Di susun oleh :
Nim : 2021.04.005
TAHUN AJARAN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA TN.K DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HALUSINASI
PENDENGARAN PERSEPSI: ”HALUSINSI PENDENGARAN DAN
DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA” DI RUNG GELATIK RUMAH
SAKIT JIWA MENUR SURABAYA
Disusun untuk memenuhi syarat sidang LTA pada program studi Profesi ners
Di susun oleh :
Nim : 2021.04.005
TAHUN AJARAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya oleh berkat, tuntunan, dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Lab Klinik yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada TN.K Dengan
Masalah Keperawatan Halusinasi Pendengaran Diruang Gelatik Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya”.
Tugas ini penulis susun sebagai salah satu tugas Lab. Klinik Keperawatan
Jiwa. Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
3. Apa saja Intervensi yang dapat di lakukan pada Pasien dengan Masalah
Keperawatan Halusinasi Pemdengaran ?
4. Apa saja Implementasi yang dapat di lakukan pada Pasien dengan Masalah
Keperawatan Halusinasi Pemdengaran ?
1.3 Tujuan
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja, 2011). Halusinasi adalah gangguan
persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan ( Dalami, dkk, 2014). Halusinasi hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012).
Menurut Stuart (2017) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk,
2014) :
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit
atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas
perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat
mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui pancaindra (pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Rentang respon
tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :
Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif meliputi :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial meliputi :
1) Proses pikir terganggu yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang yang benar-
benar terjadi (objek nyata) karena gangguan panca indra
3) Emosi berlebihan atau kurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas untuk
menghindari interaksi dengan orang lain
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
c. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif ini meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.
2.2.5 Tanda dan gejala Halusinasi
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati
sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa
saja yang sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang
tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang
tidak tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
b. Halusinasi pendengaran
1). Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain,
benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman
adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau
darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan
halusinasi pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat. 3) Tiba-tiba
meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan
adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit. Menurut
Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan
gejala klien halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu dan monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Menggaruk garuk permukaan kulit
1) Penatalaksanaan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1) Identitas
klien Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal
dirawat, nomor rekam medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri.
3) Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.
5) Fisik Tidak mengalami keluhan fisik.
6) Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien
biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran
sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai
diri, harga diri klien memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan
sakitnya.
c) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak
sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu
atau sangat berlebihan.
7) Mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya.
b) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak
logis, berbelit-belit
c) Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang
abnormal.
d) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi
misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
e) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
f) Interaksi selama wawancara Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien
yang tampak komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan
pembicaraan.
g) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang
halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri
dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak
nyata, tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak,
takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
h) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan
logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini
sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i) Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan
eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.
k) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati,
tidak mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan
apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal,
sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau
pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam
memberikan perhatian.
m)Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai,
dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan
keputusan yang telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan
diucapkan adalah salah.
n) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai
dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus,
membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang
telah disepakati. Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil keputusan
merasa kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan
insiatif klien
a. Klien.
SP 1 :
1. BHSP
2. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
3. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
5. Mengidentifikasi situasi halusinasi klien
6. Mengidentifikasi respon halusinasi klien
7. Melatih klien cara mengontrol halusinasi
8. Membimbing klien memasukkan dalam jadwal harian
SP 2 :
SP 3 :
SP 4 :
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Inisial : Tn.K (L) Tanggal Dirawat : 22 November 2021
Umur : 28 thn Tanggal Pengkajian: 24 Nov 2021
Informan : Pasien No. RM : 01.xx.xx
3.1.2 Alasan masuk
Keluhan utama pasien masuk rumah sakit pasien keluyuran 2 hari
ditemukan oleh warga setempat. Keluhan saat di kaji pasien mengatakan
mendengarkan suara-suara bisikan dengan menakutinya seperti “di
belakangmu ada orang.. kamu kabur” pasien mengatakan sering
mendengar suara bisikan itu dan disaat lagi menyendiri suara bisikan itu
muncul
3.1.3 Faktor predisposisi
1. Pernah mengalaami gangguan jiwa masa lalu? Ya Tidak
v
2. Pengobatan sebelumnya? Berhasil Kurang berhasil
√
Tidak berhasil
3. Pengalaman Pelaku Usia Korban Usia Saksi usia
Aniaya fisik
- - - - - -
Aniaya seksual
- - - - - -
Penolakan
- - - - - -
Kekerasan dalam keluarga
- - - - - -
Tindakan criminal
- - - - - -
Jelaskan No 1,2,3 : pasien sebelumnya belum pernah di rawat di RSJ
Menur Surabaya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3.1.4 Fisik
1. Tanda vital : TD: 110/70 mmHg N: 83x/mnt S: 36,6°C
RR: 20x/mnt
2. Ukur : TB: 159cm BB: 57kg
3. Keluhan fisik : Ya Tidak
V
Jelaskan: Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3.1.5 Piskososial
Konsep diri
a. Gambaran diri: Pasien bersyukur atas semua yang diciptakan Allah,
hal yang tidak disukainya ialah postur tubuh yaitu bagian sekitar
pusar karena sedikit menghitam dan berbulu.
b. Identitas: Px mengatakan pasien adalah anak ke 3 dari 9
bersaudara, pasien bernama K, usia 28 tahun, jenis kelaminnya
laki-laki.
c. Peran: Px berperan sebagai kakak dan anak
d. Ideal diri: Px mengatakan ingin pulang dan berkumpul dengan
adik-adiknya, dan melakukan kerja berjualan ayam panggang.
e. Harga diri: px mengatakan merasa kurang percaya diri karena
bagian pusar berwarna hitam dan berbulu
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah Situasional
1. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : pasien mengatakan bahwa orang yang sangat
berarti dalam hidupnya adalah adiknya nomer 5 , karena hanya
adiknya yang peduli dengannya Dan baik hati dan lembut
bicaranya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : pasien
mengatakan sering mengikuti kegiatan senam di ruang gelatik,
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa perawat seperti
terapi aktifitas kelompok dan rehabitasi
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain : pasien tidak ada
hambatan dalam hubungan dengan orang lain.
Masalah keperawatan: Hambatan Komunikasi .
2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: Px mengatakan beragama Islam dan
meyakini adanya Allah Swt.
b. Kegiatan ibadah: Px mengatakan sering melakukan ibadah karena
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Jelaskan : Pasien tampak bingung dan gelisah karna takut suara bisikan
itu muncul lagi
Masalah keperawatan: Risiko tinggi cidera
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
V Berlebih
Jelaskan : Pasien mengatakan sering merasa takut karena mendengar
suara-suara bisikan dari telinga kanan dan kiri
Masalah keperawatan: Ansietas
5. Afek
Datar Tumpu Labil Tidak sesuai
7. Presepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
V
Pengecapan Pembauan
8. Proses pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking Perseverasi
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis
Jelaskan : Pada pasien tidak didapatkan masalah isi pikir dan tidak ada
waham.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisi pikir Siap pikir Kontrol pikir
Jelaskan: -
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
V Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Pasien sadar penuh, GCS 456 pasien tidak mengalami
disorientasi.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat
Gangguan daya ingat jangka pendek Konfabulasi
Jelaskan: Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan
minimal total minimal total
Mandi BAK/BAB
√ √
Kebersihan Ganti pakaian
√ √
Makan
√
Jelaskan: px mampu melakukan aktifitas perawatan diri secara
mandiri (makan, minum dan ganti pakaian)
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Ya Tidak
- Apakah anda puas dengan pola makan?
√
- Apakah anda makan memisahkan diri?
V
- Frekuensi makanan sehari 3 kali
- Frekuensi udapan sehari 3 kali
Meningkat Menurun Berlebih Sedikit
- Nafsu makan
√
Meningkat Menurun
- Berat badan BB tertinggi 57 kg
V
BB terendah 50 kg
- Diit khusus: pasien tidak ada diit khusus
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
Ya Tidak
- Apakah ada masalah?
V
- Apakahn anda merasa segar setelah tidur?
V
- Apakah anda kebiasaan tidur siang?
V
Lamanya1 jam
- Apaka yang menolong anda untuk tidur? Tidak ada
- Waktu tidur malam: jam 19.30 waktu bngun jam 04.30
- Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
V
- Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
- Semnabolisme Berbicara dalam tidur
2. 25-11- Gangguan persepsi Tuk 2 : klien dapat - setelah a. Adakan kontak Mengurangi waktu
2021 sensorik= Halusinasi ,mengenal dilakukan 1x sering dan singkat kosong bagi pasien
pendengaran halusinasinya interaksi, klien dengan klien sehingga pasien dapat
dapat mengerti b. Observasi perilaku mengurangi frekuensi
jelas waktu, isi, yang berhubungan halusinasinya
frekuensi, situasi dnegan halusinasi
dan kondisi c. Menerima
yang halusinasi sebagai
menibulkan hal yang nyata bagi
halusinasi klien dan tidak
nyata bagi perawat.
d. Identifikasi
Bersama klien
waktu munculnya,
isi, dan frekuensi
halusinasi
e. Diskusikan dengan
klien mengenai
perasaanya.
d.
3 26-11- Gangguan persepsi Tuk 3 : Pasien dapat Setelah dilakukan a). Identifikasi Bersama
21 sensorik= halusinasi mengendalikan 1x interaksi, klien klien Tindakan yang
pendengaran halusinasinya dapat menyebutkan bisa dilakukan bila
Tindakan yang bisa halusinasi terjadi
mengendalikan atau b). Bersama klien
mengatasi merencanakan
halusinasinya. kegiatan sehari-hari
untuk mencegah
terjadinya halusinasi
c). Dorong klien untuk
memilih cara yang
akan digunakan dalam
mengendalikan
halusinasi.
d). Dorong klien untuk
melakukan Tindakan
sesuai dengan cara
yang telah dipilih klien
untuk mengdendalikan
halusinasi
e). Diskusikan dengan
klien hasil upaya yang
telah dilakukan.
4. 29-11- Gangguan persepsi Tuk 4 : klien dapat Setelah 1x interakasi a). Diskusikan dengan Meningkatkan
21 sensorik= halusinasi mengendalikan klien menyebutkan klien dan keluarga kesadaran klien akan
pendengaran halusinasinya manfaat dan kerugian tentang obat yang akan pentingnya obat
minum obat. di konsumsikan untuk
mengendalikan
halusinasinya
b). Bantu klien untuk
minum obat karena Mencegah pasien
sudah sesuai dengan membuang obat yang
anjuran dokter seharusnya diminum.
c). Observasi tanda dan Berikan motivasi
gejala akibat efek kepada pasien untuk
samping obat minum obat sesuai
d). Bantu klien eturan
menggunakan obat
sesuai 5 prinsip (benar
obat, benar dosis, benar
klien, benar pemberian,
dan benar waktu).
IMPLEMENTASI
P: Lanjutkan SP 3
29-11-2021 Gangguan persepsi SP 3 : S: Ichrimah
sensorik : halusinasi - Px mengatakan mau
pendengaran - Mengevaluasi mengikuti kegiatan
masalah dan diruangan seperti
Latihan senam, bermain bola
sebelumnya pimpong
- Melatih px cara - Px mengatakan
mengontrol mengikuti kegiatan
halusinasinya kelompok yang
dengan cara diadakan
kegiatan (yang bisa perawat/mahasiswa
dilakukan px) ‘ perawat
- Membimbing px
memasukkan O:
jadwal kegiatan. - Px tampak tenang
- Px kooperatif saat
diajak ngobrol dengan
perawat
- Px tampak membaur
dengan teman-
temannya di kamar
A : SP 3 teratasi
P : Lanjut SP 4
30-11-2021 Gangguan persepsi SP 4 : S: Ichrimah
sensorik : halusinasi - Px mengatakan rutin
pendengaran - Mengevaluasi minum obat yang di
masalah dan anjurkan oleh dokter
melatih Latihan - Px mengatakan kalau
sebelumnya tidak minum obat tidak
- Menjelaskan cara bisa tidur
mengontrol - Pasien sudah jarang
halusinasi dengan mndengar suara bisikan
cara minum obat yang menakuti dirinya
secara teratur
(prinsip 6 benar O:
minum obat) - Px tampak tenang
halusinasi - Px sudah tidak gelisah
- Membimbing px - Px mengikuti kegiatan
memasukkan senam saat diadakan
jadwal kegiatan oleh petawatt
- Px sudah mau berbaur
dengan temannya.
01-12-2021 Gangguan persepsi Mengevaluasi SP 1 S: Ichrimah
sensorik : halusinasi - Px mengatakan sudah
pendengaran - melatih pasien cara jarang mendengar
mengontrol halusinasi suara-suara bisikan
dengan cara yang mengganggunya
menghardik - Px mengatakan sudah
- Membimbing px bis acara melawan
memasukkan dalam halusinasinya
jadwal harian O:
- Px mampu memahami
cara mengatasi
halusinasinya
- Px tampak sudah
tenang, tidak gelisah
- Px kooperatif saat
berbicara dengan
perawat
- Px sudah mau
berbincang – bincang
dengan temannya
A : SP1 teratasi
P : lanjut mengevaluasi SP 2
02-12-2021 Gangguan persepsi Mengevaluasi SP 2 S: Ichrimah
sensorik : halusinasi - Px mengatakan sudah
pendengaran SP 2 : mau berkenalan dengan
teman-temannya 1 di
- Mengevaluasi
kamar
kegiatan harian
sebelumnya O:
- Melatih cara
mengontrol - Px sudah jarang
halusinasinya melamun dan
dengan cara menyendiri
berbincang-bincang A : SP 2 teratasi
dengan orang lain
- Membimbing px P : lanjut mengevaluasi SP 3
memasukkan jawal
harian
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di uraikan mengenai kesenjangan dan juga kesamaan antara teori kasus
nyata mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Pada Laporan kasus ini penulis melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi
sensori : Halusinasi Pendengaran pada skizofrenia simplek. Keluhan utama pasien masuk rumah
sakit pasien keluyuran 2 hari ditemukan oleh warga setempat. Keluhan saat di kaji pasien
mengatakan mendengarkan suara-suara bisikan dengan menakutinya seperti “di belakangmu ada
orang.. kamu kabur” pasien mengatakan sering mendengar suara bisikan itu dan disaat lagi
menyendiri suara bisikan itu muncul.
Menurut Yadi Hatono & Farida Kusumawatu (2016) Halusinasi merupakan keadaan
hilangnya kemampuan individu dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara. Gejala gangguan jiwadimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan atau
penghiduan
Dari data yang ditemukan muncul masalah keperawatan seperti ; respon Pasca trauma, Harga
diri rendah situasional, hambatan komunikasi, risiko tinggi, ansietas, halusinasi pendengaran,
mekanisme koping tidak efektif, deficit pengetahuan yang menyebabkan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran sebagai core problem
Implementasi yang dilakukan yang pertama dengan menggunakan strategi pelaksanaan yaitu
Sp 1 (bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi halusinasi (jenis, isi, waktu, frekuensi,
situasi, dan respon), mengajarkan cara menghardik, memasukkan ke dalam jadwal harian. SP 2
mengevaluasi SP 1, cara bercakap-cakap dengan orang lain ketika halusinasi muncul,
memasukkan ke dalam jadwal. SP 3 mengevaluasi SP 2, mengajarkan untuk melakukan kegiatan
untuk menghindari halusinasi muncul. Membuat jadwal kegiatan yang bisa dilakukan pasien,
memasukkan jadwal kegiatan sehari-hari. SP 4 mengevaluasi pada SP 3, mengajarkan tentang
minum obat, memasukkan kedalam jadwal sehari-hari.
Menurut penulis tidak menemukan hambatan dan secara keseluruhan dalam melakukan
Tindakan yang dimulai dari SP 1 sampai dengan SP 4 karena klien kooperatif pada saat di ajak
berbicara, mampu mengingat dan memperagakan, tetapi untuk SP keluarga penulis menemukan
hambatan yaitu penulis tida dapat bertemu dengan keluarga klien, karena keluarga klien tidak
menjenguk klien.
Pada tahap kasus nyata ini penulis membandingkan hasil Tindakan yang telah dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
teratasi seluruhnya. Hanya sebgian atau bahkan belum teratasi semuany. Pada tahap ini penulis
melihat perkembangan klien dari Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) yang ada
pada implementasi keperawatan yang meliputi dari SP 1 sampai dengan SP 4 dan SP 5 keluarga
sudah sesuai dengan teori dengan kasus nyata.
BAB 5
PENUTUP
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan dan hasil dari pembahasan pada Pasien
TN. K dengan Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya tahun 2021, maka
di dapatkan sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
Pada pengkajian penulis tidak menemukan adanya ksenjangan antara teori dan kasus. Pada
etiologi di sebutkan faktor predisposisi dari Halusinasi Pendengaran meliputi faktor biologis,
psikologis, dan sosial-kultural. Berdasarkan hasil pengkajian pada Pasien TN. K yaitu adanya
gangguan persepsi sensori yang tidak nyata sehingga pasien takut berlebihan.
Diagnosa yang muncul pada Pasien TN. K adalah Halusinasi Pendengaran sebagai masalah
utama
Pada perencanaan berdasarkan core problem pada teori adalah Halusinasi Pendengaran,
sedangkan pada ksus TN. K core problem yang di temukan adalah Halusinasi Pendengaran jadi
dapat di simpulkan bahwa tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Tindakan keperawatan ini menyesuaikan dengan perencanaan yang telah penulis susun
pada Asuhan Keperawatan kasus dan teori. Pelaksanaan Keperawatan yang di lakukan pada
Pasien TN. K adalah menggunakan SP 1 - SP 4 dan penulis tidak menemukan hambatan saat
melakukan strategi pelaksanaan.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada Pasien TN. K ini semua tujuan telah tercapai TN. K sudah mampu
mengontrol Halusinasi Pendengarannya dengan latihan yang telah di ajarkan dan yang di lakukan
sudah sesuai dengan SP yang di berikan oleh mahasiswa perawat.
5.2 Saran
Di harapkan pada Rumah Sakit Jiwa menur Surabaya dan khususnya semua perawat dalam
memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien TN. K dengan gangguan jiwa lebih bersungguh-
sungguh, yang yang benar, sehingga sesuai dengan yang di harapkan Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya.
Dari hasil studi kasus ini, dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis yang akan
melakukan studi kasus Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Halusinasi Pendengaran di
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
Deskripsi Klien : Penampilan klien cukup rapi, hanya saja rambut tampak acak-acakan
Mengetahui
Deskripsi Klien : Penampilan klien cukup rapi, hanya saja rambut tampak acak-acakan
P : mendengarkan
dengan penuh
perhatian dan sikap
terbuka
P : bagaimana P : suara jelas, Perawat merasakan Klien tampak Sikap cindong, dan
perasaan mas hari memandang klien kehadirannya bersedia tersenyum merupakan
ini ? dngan bersahabat, diterima duhkan oleh berinteraksi sikap-sikap yang harus
sikap terbuka dan klien dilakukan dalam
tersenyum melakukan hubungan
terapeutik sehingga
K : memandang klien dapat berespon
perawat dan positif terhadap interaksi
tersenyum yang dilakukan.
K : alhamdulillah K : suara terdengar Perawat tetap Klien
baik mbak jelas, tetap menjaga posisi tubuh menunjukkan
tersenyum, dengan terapeutik sikap kehadiran
mempertahankan perawat
sikap terbuka,
memandang klien
dengan bersahabat
P : kemarin kita P : suara jelas,
sudah kontrak waktu memandang klien
sama mas untuk dngan bersahabat,
membahas apa yang sikap terbuka dan
dialami mas K tersenyum
K : memandang
perawat dan
tersenyum
K : iya mbak K : suara terdengar
jelas, tetap
tersenyum,
mempertahankan
sikap terbuka,
memandang klien
dengan bersahabat
K : memandang
perawat dan
tersenyum
K : saya sering K : klien Perawat berusaha Klien sudah mulai
mendengar suara menjelaskan apa mendukung apa yang membuka diri dengan
bisikan-bisikan di yang klien rasakan dirasakan klien perawat.
telinga saya mbak..
saya sampai takut P : perwat
Dan sering mendengarkan apa
terganggu sama yang jelaskan klien
suara-suara itu
P : pada saat apa P : perawat bercap Perawat bertanya Berusaha yang Pertanyaan yang jelas
suara-suara itu mas dengan tenang dan Kembali pada saat dilakukan klien akan membuat
dengar dan apa yang suara yang pelan dan apa suara itu muncul Sebagian telah percakapan berjalan
dikatakan oleh jelas dan berusaha tepat dengan baik
suara-suara itu agar klien mempu
mas ? mengerti apa yang
ditanyakan perawat
K : klien diam
sambal memandang
kea rah perawat
K : suara itu muncul K : klien ungkapkan Perawat beransumsi Klien beruapa Respon klien
pada saat saya apa yang dia alami bahwa klien menjelskan menunjukkan ia
sendirian dan suara membutuhkan semua yang ia membutuhkan dari
itu mengatakan “heh P : perawat bantuan dengar perawat
ada orang mengangguk sambal
dibelakangmu, tersenyum
kamu kabur” memandang klien
P : baik, sekarang P : dengan sabar dan Perawat berharap Klien berusaha Teknik menghardik
saya akan sambal tersenyum respon klien memilih diam suara merupakan salah
mengajarkan mas selanjutnya memilih satu cara untuk melawan
cara untuk melawan K : klien diam dan menerima apa halusinasi pendengaran
suara-suara itu… sejnak yang akan diajarkan yang klien alami
kalau suara-suara itu perawat
muncul, mas
menghardik dengan
cara menutup kedua
telinga mas dan
mengatakan tidak…
kamu tidak nyata…
kamu pergi pergi
pergi
P : baik… sekarang P : sambil Perawat yakin atas Klien secara Express feeling sebagai
mas coba peragakan menjelaskan perawat apa yang diutarakan verbal bahwa ia wahana evaluasi
Kembali apa yang meyakinkan klien klien memahami dan terhadap jalannya terapi
saya ajarkan tadi agar klien dengar merasakan yang telah diberikan
percaya diri dapat manfaat pada klien
melakukan apa yang kegaiatan
perawat ajarkan tadi menghardik
K : klien menerima
dan melakukan
Kembali apa yang
perawat ajarkan
K : iya mbak K : klien Perawat merasa Peragakan klien sesuai
memperagakan senang karena denga napa yang
kelmbali apa yang peragakan klien perawat ajarkan.
dijarkan perawat sesuai dengan yang
di harapkan.
P : perawat
mendengarkan
sambal mengangguk
P : Bagaimana P : dengan sabar dan Perawat ingin Klien Ungkapan perasaan
perasaan mas sambal tersenyum mengetahui perasaan menunjukkan untuk mengevaluasi
sekarang ? setelah berharap respon klien setelah perilaku yang keadaan/ masalah klien
memperagakan cara klien selanjutnya menghardik suara- memberi kesan terkait dengan pikiran
menghardik suara- suarayang klien memahami dan negative yang ia
suara yang mas K : klien terenyum dengar menerima apa rasakan.
dengar yang telah
diutarakannya.
K : ya, sedikit K : klien ungkapkan Perawat yakin atas Klien Express feeling sebagai
tenang mbak setelah dengan antusias dan apa yang diutarakan menunjukkan wahana evaluasi
apa yang mbak penuh rasa suka klien suara secara terhadap jalannya terapi
ajarkan tadi verbal bahwa ia yang telah diberikan
P : tersenyum memahami dan pada klien
merasakan
manfaat kegiatan
menghardik
P : Ya… bagaimana P : dengan sabar dan perawat yakin klien Perawat Ungkapan perasaan
kalau besok kita sambil tersenyum akan menerima ungkapkan untuk mengevaluasi
mempelajari cara berharap respon tawaran perawat dengan antusias keadaan/ masalah klien
yang lainnya untuk klien selanjutnya dan penuh rasa terkalit dengan pikiran
melawan suara- suka negative yang ia rasakan
suara yang mas K : klien tersenyum
dengar
K : iya mbak K : klien yakin dan Klien dengan
menerima tawaran antusias menerima
perawat tawaran perawat
P : tersenyum
P : baik mas, P : Perawat berucap Terminasi Klien menerima
makasih untuk salam sambal merupakan tahap terminasi dari
waktu yang mas ulurkan tangan akhir dari sesi tiap pertemanan
luangkan untuk dengan wajah terapi terapi
saya.. permisi mas berseri dan
tersenyum
K : tersenyum
sambal ulurkan
tangan untuk
berjabat tangan
K : iya mbak K : klien serta merta Perawat Klien mengambil
mengulurkan meninggalkan klien manfaat dari
tangannya untuk dengan perasaan lega terapi yang di
menyambut jabat bahwa terapinya berikan perawat
tangan perawat efektif
sambal tersenyum
K : tersenyum
Mengetahui
Pembimbing (Pendidikan/Klinik) Mahasiswa
Tanggal :
Deskripsi Klien : Penampilan klien cukup rapi, hanya saja rambut tampak acak-acakan
P : tersenyum
P : baik mas, P : Perawat berucap Terminasi Klien menerima Ungkapan perasaan
makasih untuk salam sambal merupakan tahap terminasi dari untuk mengevaluasi
waktu yang mas ulurkan tangan akhir dari sesi tiap pertemanan terapi keadaan/ masalah
luangkan untuk dengan wajah terapi klien terkait dengan
saya.. permisi mas berseri dan pikiran negative
tersenyum yang ia rasakan.
K : tersenyum
sambal ulurkan
tangan untuk
berjabat tangan
K : iya mbak K : klien serta merta Perawat Klien mengambil
mengulurkan meninggalkan klien manfaat dari terapi
tangannya untuk dengan perasaan yang di berikan
menyambut jabat lega bahwa perawat
tangan perawat terapinya efektif
sambal tersenyum
K : tersenyum
LAMPIRAN 2
Pertemuan : 1
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
Data subjektif :
-
-
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut :
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Mnunjukkan rasa senang
3) Pasien bersedia diajak berjabat tangan
4) Pasien bersedia menyebutkan nama
5) Ada kontak mata
6) Pasien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7) Pasien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Membantu pasien mengenal halusinasinya
c. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal mapupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap enpati dan menerima pasien apa adanya
7) Beri perhatian kepada pasien dan memperhatikan kebutuhan dasar psien
b. Bantu pasien mengenal halusinanya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Latih pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Tahapan Tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi
2) Peragakan cara menghardik halusinasi
3) Minta pasien memperagakan ulang
4) Pantau penerapan car aini dan beri penguatan pada perilaku pasien yang sesuai
5) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, Assalamualaikum mas… boleh saya kenalan dengan mas ? nama saya
perawat Ichrimah boleh panggil im, saya Mahasiswa dari Stikes William Booth
Surabaya, saya sedang praktik di sini dari pukul 16.00 sampai dengan jam 19.00 wib.
Kalau boleh saya tau nama mas siapa dan senang dipanggil apa”
b. Evaluasi/Validasi
“bagaimana perasan mas hari ini ? bagaimana tidurnya tadi siang ? ada keluhan
tidak ?
c. Kontrak
- Topik
“apakah mas tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? menurut mas
sebaiknya kita ngobrol apa yang ? bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini mas dengar tapi tidak tampak wujudnya ?”
- Waktu
“berapa lama kitab isa ngobrol ? mas maunya berapa menit ? Bagaimana 10-15
menit ? Bisa ?”
- Tempat
“Di mana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di tempat meja makan ini
ya ? mau ?
2. Fase Kerja
“Apakah mas mendengar suara tanpa ada wujudnya ?”
“apa yang dikatakan suara itu ?”
“apakah mas melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau makhluk ?”
“Seperti apa yang kelihatan ?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja ?”
“Kapan paling sering mas melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut ?”
“berapa kali sehari mas mengalaminya ?”
“pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri ?”
“apa yang mas lakukan saat mendengar suara bisiskan itu ?”
“bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”
“mas ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul”.
“yang pertama yaitu dengan cara mengharduk suara tersebut”.
“kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain”. Ketiga, Melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal”.
“Keempat, minum obat dengan cara teratur”.
”bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
“caranya seperti ini :
1. Saat suara-suara itu muncul, lansgung mas bilang dalam hati, “pergi!! Saya tidak
mau mendengar… saya tidak mau mendengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba mas peragakan. Nah begitu….
Bagus.. coba lagi.. Ya bagus mas suda bisa”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“bagimana persaan mas dengan obrolan kita tadi ? mas merasa senang tidak dengan
Latihan tadi ?”
Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang coba mas simpulkan pembicaran
kita tadi”.
b. Rencana tindak lanjut
“kalau suara-sura itu muncul lagi, silakan mas coba cara tersebut. Bagaimana kalau
kita buat jadwal latihannya.. mau jam berapa saja latihannya ?”.
(Masukkan kegiatan Latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien, jika mas melakukannya secara mandirimakan mas menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau temanmakaibu buat ibu,
jika mas tidak melakukannya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti ?).
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“Ibu bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang caranya berbicara dengan orang
lain saat suara-suara itu Kembali muncul?”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? sampai jumpa Besok,
Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 3
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN
Pertemuan : 2
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
Diskusikan dengan psien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? bagaimana kabarnya hari ini ? mas masih ingat dong dengan
saya ? mas sudah mandi belum ? Apakah mas sudah makan ?”.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini ? kemarin kita sudah berdiskusi tentang halusinasi,
apakah mas
c. Kontrak
- Topik
“apakah mas tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? menurut mas
sebaiknya kita ngobrol apa yang ? bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini mas dengar tapi tidak tampak wujudnya ?”
- Waktu
“berapa lama kitab isa ngobrol ? mas maunya berapa menit ? Bagaimana 10-15
menit ? Bisa ?”
- Tempat
“Di mana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di tempat meja makan ini
ya ? mau ?
2. Fase Kerja
“Apakah mas mendengar suara tanpa ada wujudnya ?”
“apa yang dikatakan suara itu ?”
“apakah mas melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau makhluk ?”
“Seperti apa yang kelihatan ?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja ?”
“Kapan paling sering mas melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut ?”
“berapa kali sehari mas mengalaminya ?”
“pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri ?”
“apa yang mas lakukan saat mendengar suara bisiskan itu ?”
“bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”
“mas ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul”.
“yang pertama yaitu dengan cara mengharduk suara tersebut”.
“kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain”. Ketiga, Melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal”.
“Keempat, minum obat dengan cara teratur”.
”bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
“caranya seperti ini :
1. Saat suara-suara itu muncul, lansgung mas bilang dalam hati, “pergi!! Saya tidak
mau mendengar… saya tidak mau mendengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba mas peragakan. Nah begitu….
Bagus.. coba lagi.. Ya bagus mas suda bisa”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“bagimana persaan mas dengan obrolan kita tadi ? mas merasa senang tidak dengan
Latihan tadi ?”
Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang coba mas simpulkan pembicaran
kita tadi”.
b. Rencana tindak lanjut
“kalau suara-sura itu muncul lagi, silakan mas coba cara tersebut. Bagaimana kalau
kita buat jadwal latihannya.. mau jam berapa saja latihannya ?”.
(Masukkan kegiatan Latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien, jika mas melakukannya secara mandirimakan mas menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau temanmakaibu buat ibu,
jika mas tidak melakukannya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti ?).
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana kalau kita besok berbincang bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara ke tiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? sampai jumpa Besok,
Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 4
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN
Pertemuan : 3
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
DS : pasien mengatakan masih mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Agar pasien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi fengan melakukan
aktifitas atau kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian pasien.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? masih ingat saya ? sip deh..”.
b. Evaluasi/Validasi
“mas tampak segar hari ini.. bagaimana perasaannya gari ini ? Sudah siap kita
berbincang-bincang lagi ?. masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah
mas masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin ?”.
c. Kontrak
- Topik
“Seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang
tentang suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan dengan cara
melakukan aktifitas/kegiatan harian”.
- Waktu
“kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih sekitar 10-15, bagaimana mas,
setuju ?”.
- Tempat
“dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau di tempat ini lagi gimana karna mas telihat nyaman di tempat
ini.. mas setuju ?”.
2. Fase Kerja
1. “cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita kemarin sudah berdiskusi tentang
cara yang pertama, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu mas menyibukkan diri
dengan cara berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk
melamun saja”.
2. “jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan kegiatan
seperti menyapa, mengepel, kalau ada kegiatan senam bermain pimpong Bersama
perawat dan teman-teman mas bisa ikut dalam kegiatan itu, atau juga bis ajika ada
perawat mengadakan kegiatan kelompok mas bisa tuh ikut ya, dan menyibukkan
dengan kegiatan lainnya”.
3. Fase Terminasi
a. - Evaluasi subjektif
“Tidak teras kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali mas mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang”.
- Evaluasi Objektif
“Coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ke 3 ?”.
b. Rencana tindak lanjut
“tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah diajarkan
tadi”.
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana mas kalau besok kita ngobrol tentang cara mengontrol halusinasi
dengan cara yang ke 4 yaitu dengan patuh minum obat secara teratur”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya mas ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, mas
setuju ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? baiklah kalau di tempat
ini lagi, sampai jumpa Besok, Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 5
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN
Pertemuan : 4
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
DS : pasien mengatakan sudah jarang mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Agar pasien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat teratur
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan minum obat teratur.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? masih ingat saya ? sip deh..”.
b. Evaluasi/Validasi
“mas tampak segar hari ini.. bagaimana perasaannya gari ini ? Sudah siap kita
berbincang-bincang lagi ?. masih ingat dengan kesepakatan kita kemarin, apa itu ?
apakah mas masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin”.
c. Kontrak
- Topik
“Seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang
tentang obat-obatan yang mas minum”.
- Waktu
“kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih sekitar 10-15, bagaimana mas,
setuju ?”.
- Tempat
“dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau di tempat ini lagi gimana karna mas telihat nyaman di tempat
ini.. mas setuju ?”.
2. Fase Kerja
“Ini obat yang harus mas minum setiaphari. Obat yang warnanya ini Namanya
risperidone warnanya putih dosisnya 2x2 mg dan yang clozapine warnanya kuning juga
dosisnya 2x25 mg. kedua obat ini di minumnya 2x sehari. Obat ini berfungsi untuk
mengendalikan suara-suara yang sering mas dengar sedangkan yang warna putih agar
mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut
kering, mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing tidak lancer. Sudah jelas mas ?
Tolong nanti mas sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini.
Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, gejala
seperti yang mas alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada 5 hal yang harus diperhatikan
oleh mas pada saat minum obat yaitu benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu
dan benar frekuensi, ingat ya mas?”.
3. Fase Terminasi
a. - Evaluasi subjektif
“Tidak teras akita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali mas mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang”.
- Evaluasi Objektif
“Coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ke 4 ?”.
b. Rencana tindak lanjut
“tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat”.
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana mas kalau besok kita ngobrol tentang cara mengontrol halusinasi
dengan cara yang ke 1-4, setuju tidak mas ?”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya mas ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, mas
setuju ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? baiklah kalau di tempat
ini lagi, sampai jumpa Besok, Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 6
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN
Pertemuan : 5
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Ajarkan mengevalusi cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Tindakan Keperawatan
Diskusikan dengan psien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik suara-siara
yang di dengar
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? bagaimana kabarnya hari ini ? mas masih ingat dong dengan
saya ? mas sudah mandi belum ? Apakah mas sudah makan ?”.
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini ? kemarin kita sudah berdiskusi tentang halusinasi,
apakah mas ?”
c. Kontrak
- Topik
“apakah mas tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? menurut mas
sebaiknya kita ngobrol apa yang ? bagaimana kalau kita ngobrol evaluasi cara
menghardik suara dan sesuatu yang selama ini mas dengar tapi tidak tampak
wujudnya ? bagaimana apa mas setuju ?”
- Waktu
“berapa lama kitab isa ngobrol ? mas maunya berapa menit ? Bagaimana 10-15
menit ? Bisa ?”
- Tempat
“Di mana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di tempat meja makan ini
ya ? mau ?
2. Fase Kerja
“nah kemarin kita sudah Latihan gimana cara menghardik”
”bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
“Sekarang kita mengevaluasi yang sudah kemarin kita Latihan cara menghardik”
“caranya seperti ini :
1. Saat suara-suara itu muncul, lansgung mas bilang dalam hati, “pergi!! Saya tidak
mau mendengar… saya tidak mau mendengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba mas peragakan. Nah begitu….
Bagus.. coba lagi.. Ya bagus mas sudah bisa”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“bagimana perasaan mas dengan obrolan kita tadi ? mas merasa senang tidak dengan
Latihan tadi ?”
Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang coba mas simpulkan pembicaran
kita tadi”.
b. Rencana tindak lanjut
“kalau suara-sura itu muncul lagi, silakan mas coba cara tersebut. Bagaimana kalau
kita buat jadwal latihannya.. mau jam berapa saja latihannya ?”.
(Masukkan kegiatan Latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien, jika mas melakukannya secara mandirimakan mas menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman buat mas, jika mas
tidak melakukannya maka mas tulis T. apakah mas mengerti ?).
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana kalau kita besok berbincang bincang lagi tentang mengevaluasi cara
mengontrol halusinasi dengan cara ke tiga yaitu menyibukkan diri dengan
kegiatan yang bermanfaat”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? sampai jumpa Besok,
Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 7
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN
Pertemuan : 6
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
Diskusikan dengan psien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? bagaimana kabarnya hari ini ? mas masih ingat dong dengan
saya ? mas sudah mandi belum ? Apakah mas sudah makan ?”.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini ? kemarin kita sudah berdiskusi tentang halusinasi,
apakah mas
c. Kontrak
- Topik
“apakah mas tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? menurut mas
sebaiknya kita ngobrol apa yang ? bagaimana kalau kita ngobrol evaluasi tentang
suara dan sesuatu yang selama ini mas dengar tapi tidak tampak wujudnya ?”
- Waktu
“berapa lama kitab isa ngobrol ? mas maunya berapa menit ? Bagaimana 10-15
menit ? Bisa ?”
- Tempat
“Di mana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di tempat meja makan ini
ya ? mau ?
2. Fase Kerja
“Apakah mas mendengar suara tanpa ada wujudnya ?”
“apa yang dikatakan suara itu ?”
“apakah mas melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau makhluk ?”
“Seperti apa yang kelihatan ?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja ?”
“Kapan paling sering mas melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut ?”
“berapa kali sehari mas mengalaminya ?”
“pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri ?”
“apa yang mas lakukan saat mendengar suara bisiskan itu ?”
“bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”
“mas ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul”.
“yang pertama yaitu dengan cara menghardik suara tersebut”.
“kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain”. Ketiga, Melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal”.
“Keempat, minum obat dengan cara teratur”.
”bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan mengevaluasi cara ke 2 yang
sudah pernah saya ajarkan yaitu bercakap-cakap dengan orang lain atau berkenalan
dengan teman-teman yang ada di kamar mas”.
“caranya seperti ini :
1. “Permisi saya boleh kenal dengan masnya ? nama mas siapa ? perkenalkan nama
saya mas K, salam kenal ya mas semoga bisa berteman baik sama masnya,
terimakasih”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“bagimana persaan mas dengan obrolan kita tadi ? mas merasa senang tidak dengan
Latihan tadi ?”
Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang coba mas simpulkan pembicaran
kita tadi”.
b. Rencana tindak lanjut
“kalau suara-sura itu muncul lagi, silakan mas coba cara tersebut. Bagaimana kalau
kita buat jadwal latihannya.. mau jam berapa saja latihannya ?”.
(Masukkan kegiatan Latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien, jika mas melakukannya secara mandirimakan mas menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau temanmakaibu buat ibu,
jika mas tidak melakukannya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti ?).
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana kalau kita besok berbincang bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara ke tiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya ? bagaimana kalau besok jam 10.00 Wib, bisa ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? sampai jumpa Besok,
Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 8
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN
Pertemuan : 7
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
DS : pasien mengatakan sudah jarang mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Agar pasien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi fengan melakukan
aktifitas atau kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian pasien.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? masih ingat saya ? sip deh..”.
b. Evaluasi/Validasi
“mas tampak segar hari ini.. bagaimana perasaannya gari ini ? Sudah siap kita
berbincang-bincang lagi ?. masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah
mas masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin ?”.
c. Kontrak
- Topik
“Seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang
tentang suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan dengan cara
melakukan aktifitas/kegiatan harian”.
- Waktu
“kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih sekitar 10-15 menit, bagaimana
mas, setuju ?”.
- Tempat
“dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau di tempat ini lagi gimana karna mas telihat nyaman di tempat
ini.. mas setuju ?”.
2. Fase Kerja
1. “cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita kemarin sudah berdiskusi tentang
cara yang pertama, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu mas menyibukkan diri
dengan cara berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk
melamun saja”.
2. “jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan kegiatan
seperti menyapa, mengepel, kalau ada kegiatan senam bermain pimpong Bersama
perawat dan teman-teman mas bisa ikut dalam kegiatan itu, atau juga bis ajika ada
perawat mengadakan kegiatan kelompok mas bisa tuh ikut ya, dan menyibukkan
dengan kegiatan lainnya”.
3. Fase Terminasi
a. - Evaluasi subjektif
“Tidak teras kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali mas mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang”.
- Evaluasi Objektif
“Coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ke 3 ?”.
b. Rencana tindak lanjut
“tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah diajarkan
tadi”.
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana mas kalau besok kita ngobrol mengevaluasi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ke 4 yaitu dengan patuh minum obat secara teratur”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya mas ? bagaimana kalau besok jam 10.30 Wib, mas
setuju ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? baiklah kalau di tempat
ini lagi ya mas, sampai jumpa Besok, Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 9
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
CORE PROBLEM : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN
Pertemuan : 8
Hari/tanggal :
Nama Pasien : Tn. K.B
Ruangan : Gelatik 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
DO : pasien tampak tenang
DS : pasien mengatakan sudah jarang mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Agar pasien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat teratur
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan minum obat teratur.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi, mas ? masih ingat saya ? sip deh..”.
b. Evaluasi/Validasi
“mas tampak segar hari ini.. bagaimana perasaannya gari ini ? Sudah siap kita
berbincang-bincang lagi ?. masih ingat dengan kesepakatan kita kemarin, apa itu ?
apakah mas masih mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin”.
c. Kontrak
- Topik
“Seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang
mengevaluasi tentang obat-obatan yang mas minum”.
- Waktu
“kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih sekitar 10-15, bagaimana mas,
setuju ? baiklah ”.
- Tempat
“dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau di tempat ini lagi gimana karna mas telihat nyaman di tempat
ini.. mas setuju ?”.
2. Fase Kerja
“Ini obat yang harus mas minum setiaphari. Obat yang warnanya ini Namanya
risperidone warnanya putih dosisnya 2x2 mg dan yang clozapine warnanya kuning juga
dosisnya 2x25 mg. kedua obat ini di minumnya 2x sehari. Obat ini berfungsi untuk
mengendalikan suara-suara yang sering mas dengar sedangkan yang warna putih agar
mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut
kering, mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing tidak lancer. Sudah jelas mas ?
Tolong nanti mas sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini.
Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, gejala
seperti yang mas alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada 5 hal yang harus diperhatikan
oleh mas pada saat minum obat yaitu benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu
dan benar frekuensi, ingat ya mas?”.
3. Fase Terminasi
a. - Evaluasi subjektif
“Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali mas mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang dengan saya ”.
- Evaluasi Objektif
“Coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ke 4 ini, oke bagus mas..
selalu di ingat-ingat yang sudah saya ajarkan kepada mas K ya ?”.
b. Rencana tindak lanjut
“tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat”.
c. Kontrak yang akan datang :
- Topik
“bagaimana mas kalau besok kita ngobrol tentang cara mengontrol halusinasi
dengan cara yang ke 1-4, setuju tidak mas ?”.
- Waktu
“kira-kira waktunya kapan ya mas ? bagaimana kalau besok jam 09.00 Wib, mas
setuju ?”.
- Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya ? baiklah kalau di tempat
ini lagi, sampai jumpa Besok, Wassalamualaikum”.
LAMPIRAN 10
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
1. Identitas
Nama : Tn. K.B
No. Registrasi : -
Umur : 28 Tahun
Tanggal MRS : 22 November 2021
Alamat : Gresik
Tanggal pengkajian : 23 November
2. Diagnosa Medis : Skizofrenia simplek
Terapi Medis : - Rsiperidone 2x2 mg
- Clozapine 2x25 mg
3. Pengakajian
- Data Subjektif :
Pasien mengatakan Namanya Khabib bulloh, berusia 28 tahun, belum menikah, ia
adalah anak ke 3 dari 9 bersaudara. Ia juga mengatakan kesini diantar oleh kakaknya
karena keluyuran di cari tidak ketemu, akhirnya kakaknya di telfon oleh warga setempat.
Pasien mengatakan keluyuran kabur dari rumah dikarenakan ada yang membisikkan di
telinganya dengan menakutinya
- Data Objektif :
Pasien Kooperatif saat di tanya oleh perawat, tampak bangun tidur, pasien tampak
kebingungan
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
5. Rencana Tindakan :
- Tujuan Umum
Pasien dan keluarga mampu mengatasi atau mengendalikan halusinsi pendengaran
- Tujuan Khusus :
a). Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b). Pasien mempu mengenali halusinasi yang dialaminya dan mengikuti progam
pengobatan secara optimal
c). Pasien mampu mengontrol halusinasinya
6. Implementasi Keperawatan
SP 1 :
a. BHSP
b. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
c. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik
g. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal harian
7. Evaluasi Keperawatan
S : pasien mengatakan kadang masih terdengar bisikan di telinga
O : Kooperatif, pasien tampak bingung
A : SP 1 Teratasi
P : lanjt SP 2
LAMPIRAN 11
A : SP 1 teratasi
P : Lanjut SP 2
LAMPIRAN 12
A : SP 1 teratasi
P : Lanjut SP 2
LAMPIRAN 13
Data Penunjang :
- Swab Antigen negatif
7. Implementasi :
1. Membina hubbungan saling peracaya dengan klien
2. Membantu pasien menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang
lain
3. Membantu klien berkenalan dengan perawat
4. Membantu klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih
8. Evaluasi :
S : Pasien tidak mau menjawab saat dikaji, menjawab seperlunya, tetapi pasien sudah
mampu menyebutkan nama perawat
O : Pasien tidak kooperatif, selalu menunduk, dan hanya menggunakan bahasa isyarat
A : SP 1 belum teratasi
P : Tetap lanjutkan SP 1
LAMPIRAN 14
RESUME
1. Identitas
Nama Pasien : Tn. B
No. Register : 480XX
Umur : 31 tahun
Tanggal MRS : 17 November 2021
Alamat : Klopo Sepuluh Kec. Sukodono Kab. Sidoarjo
Tanggal Pengkajian : 18 November 2021
3. Pengkajian
a. Data Subjektif : pasien mengatakan tidak memiliki teman di ruangan pasien lebih
senang menyendiri.
b. Data Objektif : pasien tampak duduk ditempat tidur, saat ditanya kontak mata kurang,
pasien tidak kooperatif, saat ditanya pasien sering menoleh dilingkungan sekitar.
c. Data Penunjang :
- DL
- Swab antigen
- Rontgen Thorax
LAMPIRAN 15
1. Identitas
Nama Pasien : Tn. N
No. Register : 05.xx.xx
Umur : 39 thn
Tanggal MRS : 14 November 2021
Alamat : Tuban
Tanggal Pengkajian : 23 November 2021
2. Diagnosa Medis : F.20.3 Skizofrenia tak terinci dan ketidakpatuhan
pengobatan
Terapi Medis : TFP 2x5 mg
Clozaphine 2x25 mg
THD 2x2mg
Injekasi Haloperidol 5mg Im sehabis makan siang
3. Pengkajian
Data Subjektif :
Pasien mengatakan Namanya Tn.N berusia 39 tahun beragama islam dan belum menikah.
Orang tua sudah meninggal yaitu bapaknya. Tn.N adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara.
Tn.N mengatakan ke sini diantar oleh kepala desa karena katanya dirinya setress. Ia
mengatakan dirumah sangat senang berkumpul dengan ibu dan adiknya yang terakhir Tn.N
mengatakan sangat menyayangi ibu dan adiknya. Tn.N mengatakan biasa saudaranya
memarahi ibunya, Tn.N sakit hati dengan perlakuan saudaranya tetapi tidak menyimpan
dendam dalam hati. Tn.N sangat menghoramti ibunya karena surge dibawah kaki ibu.
Data Objektif :
Pasien sedang duduk, kooperatif, saat berbinvang-bincang adanya kontak mata dengan
pasien, pasien senyum-senyum kalau menceritakan ibu dan adiknya, Tn.N selalu terlihat
berdoa selalu saat interaksi.
Data Penunjang :
- DL = Leukosit : 12.002
- Swab Antigen negatif
- Rontgen Thorax dbn
4. Diagnosa Keperawatan : Waham Agama
5. Rencana Tindakan :
a. Tujuan Umum
Klien dan keluarga mampu mengatasi dan mengendalikan isi pikir dan kegiatan
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
4) Klien dapat berhubungan dengan realitas
5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
6) Klien dapat dukungan dari keluarga
6. Implementasi :
1) Membantu orientasi realita
2) Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
7. Evaluasi :
S : Pasien mengatakan kepala desa tidak seimbang dengan kiai-kiai dan sesepuh karena
perbedaan mereka sangat jauh dan allah subahanawata allah tidak seimbang dengan mereka
O : Kooperatif dan setiap interaksi Tn.N selalu mengucapkan doa dan mengusap wajahnya
seperti sehabis berdoa
A : SP 1 belum teratasi
P : Tetap lanjutkan sp 1