N
DENGAN GANGGUAN HALUSINASI STASE KEPERAWATAN JIWA DI
RUANG YUDISTIRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
Disusun Oleh :
Dewi Sartika
Febriadi
Mahdalena
Pebri Arliansyah
Rossy Irdawati
Sabri Yunus
PEMBIMBING AKADEMIK :
PEMBIMBING LAPANAGAN :
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep teoritis mengenai halusinasi
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien halusinasi
3. Untuk mengetahui strategi pelaksaaan pada pasien halusinasi
2.2 Etiologi
Menurut Yosep (2014) faktor penyebab halusinasi dibagi menjadi dua yaitu :
1. Faktor presdisposisi
a. Faktor Perkembangan : Tugas perkembangan klien yang terganggu
misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan
lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural :Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan
sejak bayi sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya
c. Faktor Biokimia : Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
d. Faktor Psikologis : Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh : Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat
yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia .
Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-
sosio spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu :
a. Dimensi Fisik : Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional : Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem
yang tidak dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual : Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami
penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang
akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial : Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase
awal dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya seolah-
olah itu tempat untuk bersosialisasi.
e. Dimensi Spiritual : Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas
beribadah. Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak
jelas tujuan hidupnya.
2.3 Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala pasien halusinasi menurut Keliat (2019) yaitu sebagai
berikut :
Tanda Dan Gejala Mayor
Subjektif Objektif
1. Mendengar suara orang bicara tampa 1. Bicara sendiri
ada orangnya. 2. Tertawa sendiri
2. Melihat orang, benda atau sinar tampa 3. Melihat ke satu arah
ada objeknya
4. Mengarahkan telinga ke arah tertentu
3. Mengirup bau-bauan yang tidak 5. Tidak dapat memfokuskan pikiran
sedap, seperti bau badan padahal tidak
6. Diam sambil menikmati halusinasi
4. Merasakan pengecapan yang tidak
enak
5. Merasakan rabaan atau gerakan badan
Effect
Halusinasi
Causa
Koping Individu Tidak Efektif
c. Trihexyphenidil (THP)
1) Indikasi : Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit
parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh
virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom
Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
2) Mekanisme kerja : Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat
kiniden; obat depreson, dan antikolinergik lainnya.
3) Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan),
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
4) Kontra indikasi : Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap
trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis,
hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
5) Penggunaan obat : Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan
dosis
3x2 mg sebagai anti parkinson.
3. Non farmakologi
a. Psikoterapi yang dapat membantu klien adalah terapi suportif individu atau
kelompok serta bimbingan praktis. Halusinasi seharusnya ditantang/
dibantah secara langsung. Perawat berusaha agar secara langsung atau
secara bertahap klien kembali ke realita.
b. Terapi Okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas atau tugas yang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat & meningkatkan
kemampuan seseorang dan untuk mempermudah belajar fungsi sehari-hari
dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan
lingkungan.
c. Terapi Aktivitas Kelompok merupakan untuk terapi yang dilakukan atas
kelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lainnya,
yang dipimpin/ diarahkan oleh seorang terapis yang membangkitkan
motivasi bagi kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
d. Penerapan strategi pelaksanaan (SP)
SP SP Pasien SP keluarga
1 1. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, 1. Diskusikan masalah yg dirasakan
waktu terjadi, situasi pencetus, dalam merawat pasien
perasaan, respon 2. Jelaskan pengertian, tanda dan
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: gejala, dan proses terjadinya
hardik, obat, bercakap-cakap, halusinasi (gunakan booklet)
melakukan kegiatan 3. Jelaskan cara merawat halusinasi
3. Latih cara mengontrol halusinasi 4. Latih cara merawat halusinasi:
dengan cara menghardik hardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
5. Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan menghardik
jadwal dan memberi pujian
2 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian. merawat/melatih pasien
2. Latih cara Mengontrol halusinasi menghardik. Beri pujian
dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas obat
minum obat). 3. Latih cara memberikan/
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk membimbing minum obat
latihan menghardik dan minum obat. 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian
3 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan obat. Beri pujian merawat/ melatih pasien
2. Latih cara mengontrol halusinasi menghardik dan memberikan obat.
dengan bercakap-cakap saa terjadi Beri pujian
halusinasi 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk melakukan kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat dan mengontrol halusinasi
bercakap-cakap 3. Latih dan sediakan waktu
bercakap-cakap dengan pasien
terutama saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
4 1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik,obat dan bercakap-cakap. merawat/melatih pasien
Beri pujian menghardik, memberikan obat dan
2. Latih caramengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap. Beri pujian
melakukan kegiatan harian (mulai 2 2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
kegiatan) tanda kambuh, rujukan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 3. Anjurkan membantu pasien
latihan menghardik, minum obat, sesuai jadual dan memberikan
bercakap- cakap dan kegiatan harian pujian
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengarah
b. Isolasi social
c. Resiko perilaku kekerasan
d. Harga diri rendah
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan Asuhan Keperawatan
Kognitif, klien mampu:
1. Menyebutkan penyebab halusianasi
2. Menyebutkan kan karakteristik halusinasi yang dirasakan: jenis, frekunsi,
durasi, waktu, situasi yang menyebabkan dan respons.
3. Menyebutkan akibat yang timbul dari halusinasi.
4. Menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasi
5. Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat.
Psikomotor, klien mampu:
1. Melawan halusinasi dengan menghardik.
2. Mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek.
3. Mengalihkan halusinasi dengan distraksi yaitu bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas
4. Minum obat dengan 8 benar, yaitu benar nama, benar obat, benar manfaat,
benar dosis, benar frekuensi, benar cara, benar tanggal kedaluwarsa, dan
benar dokumentasi.
Afektif :
1. Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi.
2. Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan.
Tindakan Keperawatan
Tindakan pada klien
1. Tindakan keperawatan ners
Tindakan keperawatan
1. Latih klien melawan Halusinasi dengan menghardik
2. Latih klien mengabaikan Halusinasi dengan bersikap cuek
3. Latih klien mengalihkan Halusinasi dengan bercakap cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur
4. Latih klien minum obat dengan prinsip delapan benar yaitu benar nama klien,
benar nama obat, benar manfaat obat, Benar Dosis obat, benar frekuensi, benar
cara, benar tanggal kedaluwarsa dan benar dokumentasi.
5. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan Halusinasi.
6. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
Halusinasi.
Tindakan pada keluarga
a. Tindakan keperawatan ners
1. kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya Halusinasi
yang dialami klien.
3. Diskusikan cara merawat Halusinasi dan memutuskan cara merawat yang
sesuai dengan kondisi klien.
4. Melati keluarga cara merawat Halusinasi:
5. Menghindari situasi yang menyebabkan halusinasi.
6. Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan Halusinasi
sesuai dengan yang dilatih Perawat kepada klien.
7. Memberi pujian atas keberhasilan klien.
8. Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap cakap secara
bergantian, memotivasi klien melakukan latihan dan memberi pujian atas
keberhasilan nya.
9. Menjelaskan tanda dan gejala Halusinasi yang memerlukan rujukan segera
yaitu isi Halusinasi yang memerintahkan kekerasan, serta melakukan
Follow up Ke pelayanan kesehatan secara teratur.
Tindakan kolaborasi
1. Satu. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR & TBaK.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. N
Umur : 33 Tahun
No. CM 085309
Tanggal MRS : 18 februari 2022
Tanggal Masuk
Ruang : yudistira
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
YA
TIDAK
2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Tidak berhasil
Kurang berhasil
3. Anggota keluarga yang gangguan jiwa
YA
TIDAK
Jika ada
Hubungan keluarga : -
Gejala :-
Riwayat pengobatan : -
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan sudah sering keluar masuk RSJ. Klien mengatakan
bahwa dirinya ingin sekali kuliah, berdasasrkan cerita yang disampaikan
oleh klien, klien mengatakan bahwa dulu dirinya pernah berkuliah di
salah satu universitas. Namun dikarenakan terkendala oleh biaya maka
klien harus berhenti untk kuliah.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
HR : 76 x/i
S : 36.7 oC
RR : 20 x/i
2. Ukur
BB : Kg
TB : cm
3. Keluhan fisik
Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
Jelaskan :
Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, sebelumnya klien tingggal
bersama orang tuanya.
Konsep Diri:
a. Citra Tubuh :
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya karena masih
berfungsi dengan normal semua.
b. Identitas :
Klien mengatakan namanya adalah Nopri dan klien merupakan
seorang anak.
c. Peran :
klien mengatakan bahwa ia merupakan anak laki-laki dan saat ini
belum menikah.
d. Ideal Diri :
Klien mengatakan tidak puas dengan kehidupannya. Karena klien
ingin kuliah seperti dulu.
e. Harga Diri :
Klien mengatakan merasa sedih dan malu dengan kondisinya.
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam kehidupannya
adalah kedua orang tua.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
klien mengatakan semenjak sakit dirinya tidak pernah lagi
mengikutu kegiatan yang ada di masyarakat ataupun lingkungan
sekitar.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain kurang.
Karena klien dulu pernah di rawat di RSJ sehingga membuat warga
menjadi sedikit takut.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien merupakan seorang yang beragama islam, klien juga
meyakini adanya tuhan
b. Kegiatan ibadah
Saat dalam masa perawatan di RSJ klien mengatakan selalu shalat
dan berdoa.
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, toileting,
dan pemakaian sarana / prasarana atau instrumentasi dalam mendukung
penampilan, apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Pada saat pengkajian penampilan klien dalam berpakaian rapi, bersih, toileting,
mandi dan penggunaan sarana/prasarana pendukung tampak sesuai.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Klien kalau di ajak berkomunikasi bisa menjawap dengan baik dan tidak lambat,
klien juga bisa diajak berinteraksi dalam waktu yg cukup lama dan tetap fokus.
3. Aktivitas motorik
Lesu Tik
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan :
Klien mengatakan bisa melakukan kegiatan sehari-hari. Dan berdasarkan dari
observasi klien merupakan salah satu pasien yang sangat aktiffv dalam
bergerak.
4. Alam perasaan
Sedih Khawatir
Ketakutan Gembira berlebihan
Putus asa
Jelaskan :
Pada saat pengkajian ekspresi klien tampak sedih dan ketika sudah
bernyanyi klien tampak gembira berlebihan
5. Afek
Labil Datar
Tumpul Tidak sesuai
7. Persepsi - Sensorik
Halusinasi / Ilusi ?
Ada / Tidak ?
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan
Jelaskan
Data Subjektif
Isi Halusinasi : Klien mengatakan mendengar suara-suara
mengajak dia berbicara (mengobrol)
Frekuensi : Klien mengatakan saat dirumah sakit suara-
suara tersebut sesekali terdengar.
Waktu : Ketika klien sendirian terkadang suara-suara
tersebut muncul
Respon : Saat halusinasi datang pasien hanya
menggelengkan kepalanya untuk mengusir suara-suara tersebut.
Data Objektif : . Pada saat diluar ruangan klien tampak tenang
mau mengikuti kegiatan. pada saat didalam ruangan klien tampak
gelisah sering bernyanyi dan tampak mondar mandir Pada saat
berbincang- bingcang klien tampak koperatif
Masalah Keperawatan:
Gangguan Persepsi-sensori: pendengaran
8. Isi pikir
Obsesi Depersonalisasi
Phobia Ide yang terkait
Hipokondria Pikiran magis
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar pikir
Curiga Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah Keperawatan: Tidak ada
9. Proses pikir
Circumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan
pembicaraan/ perseverasi
Jelaskan :
Pada saat pengkajian klien mampu menjawab sesuai apa yang ditanyakan
oleh perawat, dan mampu mencapai tujuan saat berinteraksi, pertanyaan
yang diulang-ulang, terkadang pembicaraan klien meloncat dari satu
topik ke topik yang lain. Dan sesekali klien terdiam saat ingin
menceritakan tentang masa lalunya.
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat saat
jangka panjang ini
Gangguan daya ingat Konfabulasi
jangka pendek
Jelaskan :
Klien mampu untuk menjelaskan hal-hal yang terjadi di masa lalu dan
sekarang.
Makanan Transportasi
Keamanan Tempat Tinggal
Perawatan Kesehatan Uang
Jelaskan :
Klien mampu untuk makan dengan sendiri, klien juga dapat untuk mengambil
minumnya dengan sendiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Ya
Tidak
Frekuensi makan sehari : .3 kali
Frekuensi kedapan sehari : 3 kali
Nafsu makan :
Meningkat Berlebihan
Menurun Sedikt-Sedikit
Berat
bada
n:
Men
ingk
at
Men
urun
BB terendah : .......... Kg BB tertinggi
............. Kg
Jela
ska
n:
Pada saat dilakukan pengjakian tidak ada penurunan maupun
kenaikan berat badan.
b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? YA
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? YA
Apakah ada kebiasaan tidur siang? YA
Lama tidur siang : 1 JAM
Apa yang menolong tidur ? -
Tidur malam jam : 22.00 WIB , berapa jam :
8 Jam
Apakah ada gangguan
tidur ?
Sulit untuk tidur Terbangun
saat tidur Bangun terlalu pagi
Gelisah saat tidur Somnambulisme
Berbicara saat tidur
Jela
ska
n:
Klien mengatakan memiliki masalah pada saat tidur, saat setelah bangun
tidur klien merasa segar dan klien memiliki kebiasaan tidur siang, biasanya
klien tidur siang ± 1 jam. Klien biasa tidur malam dari pukul 22.00 wib-
pukul 06.00 WIB,
± 7 jam.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
masalah
c. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Klien mengonsumsi obat dengan bantuan minimal yaitu
dibantu oleh perawat.
3. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
Jelaskan:
Saat ini klien membutuhkan perawatan lanjutan di rumah sakit jiwa (ruang
yudistira).
4. Aktifitas Didalam Rumah
YA TIDAK
Mempersiapjan makanan
Menjaga kerapian rumah
Mencuci piring
H. MEKANISME KOPING
Adaptif: Maladaptif:
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Berkerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Beribadah
Lainnya:........................
K. ASPEK MEDIS
Diagnosis medis : Skizofernia
Terapi medis : -Olanzapine 5ml 2x1
-Lorazepam 2ml 1x1
L. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
ANALISA DATA
No Masalah
P : - mengevaluasi cara
menghardik
- mengajarkan bersikap
cuek terhadap halusinasi.
- mengevaluasi bersikap
cuek dengan halusinasi
P : - mengevaluasi bersikap
cuek terhadap halusinasi
- mengevaluasi
mengalihkan halusinasi
dengan bercakap-cakap
A. Pemgkajian
Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format
pengkajian perawatan jiwa yang telah di tetapkan. Data yang dikumpulkan
berdasarkan wawancara langsung dengan klien, dari data catatan keperawatan dan
medis ditemukan kesenjangan antara data-data teoritis dengan apa yang didapat
dengan kasus dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan hanya melalui
wawancara dengan klien, observasi dan dari pendokumentasian keperawatan
diruangan.
Setelah melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi di Ruang Yudistira RSJD Jambi mulai dari tanggal 02
Juni 2022 ditemukan beberapa kesenjangan antara konsep teoritis dengan studi
dilapangan yang dilakukan oleh penulis maka dari itu penulis akan membahas
kesenjangan tersebut. Tanda dan gejala menurut teori antara lain berbicara,
senyum, dan ketawa sendiri, pergerakan mata cepat, respon verbal lambat,
menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain,
tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata,
terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, perhatian
dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi
dengan pengalaman sensorinya, curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang
lain dan lingkungannya) dan takut, sulit berhubungan dengan orang lain, ekspresi
muka tegang, mudah tersinggung, jengkel, marah, dan tidak mampu mengikuti
perintah. Sedangkan pada klien data yang ditemukan yaitu klien tampak sering
melamun, berbicara atau ngoceh- ngoceh sendiri, kadang tampak sedih dan
mengatakan melihat bayangan aneh tanpa wujudnya.
Faktor presitipasi Klien dating ke IGD diantar oleh orang dinsos dari
merangin dengan keluhan gelisah. Klien merasa gelisah, menangis dan berteriak,
mengamuk, memukul temannya dan memukul diri sendiri. Klien keluyuran dan
meresahkan warga sekitar. Klien dilaporkan oleh warga karena mengganggu
lingkungan dan merusak fasilitas umum. Keluarga mengatakan klien sulit
diarahkan, sulit tidur, mudah emosi, marah- marah tanpa sebab dan suka
mengancam. Warga sekitar merasa ketakutan karena terdapat perilaku kekerasan
pada pasien sehingga meresahkan warga. Klien merupakan pasien rawat ulang.
Klien mengatakan sudah sering keluar masuk RSJ. Klien mengatakan bahwa
dirinya ingin sekali kuliah, berdasasrkan cerita yang disampaikan oleh klien, klien
mengatakan bahwa dulu dirinya pernah berkuliah di salah satu universitas. Namun
dikarenakan terkendala oleh biaya maka klien harus berhenti untuk kuliah.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dimana
perawat dengan pendidikan dan pengalamannya mampu dan mempunyai izin untuk
mengatasinya. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada kasus ini adalah
gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran dimana dikasus klien mengatakan
bahwa ia mendengar suara bisikan seperti orang memanggil namanya dan mengajak
dirinya mengobrol. Klien tampak gelisah, mondar-mandir, berbicara sendiri.
C. Intervensi
Perencanaan keperawatan yang disusun mengacu pada tinjauan teori dan
disesuaikan dengan kondisi klien. Rencana keperawatan yang dapat disusun pada
Tn.N adalah dengan halusinasi pendengaran. Pada masalah halusinasi ini penulis
merencanakan intervensi keperawatan yaitu membina hubungan saling percaya,
membantu klien mengenali halusinasi melatih klien mengontrol halusinasi dengan
menghardik halusinasi dan bercakap-cakap untuk halusinasi pendengaran.
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada kasus ini yang pertama membina hubungan
saling percaya, membantu klien mengenali halusinasi dan melatih klien mengontrol
halusinasi dengan menghardik halusinasi seperti mengajarkan cara “Pergi-pergi, kamu
suara palsu, kamu tidak nayata, saya tidak mau mendengar kamu” dan bercakap-
cakap untuk halusinasi pendengaran dengan cara mengajarkan pasien bercerota
kepada perawat dan teman sekamar saat mendengar halusinasi, seperti bercakap-
cakap mengenai hobi dan hal yang disukai.
Ada beberapa jurnal pendukung mengenai implementasi pada kasus diatas salah
satunya implmentasi dengan cara menghardik. Menghardik halusinasi adalah upaya
mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang
muncul. Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul
atau tidak mempedulikan halusinasinya. tindakan menghardik terbukti mampu
mengontrol halusinasi dimana terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi dan
terjadi peningkatan pasien dalam mengontrol halusinasi. (Pratiwi 2018).
Menurut hasil riset Karina (2013) saat melakukan terapi menghardik responden
menjadi lebih fokus dan berkonsentrasi pada halusinasinya. Sehingga
memungkinkan beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neurotransmitter
tidak berlebihan. Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya. Jika bisa dilakukan dengan baik
dan benar, maka klien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul.
Menurut Karina Anggraini, dkk dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh
Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada Pasien
Skizofrenia di RSJD Dr. Aminogondohutomo Semarang” penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh menghardik terhadap penurunan tingkat
halusinasi dengar, dengan p-value 0,000. Seluruh responden 40 (100%)
mengalami penurunan halusinasi dengar ringan setelah dilakukan terapi
menghardik dengan menutup telinga.
Hal yang sama disampaikan oleh Is Susilaningsih tahun (2019) dalam
jurnalnya yang berjudul “Penerapan Strategi Pelaksanaan: Teknik Menghardik
Pada Ny.T Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran” didapatkan hasil yang
maksimal ini didukung oleh beberapa faktor, seperti faktor internal yaitu
pendidikan, umur dan motivasi memudahkan Ny. T menyerap pengetahuan
mengenai cara mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
Lidia Kumala Dewi dan Yuni Sandra Pratiwi tahun (2021) dalam jurnal yang
berjudul “Penerapan Terapi Menghardik Pada Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran” Kesimpulan studi kasus ini bahwa terapi menghardik
efektif dalam menurunkan tanda gejala halusinasi dan meningkatkan kemampuan
mengontrol halusinasi. Saran bagi perawat diharapkan dapat menerapkan terapi
menghardik sebagai upaya mengontrol halusinasi.
Murni Pratiwi dan Heri Setiawan tahun (2018) dalam jurnal yang berjudul “Tindakan
Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah
Sakit Jiwa” Hasil penelitian menunjukan bahwa Hasil evalaluasi terhadap masalah klien
skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pada Sdr. Sa dan Sdr. So didapatkan
bahwa efektifitas setelah dilakukan latihan menghardik halusinasi terhadap kedua klien
ditunjukan dengan adanya penurunan tanda gejala yang terdapat pada klien Sdr. Sa yaitu 87%
sedangkan pada Sdr. So yaitu 67%.
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa hasil jurnal diatas bahwa cara menghardik
itu memiliki efektifitas untuk pasien halusinasi dalam menurunkan tanda dan gejala
maupun tingkatan dari halusinasi itu sendiri. Sehingga diharapkan perawat Rumah
Sakit dapat menerapkan cara menghardik sebagai salah satu intervensi jika ada pasien
yang mengalami halusinasi pendengaran.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi mengenai membina hubungan saling percaya klien
sudah mampu mengobrol dengan perawat, kemudian klien sudah bisa menghardik
halusinasi secara mandiri seperti disaat halusinasi pasien menutup telinga dan
mengatakan “pergi-pergi.. kamu tidak nyata, kamu suara palsu, saya tidak mau dengar.
Kemudian untuk implemnetasi bercakap-cakap klien sudah mampu mengajak perawat
bercerita untuk mmendengarkan musik saat halusinasi muncul
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian dilakukan menggunakan format asuhan keperawatan jiwa yang
telah ditetapkan. Data dikumpulkan berdasarkan hasil observasi dan wawancara
langsung kepada klien, setelah dilakukan observasi di wawancara diteggakn
diagnosa sesuai dengan tanda dan gejala yang dialami klien seperti mendengar
suara bisikan memanggil dirinya dan mengajak mengobrol, serta saat diobservasi
klien tampak mondar-mandir, berbicara sendiri, ketawa sendiri dan berbicara
sendiri kemudian dari data yang ditemukan tersebut dirumuskan diganosa yaitu
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pedengarakan berdasarkan teori dan tanda
gejala yang dialami pasien tersebut. Implementasi yang dilakukan pada kasus ini
yang pertama membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenali
halusinasi dan melatih klien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
seperti mengajarkan cara “Pergi-pergi, kamu suara palsu, kamu tidak nayata, saya
tidak mau mendengar kamu” dan bercakap-cakap untuk halusinasi pendengaran
dengan cara mengajarkan pasien bercerota kepada perawat dan teman sekamar saat
mendengar halusinasi, seperti bercakap-cakap mengenai hobi dan hal yang disukai.
Setelah dilakuka implemtasi klien tampak sudah bisa menghardika halusinasi dan
bercakap-cakap untuk mengurangi halusinasinnya.
B. Saran
a. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dengan adanya adanya laporan ini diharapkan dapat dijadikan
referensi untuk meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa halusinasi.
b. Manfaat Bagi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber informasi, bacaan dan referensi mahasiswa
keperawatan tentang cara meningkatkan asuhan keperawatan pada
klien dengan halusinasi.
c. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan agar dapat lebih mengoptimalkan asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnosa halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Bapak bilang, pergi Saya
tidak mau lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu.
Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba
Bapak peragakan! Nah begitu… bagus! Coba lagi! Ya bagus Pak.
Sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak dengan obrolan kita tadi? Apakah Bapak
merasa senang tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Bapak
simpulkan pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu
agar tidak muncul lagi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Bapak
coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau
jam berapa saja latihannya?”
(buatkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien, Jika Bapak melakukanya secara mandiri makan
Bapak menuliskan M, jika Bapak melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka Bapak buat DB, Jika Bapak
tidak melakukanya maka Bapak tulis TM. apakah Bapak mengerti?).
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Bapak, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi
tentang caranya berbicara dengan orang lain saat bayangan dan
suara-suara itu muncul?”
2) Waktu : “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok
jam 15.30 WIB, bisa?”
3) Tempat : “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di
mana ya? Sampai jumpa besok. Wassalamualaikum.
3. Terminasi
1. Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama.
Saya senag sekali Bapak mau berbincang-bincang denagan
saya. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang?”
2. Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang Ibu katakan tadi, cara yang
Bapak pilih untuk mengontrol halusinasinya adalah......
3. Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, Bapak
terus praktekkan cara yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak
menguasai pikiran Bapak.”
2. Fase Kerja
a. ”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi
tentang cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi
yaitu cara ketiga adalah Bapak menyibukkan diri dengan berbagi
kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun
saja.”
b. ”jika Bapak mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri
dengan kegiatan seperti bercerita, menyapu, atau menyibukkan dengan
kegiatan lain.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama,
saya senag sekali Bapak mau berbincang-bincang dengan
saya. Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang?”
b. Evaluasi obyektif : ”coba Bapak jelaskan lagi cara mengontrol
halusinasi yang ketiga?
c. Tindak lanjut : ”tolong nanti Bapak praktekkan cara mengontrol
halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi?
d. Kontrak yang akan datang
Topik: ”bagaimana Bapak kalau kita berbincang-bincang lagi
tentang cara mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat yaitu
dengan patuh obat.”
Waktu : ”jam berapa Bapak bisa? Bagaimana kalau jam 15.00
WIB? Bapak setuju?”
Tempat : ”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain?
Terimakasih Bapak sudah mau berbincang-bincang dengan saya.
Sampai ketemu siang besok.”
STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4)
1. Proses Keperawatan
Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih berkurang mendengar suara-suara
yang tidak jelas
2. Diagnosa Keperawatan : halusinasi
3. Tujuan: Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
4. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu
penggunaan obat secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek
samping)
5. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik : ” Selamat siang, Bapak? Masih ingat
saya?
b. Evaluasi validasi : ”Bapak tampak segar hari ini.
Bagaimana perasaannya hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang
? masih ingat dengan kesepakatan kita kemarin, apa itu ? apakah
Bapak masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin.
c. Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-
bincang tentang obat-obatan yang Bapak minum.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut Bapak cocok untuk kita
berbincang- bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Bapak
setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih selama 30 menit,
bagaimana Bapak setuju?”
1. Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum oleh Bapak setiap hari. Obat yang warnanya....ini
namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini
diminum....sehari siang dan malam, kalau yang warna...minumnya....kali sehari. Obat
yang warnanya....ini berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering Bapak dengar
sedangkan yang warnanya.........agar Bapak tidak merasa gelisah. Kedua obat ini
mempunyai efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin
meludah terus, kencing tidak lancar. Apakah sudah jelas Bapak? Tolong nanti Bapak
sampaikan ke dokter apa yang Bapak rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus
diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian Bapak jangan
berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang Bapak alami
sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus diperhatikan oleh Bapak pada
saat minum obat yaitu benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, dan benar
frekuensi.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang
lama, saya senag sekali Bapak mau berbincang-bincang dengan saya.
Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang?”
b. Evaluasi obyektif : ”coba Bapak jelaskan lagi obat apa yang
diminum tadi? Kemudian berapa dosisnya?