Anda di halaman 1dari 92

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA TN.K DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HALUSINASI


PENDENGARAN PERSEPSI: ”HALUSINSI PENDENGARAN DAN
DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA” DI RUANG GELATIK RUMAH
SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Di susun oleh :

ICHRIMAH WAHYU PRIHANDINY

Nim : 2021.04.005

PROGAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WILLIAM BOOOTH SURABAYA

TAHUN AJARAN

2021
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA TN.K DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HALUSINASI
PENDENGARAN PERSEPSI: ”HALUSINSI PENDENGARAN DAN
DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA” DI RUNG GELATIK RUMAH
SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Disusun untuk memenuhi syarat sidang LTA pada program studi Profesi ners

Sekolah Tinggi Kesehatan William Booth Surabaya

Di susun oleh :

ICHRIMAH WAHYU PRIHANDINY

Nim : 2021.04.005

PROGAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WILLIAM BOOOTH SURABAYA

TAHUN AJARAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya oleh berkat, tuntunan, dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Lab Klinik yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada TN.K Dengan
Masalah Keperawatan Halusinasi Pendengaran Diruang Gelatik Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya”.

Tugas ini penulis susun sebagai salah satu tugas Lab. Klinik Keperawatan
Jiwa. Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :

1. Aristina Halawa, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing dalam pembuatan


asuhan keperawatan ini yang telah sabar dan memberikan banyak
pengarahan dan motivasi kepada penulis.
2. Imroatul Imanah, S.Kep., Ns selaku pembimbing klinik di Ruang Gelatik
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
3. Iskandar, S.Kep.Ns, S.Psi. selaku Kepala Ruangan Gelatik di Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya
4. Teman-teman Profesi Ners keperawatan STIKES William Booth Surabaya
5. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan Asuhan
Keperawatan Jiwa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis sadar akan ketidaksempurnaan Asuhan Keperawatan Jiwa ini, oleh


karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, baik dosen
maupun rekan-rekan sangat penulis harapkan agar di kemudian hari, penulis dapat
membuat Laporan Asuhan Keperawatan dengan lebih baik lagi dan dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih

Surabaya, 24 November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada lingkungan serta berintegrasi dan berinteraksi dengan
baik, tepat dan bahagia (Menninger, 2015). Menurut Undang - Undang Kesehatan
Jiwa no 18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan diri sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif dan mampu berkontribusi untuk komunitasnya.
Seseorang yang sehat jiwa dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada
kenyataan, merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan, merasa
lebih puas memberi daripada menerima. Menurut Kaplan, Sadock & Grabb (2017)
salah satu bentuk gangguan jiwa berat adalah Skizofrenia. Skizofrenia dapat
didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum
diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Gejala serangan skizofreni dibagi menjadi dua, yaitu gejala positif dan negatif,
salah satu gejala positifnya adalah halusinasi Yosep & Sutini (2018). Halusinasi
adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori
persepsi tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa
adanya rangsangan dari luar meliputi suara dan semua sistem penginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, ataau pengecapan (Fitria, 2018).
Halusinasi yang paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi
juga berupa halusinasi penglihatan, penciuman, dan perabaan . Halusinasi
penglihatan merupakan salah satu gejala skizofrenia yang sering ditemukan pada
klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering di identifikasikan dengan klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsangan yang tertuju pada kelima indera tersebut.
Gangguan kesehatan jiwa sudah menjadi masalah yang sangat serius, Pada
tahun 2017 paling tidak satu dari empat orang di dunia mengalami masalah
mental, ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa, 2-3 %
dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Bila separuh dari
mereka memerlukan perawatan di rumah sakit dan jika penduduk indonesia
berjumlah 120 juta orang. maka 120.000 orang dengan gangguan jiwa berat
memerlukan perawatan di rumah sakit. Insiden gangguan jiwa ini mencapai 4,8%
di asia tenggara. Indonesia merupakan negara dengan insiden gangguan jiwa
berat, sebanding dengan penduduknya yang paling banyak di bandingkan dengan
negara-negara lain di wilayah tersebut. Hal ini dapat di lihat dari sekitar
238.452.952 penduduk Indonesia, 596.132 orang di antaranya menderita
gangguan jiwa berat. Jumlah penderita gangguan jiwa saat ini mencapai lebih dari
28 juta orang, dengan kategori Gagguan jiwa ringan 11,06% dan 0,46% penderita
gangguan jiwa berat (WHO 2017). gangguan jiwa berat (skizofrenia) di Jawa
Timur Pada tahun 2018 didapatkan data nasional tentang angka kejadian sebesar
yaitu 1,4% dan Surabaya tercatat sebanyak 0,2%. Sedangkan gangguan mental
emosional sebesar 35% dan di Surabaya tercatat 18,8% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Gelatik di Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya didapatkan data pasien halusinasi pendengaran Pasien rawat
inap pada tahun 2020 sampai dengan 2021 jumlah total yang di rawat adalah 2279
klien dengan pasien gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran yang di
rawat 50% jadi total jumlah pasien yang di rawat tahun 2020 sampai 2021 dengan
masalah utama dengan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah sejumlah 683
klien.
Halusinasi pendengaran di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor predisposisi
dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi meliputi, faktor perkembangan,
faktor biologi, dan faktor social budaya. Sedangkan pada faktor presipitasi
terjadinya halusinasi pendengaran meliputi faktor internal maupun eksternal
seperti stressor sosial budaya dan stressor biokimia. Penyebab yang terjadi pada
pasien halusinasi pendengaran tersebut dapat menyebabkan koping individu
inefektif seperti ketidak berdayaan, menyangkal tidak mampu menghadapi
kenyataan dan menarik diri dari lingkungan, tidak mampu menerima realita
dengan rasa syukur sehingga hal tersebut dapat menyebabkan harga diri rendah
kronik pada pasien. Jika harga diri rendah kronik pada pasien tidak segera
ditangani, maka pasien tersebut akan mengalami isolasi sosial karena mereka
lebih suka untuk menyendiri dari pada bergabung dengan teman-temannya karena
menurut mereka tidak ada yang bisa membantunya dalam menyelesaikan masalah.
pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, pasien merasa tidak
berguna. Isolasi sosial yang dialami oleh pasien dapat menyebabkan masalah yang
lebih serius jika tidak segera diatasi seperti halusinasi. Halusinasi yang dialami
oleh pasien dikarenakan pasien lebih suka menyendiri dan tidak mau
bersosialisasi kepada orang lain sehingga menimbulkan kenyamanan terhadap
kesendiriannya. Kesendiriannya dapat mengakibatkan munculnya
perasaanperasaan seperti melihat seseorang ataupun mendengar seseorang
berbicara. Ketika pasien sudah memasuki pada fase halusinasi dan tidak segera
diatasi, masalah yang serius lagi yang akan di alami oleh pasien yaitu PK atau
perilaku kekerasan, sehingga proses penyembuhan pada pasien akan menjadi lama
(Menurut Damaiyanti 2017).
Klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dapat di
lakukan dengan memberikan asuhan keperawatan dan tindakan terapi. Asuhan
keperawatan yang di lakukan pada pasien halusinasi pendengaran yaitu membina
hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab halusinasi
pendengaran, membantu pasien mengenali ke untungan dari membina hubungan
dengan orang lain, membantu pasien mengenal kerugian dari tidak membina
hubungan, membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Sedangkan pada terapi, ada beberapa macam terapi yang dapat di lakukan pada
pasien halusinasi pendengaran salah satunya yaitu terapi aktivitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok terdiri dari terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif / persepsi terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
kelompok orientasi realitas, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Pada
penelitian ini penulis melakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengkajian pada Pasien dengan Masalah Keperawatan Halusinasi


Pemdengaran di Ruang Gelatik Rumah Sakit jiwa Menur Surabaya ?
2. Apa saja masalah yang muncul pada Pasien dengan Masalah Keperawatan
Halusinasi Pemdengaran ?

3. Apa saja Intervensi yang dapat di lakukan pada Pasien dengan Masalah
Keperawatan Halusinasi Pemdengaran ?

4. Apa saja Implementasi yang dapat di lakukan pada Pasien dengan Masalah
Keperawatan Halusinasi Pemdengaran ?

5. Bagaimana hasil Evaluasi yang di dapat pada Pasien masalah Keperawatan


Halusinasi Pemdengaran ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengkajian Masalah Keperawatan


Halusinasi Pemdengaran di Ruang Gelatik Rumah Sakit jiwa Menur
Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengidentifiksi pengkajian pada Pasien dengan


Masalah Keperawatan Halusinasi Pendengaran di Ruang Gelatik
Rumah Sakit jiwa Menur Surabaya

2. Mahasiswa mampu menetapkan masalah pada Pasien dengan Masalah


Keperawatan Halusinasi Pemdengaran di Ruang Gelatik Rumah Sakit
jiwa Menur Surabaya

3. Mahasiswa mampu merumuskan Intervensi atau rencana tindakan


keperawatan pada Pasien dengan Masalah Keperawatan Halusinasi
Pemdengaran di Ruang Gelatik Rumah Sakit jiwa Menur Surabaya

4. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien


dengan Masalah Keperawatan Halusinasi Pemdengaran di Ruang Gelatik
Rumah Sakit jiwa Menur Surabaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Skrizofrenia


2.1.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia yang berasal dari bahasa yunani yakni “Skhizein” yang dapat
diartikan retak atau pecah (split), dan “phren” yang berarti pikiran, yang selalu
dihubungkan dengan fungsi emosi. Dengan demikian seseorang yang mengalami
skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau bisa dikatakan
juga keretakan kepribadian serta emosi (Astari, 2020).
Skizofrenia merupakan sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan
perubahan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku. Skizofrenia
merupakan suatu kondisi gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan
utama dalam pikiran, emosi dan perilaku yang terganggu, dimana berbagai
pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang
keliru (Makhruzah, Putri, & Yanti, 2021).
2.1.2 Etiologi Skizofrenia (Kaplan & Sadock, 2020)
1) Faktor Genetik
Skizofrenia memiliki komponen yang diturunkan secara bermakna, kompleks
dan poligen. Skizofrenia adalah gangguan yang bersifat familial, atinya semakin
dekat hubungan kekeluargaan maka semakin tinggi resiko terjadinya skizofrenia.
Misalnya, pada individu yang mempunyai kerabat dengan penyakit skizofrenia
maka memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk terpapar skizofrenia. Pada
saudara kembar monozigotik yang memiliki gen identik tedapat kemungkinan
50% untuk mengalami skizofrenia jika saudaranya mengalami skizofrenia.
2) Faktor Biokimia
Skizofrenia bisa jadi berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut
dengan neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan nuron
berkomunikasi satu dengan yang kainnya. Skizofrenia berawal dari aktivitas
neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian tertentu otak atau
dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine.

2.1.3 Patofisiologi Skizofrenia


Patofisiologi skizofrenia disebabkan adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter di otak, terutama norepinefrin, serotonin, dan dopamine. Namun,
proses patofisiologi skizofrenia masih belum diketahui secara pasti (Kaplan &
Sadock, 2020). Secara umum penelitian telah mendapatkan bahwa skizofrenia
dikaitkan dengan penurunan volume otak, terutama bagian temporal (termasuk
mediotemporal), bagian frontal, termasuk substansia alba dan grisea. Dari
sejumlah penelitian ini, daerah otak yang secara konsisten menunjukkan kelainan
yaitu daerah hipokampus dan parahipokampus (Abrams, DJ., Rojas, DC.,
Arciniegas, 2018).
2.1.4 Manifestasi Klinis Skizofrenia
Menurut (Yosep & Sutini, 2016) gejala skizofrenia dibagi menjadi dua
yaitu:
1) Gejala Negatif
a. Tidak adanya dorongan keinginan atau inisiatif maupun apatis.
b. Menarik diri dari pergaulan : pasien merasa sendang jika tidak
melakukan kehidupan social (isos)
c. Tidak menunjukkan tanggapan emosional.
2) Gejala Positif
a. Waham : penderita merasa dirinya adalah seseorang pahlawan atau
orang besar serta bertindak sebagai pahlawan atau orang
besar.
b. Halusinasi : penderita melihat dan mendengar bahkan merasakan
sesuatu yang keberadaannya tidak ada.
c. Agitasi atau mengamuk : hal ini yang sering membuat penderita
dikurung atau dipasung.
d. Disorganisasi pikiran dan bicara : penderita dapat bercerita tentang
keadaan sedih dengan mimik
muka yang gembira ataupun
sebaliknya.

2.1.5 Komplikasi (Suripta, 2021)


1) Aktifitas hidup sehari-hari
Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya
kebersihan diri, penampila dan sosialisasi.
2) Hubungan interpersonal
Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi
dari teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi
klien terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang
kurang.
3) Sumber koping
Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi
pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping
untuk menghadapi stress.
4) Harga diri rendah
Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya,
tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal)
dan tidak berani mencapai sukses.
5) Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan
pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.
6) Motivasi
Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.
7) Kebutuhan terapi yang lama
Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu
periode selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih
dirawat di rumah sakit dalam 1 tahun.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Antipsikotik
Penggunaan Antipsikotik sebagai farmakoterapi digunakan untuk mengatasi
gejala psikotik dengan berbagai etiologi salah satunya skizofrenia. Antipsikotik
diklasifikasikan menjadi antipsikotik generasi pertama dan antipsikotik generasi
ke dua. Antipsikotik generasi pertama merupakan antipsikotik yang bekerja
dengan cara memblok reseptor dopamine D2. Antipsikotik ini memblokir sekitar
65% hingga 80% reseptor D2 di striatum dan saluran dopamine lain di otak. Jika
dibandingkan dengan antipsikotik generasi kedua, antipsikotik ini memiliki
tingkat afinitas, risiko efek samping ekstramipidinal dan hiperprolaktinemia yang
lebih besar. Antipsikotik generasi pertama menimbulkan berbagai efek samping,
termasuk ekstramipidinal akut, hiperprolaktinemia serta tardive dyskinesia.
Antipsikotik generasi kedua, seperti risperidone, olanzapine, quetiapine,
ziprasidon aripriprazol, paliperidone, iloperidone, asenapine, lurasidone dan
klozapin memiliki afinitas yang lebih besar terhadap reseptor serotonin daripada
reseptor dopamine. Sebagian besar antipsikotik generasi kedua menyebabkan efek
samping berupa kenaikan berat badan dan metabolism lemak (Harfifah ,
Puspitasari, & Sinuraya, 2018).
2. Terapi modalitas
Menurut (Nurhalimah, 2016) terapi modalitas yaitu terapi utama dalam
keperawatan. Sebagai seorang terapis, perawat perlu merubah perilaku maladaptif
pasien menjadi perilaku yang adaptif dan meningkatkan kemampuan yang
dimiliki oleh pasien. Berikut ini beberapa jenis terapi modalitas dalam
keperawatan jiwa seperti :
a) Terapi Individu
Suatu hubungan yang terstruktur antara perawat dan klien untuk merubah
perilaku klien. Dalam interaksi yang terjalin merupakan ikatan yang disengaja
dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahap sistematis (terstruktur) sehingga
lewat hubungan ini diharapkan terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan di awal hubungan. Hubungan terstruktur adalm terapi
individu ini, bertujuan agar klien mampu untuk menyelesaikan konflik yang
dialaminya. Selain itu klien diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress),
dan mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
b) Terapi Lingkungan
Suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara merubah atau menata
lingkungan supaya tercipta perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif. Proses terapi dilakukan dengan mengubah seluruh
lingkungan menjadi lingkungan yang terapeutik untuk klien. Dengan lingkungan
yang terapeutik akan memberikan kesempatan klien untuk belajar dan mengubah
perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
c) Terapi Kognitif
Prinsip terapi ini adalah memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses terapi dilakukan dengan
membantu menenmukan stressor yang menjadi penyebab gangguan jiwa,
selanjutnya mengidentifikasi dan mengubah pola piker dan keyakinan yang tidak
akurat menjadia kurat.
d) Terapi Keluarga
Terapi yng diberikan kepada seluruh anggota keluarga dimana setiap anggota
keluarga memiliki peran dan fungsi terapis. Terapi ini bertujuan agar keluarga
mampu melaksanakan fungsinya dalam merawat klien dengan gangguan jiwa.
Untuk itu sasaran utama terapi ini jenis ini adalah keluarga yang mengalami
disfungsi; yaitu keluarga yang tidak mampu melakukan fungsi – fungsi yang
dituntut oleh anggotanya.
e) Terapi Aktivitas Kelompok
Suatu psikoterapi yang diberikan kepada kelompok pasien dilakuakn dengan
cara berdiskusi antar sesama pasien dan dipimpin atau diarahkan oleh seorang
therapis atau petugas Kesehatan jiwa yang terlatih

2.2 Konsep Dasar Halusinasi

2.2.1 Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja, 2011). Halusinasi adalah gangguan
persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan ( Dalami, dkk, 2014). Halusinasi hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012).

2.2.2 Proses Terjadinya Halusinasi

Menurut Stuart (2017) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :

a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk,
2014) :
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit
atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas
perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

2.2.3 Mekanisme Koping Halusinasi

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari


pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi termasuk
(Dalami, dkk, 2014 ) :

a) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali


seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
b) Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan keracunan persepsi).
c) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain,
sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut (Kusumawati,
2012) :
a. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa
bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.
Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cari ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat
jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai
dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain
tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik
dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya
terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik beruppa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang
lain di lingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu
merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.

2.2.4 Rentang Respon Halusinasi

Menurut Stuart dan Laraia (2005) halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat
mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui pancaindra (pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Rentang respon
tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Gangguan pikir/delusi


2. Persepsi akurat 1. Distorsi pikiran ilusi
2. Reaksi emosi berlebihan 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten dengan 3. Sulit merespon emosi
pengalaman 3. Perilaku aneh atau tidak
biasa 4. Perilaku disorganisasi
4. Perilaku sesuai 5. Isolasi sosial
5. Berhubungan sosial 4. Menarik diri

Gambar 2.1 Rentang respon halusinasi

Keterangan :

a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif meliputi :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial meliputi :
1) Proses pikir terganggu yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang yang benar-
benar terjadi (objek nyata) karena gangguan panca indra
3) Emosi berlebihan atau kurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas untuk
menghindari interaksi dengan orang lain
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
c. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif ini meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.
2.2.5 Tanda dan gejala Halusinasi
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati
sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa
saja yang sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang
tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang
tidak tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.

b. Halusinasi pendengaran

1). Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain,
benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman
adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau
darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan
halusinasi pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat. 3) Tiba-tiba
meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan
adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit. Menurut
Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan
gejala klien halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu dan monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Menggaruk garuk permukaan kulit

2.2.6 Penatalaksanaan Halusinasi

Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan,


disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di
RSJ klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang
sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang
kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).

1) Penatalaksanaan Keperawatan

a. Penerapan Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan :


1. Melatih klien mengontrol halusinasi :
- Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
- Strategi Pelaksanaan 2 : bercakap-cakap dengan orang lain
- Strategi Pelaksanaan 3 : melakukan aktivitas yang terjadwal
- Strategi Pelaksanaan 4 : menggunakan obat secara teratur
- melakukan aktivitas yang terjadwal
2) Menurut Pusdiklatnakes (2016) tindakan keperawatan tidak hanya
ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga
keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam
merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien
dengan menghardik
b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan enam benar minum obat
c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memnafaatkan
fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :

1) Identitas
klien Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal
dirawat, nomor rekam medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri.
3) Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.
5) Fisik Tidak mengalami keluhan fisik.
6) Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien
biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran
sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai
diri, harga diri klien memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan
sakitnya.
c) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.

d) Spiritual

Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak
sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu
atau sangat berlebihan.

7) Mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya.
b) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak
logis, berbelit-belit
c) Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang
abnormal.
d) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi
misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
e) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
f) Interaksi selama wawancara Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien
yang tampak komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan
pembicaraan.

g) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang
halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri
dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak
nyata, tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak,
takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
h) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan
logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini
sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i) Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan
eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.
k) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati,
tidak mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan
apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal,
sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau
pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam
memberikan perhatian.
m)Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai,
dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan
keputusan yang telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan
diucapkan adalah salah.
n) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai
dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus,
membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang
telah disepakati. Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil keputusan
merasa kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan
insiatif klien

2.3.2 Intervensi Keperawatan

Keperawatan gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

a. Klien.
SP 1 :
1. BHSP
2. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
3. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
5. Mengidentifikasi situasi halusinasi klien
6. Mengidentifikasi respon halusinasi klien
7. Melatih klien cara mengontrol halusinasi
8. Membimbing klien memasukkan dalam jadwal harian

SP 2 :

1. Mengevaluasi masalah dan Latihan sebelumnya


2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang
lain
3. Membimbing klien memasukkan jadwal kegiatan harian

SP 3 :

1. Mengevaluasi masalah dan Latihan sebelumnya


2. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan (yang bisa
dilakukan klien)
3. Membimbing klien memasukkan jadwal kegiatan harian

SP 4 :

1. Mengevaluasi msalah dan Latihan sebelumnya


2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan teratur minum obat
(prinsip 6 benar minum obat)
3. Membimbing klien memasukkan jadwal kegiatan

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Inisial : Tn.K (L) Tanggal Dirawat : 22 November 2021
Umur : 28 thn Tanggal Pengkajian: 24 Nov 2021
Informan : Pasien No. RM : 01.xx.xx
3.1.2 Alasan masuk
Keluhan utama pasien masuk rumah sakit pasien keluyuran 2 hari
ditemukan oleh warga setempat. Keluhan saat di kaji pasien mengatakan
mendengarkan suara-suara bisikan dengan menakutinya seperti “di
belakangmu ada orang.. kamu kabur” pasien mengatakan sering
mendengar suara bisikan itu dan disaat lagi menyendiri suara bisikan itu
muncul
3.1.3 Faktor predisposisi
1. Pernah mengalaami gangguan jiwa masa lalu? Ya Tidak
v
2. Pengobatan sebelumnya? Berhasil Kurang berhasil

Tidak berhasil
3. Pengalaman Pelaku Usia Korban Usia Saksi usia
Aniaya fisik
- - - - - -
Aniaya seksual
- - - - - -
Penolakan
- - - - - -
Kekerasan dalam keluarga
- - - - - -
Tindakan criminal
- - - - - -
Jelaskan No 1,2,3 : pasien sebelumnya belum pernah di rawat di RSJ
Menur Surabaya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

4. Adakah keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya tidak


v
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan

Jelaskan: Anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan : Px mengatakan


mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu ditinggal ibunya
meninggal sejak 2 tahun lalu
Masalah keperawatan: Respon Pasca Trauma

3.1.4 Fisik
1. Tanda vital : TD: 110/70 mmHg N: 83x/mnt S: 36,6°C
RR: 20x/mnt
2. Ukur : TB: 159cm BB: 57kg
3. Keluhan fisik : Ya Tidak
V
Jelaskan: Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

3.1.5 Piskososial
Konsep diri
a. Gambaran diri: Pasien bersyukur atas semua yang diciptakan Allah,
hal yang tidak disukainya ialah postur tubuh yaitu bagian sekitar
pusar karena sedikit menghitam dan berbulu.
b. Identitas: Px mengatakan pasien adalah anak ke 3 dari 9
bersaudara, pasien bernama K, usia 28 tahun, jenis kelaminnya
laki-laki.
c. Peran: Px berperan sebagai kakak dan anak
d. Ideal diri: Px mengatakan ingin pulang dan berkumpul dengan
adik-adiknya, dan melakukan kerja berjualan ayam panggang.
e. Harga diri: px mengatakan merasa kurang percaya diri karena
bagian pusar berwarna hitam dan berbulu
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah Situasional

1. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : pasien mengatakan bahwa orang yang sangat
berarti dalam hidupnya adalah adiknya nomer 5 , karena hanya
adiknya yang peduli dengannya Dan baik hati dan lembut
bicaranya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : pasien
mengatakan sering mengikuti kegiatan senam di ruang gelatik,
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa perawat seperti
terapi aktifitas kelompok dan rehabitasi
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain : pasien tidak ada
hambatan dalam hubungan dengan orang lain.
Masalah keperawatan: Hambatan Komunikasi .

2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: Px mengatakan beragama Islam dan
meyakini adanya Allah Swt.
b. Kegiatan ibadah: Px mengatakan sering melakukan ibadah karena
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.6 Status mental


1. Penampilan
Tidak rapih Penggunaan pakaian Cara berpakaian-
Tidak sesuai tidak sesuai
Jelaskan: pasien berpenampilan rapi seperti berpakaian pada biasanya
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
Pembicaraan
Jelaskan: Pasien berbicara dengan jelas saat ditanya oleh perawat.
Masalah keperwatan: tidak ada masalah keperawatan
3. Aktifitas motorik
Lesu V Tegang V Gelisah Agitasi
Tik Grimasing Tremor kompulsif

Jelaskan : Pasien tampak bingung dan gelisah karna takut suara bisikan
itu muncul lagi
Masalah keperawatan: Risiko tinggi cidera

4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
V Berlebih
Jelaskan : Pasien mengatakan sering merasa takut karena mendengar
suara-suara bisikan dari telinga kanan dan kiri
Masalah keperawatan: Ansietas

5. Afek
Datar Tumpu Labil Tidak sesuai

Jelaskan : Afek pasieen sudah sesuai dengan yang dibicarakan.


Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga
Jelaskan: saat diwawancara px kooperatif dan mampu menjawab semua
pertanyaan
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

7. Presepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
V
Pengecapan Pembauan

Jelaskan: pasien mengatakan sering mendengar mendengar suara


bisikan yang menukuti dirinya, suara itu muncul saat menyendiri, suara
muncul pasien hanya menutup telinga.
Masalah keperawatan: halusinasi pendengaran

8. Proses pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking Perseverasi

Jelaskan: Pasien mengatakan tidak ada yang mengendalikan pikirannya


Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Jelaskan : Pada pasien tidak didapatkan masalah isi pikir dan tidak ada
waham.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisi pikir Siap pikir Kontrol pikir
Jelaskan: -
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
V Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Pasien sadar penuh, GCS 456 pasien tidak mengalami
disorientasi.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat
Gangguan daya ingat jangka pendek Konfabulasi
Jelaskan: Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

12. Tingkat konsentrasi berhitung


Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu
berkonsentrasi berhitung sederhana

jelaskan: pasien mampu berhitung 1sampai 10 dan ketika ditanya


4+5=9, pasien konsentrasi dengan baik dan tidak mudah berubah-ubah
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan Gangguan bermakna
V
Jelaskan : pasien masih mendengar suara-suara bisikan yang
menggnaggu dirinya.
Masalah keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit Menyalahkan hal-hal
yang di derita V diluar dirinya
Jelaskan : Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mengerti dengan
penyakitnya

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.7 Kebutuhan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
ya tidak ya tidak ya tidak
Makanan Pakaian Uang
V V V
Keamanan Transportasi
V V
Perawatan kes. Tempat tinggal
V V

Jelaskan: - pasien mampu makan sendiri, berpakaian secara mandiri,


namun untuk transportasi tempat tinggal pasien masih
belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya, pasien
masih di penuhi oleh ruang gelatik rumah sakit jiwa menur
surabaya
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan
minimal total minimal total
Mandi BAK/BAB
√ √
Kebersihan Ganti pakaian
√ √
Makan

Jelaskan: px mampu melakukan aktifitas perawatan diri secara
mandiri (makan, minum dan ganti pakaian)
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Ya Tidak
- Apakah anda puas dengan pola makan?

- Apakah anda makan memisahkan diri?
V
- Frekuensi makanan sehari 3 kali
- Frekuensi udapan sehari 3 kali
Meningkat Menurun Berlebih Sedikit
- Nafsu makan

Meningkat Menurun
- Berat badan BB tertinggi 57 kg
V
BB terendah 50 kg
- Diit khusus: pasien tidak ada diit khusus
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

c. Tidur
Ya Tidak
- Apakah ada masalah?
V
- Apakahn anda merasa segar setelah tidur?
V
- Apakah anda kebiasaan tidur siang?
V
Lamanya1 jam
- Apaka yang menolong anda untuk tidur? Tidak ada
- Waktu tidur malam: jam 19.30 waktu bngun jam 04.30
- Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
V
- Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
- Semnabolisme Berbicara dalam tidur

Jelaskan: pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada pola


tidurnya
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3. Kemampuan klien dalam
Ya Tidak
- Mengantisipasi kebutuhan sendiri
- Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri V
V
- Mengatur penggunaan obat
V
- Melakukan persiapan kesehatan (folow up)
V
Jelaskan: pasien mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan

4. Klien memiliki sistem pendukung


Ya Tidak Ya Tidak
Keluarga V Teman sejawat
V
Profesional/terapis Kelompok sosial
V V
Jelaskan : pasien mengatakan memiliki keluarga dan teman yang selalu
mendukungnya.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau


Ya Tidak
hobi

jelaskan: pasien mengatakan bekerja berjualan ayam panggang karena
berjualan sangat menyenangkan
masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

3.1.8 Mekanisme koping


Adaptif Maladaptif
Berbicara dengan orang lain Minum alkohol
V
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Masalah keperawatan: Mekanisme koping tidak efektif

3.1.9 Masalah piskososial dan lingkungan


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : pasien mengatakan
mempunyai teman dan sahabat
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : pasien
mengatakan lebih suka bersosialisasi/ berinteraksi dengan orang lain
 Masalah dengan pendidikan, spesifik : pasien mengatakan pendidikan
terakhir SD.
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik : pasien mengatakan bekerja
sebagai jualan ayam panggang.
 Masalah dengan perumahan, spesifik : pasien mengatakan tinggal
Bersama ayahnya, kakak, dan adinya
 Masalah ekonomi, spesifik : pasien mengatakan selama di RSJ tidak
ada pemasukan karena tidak bisa bekerja
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: pasien mengatakan
masih membutuhkan perawatan di ruang gelatik rumah sakit jiwa
menur Surabaya.
Masalah lainnya, spesifik: -------
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10 Pengetahuan kurang tentang


Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Lainnya : Pasien kurang pengetahuan tentangf penykit gangguan jiwa
Masalah keperawatan : Defisit Pengetahuan

3.1.11 Data lain


- Pemeriksaan Hasil Swab
3.1.12 Aspek medik
Diagnosa medik : (skizofrenia simplek)
3.1.13 Daftar masalah keperawatan
 Respon Pasca Trauma
 Harga diri rendah situasional
 Hambatan Komunikasi
 Risiko tinggi
 Ansietas
 Halusinasi pendengaran
 Mekanisme koping tidak efektif
 Defisit pengetahuan

3.1.14 Daftar diagnosa keperawatan (prioritas)


1. Gangguan persepsi sensorik = halusinasi pendengaran

3.1.15 POHON MASALAH

Resiko menciderai diri sendiri orang


lain dan lingkungan sekitar

Gangguan persepsi sensorik


halusinasi pendengaran

isolasi sosial= menarik diri

Gangguan proses pikir koping individu


Waham inefektif
ANALISA DATA SINTESA

NAMA: Tn.B NIRM: 02.xx.xx RUANGAN: Gelatik

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH TTD


24 Ds: Resiko menciderai Gangguan Ichrimah
November Pasien mengatakan pada diri sendiri, orang persepsi sensorik
2021 saat menyendiri selalu lain dan : halusinasi
diganggu oleh suara- lingkungan pendengaran
suara bisikan seperti
menakutinya sehingga Gangguan persepsi
membuat pasien takut. sensorik =
halusinasi
Do: pendengaran
- Pasien tampak
gelisah Isolasi sosial
- Pasien tampak menarik diri
ketakutan jika suara
suara bisikan itu
muncul lagi
- TTV :
TD : 110/70
N : 83x/Menit
S : 36,6oC
RR : 20x/Menit
RENCANA KEPERAWATAN JIWA

Nama klien : Tn. K Nama mahasiswa : Ichrimah Wahyu Prihandiny


NIRM : 01.xx.xx Institusi : STIKes William Booth
Bangsal / tempat : Gelatik

N TGL DIAGNOSE PERENCANAAN RASIONAL


O KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA TINDAKAN
EVALUASI KEPERAWATAN
1 24-11- Gangguan persepsi Tum: pasien dapat Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
2021 sensorik= Halusinasi mengontrol halusinasi tindakan percaya dengan cara percaya merupakan
pendengaran. yang dialami keperawatan selama dasar untuk kelancaran
1x1 pertemuan a. sapa klien dengan hubungan interaksi
diharapkan pasien sopan, ramah baik selnjutnya
menunjukan tanda- secara verbal
Tuk 1: maupun non verbal
tanda percaya
SP I kepada perawat b. perkenalkan diri
dengan kriteria dengan sopan
Pasien dapat membina c. tanyakan nama
hubungan saling hasil:
klien dan nama
percaya 1. Ekspresi wajah panggilan klien
1. Ekspresi wajah bersahabat yang di sukai
bersahabat 2. Menunjukan d. jelaskan tujuan
rasa senang dilakukan kontak
2. Menunjukan rasa 3. Ada kontak atau pertemuan
senang mata dengan klien
3. Ada kontak mata 4. Mau e. bersikap jujur dan
4. Mau berjabatangan berjabatangan menepati janji
5. Mau menyebutkan 5. Mau f. perhatikan
nama menyebutkan kebutuhan dasar
6. Mau menjawab nama klien
salam 6. Mau menjawab
7. Mau duduk salam
berdampingan 7. Mau duduk
dengan perawat berdampingan
8. Bersedia 8. Bersedia
mengungkapkan mengungkapkan
yang dihadapi masalah

2. 25-11- Gangguan persepsi Tuk 2 : klien dapat - setelah a. Adakan kontak Mengurangi waktu
2021 sensorik= Halusinasi ,mengenal dilakukan 1x sering dan singkat kosong bagi pasien
pendengaran halusinasinya interaksi, klien dengan klien sehingga pasien dapat
dapat mengerti b. Observasi perilaku mengurangi frekuensi
jelas waktu, isi, yang berhubungan halusinasinya
frekuensi, situasi dnegan halusinasi
dan kondisi c. Menerima
yang halusinasi sebagai
menibulkan hal yang nyata bagi
halusinasi klien dan tidak
nyata bagi perawat.
d. Identifikasi
Bersama klien
waktu munculnya,
isi, dan frekuensi
halusinasi
e. Diskusikan dengan
klien mengenai
perasaanya.
d.
3 26-11- Gangguan persepsi Tuk 3 : Pasien dapat Setelah dilakukan a). Identifikasi Bersama
21 sensorik= halusinasi mengendalikan 1x interaksi, klien klien Tindakan yang
pendengaran halusinasinya dapat menyebutkan bisa dilakukan bila
Tindakan yang bisa halusinasi terjadi
mengendalikan atau b). Bersama klien
mengatasi merencanakan
halusinasinya. kegiatan sehari-hari
untuk mencegah
terjadinya halusinasi
c). Dorong klien untuk
memilih cara yang
akan digunakan dalam
mengendalikan
halusinasi.
d). Dorong klien untuk
melakukan Tindakan
sesuai dengan cara
yang telah dipilih klien
untuk mengdendalikan
halusinasi
e). Diskusikan dengan
klien hasil upaya yang
telah dilakukan.
4. 29-11- Gangguan persepsi Tuk 4 : klien dapat Setelah 1x interakasi a). Diskusikan dengan Meningkatkan
21 sensorik= halusinasi mengendalikan klien menyebutkan klien dan keluarga kesadaran klien akan
pendengaran halusinasinya manfaat dan kerugian tentang obat yang akan pentingnya obat
minum obat. di konsumsikan untuk
mengendalikan
halusinasinya
b). Bantu klien untuk
minum obat karena Mencegah pasien
sudah sesuai dengan membuang obat yang
anjuran dokter seharusnya diminum.
c). Observasi tanda dan Berikan motivasi
gejala akibat efek kepada pasien untuk
samping obat minum obat sesuai
d). Bantu klien eturan
menggunakan obat
sesuai 5 prinsip (benar
obat, benar dosis, benar
klien, benar pemberian,
dan benar waktu).
IMPLEMENTASI

Nama klien : Tn. K NIRM : 01.xx.xx Ruang : Gelatik 1

Tgl Dx. Kep Implementasi Evaluasi Ttd


24-11-2021 Gangguan persepsi 1. membina hubungan S: Ichrimah
sensorik : halusinasi saling percaya (BHSP) - pasien mengatakan
pendengaran - Memperkenalkan namanya “Khabib
nama lengkap dan Bulloh
nama panggilan
kepada pasien O:
- Menjelaskan tujuan - Pasien berbicara singkat
kunjungan dan pelan
- Menanyakan nama - Px tampak gelisah
lengkap pasien dan - Px tampak ketakutan jika
juga nama panggilan suara bisikan itu muncul
pasien lagi secara tiba-tiba
- mengidentifikasi isi
halusinasi pasien A : SP 1 teratasi Sebagian
- mengidentifikasi P: lanjutkan Sp 1 point 7 dan 8
frekuensi halusinasi
- mengidentifikasi - melatih pasien cara
respon px terhadap mengontrol halusinasi
halusinasi dengan cara menghardik
- melatih pasien cara
- Membimbing px
mengontrol halusinasi
memasukkan dalam
dengan cara
jadwal harian
menghardik
- Membimbing px
memasukkan dalam
jadwal harian
25-11-2021 Gangguan persepsi SP 1 : S: pasien mengatakan bahwa Ichrimah
sensorik : halusinasi suara-suara itu masih terdengar
pendengaran - Mengevaluasi saat menyendiri dan sudah
melatih px dengan tidak sering
cara mengontrol
halusinasi degan O:
menghardik - Pasien mampu
- Mengevaluasi menyebutkan yang sedang
membimbing px dialami
dalam jadwal harian. - Pasien belum mampu
menghardik
SP 2 :
- Mengevaluasi A: Sp 1 teratasi, SP 2 teratasi
masalah dan Sebagian
Latihan
sebelumnya P: Ulangi SP 2
- Melatih cara
mengntrol
halusinasi dengan
cara berbincang-
bincang dengan
orang lain
- Membimbing px
memasukkan
jadwal kegiatan
harian.

26-11-2021 Gangguan persepsi SP 2 : S: Ichrimah


sensorik : halusinasi - pasien mengatakan sudah
pendengaran - Mengevaluasi jarang mendengar suara-
kegiatan harian suara yang tidak jelas
sebelumnya
- Melatih cara O:
mengontrol - Pasien mampu menghardik
halusinasinya seperti yang sudah
dengan cara diajarkan
berbincang-bincang - Px sudah jarang melamun
dengan orang lain dan menyendiri
- Membimbing px - Pasx kooperatif
memasukkan jawal
harian A: Sp 1 Teratasi, SP 2 teratasi

P: Lanjutkan SP 3
29-11-2021 Gangguan persepsi SP 3 : S: Ichrimah
sensorik : halusinasi - Px mengatakan mau
pendengaran - Mengevaluasi mengikuti kegiatan
masalah dan diruangan seperti
Latihan senam, bermain bola
sebelumnya pimpong
- Melatih px cara - Px mengatakan
mengontrol mengikuti kegiatan
halusinasinya kelompok yang
dengan cara diadakan
kegiatan (yang bisa perawat/mahasiswa
dilakukan px) ‘ perawat
- Membimbing px
memasukkan O:
jadwal kegiatan. - Px tampak tenang
- Px kooperatif saat
diajak ngobrol dengan
perawat
- Px tampak membaur
dengan teman-
temannya di kamar
A : SP 3 teratasi
P : Lanjut SP 4
30-11-2021 Gangguan persepsi SP 4 : S: Ichrimah
sensorik : halusinasi - Px mengatakan rutin
pendengaran - Mengevaluasi minum obat yang di
masalah dan anjurkan oleh dokter
melatih Latihan - Px mengatakan kalau
sebelumnya tidak minum obat tidak
- Menjelaskan cara bisa tidur
mengontrol - Pasien sudah jarang
halusinasi dengan mndengar suara bisikan
cara minum obat yang menakuti dirinya
secara teratur
(prinsip 6 benar O:
minum obat) - Px tampak tenang
halusinasi - Px sudah tidak gelisah
- Membimbing px - Px mengikuti kegiatan
memasukkan senam saat diadakan
jadwal kegiatan oleh petawatt
- Px sudah mau berbaur
dengan temannya.
01-12-2021 Gangguan persepsi Mengevaluasi SP 1 S: Ichrimah
sensorik : halusinasi - Px mengatakan sudah
pendengaran - melatih pasien cara jarang mendengar
mengontrol halusinasi suara-suara bisikan
dengan cara yang mengganggunya
menghardik - Px mengatakan sudah
- Membimbing px bis acara melawan
memasukkan dalam halusinasinya
jadwal harian O:
- Px mampu memahami
cara mengatasi
halusinasinya
- Px tampak sudah
tenang, tidak gelisah
- Px kooperatif saat
berbicara dengan
perawat
- Px sudah mau
berbincang – bincang
dengan temannya
A : SP1 teratasi
P : lanjut mengevaluasi SP 2
02-12-2021 Gangguan persepsi Mengevaluasi SP 2 S: Ichrimah
sensorik : halusinasi - Px mengatakan sudah
pendengaran SP 2 : mau berkenalan dengan
teman-temannya 1 di
- Mengevaluasi
kamar
kegiatan harian
sebelumnya O:
- Melatih cara
mengontrol - Px sudah jarang
halusinasinya melamun dan
dengan cara menyendiri
berbincang-bincang A : SP 2 teratasi
dengan orang lain
- Membimbing px P : lanjut mengevaluasi SP 3
memasukkan jawal
harian

03-12-2021 Gangguan persepsi Mengevaluasi SP 3 S: Ichrimah


sensorik : halusinasi - Px mengatakan sudah
pendengaran SP 3 : paham yang sudah
diajarkan kegiatan no 3
- Mengevaluasi
- Px mengatakan senang
masalah dan
mengikuti kegiatan
Latihan
diruangan seperti
sebelumnya
senam, bermain bola
- Melatih px cara
pimpong
mengontrol
halusinasinya O:
dengan cara
kegiatan (yang bisa - Px kooperatif
dilakukan px) - Px tampak tenang
- Membimbing px A : SP 3 teratasi
memasukkan
jadwal kegiatan. P : Lanjut evaluasi SP 4
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di uraikan mengenai kesenjangan dan juga kesamaan antara teori kasus
nyata mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian Keperawatan

Pada Laporan kasus ini penulis melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi
sensori : Halusinasi Pendengaran pada skizofrenia simplek. Keluhan utama pasien masuk rumah
sakit pasien keluyuran 2 hari ditemukan oleh warga setempat. Keluhan saat di kaji pasien
mengatakan mendengarkan suara-suara bisikan dengan menakutinya seperti “di belakangmu ada
orang.. kamu kabur” pasien mengatakan sering mendengar suara bisikan itu dan disaat lagi
menyendiri suara bisikan itu muncul.

Menurut Yadi Hatono & Farida Kusumawatu (2016) Halusinasi merupakan keadaan
hilangnya kemampuan individu dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara. Gejala gangguan jiwadimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan atau
penghiduan

4.2 Diagnosa Keperawatan

Dari data yang ditemukan muncul masalah keperawatan seperti ; respon Pasca trauma, Harga
diri rendah situasional, hambatan komunikasi, risiko tinggi, ansietas, halusinasi pendengaran,
mekanisme koping tidak efektif, deficit pengetahuan yang menyebabkan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran sebagai core problem

4.3 Intervensi Keperawatan


Dari data yang di dapatkan secara teori dengan kasus nyata tidak ada kesenjangan. Menurut
penulis semua direncanakan sesuai dengan teori, dalam perencanaan ditetapkan prioritas
masalah, tujuan, kriteria hasil dan evaluasi, tujuan yang ditetapkan mengacy pada SOAP
(subjektif, objektif, assessment, planning) dan kriteria sesuai dengan kondisi px

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan yang pertama dengan menggunakan strategi pelaksanaan yaitu
Sp 1 (bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi halusinasi (jenis, isi, waktu, frekuensi,
situasi, dan respon), mengajarkan cara menghardik, memasukkan ke dalam jadwal harian. SP 2
mengevaluasi SP 1, cara bercakap-cakap dengan orang lain ketika halusinasi muncul,
memasukkan ke dalam jadwal. SP 3 mengevaluasi SP 2, mengajarkan untuk melakukan kegiatan
untuk menghindari halusinasi muncul. Membuat jadwal kegiatan yang bisa dilakukan pasien,
memasukkan jadwal kegiatan sehari-hari. SP 4 mengevaluasi pada SP 3, mengajarkan tentang
minum obat, memasukkan kedalam jadwal sehari-hari.

Menurut penulis tidak menemukan hambatan dan secara keseluruhan dalam melakukan
Tindakan yang dimulai dari SP 1 sampai dengan SP 4 karena klien kooperatif pada saat di ajak
berbicara, mampu mengingat dan memperagakan, tetapi untuk SP keluarga penulis menemukan
hambatan yaitu penulis tida dapat bertemu dengan keluarga klien, karena keluarga klien tidak
menjenguk klien.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Pada tahap kasus nyata ini penulis membandingkan hasil Tindakan yang telah dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
teratasi seluruhnya. Hanya sebgian atau bahkan belum teratasi semuany. Pada tahap ini penulis
melihat perkembangan klien dari Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) yang ada
pada implementasi keperawatan yang meliputi dari SP 1 sampai dengan SP 4 dan SP 5 keluarga
sudah sesuai dengan teori dengan kasus nyata.
BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan dan hasil dari pembahasan pada Pasien
TN. K dengan Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya tahun 2021, maka
di dapatkan sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengkajian

Pada pengkajian penulis tidak menemukan adanya ksenjangan antara teori dan kasus. Pada
etiologi di sebutkan faktor predisposisi dari Halusinasi Pendengaran meliputi faktor biologis,
psikologis, dan sosial-kultural. Berdasarkan hasil pengkajian pada Pasien TN. K yaitu adanya
gangguan persepsi sensori yang tidak nyata sehingga pasien takut berlebihan.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada Pasien TN. K adalah Halusinasi Pendengaran sebagai masalah
utama

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Pada perencanaan berdasarkan core problem pada teori adalah Halusinasi Pendengaran,
sedangkan pada ksus TN. K core problem yang di temukan adalah Halusinasi Pendengaran jadi
dapat di simpulkan bahwa tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan ini menyesuaikan dengan perencanaan yang telah penulis susun
pada Asuhan Keperawatan kasus dan teori. Pelaksanaan Keperawatan yang di lakukan pada
Pasien TN. K adalah menggunakan SP 1 - SP 4 dan penulis tidak menemukan hambatan saat
melakukan strategi pelaksanaan.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi pada Pasien TN. K ini semua tujuan telah tercapai TN. K sudah mampu
mengontrol Halusinasi Pendengarannya dengan latihan yang telah di ajarkan dan yang di lakukan
sudah sesuai dengan SP yang di berikan oleh mahasiswa perawat.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam melakukan Asuhan Keperawatan


Jiwa dan agar dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien Jiwa secara optimal sesuai
SOAP

5.2.2 Rumah Sakit

Di harapkan pada Rumah Sakit Jiwa menur Surabaya dan khususnya semua perawat dalam
memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien TN. K dengan gangguan jiwa lebih bersungguh-
sungguh, yang yang benar, sehingga sesuai dengan yang di harapkan Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya.

5.2.3 Bagi Peneliti

Dari hasil studi kasus ini, dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis yang akan
melakukan studi kasus Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Halusinasi Pendengaran di
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1

ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa : Ichrimah Wahyu Prihandiny

Tanggal : 24 November 2021

Waktu : 10.00 wib

Tempat : Ruang Gelatik

Inisial Klien : Tn. K.B

Interaksi ke : 1 (Fase Orientasi)

Lingkungan : Tempat Interaksi di Ruang tempat makan.

Deskripsi Klien : Penampilan klien cukup rapi, hanya saja rambut tampak acak-acakan

Tujuan Komunikasi : klien mampu : - Membina hubungan saling percaya

- Mengenali halusinasi yang dialaminya


- Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

Komunikasi Verbal Komunikasi Non Analisis berpusat Analisis Rasional


Verbal pada perawat berpusat pada
klien
P : Selamat pagi, P : duduk berhadapan, Perawat mulai Klien tampak Ucapan salam
Assalamualaikum mas.. mengulurkan tangan, percakapan dengan bersedia perawat kepada
tersenyum, sikap sikap terbuka berinteraksi klien menunjukkan
terbuka penghargan
perawat kepada
K : Melihat ke arah klien. Penghargan
perawat dan kepada orang lain
mengulurkan tangan merupakan modal
awal seseorang
dapat membuka
diri dengan orang
lain.
K : Waalaikumsalam K : klien memandang Perawat tetap Klien berespons Perawat
mbak perawat dan menjawab menjaga posisi positif dengan mempertahankan
salam dari perawat tubuh dengan menjawab salam terbuka,
terapeutik yangh memandang dan
P : mempertahankan disampaikan oleh mendengarkan
sikap terbuka perawat dengan penuh
memandang, dan perhatian ketika
mendengarkan dengan berinteraksi
penuh perhatian dengan klien
P : Saya Ichrimah, P : suara jelas, Perawat mencoba Klien Membuka diri bagi
mahasiswa dari Stikes memandang klien menggali identitas mendengarkan perawat untuk
William booth dngan bersahabat, sikap klien pertanyaan memudahkan dan
Surabaya yang akan terbuka dan tersenyum perawat membina
praktek disini selama hubungan saling
1bulan. Kalau boleh tau K : memandang percaya dengan
dengan mas siapa ? perawat dan tersenyum klien
sennag di panggil apa ?
K : Iya, saya Mas K.B. K : suara terdengar Perawat Klien terlihat Memperkenalkan
Saya senang di panggil jelas, tetap tersenyum, menunjukkan sikap mulai diri dan
mas mempertahankan sikap terbuka dengan menampakkan mengatakan nama
terbuka, memandang klien rasa percaya panggilan yang
klien dengan bersahabat dengan perawat disukai dapat
meningkatkan rasa
P : mendengarkan percaya kepada
dengan penuh perhatian orang lain.
dan sikap terbuka
P : oh mas K.B.. Mas P : suara jelas, tetap Perawat mencoba Klien tampak Klien tampak
bagaimana kabarnya tersenyum, membuka diri dan menerima dan menerima dan
hari ini ? mempertahankan sikap mencoba menggali terbuka ddengan terbuka ddengan
terbuka, memandang data baru yang berdiskusi yang berdiskusi yang
klien dnegan bersahabat meungkin sangat akan dilakukan akan dilakukan
diperlukan dari dengan perawat dengan perawat
K : memandang klien
perawat
K : iya baik mbak K : suara terdengar Perawat Klien sudah Klien sudah mulai
jelas, klien tenang, menunjukkan sikap mulai membuka diri
klien memandang terbuka dengan menanamkan dengan perawat.
perawat perawat klien sikap terbuka Ini merupakan
dengan perawat awal yang baik
P : memandang klien untuk mengetahui
dnegan sikap lebih dalam lagi
bersahabat dan tentang masalah
mempertahankan sikap yang dihadapinya.
berbuka
P : mas alamat K : suara terdengar Perawat Klien tampak
rumahnya dimana ? jelas, klien tenang, menunjukkan sikap menerima dan
klien memandang terbuka dengan terbuka ddengan
perawat perawat klien berdiskusi yang
akan dilakukan
P : memandang klien dengan perawat
dnegan sikap
bersahabat dan
mempertahankan sikap
berbuka
K : Gresik mbak K : suara terdengar Klien kooperatif Klien tampak Klien tampak
jelas, tetap tersenyum, menerima dan menerima dan
mempertahankan sikap terbuka ddengan terbuka dengan
terbuka, memandang berdiskusi yang berdiskusi yang
klien dengan bersahabat akan dilakukan akan dilakukan
dengan perawat dengan perawat
P : oalah di Gresik. P : menatap klien Perawat Mengakhiri Perpisahan yang
Baik lah pak, sambal tersenyum menunjukkan sikap interaksi berharap baik mungkin
bagaimana kalau besok terbuka dengan dapat interaksi dapat
kita berbincang klien melanjutkan dilanjutkan lagi
bincang tentang interaksi
keluarga mas ? jam pertemuan 2
berapa mas ? bagimana
kalau jam 10 pagi
mas ? untuk tempatnya
disini ya mas ? apa mas
bersedia kontrak waktu
dengan saya ?
terimakasih mas
K : iya mbak besok ya K : suara terdengar Klien kooperatif Klien tampak Klien sudah mulai
berarti jam 10 disini jelas, klien tenang, menerima dan membuka diri
saja tempatnya klien memandang terbuka ddengan dengan perawat.
perawat perawat berdiskusi yang
akan dilakukan
P : memandang klien dengan perawat
dengan sikap
bersahabat dan
mempertahankan sikap
berbuka

Mengetahui

Pembimbing (Pendidikan/Klinik) Mahasiswa

( ) (Ichrimah Wahyu Prihandiny)


ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa : Ichrimah Wahyu Prihandiny

Tanggal : 25 November 2021

Waktu : 10.00 Wib

Tempat : Ruang Gelatik

Inisial Klien : Tn. K.B

Interaksi ke : 2 (fase Kerja)

Lingkungan : Tempat Interaksi di Ruang tempat makan.

Deskripsi Klien : Penampilan klien cukup rapi, hanya saja rambut tampak acak-acakan

Tujuan Komunikasi : klien mampu : - Mengenali halusinasi yang dialaminya

- Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

Komunikasi Komunikasi Non Analisis berpusat Analisis Rasional


Verbal Verbal pada perawat berpusat pada
klien
P : Selamat pagi, P : duduk Perawat mulai Klien tampak Ucapan salam perawat
Assalamualaikum berhadapan, percakapan dengan bersedia kepada klien
mas.. mengulurkan tangan, sikap terbuka berinteraksi menunjukkan
tersenyum, sikap pertemuan ke 2 penghargan perawat
terbuka kepada klien.
Penghargan kepada
orang lain merupakan
modal awal seseorang
dapat membuka diri
dengan orang lain.
K: K : suara terdengar Perawat tetap Klien berespons Perawat
Waalaikumsalam jelas, tetap menjaga posisi tubuh positif dengan mempertahankan
mbak tersenyum, dengan terapeutik menjawab salam terbuka, memandang
mempertahankan yangh dan mendengarkan
sikap terbuka, disampaikan oleh dengan penuh perhatian
memandang klien perawat ketika berinteraksi
dengan bersahabat dengan klien

P : mendengarkan
dengan penuh
perhatian dan sikap
terbuka
P : bagaimana P : suara jelas, Perawat merasakan Klien tampak Sikap cindong, dan
perasaan mas hari memandang klien kehadirannya bersedia tersenyum merupakan
ini ? dngan bersahabat, diterima duhkan oleh berinteraksi sikap-sikap yang harus
sikap terbuka dan klien dilakukan dalam
tersenyum melakukan hubungan
terapeutik sehingga
K : memandang klien dapat berespon
perawat dan positif terhadap interaksi
tersenyum yang dilakukan.
K : alhamdulillah K : suara terdengar Perawat tetap Klien
baik mbak jelas, tetap menjaga posisi tubuh menunjukkan
tersenyum, dengan terapeutik sikap kehadiran
mempertahankan perawat
sikap terbuka,
memandang klien
dengan bersahabat
P : kemarin kita P : suara jelas,
sudah kontrak waktu memandang klien
sama mas untuk dngan bersahabat,
membahas apa yang sikap terbuka dan
dialami mas K tersenyum

K : memandang
perawat dan
tersenyum
K : iya mbak K : suara terdengar
jelas, tetap
tersenyum,
mempertahankan
sikap terbuka,
memandang klien
dengan bersahabat

P : sekarang yang P : suara jelas, Perawat berusaha Klien tampak menerima


mas alami memandang klien mengeksplorasikan dan terbuka ddengan
bagaimana ? coba dngan bersahabat, klien dengan berdiskusi yang akan
ceritakan kepada sikap terbuka dan mengklarifikasi dilakukan dengan
saya tersenyum responnya perawat

K : memandang
perawat dan
tersenyum
K : saya sering K : klien Perawat berusaha Klien sudah mulai
mendengar suara menjelaskan apa mendukung apa yang membuka diri dengan
bisikan-bisikan di yang klien rasakan dirasakan klien perawat.
telinga saya mbak..
saya sampai takut P : perwat
Dan sering mendengarkan apa
terganggu sama yang jelaskan klien
suara-suara itu
P : pada saat apa P : perawat bercap Perawat bertanya Berusaha yang Pertanyaan yang jelas
suara-suara itu mas dengan tenang dan Kembali pada saat dilakukan klien akan membuat
dengar dan apa yang suara yang pelan dan apa suara itu muncul Sebagian telah percakapan berjalan
dikatakan oleh jelas dan berusaha tepat dengan baik
suara-suara itu agar klien mempu
mas ? mengerti apa yang
ditanyakan perawat

K : klien diam
sambal memandang
kea rah perawat
K : suara itu muncul K : klien ungkapkan Perawat beransumsi Klien beruapa Respon klien
pada saat saya apa yang dia alami bahwa klien menjelskan menunjukkan ia
sendirian dan suara membutuhkan semua yang ia membutuhkan dari
itu mengatakan “heh P : perawat bantuan dengar perawat
ada orang mengangguk sambal
dibelakangmu, tersenyum
kamu kabur” memandang klien
P : baik, sekarang P : dengan sabar dan Perawat berharap Klien berusaha Teknik menghardik
saya akan sambal tersenyum respon klien memilih diam suara merupakan salah
mengajarkan mas selanjutnya memilih satu cara untuk melawan
cara untuk melawan K : klien diam dan menerima apa halusinasi pendengaran
suara-suara itu… sejnak yang akan diajarkan yang klien alami
kalau suara-suara itu perawat
muncul, mas
menghardik dengan
cara menutup kedua
telinga mas dan
mengatakan tidak…
kamu tidak nyata…
kamu pergi pergi
pergi
P : baik… sekarang P : sambil Perawat yakin atas Klien secara Express feeling sebagai
mas coba peragakan menjelaskan perawat apa yang diutarakan verbal bahwa ia wahana evaluasi
Kembali apa yang meyakinkan klien klien memahami dan terhadap jalannya terapi
saya ajarkan tadi agar klien dengar merasakan yang telah diberikan
percaya diri dapat manfaat pada klien
melakukan apa yang kegaiatan
perawat ajarkan tadi menghardik

K : klien menerima
dan melakukan
Kembali apa yang
perawat ajarkan
K : iya mbak K : klien Perawat merasa Peragakan klien sesuai
memperagakan senang karena denga napa yang
kelmbali apa yang peragakan klien perawat ajarkan.
dijarkan perawat sesuai dengan yang
di harapkan.
P : perawat
mendengarkan
sambal mengangguk
P : Bagaimana P : dengan sabar dan Perawat ingin Klien Ungkapan perasaan
perasaan mas sambal tersenyum mengetahui perasaan menunjukkan untuk mengevaluasi
sekarang ? setelah berharap respon klien setelah perilaku yang keadaan/ masalah klien
memperagakan cara klien selanjutnya menghardik suara- memberi kesan terkait dengan pikiran
menghardik suara- suarayang klien memahami dan negative yang ia
suara yang mas K : klien terenyum dengar menerima apa rasakan.
dengar yang telah
diutarakannya.
K : ya, sedikit K : klien ungkapkan Perawat yakin atas Klien Express feeling sebagai
tenang mbak setelah dengan antusias dan apa yang diutarakan menunjukkan wahana evaluasi
apa yang mbak penuh rasa suka klien suara secara terhadap jalannya terapi
ajarkan tadi verbal bahwa ia yang telah diberikan
P : tersenyum memahami dan pada klien
merasakan
manfaat kegiatan
menghardik
P : Ya… bagaimana P : dengan sabar dan perawat yakin klien Perawat Ungkapan perasaan
kalau besok kita sambil tersenyum akan menerima ungkapkan untuk mengevaluasi
mempelajari cara berharap respon tawaran perawat dengan antusias keadaan/ masalah klien
yang lainnya untuk klien selanjutnya dan penuh rasa terkalit dengan pikiran
melawan suara- suka negative yang ia rasakan
suara yang mas K : klien tersenyum
dengar
K : iya mbak K : klien yakin dan Klien dengan
menerima tawaran antusias menerima
perawat tawaran perawat

P : tersenyum
P : baik mas, P : Perawat berucap Terminasi Klien menerima
makasih untuk salam sambal merupakan tahap terminasi dari
waktu yang mas ulurkan tangan akhir dari sesi tiap pertemanan
luangkan untuk dengan wajah terapi terapi
saya.. permisi mas berseri dan
tersenyum

K : tersenyum
sambal ulurkan
tangan untuk
berjabat tangan
K : iya mbak K : klien serta merta Perawat Klien mengambil
mengulurkan meninggalkan klien manfaat dari
tangannya untuk dengan perasaan lega terapi yang di
menyambut jabat bahwa terapinya berikan perawat
tangan perawat efektif
sambal tersenyum

K : tersenyum
Mengetahui
Pembimbing (Pendidikan/Klinik) Mahasiswa

( ) (Ichrimah Wahyu Prihandiny)

ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa : Ichrimah Wahyu Prihandiny

Tanggal :

Waktu : 10.00 wib

Tempat : Ruang Gelatik

Inisial Klien : Tn. K.B

Interaksi ke : 3 (Fase Terminasi)

Lingkungan : Tempat Interaksi di Ruang tempat makan.

Deskripsi Klien : Penampilan klien cukup rapi, hanya saja rambut tampak acak-acakan

Tujuan Komunikasi : klien mampu :

Komunikasi Komunikasi Non Analisis berpusat Analisis berpusat Rasional


Verbal Verbal pada perawat pada klien
P : Bagaimana P : dengan sabar Perawat ingin Klien menunjukkan Ungkapan perasaan
perasaan mas dan sambal mengetahui perilaku yang untuk mengevaluasi
sekarang ? setelah tersenyum berharap perasaan klien memberi kesan keadaan/ masalah
memperagakan cara respon klien setelah menghardik memahami dan klien terkait dengan
menghardik suara- selanjutnya suara-suarayang menerima apa yang pikiran negative
suara yang mas klien dengar telah diutarakannya. yang ia rasakan.
dengar K : klien terenyum
K : ya, sedikit K : klien ungkapkan Perawat yakin atas Klien menunjukkan Express feeling
tenang mbak setelah dengan antusias dan apa yang diutarakan suara secara verbal sebagai wahana
apa yang mbak penuh rasa suka klien bahwa ia evaluasi terhadap
ajarkan tadi memahami dan jalannya terapi yang
P : tersenyum merasakan manfaat telah diberikan pada
kegiatan klien
menghardik
P : Ya… bagaimana P : dengan sabar perawat yakin klien Perawat ungkapkan Ungkapan perasaan
kalau besok kita dan sambil akan menerima dengan antusias dan untuk mengevaluasi
mempelajari cara tersenyum berharap tawaran perawat penuh rasa suka keadaan/ masalah
yang lainnya untuk respon klien klien terkalit dengan
mengevaluasi cara selanjutnya pikiran negative
menghardik atau yang ia rasakan
melawan suara- K : klien tersenyum
suara yang mas
dengar dan
membuat jadwal
harian.. maunya
mas jam berapa kita
bertemu besok ? dan
untyk tempatnya
mau dimana ?
bagaimana kalau di
tempat ini saja ? apa
mas bersedia ?
K : iya mbak K : klien yakin dan Klien dengan
menerima tawaran antusias menerima
perawat tawaran perawat

P : tersenyum
P : baik mas, P : Perawat berucap Terminasi Klien menerima Ungkapan perasaan
makasih untuk salam sambal merupakan tahap terminasi dari untuk mengevaluasi
waktu yang mas ulurkan tangan akhir dari sesi tiap pertemanan terapi keadaan/ masalah
luangkan untuk dengan wajah terapi klien terkait dengan
saya.. permisi mas berseri dan pikiran negative
tersenyum yang ia rasakan.

K : tersenyum
sambal ulurkan
tangan untuk
berjabat tangan
K : iya mbak K : klien serta merta Perawat Klien mengambil
mengulurkan meninggalkan klien manfaat dari terapi
tangannya untuk dengan perasaan yang di berikan
menyambut jabat lega bahwa perawat
tangan perawat terapinya efektif
sambal tersenyum

K : tersenyum
LAMPIRAN 2

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 HALUSINASI PENDENGARAN

Pertemuan : 1
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
Data subjektif :
-
-
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut :
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Mnunjukkan rasa senang
3) Pasien bersedia diajak berjabat tangan
4) Pasien bersedia menyebutkan nama
5) Ada kontak mata
6) Pasien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7) Pasien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Membantu pasien mengenal halusinasinya
c. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal mapupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap enpati dan menerima pasien apa adanya
7) Beri perhatian kepada pasien dan memperhatikan kebutuhan dasar psien
b. Bantu pasien mengenal halusinanya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Latih pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Tahapan Tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi
2) Peragakan cara menghardik halusinasi
3) Minta pasien memperagakan ulang
4) Pantau penerapan car aini dan beri penguatan pada perilaku pasien yang sesuai
5) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, Assalamualaikum mas… boleh saya kenalan dengan mas ? nama saya
perawat Ichrimah boleh panggil im, saya Mahasiswa dari Stikes William Booth
Surabaya, saya sedang praktik di sini dari pukul 16.00 sampai dengan jam 19.00 wib.
Kalau boleh saya tau nama mas siapa dan senang dipanggil apa”
b. Evaluasi/Validasi
“bagaimana perasan mas hari ini ? bagaimana tidurnya tadi siang ? ada keluhan
tidak ?
c. Kontrak
- Topik
“apakah mas tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? menurut mas
sebaiknya kita ngobrol apa yang ? bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini mas dengar tapi tidak tampak wujudnya ?”
- Waktu
“berapa lama kitab isa ngobrol ? mas maunya berapa menit ? Bagaimana 10-15
menit ? Bisa ?”
- Tempat
“Di mana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di tempat meja makan ini
ya ? mau ?
2. Fase Kerja
“Apakah mas mendengar suara tanpa ada wujudnya ?”
“apa yang dikatakan suara itu ?”
“apakah mas melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau makhluk ?”
“Seperti apa yang kelihatan ?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja ?”
“Kapan paling sering mas melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut ?”
“berapa kali sehari mas mengalaminya ?”
“pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri ?”
“apa yang mas lakukan saat mendengar suara bisiskan itu ?”
“bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”
“mas ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul”.
“yang pertama yaitu dengan cara mengharduk suara tersebut”.
“kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain”. Ketiga, Melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal”.
“Keempat, minum obat dengan cara teratur”.
”bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
“caranya seperti ini :
1. Saat suara-suara itu muncul, lansgung mas bilang dalam hati, “pergi!! Saya tidak
mau mendengar… saya tidak mau mendengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba mas peragakan. Nah begitu….
Bagus.. coba lagi.. Ya bagus mas suda bisa”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“bagimana persaan mas dengan obrolan kita tadi ? mas merasa senang tidak dengan
Latihan tadi ?”
Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang coba mas simpulkan pembicaran
kita tadi”.
b. Rencana tindak lanjut
“kalau suara-sura itu muncul lagi, silakan mas coba cara tersebut. Bagaimana kalau
kita buat jadwal latihannya.. mau jam berapa saja latihannya ?”.
(Masukkan kegiatan Latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien, jika mas melakukannya secara mandirimakan mas menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau temanmakaibu buat ibu,
jika mas tidak melakukannya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti ?).
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“Ibu bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang caranya berbicara dengan orang
lain saat suara-suara itu Kembali muncul?”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? sampai jumpa Besok,
Wassalamualaikum”.

LAMPIRAN 3
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 HALUSINASI PENDENGARAN

Pertemuan : 2
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
Diskusikan dengan psien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? bagaimana kabarnya hari ini ? mas masih ingat dong dengan
saya ? mas sudah mandi belum ? Apakah mas sudah makan ?”.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini ? kemarin kita sudah berdiskusi tentang halusinasi,
apakah mas
c. Kontrak
- Topik
“apakah mas tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? menurut mas
sebaiknya kita ngobrol apa yang ? bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini mas dengar tapi tidak tampak wujudnya ?”
- Waktu
“berapa lama kitab isa ngobrol ? mas maunya berapa menit ? Bagaimana 10-15
menit ? Bisa ?”
- Tempat
“Di mana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di tempat meja makan ini
ya ? mau ?
2. Fase Kerja
“Apakah mas mendengar suara tanpa ada wujudnya ?”
“apa yang dikatakan suara itu ?”
“apakah mas melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau makhluk ?”
“Seperti apa yang kelihatan ?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja ?”
“Kapan paling sering mas melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut ?”
“berapa kali sehari mas mengalaminya ?”
“pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri ?”
“apa yang mas lakukan saat mendengar suara bisiskan itu ?”
“bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”
“mas ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul”.
“yang pertama yaitu dengan cara mengharduk suara tersebut”.
“kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain”. Ketiga, Melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal”.
“Keempat, minum obat dengan cara teratur”.
”bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
“caranya seperti ini :
1. Saat suara-suara itu muncul, lansgung mas bilang dalam hati, “pergi!! Saya tidak
mau mendengar… saya tidak mau mendengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba mas peragakan. Nah begitu….
Bagus.. coba lagi.. Ya bagus mas suda bisa”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“bagimana persaan mas dengan obrolan kita tadi ? mas merasa senang tidak dengan
Latihan tadi ?”
Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang coba mas simpulkan pembicaran
kita tadi”.
b. Rencana tindak lanjut
“kalau suara-sura itu muncul lagi, silakan mas coba cara tersebut. Bagaimana kalau
kita buat jadwal latihannya.. mau jam berapa saja latihannya ?”.
(Masukkan kegiatan Latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien, jika mas melakukannya secara mandirimakan mas menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau temanmakaibu buat ibu,
jika mas tidak melakukannya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti ?).
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana kalau kita besok berbincang bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara ke tiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? sampai jumpa Besok,
Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 4
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 HALUSINASI PENDENGARAN

Pertemuan : 3
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
DS : pasien mengatakan masih mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Agar pasien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi fengan melakukan
aktifitas atau kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian pasien.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? masih ingat saya ? sip deh..”.
b. Evaluasi/Validasi
“mas tampak segar hari ini.. bagaimana perasaannya gari ini ? Sudah siap kita
berbincang-bincang lagi ?. masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah
mas masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin ?”.
c. Kontrak
- Topik
“Seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang
tentang suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan dengan cara
melakukan aktifitas/kegiatan harian”.
- Waktu
“kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih sekitar 10-15, bagaimana mas,
setuju ?”.
- Tempat
“dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau di tempat ini lagi gimana karna mas telihat nyaman di tempat
ini.. mas setuju ?”.
2. Fase Kerja
1. “cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita kemarin sudah berdiskusi tentang
cara yang pertama, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu mas menyibukkan diri
dengan cara berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk
melamun saja”.
2. “jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan kegiatan
seperti menyapa, mengepel, kalau ada kegiatan senam bermain pimpong Bersama
perawat dan teman-teman mas bisa ikut dalam kegiatan itu, atau juga bis ajika ada
perawat mengadakan kegiatan kelompok mas bisa tuh ikut ya, dan menyibukkan
dengan kegiatan lainnya”.
3. Fase Terminasi
a. - Evaluasi subjektif
“Tidak teras kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali mas mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang”.
- Evaluasi Objektif
“Coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ke 3 ?”.
b. Rencana tindak lanjut
“tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah diajarkan
tadi”.
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana mas kalau besok kita ngobrol tentang cara mengontrol halusinasi
dengan cara yang ke 4 yaitu dengan patuh minum obat secara teratur”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya mas ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, mas
setuju ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? baiklah kalau di tempat
ini lagi, sampai jumpa Besok, Wassalamualaikum”.

LAMPIRAN 5
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 HALUSINASI PENDENGARAN

Pertemuan : 4
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
DS : pasien mengatakan sudah jarang mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Agar pasien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat teratur
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan minum obat teratur.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? masih ingat saya ? sip deh..”.
b. Evaluasi/Validasi
“mas tampak segar hari ini.. bagaimana perasaannya gari ini ? Sudah siap kita
berbincang-bincang lagi ?. masih ingat dengan kesepakatan kita kemarin, apa itu ?
apakah mas masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin”.
c. Kontrak
- Topik
“Seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang
tentang obat-obatan yang mas minum”.

- Waktu
“kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih sekitar 10-15, bagaimana mas,
setuju ?”.
- Tempat
“dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau di tempat ini lagi gimana karna mas telihat nyaman di tempat
ini.. mas setuju ?”.
2. Fase Kerja
“Ini obat yang harus mas minum setiaphari. Obat yang warnanya ini Namanya
risperidone warnanya putih dosisnya 2x2 mg dan yang clozapine warnanya kuning juga
dosisnya 2x25 mg. kedua obat ini di minumnya 2x sehari. Obat ini berfungsi untuk
mengendalikan suara-suara yang sering mas dengar sedangkan yang warna putih agar
mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut
kering, mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing tidak lancer. Sudah jelas mas ?
Tolong nanti mas sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini.
Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, gejala
seperti yang mas alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada 5 hal yang harus diperhatikan
oleh mas pada saat minum obat yaitu benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu
dan benar frekuensi, ingat ya mas?”.
3. Fase Terminasi
a. - Evaluasi subjektif
“Tidak teras akita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali mas mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang”.
- Evaluasi Objektif
“Coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ke 4 ?”.
b. Rencana tindak lanjut
“tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat”.
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana mas kalau besok kita ngobrol tentang cara mengontrol halusinasi
dengan cara yang ke 1-4, setuju tidak mas ?”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya mas ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, mas
setuju ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? baiklah kalau di tempat
ini lagi, sampai jumpa Besok, Wassalamualaikum”.

LAMPIRAN 6
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 5 HALUSINASI PENDENGARAN

Pertemuan : 5
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Ajarkan mengevalusi cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Tindakan Keperawatan
Diskusikan dengan psien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik suara-siara
yang di dengar

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? bagaimana kabarnya hari ini ? mas masih ingat dong dengan
saya ? mas sudah mandi belum ? Apakah mas sudah makan ?”.
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini ? kemarin kita sudah berdiskusi tentang halusinasi,
apakah mas ?”
c. Kontrak
- Topik
“apakah mas tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? menurut mas
sebaiknya kita ngobrol apa yang ? bagaimana kalau kita ngobrol evaluasi cara
menghardik suara dan sesuatu yang selama ini mas dengar tapi tidak tampak
wujudnya ? bagaimana apa mas setuju ?”
- Waktu
“berapa lama kitab isa ngobrol ? mas maunya berapa menit ? Bagaimana 10-15
menit ? Bisa ?”
- Tempat
“Di mana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di tempat meja makan ini
ya ? mau ?
2. Fase Kerja
“nah kemarin kita sudah Latihan gimana cara menghardik”
”bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
“Sekarang kita mengevaluasi yang sudah kemarin kita Latihan cara menghardik”
“caranya seperti ini :
1. Saat suara-suara itu muncul, lansgung mas bilang dalam hati, “pergi!! Saya tidak
mau mendengar… saya tidak mau mendengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba mas peragakan. Nah begitu….
Bagus.. coba lagi.. Ya bagus mas sudah bisa”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“bagimana perasaan mas dengan obrolan kita tadi ? mas merasa senang tidak dengan
Latihan tadi ?”
Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang coba mas simpulkan pembicaran
kita tadi”.
b. Rencana tindak lanjut
“kalau suara-sura itu muncul lagi, silakan mas coba cara tersebut. Bagaimana kalau
kita buat jadwal latihannya.. mau jam berapa saja latihannya ?”.
(Masukkan kegiatan Latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien, jika mas melakukannya secara mandirimakan mas menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman buat mas, jika mas
tidak melakukannya maka mas tulis T. apakah mas mengerti ?).
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana kalau kita besok berbincang bincang lagi tentang mengevaluasi cara
mengontrol halusinasi dengan cara ke tiga yaitu menyibukkan diri dengan
kegiatan yang bermanfaat”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? sampai jumpa Besok,
Wassalamualaikum”.

LAMPIRAN 7
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 6 HALUSINASI PENDENGARAN

Pertemuan : 6
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
Diskusikan dengan psien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? bagaimana kabarnya hari ini ? mas masih ingat dong dengan
saya ? mas sudah mandi belum ? Apakah mas sudah makan ?”.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini ? kemarin kita sudah berdiskusi tentang halusinasi,
apakah mas
c. Kontrak
- Topik
“apakah mas tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? menurut mas
sebaiknya kita ngobrol apa yang ? bagaimana kalau kita ngobrol evaluasi tentang
suara dan sesuatu yang selama ini mas dengar tapi tidak tampak wujudnya ?”
- Waktu
“berapa lama kitab isa ngobrol ? mas maunya berapa menit ? Bagaimana 10-15
menit ? Bisa ?”
- Tempat
“Di mana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di tempat meja makan ini
ya ? mau ?
2. Fase Kerja
“Apakah mas mendengar suara tanpa ada wujudnya ?”
“apa yang dikatakan suara itu ?”
“apakah mas melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau makhluk ?”
“Seperti apa yang kelihatan ?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja ?”
“Kapan paling sering mas melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut ?”
“berapa kali sehari mas mengalaminya ?”
“pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri ?”
“apa yang mas lakukan saat mendengar suara bisiskan itu ?”
“bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”
“mas ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul”.
“yang pertama yaitu dengan cara menghardik suara tersebut”.
“kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain”. Ketiga, Melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal”.
“Keempat, minum obat dengan cara teratur”.
”bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan mengevaluasi cara ke 2 yang
sudah pernah saya ajarkan yaitu bercakap-cakap dengan orang lain atau berkenalan
dengan teman-teman yang ada di kamar mas”.
“caranya seperti ini :
1. “Permisi saya boleh kenal dengan masnya ? nama mas siapa ? perkenalkan nama
saya mas K, salam kenal ya mas semoga bisa berteman baik sama masnya,
terimakasih”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“bagimana persaan mas dengan obrolan kita tadi ? mas merasa senang tidak dengan
Latihan tadi ?”
Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang coba mas simpulkan pembicaran
kita tadi”.
b. Rencana tindak lanjut
“kalau suara-sura itu muncul lagi, silakan mas coba cara tersebut. Bagaimana kalau
kita buat jadwal latihannya.. mau jam berapa saja latihannya ?”.
(Masukkan kegiatan Latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien, jika mas melakukannya secara mandirimakan mas menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau temanmakaibu buat ibu,
jika mas tidak melakukannya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti ?).
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana kalau kita besok berbincang bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara ke tiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? sampai jumpa Besok,
Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 8
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 7 HALUSINASI PENDENGARAN

Pertemuan : 7
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
DS : pasien mengatakan sudah jarang mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Agar pasien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi fengan melakukan
aktifitas atau kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian pasien.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? masih ingat saya ? sip deh..”.
b. Evaluasi/Validasi
“mas tampak segar hari ini.. bagaimana perasaannya gari ini ? Sudah siap kita
berbincang-bincang lagi ?. masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah
mas masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin ?”.
c. Kontrak
- Topik
“Seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang
tentang suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan dengan cara
melakukan aktifitas/kegiatan harian”.
- Waktu
“kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih sekitar 10-15 menit, bagaimana
mas, setuju ?”.
- Tempat
“dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau di tempat ini lagi gimana karna mas telihat nyaman di tempat
ini.. mas setuju ?”.
2. Fase Kerja
1. “cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita kemarin sudah berdiskusi tentang
cara yang pertama, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu mas menyibukkan diri
dengan cara berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk
melamun saja”.
2. “jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan kegiatan
seperti menyapa, mengepel, kalau ada kegiatan senam bermain pimpong Bersama
perawat dan teman-teman mas bisa ikut dalam kegiatan itu, atau juga bis ajika ada
perawat mengadakan kegiatan kelompok mas bisa tuh ikut ya, dan menyibukkan
dengan kegiatan lainnya”.
3. Fase Terminasi
a. - Evaluasi subjektif
“Tidak teras kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali mas mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang”.
- Evaluasi Objektif
“Coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ke 3 ?”.
b. Rencana tindak lanjut
“tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah diajarkan
tadi”.
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana mas kalau besok kita ngobrol mengevaluasi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ke 4 yaitu dengan patuh minum obat secara teratur”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya mas ? bagaimana kalau besok jam 10.30 Wib, mas
setuju ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? baiklah kalau di tempat
ini lagi ya mas, sampai jumpa Besok, Wassalamualaikum”.

LAMPIRAN 9
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 8 HALUSINASI PENDENGARAN

Pertemuan : 8
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
DS : pasien mengatakan sudah jarang mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Agar pasien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat teratur
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan minum obat teratur.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? masih ingat saya ? sip deh..”.
b. Evaluasi/Validasi
“mas tampak segar hari ini.. bagaimana perasaannya gari ini ? Sudah siap kita
berbincang-bincang lagi ?. masih ingat dengan kesepakatan kita kemarin, apa itu ?
apakah mas masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin”.
c. Kontrak
- Topik
“Seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang
mengevaluasi tentang obat-obatan yang mas minum”.
- Waktu
“kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih sekitar 10-15, bagaimana mas,
setuju ? baiklah ”.
- Tempat
“dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau di tempat ini lagi gimana karna mas telihat nyaman di tempat
ini.. mas setuju ?”.
2. Fase Kerja
“Ini obat yang harus mas minum setiaphari. Obat yang warnanya ini Namanya
risperidone warnanya putih dosisnya 2x2 mg dan yang clozapine warnanya kuning juga
dosisnya 2x25 mg. kedua obat ini di minumnya 2x sehari. Obat ini berfungsi untuk
mengendalikan suara-suara yang sering mas dengar sedangkan yang warna putih agar
mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut
kering, mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing tidak lancer. Sudah jelas mas ?
Tolong nanti mas sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini.
Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, gejala
seperti yang mas alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada 5 hal yang harus diperhatikan
oleh mas pada saat minum obat yaitu benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu
dan benar frekuensi, ingat ya mas?”.
3. Fase Terminasi
a. - Evaluasi subjektif
“Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali mas mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang dengan saya ”.
- Evaluasi Objektif
“Coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ke 4 ini, oke bagus mas..
selalu di ingat-ingat yang sudah saya ajarkan kepada mas K ya ?”.
b. Rencana tindak lanjut
“tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat”.
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana mas kalau besok kita ngobrol tentang cara mengontrol halusinasi
dengan cara yang ke 1-4, setuju tidak mas ?”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya mas ? bagaimana kalau besok jam 09.00 Wib, mas
setuju ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? baiklah kalau di tempat
ini lagi, sampai jumpa Besok, Wassalamualaikum”.

LAMPIRAN 10
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

1. Identitas
Nama : Tn. K.B
No. Registrasi : -
Umur : 28 Tahun
Tanggal MRS : 22 November 2021
Alamat : Gresik
Tanggal pengkajian : 23 November
2. Diagnosa Medis : Skizofrenia simplek
Terapi Medis : - Rsiperidone 2x2 mg
- Clozapine 2x25 mg
3. Pengakajian
- Data Subjektif :
Pasien mengatakan Namanya Khabib bulloh, berusia 28 tahun, belum menikah, ia
adalah anak ke 3 dari 9 bersaudara. Ia juga mengatakan kesini diantar oleh kakaknya
karena keluyuran di cari tidak ketemu, akhirnya kakaknya di telfon oleh warga setempat.
Pasien mengatakan keluyuran kabur dari rumah dikarenakan ada yang membisikkan di
telinganya dengan menakutinya
- Data Objektif :
Pasien Kooperatif saat di tanya oleh perawat, tampak bangun tidur, pasien tampak
kebingungan
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
5. Rencana Tindakan :
- Tujuan Umum
Pasien dan keluarga mampu mengatasi atau mengendalikan halusinsi pendengaran
- Tujuan Khusus :
a). Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b). Pasien mempu mengenali halusinasi yang dialaminya dan mengikuti progam
pengobatan secara optimal
c). Pasien mampu mengontrol halusinasinya
6. Implementasi Keperawatan
SP 1 :
a. BHSP
b. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
c. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik
g. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal harian
7. Evaluasi Keperawatan
S : pasien mengatakan kadang masih terdengar bisikan di telinga
O : Kooperatif, pasien tampak bingung
A : SP 1 Teratasi
P : lanjt SP 2

LAMPIRAN 11

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


1. Identitas
Nama Pasien : Tn. R
No. Register : 04.xx.xx
Umur : 25 thn
Tanggal MRS : 12 Oktober 2021
Alamat : Bangkalan Madura
Tanggal Pengkajian : 23 November 2021
2. Diagnosa Medis : F.20.3 Skizofrenia tak terinci dan ketidakpatuhan
pengobatan
Terapi Medis : Clozapine 1x50 mg
Risperidone 2x3 mg
THD 2x2mg
3. Pengkajian
Data Subjektif :
Pasien mengatakan Namanya Moch. Romli, berusia 25 tahun. Belum menikah dan orang
tua masih lengkap dan ia adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Ia juga mengatakan ke sini
diantar oleh bapaknya dengan kondisi terikat tangannya. Ia mengatakan sakit hati dan sering
marah kalau dirumah karena tidak punya uang dan tidak dikasih uang oleh kedua orang
tuanya. Yang dilakukan pada saat marah yaitu mendengarkan musik secara keras terkadang
merusak kaca dan melempar kayu ke orang tua tapi tidak sampai luka hanya pingsan saja. Ia
juga mengatakan kalau sempat merantau ke Saudi untuk menjadi TKI selama 2 tahun dan
pulang ke madura lalu ingin merantau lagi ke Malaysia tetapi tidak diperbolehkan oleh
orang tuanya.
Data Objektif :
Pasien sedang duduk, kooperatif, tampak baru bangun tidur. Sesekali pasien mengusap
wajah dan memukul kepala secara perlahan.
Data Penunjang :
- DL
- Swab Antigen
- Rontgen Thorax
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
5. Rencana Tindakan :
a. Tujuan Umum
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat
harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
6. Implementasi :
1) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
2) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
3) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
4) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
7. Evaluasi :
S : Pasien mengatakan sakit hati dan marah kalau tidak dikasih uang dengan orang
tuanya
O : Kooperatif, sesekali mengusap wajah dan memukul kepala secara perlahan,
kontak mata selalu ada

A : SP 1 teratasi

P : Lanjut SP 2

LAMPIRAN 12

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


1. Identitas
Nama Pasien : Tn. R
No. Register : 04.xx.xx
Umur : 25 thn
Tanggal MRS : 12 Oktober 2021
Alamat : Bangkalan Madura
Tanggal Pengkajian : 23 November 2021
2. Diagnosa Medis : F.20.3 Skizofrenia tak terinci dan ketidakpatuhan
pengobatan
Terapi Medis : Clozapine 1x50 mg
Risperidone 2x3 mg
THD 2x2mg
3. Pengkajian
Data Subjektif :
Pasien mengatakan Namanya Moch. Romli, berusia 25 tahun. Belum menikah dan orang
tua masih lengkap dan ia adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Ia juga mengatakan ke sini
diantar oleh bapaknya dengan kondisi terikat tangannya. Ia mengatakan sakit hati dan sering
marah kalau dirumah karena tidak punya uang dan tidak dikasih uang oleh kedua orang
tuanya. Yang dilakukan pada saat marah yaitu mendengarkan musik secara keras terkadang
merusak kaca dan melempar kayu ke orang tua tapi tidak sampai luka hanya pingsan saja. Ia
juga mengatakan kalau sempat merantau ke Saudi untuk menjadi TKI selama 2 tahun dan
pulang ke madura lalu ingin merantau lagi ke Malaysia tetapi tidak diperbolehkan oleh
orang tuanya.
Data Objektif :
Pasien sedang duduk, kooperatif, tampak baru bangun tidur. Sesekali pasien mengusap
wajah dan memukul kepala secara perlahan.
Data Penunjang :
- DL
- Swab Antigen
- Rontgen Thorax
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
5. Rencana Tindakan :
a. Tujuan Umum
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat
harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
6. Implementasi :
1) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
2) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
3) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
4) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
7. Evaluasi :
S : Pasien mengatakan sakit hati dan marah kalau tidak dikasih uang dengan orang
tuanya
O : Kooperatif, sesekali mengusap wajah dan memukul kepala secara perlahan,
kontak mata selalu ada

A : SP 1 teratasi

P : Lanjut SP 2

LAMPIRAN 13

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


1. Identitas
Nama Pasien : Tn. A
No. Register : 04.93.xx
Umur : 29 thn
Tanggal MRS : 15 Januari 1992
Alamat : Buduran, Sidoarjo
Tanggal Pengkajian : 23 November 2021
2. Diagnosa Medis : F.20.3 Skizofrenia tak terinci
3. Terapi Medis : Risperidon 2x2mg
THD 2x2mg
4. Pengkajian
Data Subjektif :
Pasien mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2014 dan pasien pernah MRS di RSJ
Menur pada tahun 2014 dan 2016 dengan diagnosa Halusinasi, pengobatan pasien berhasil
dan pasien rutin minum obat. Pasien kembali dibawa ke RSJ Menur oleh keluarganya pada
tanggal 22 November 2021 dengan keluhan pasien marah-marah karena di bully oleh
lingkungan sekitarnya. Saat ditanya pasien mengatakan tidak tahu siapa yang membawanya
kemari dan tidak tahu alas an kenapa dibawa ke RSJ Menur. Pasien tampak bingung dan
pasien mengatakan tidak punya teman dan tidak mau berkenalan dengan teman sekamarnya.
Data Objektif :
Pasien suka menyendiri, tidak kooperatif, tidak ada kontak mata dengan pasien, pasien
selalu menunduk, pasien menggunakan bahasa isyarat, dan tampak acuh.

Data Penunjang :
- Swab Antigen negatif

5. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri


6. Rencana Tindakan :
a. Tujuan Umum
Klien mampu bersosialisasi dengan teman-temannya dan tidak menarik diri
b. Tujuan Khusus
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
2. Pasien dapat menyadari dan menyebutkan penyebab isolasi sosial
3. Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
4. Pasien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

7. Implementasi :
1. Membina hubbungan saling peracaya dengan klien
2. Membantu pasien menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang
lain
3. Membantu klien berkenalan dengan perawat
4. Membantu klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih

8. Evaluasi :
S : Pasien tidak mau menjawab saat dikaji, menjawab seperlunya, tetapi pasien sudah
mampu menyebutkan nama perawat
O : Pasien tidak kooperatif, selalu menunduk, dan hanya menggunakan bahasa isyarat

A : SP 1 belum teratasi

P : Tetap lanjutkan SP 1

LAMPIRAN 14

RESUME

1. Identitas
Nama Pasien : Tn. B
No. Register : 480XX
Umur : 31 tahun
Tanggal MRS : 17 November 2021
Alamat : Klopo Sepuluh Kec. Sukodono Kab. Sidoarjo
Tanggal Pengkajian : 18 November 2021

2. Diagnosa Medis : F20.0 Paranoid Skizofrenia : Z9.1.1


Terapi Medis : TPZ 2x5 mg, clozapine 2X25 mg, THD 2x2 mg, PRD LAI

3. Pengkajian
a. Data Subjektif : pasien mengatakan tidak memiliki teman di ruangan pasien lebih
senang menyendiri.
b. Data Objektif : pasien tampak duduk ditempat tidur, saat ditanya kontak mata kurang,
pasien tidak kooperatif, saat ditanya pasien sering menoleh dilingkungan sekitar.
c. Data Penunjang :
- DL
- Swab antigen
- Rontgen Thorax

4. Diagnose Keperawatan : Isolasi Sosial (Menarik diri)


5. Rencana Tindakan :
- BHSP
- Identifikasi penyebab isolasi social
- Diskusikan keuntungan memiliki teman
- Diskusikan kerugian tidak memiliki teman
- Ajarkan pasien cara berkenalan
6. Implementasi :
- BHSP
- Mengidentifikasi penyebab Isolasi social
- Mendiskusikan keuntungan memiliki teman
- Mendiskusikan kerugian tidak memiliki teman
- Mengajarkan cara berkenalan (perawat)
7. Evaluasi :
S : pasien mengatakan lebih senang sendiri
O : Kontak mata kurang, Pasien tampak menunduk saat ditanya, pasien tidak kooperatif.
A : SP 1 belum teratasi
P : Lanjut SP 1

LAMPIRAN 15

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

1. Identitas
Nama Pasien : Tn. N
No. Register : 05.xx.xx
Umur : 39 thn
Tanggal MRS : 14 November 2021
Alamat : Tuban
Tanggal Pengkajian : 23 November 2021
2. Diagnosa Medis : F.20.3 Skizofrenia tak terinci dan ketidakpatuhan
pengobatan
Terapi Medis : TFP 2x5 mg
Clozaphine 2x25 mg
THD 2x2mg
Injekasi Haloperidol 5mg Im sehabis makan siang
3. Pengkajian
Data Subjektif :
Pasien mengatakan Namanya Tn.N berusia 39 tahun beragama islam dan belum menikah.
Orang tua sudah meninggal yaitu bapaknya. Tn.N adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara.
Tn.N mengatakan ke sini diantar oleh kepala desa karena katanya dirinya setress. Ia
mengatakan dirumah sangat senang berkumpul dengan ibu dan adiknya yang terakhir Tn.N
mengatakan sangat menyayangi ibu dan adiknya. Tn.N mengatakan biasa saudaranya
memarahi ibunya, Tn.N sakit hati dengan perlakuan saudaranya tetapi tidak menyimpan
dendam dalam hati. Tn.N sangat menghoramti ibunya karena surge dibawah kaki ibu.
Data Objektif :
Pasien sedang duduk, kooperatif, saat berbinvang-bincang adanya kontak mata dengan
pasien, pasien senyum-senyum kalau menceritakan ibu dan adiknya, Tn.N selalu terlihat
berdoa selalu saat interaksi.

Data Penunjang :
- DL = Leukosit : 12.002
- Swab Antigen negatif
- Rontgen Thorax dbn
4. Diagnosa Keperawatan : Waham Agama
5. Rencana Tindakan :
a. Tujuan Umum
Klien dan keluarga mampu mengatasi dan mengendalikan isi pikir dan kegiatan
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
4) Klien dapat berhubungan dengan realitas
5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
6) Klien dapat dukungan dari keluarga
6. Implementasi :
1) Membantu orientasi realita
2) Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
7. Evaluasi :
S : Pasien mengatakan kepala desa tidak seimbang dengan kiai-kiai dan sesepuh karena
perbedaan mereka sangat jauh dan allah subahanawata allah tidak seimbang dengan mereka
O : Kooperatif dan setiap interaksi Tn.N selalu mengucapkan doa dan mengusap wajahnya
seperti sehabis berdoa

A : SP 1 belum teratasi

P : Tetap lanjutkan sp 1

Anda mungkin juga menyukai