaa… bagaimana?”
“kalua begitu suster pamit ya … sampai ketemu besok, sampai jumpa..selamat pagi ”
CATATAN PERAWATAN IV
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar uatama dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien (Muhith, 2015, p. 4). Data yang
dikumpulkan pada saat melakukan pengkajian proses keperawatan jiwa meliputi aspek
identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, lingkungan, pengetahuan,
sosial, spiritual dan aspek medik. dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode
wawancara dengan Tn. H. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang
mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn.H yang dating menjenguk
seingga, penulis tidak memperoleh informasi dari pihak keluarga.
Menurut Yusuf, Fitryasari and Nihayati, (2015, pp. 122-123) faktor predisposisi pada
klien dengan gangguan halusinasi dapat muncul dari berbagai faktor seperti faktor
perkembangan yang menganggu hubungan interpersonal, faktor sosial budaya yang membuat
seseorang merasa disingkirkan, psikologis seperti adanya adanya hubungan interpersonal yang
tidak harmonis, faktor biologis seperti adanya kelainan struktur otak yang abnormal, dan faktor
genetik. Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh Tn. H dikarenakan keluarganya tidak
mendukungnya. Kondisi tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningsih (2015, p.7) bahwa sebagian besar (54,2%) responden yang mengalami
gangguan jiwa gangguan jiwa memiliki riwayat keturunan gangguan jiwa. Namua Tn. H tidak
memiliki masalah dengan lingkungan sekitar ia tinggal.
Tanda dan gejala halusinasi ialah mudah tersinggung, aptis atau menarik diri, tampak
gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi yang kadang berhenti bicara seolah-olah
mendengar sesuatu, menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara, tertawa tidak sesuai,
gerakan mata yang cepat, kadang tampak ketakutan, respon-respon yang tidak sesuai,
mengeluh cemas dan khawatir, mengungkapkan adanya halusinasi, Gejala-gejala tersebut
beberapa juga dialami oleh Tn.H seperti tampak gelisah, pola komunikasi Tn.H yang terkadang
berhenti seolah-olah mendengar sesuatu, terkadang Tn.H tampak ketakutan, Tn.H mengeluh
cemas dan khawatir, serta Tn.H mengeluh mendengar suara bisikan yang tidak jelas, Dari
pengkajian pada Tn.H didapatkan data mengenai jenis dan isi halusinasi, waktu, frekuensi dan
situasi yang menyebabkan halusinasi, serta respon klien terhadap haluinasinya. Dalam
pengkajian pola fungsional difokuskan pada pola prsepsi pada Tn.H didapatkan data bahwa
Tn.H mengalami halusinasi pendengaran.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan umum gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran yaitu klien dapat
mengontrol halusinasi yang di alamianya. terdapat lima tujuan khusu gangguan persepsi
sensori halusinasi antara lain, klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
rasional dan tindakan yang dilakukan yaitu hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi
terapeutik perawat dengan klien. tujuan khusu yang kedua klien dapat mengenai halusinasi
yang dialaminya, Rasionalnya klien menyebutkan isi, frekuensi, waktu, respond an situasi dari
halusinasi yang di alaminya. Tujuan Khusus yang ketiga klien dapat mengontrol halusinasinya
dengan cara menghardik halusinasi, minum obat teratur, bercakap-cakap dengan orang lain,
dan mengalihkan halusinasinya dan berktivitas secara terjadwal. rasionalnya tindakan yang
dilakukan klien merupakan upaya untuk mengatasi halusinasinya. tujuan khusus keempat klien
mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi halusinasinya. rasionalnya keluarga mampu
merawat klien dengan halusinasi saat berada dirumah. tujuan kelima klien dapat memanfaatkan
obat dengan baik. rasionalnya dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk
minum obat secara teratur (Wijayaningsih, 2015). Hal tersebut juga penulis rencanakan pada
klien dengan tujuan umum untuk mengontrol halusinasinya dan lima tujuan khusus halusinasi
nya yang telah di uraikan di atas.
setiap akhir tindakan strategi pelaksanaan dapat diberikan reinforcement positif yang
rasionalnya dapat memberikan penghargaan atas keberhasilan Tn.H reinforcement positif
merupakan pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan
dapat ditampilkan agar timgkah laku yang diinginkan cenderung akan di ulang, meningkat dan
menetep dimasa yang akan datang (Mulawarman et. al., 2019, p, 125) reinforcement
mempunyai kemampuan untuk menginginkan tindakan yang diberikan reinforcement positif
akan dilakukan secara berulang oleh pelaku tindakan adanya paksaan yaitu dengan adanyan
kemauan pealaku tindakan itu itu sendiri (Mulawarman, et ,al .,2019). hal ini sesuai dengan
intervensi yang dilakukan penulis yitu dengan memberikan reinforcement positif kepada Tn.
H ketika Tn. H melakukan setia strategi pelaksanaan dengan baik.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
pada 26 Mei 2022 penulis melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu membina hubungan
saling percaya, mengindentifikasi isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon klien saat halusinasi
muncul, menjelaskan dan mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik menutup telinga dan bilanh “pergi-pergi kamu suara palsu, saya tidak mau
mendengar “. Tn. H dilatih untuk mengikuti cara mengontrol halusinasi dengan cara dengan
menghardik. kemudian menberikan reinforcement positif apabila Tn. H mampu atau berhasil
memperagakan cara menghardik halusinasi yang di ajarkan.
Pada 29 Mei 2022 penulis mengevaluasi jadwal kegiatan yang sudah dilakukan dan
mengajarka klien cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Tn. H dapa mengontrol halusinasinya dengan menghardik dan minum obat teratur dengan
benar, klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap- cakap dengan orang lain.
Pada 30 Mei 2022 penulis mengevaluasi jadwal kegiata harin, melatih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang mampu dilakukann klien
danmmengajarkan klien memasukkan kegiatan terjadwal ke jadwal kegiatan harian . Tn H
mampu menyebutkan dan melakukan cara mengontrol halusinasi yang pernah diajarka. klien
mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan baik sehingga diberikan reinforcement
positif berupa alat mandi (sabun, sampo, sikat gigi, dan pasta gigi) serta memberika respon
perilku seperti senyun pin, pujian mengaggukan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan,
mengacungkan jempol.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada 26 Mei 2022 penulis melakukan strategi
pelaksanaan 1 yang diman hasil evaluasi klien kini terlihat dari hasil pengkajian klien tampak
sesekali berbicara sendiri serta klien sudah dapat melakukan cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik menutup telinga dan bilang”pergi-pergi kamu suara palsu, saya tidak mau
mendengar “. Tn. H dilatih untuk mengikuti cara mengontrol halusinasi dengan cara dengan
menghardik. kemudian menberikan reinforcement positif apabila Tn. H mampu atau berhasil
memperagakan cara menghardik halusinasi yang di ajarkan. rencana tidak lanjut untuk klien
yaitu mengajarkan kembali kepada klien untuk melatih kembali cara menghardik yang telah
diajarkan selanjutnya mengajarkan klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara kedua.
Menurut penelitian (Zelika&Dermawan 2015) bahwa bina hubingan saling percaya untuk
menenentukan keberhasilan recana selanjutnya. membantu pasien mengenali halusinasi ( isi,
waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadinya halusinasi) dan
menjelaskan cara-cara mengontrol haluasinasi yang bertujuan umenetukan tinddakan yang
tepat atas halusinasinya.
Pada 30 Mei 2022 bahwa didapatkan klien mengatakan masih mengingat SP yang
pernah di ajarkan penulis yaitu menghardik, minum obat dengan benar dan bercakap-cakap
dengan orang lain. klien mengatakan kegiatan yang dapat dilakukannya yaitu makan, tidur,
sholat, mandi, olahraga, merapikan tempat tidur. klien dapat menyebutkan cara mengontrol
halusinasi yang pernah diajarkan. klien memasukkan kegiatan yang bisa dilakukannya ke
jadwal kegiatan harian. perencanaan tindakan keperawatan adalan mengevaluasi kembali
kegiatan yang telah diajarkan dan melatih SP yang telah di ajarkan yaitu menghardik, minum
obat dengan benar, bercakap-cakap dengan orang lain dan mencatat kegiatan terjadwal.
Menurut penelitian (Zelika & Dermawan, 2015) bahwa melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara ketiga yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal. tujuaannya adalah partisipasi pasien
dalam kegiatan membantu pasien berktivitas agar halusinasinya tidak dapat muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Amimi, Riska,2020. Analisi tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan pada pasien
skizofrenia.
Agustina M, 2017. Tingkat pengetahuan pasien dalam melakukan cara mengontrol dengan
perilaku pasien halusinasi pendengaran.
Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumirta, I.N. (2017), Psikologi Landasan Keilmuan Praktik
Keperawatan Jiwa, Andi.
Infrayani, Y. A., & Wahyudi, T. (2019) . Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.
Nihayati, Yusuf, Rizky Fitryasari, H.E (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Sale
mba Medika
Samal, M Hairi.2018 Pengaruh Penerapan asuhan Keperawatan pada klien halusinasi terhadap
kemampuan klien mengontrol halusinasi di RSKD provinsi Sulawesi selatan. Diakses 11
januari2021;21.10 WIB
Wuryaningsih, E.W., Windarwati, H.D., Dewi,E.I., Deviantony, F., & Hadi, E. (2018).
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. UPT Percetakan dan Penerbitan.
Yanti, D.A. (2020)’ Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Gangguan jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.M. lldrem’, Jurnal
Keperawatan dan Fisiotrapi,3(1).
Yhudantara, D. S., & istiqomah, R (2018). Sinopsis Skizofenia Untuk Mahasiswa Kedokteran
. UB Press.