Abstrak
PENDAHULUAN
Pasien skizofrenia memiliki tanda gejala positif dan negatif. Gejala positif yang
muncul antara lain halusinasi (90%), delusi (75%), waham, perilaku agitasi dan
agresif, serta gangguan berpikir dan pola bicara. Gejala negatif yaitu afek datar,
alogia (sedikit bicara), apatis, penurunan perhatian dan penurunan aktifitas
sosial. Halusinasi terbagi dari beberapa macam yaitu halusinasi auditori
(pendengaran), halusinasi visual (penglihatan), halusinasi olfaktori
(penciuman), halusinasi taktil (sentuhan), halusinasi gustatori (pengecapan),
dan halusinasi kinestetik (Fitria, 2020).
Akibat dari halusinasi yang tidak ditangani juga dapat muncul hal-hal yang
tidak diinginkan seperti halusinasi yang menyuruh pasien untuk melakukan
sesuatu, seperti membunuh dirinya sendiri, melukai orang lain, atau bergabung
dengan seseorang di kehidupan sesudah mati. Ketika berhubungan dengan
orang lain, reaksi emosional mereka cenderung tidak stabil, intens dan di
anggap tidak dapat di perkirakan. Melibatkan hubugan intim dapat memicu
respon emosional yang ekstrim, misal ansietas, panik, takut, atau teror (Aldam,
2019)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistik
dan komprehensif kepada Ny.K Dengan Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Kamboja RS Jiwa Prof. M. Ildrem
Tahun 2022.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny.K dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang ada
pada Ny.K dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
3. Mahasiswa menetapkan perencanaan keperawatan pada Ny.K
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
4. Mahasiswa melakukan implementasi keperawatan pada Ny.K
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
5. Mahasiswa mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Ny.K
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada
Ny.K dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Menurut Ali (2019), faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan
jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sebagai faktor risiko yang menjadi sumber
terjadinya stres yang mempengaruhi tipe dan sumber dari individu
untuk menghadapi stres baik yang biologis, psikososial dan sosial
kultural. Membedakan stressor predisposisi menjadi tiga, meliputi
biologis, psikologis dan sosial budaya. Stressor predisposisi ini
kejadiannya telah berlalu. Penjelasan secara rinci tentang ketiga
stressor predisposisi tersebut sebagai berikut :
a. Biologis
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang
dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan adalah
perilaku maladaptif klien . Secara biologi riset neurobiologikal
memfokuskan pada tiga area otak yang dipercaya dapat
melibatkan klien mengalami halusinasi yaitu sistem limbik,
lobus frontalis dan hypothalamus. Pada klien dengan halusinasi
diperkirakan mengalami kerusakan pada sistem limbic dan lobus
frontal yang berperan dalam pengendalian atau pengontrolan
perilaku, kerusakan pada hipotalamus yang berperan dalam
pengaturan mood dan motivasi. Kondisi kerusakan ini
mengakibatkan klien halusinasi tidak memiliki keinginan dan
motivasi untuk berperilaku secara adaptif. Klien halusinasi juga
diperkirakan mengalami perubahan pada fungsi neurotran
smitter, perubahan dopamin, serotonin, norepineprin dan
asetilkolin yang menyebabkan adanya perubahan regulasi gerak
dan koordinasi, emosi, kemampuan memecahkan masalah;
perilaku cende rung negatif atau berperilaku maladaptif; terjadi
kelemahan serta penurunan atensi dan mood (Ali, 2019)
b. Faktor Genetik
Genetik juga dapa memicu terjadi halusinasi pada seorang
individu.Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial
maladaptif. Terjadinya penyakit jiwa pada individu juga
dipengaruhi oleh keluarganya dibanding dengan individu yang
tidak mempunyai penyakit terkait. Banyak riset menunjukkan
peningkatan risiko mengalami skizofrenia pada individu dengan
riwayat genetik terdapat anggota keluarga dengan skizofrenia.
Pada kembar dizigot risiko terjadi skizofrenia 15%, kembar
monozigot 50%, anak dengan salah satu orang tua menderita
skizofrenia berisiko 13%, dan jika kedua orang tua mendererita
skizofrenia berisiko 45% (Putri, 2020)
c. Psikologis
Meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas,
pengalaman masa lalu, koping dan keterampilan komunikasi
secara verbal . Konsep diri dimulai dari gambaran diri secara
keseluruhan yang diterima secara positif atau negatif oleh
seseorang. Penerimaan gambaran diri yang negative
menyebabkan perubahan persepsi seseorang dalam memandang
aspek positif lain yang dimiliki. Tipe kepribadian lemah dan
tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih
suka memilih kesenangan sesaat dari lari dari alam nyata menuju
alam khayal. Berdasarkan beberapa defenisi diatas sosial
psikologi terlalu banyak stress dan kecemasan serta berujung
pada hancurnya orientasi realitas (Hargiana, 2018)
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah tersebut, respon adaptif:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan.
2. Respon Psikososial
Respon psikosial meliputi:
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
b. Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindar interaksi
dengan orang lain
3. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakianan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertetangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.
3. Fase Ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu
pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan
psikotik.
a. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan
tidak berdaya terhadap halusinasinya.
b. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik
berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi
perintah (Putra, 2020)
4. Fase Keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
a. Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara
nyata dengan orang lain di lingkungan.
b. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak
mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang (Putra, 2020)
2.1.6 Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan
tindakan perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya
perintah sehingga rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif.
Perilaku kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia diawali dengan
adanya perasaan tidak berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan
sehingga individu akan menyingkir dari hubungan interpersonal
dengan orang lain. Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
masalah utama gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara lain:
resiko prilaku kekerasan, harga diri rendah dan isolasi sosial
(Maudhunah, 2021)
3.4 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik. Pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital, didapatkan hasil TD : 130/90 mmHg, HR : 89x/menit, RR :
20x/menit, dan Suhu : 36, 5oC. Klien memiliki tinggi badan 153 cm dan berat
badan 50 kg.
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram
Ny.K
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Meninggal
3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Islam dan yakin dengan
kepercayaannya
b. Kegiatan Ibadah : Selama dirawat klien tidak melakukan
sholat
DO :
1. Klien tampak gelisah dan
sering berbicara sendiri
2. Klien tampak kurang tidur dan
sulit berkonsentrasi
3. Klien tampak bingung dan
berbicara ngawur
2. DS : Gangguan Konsep Diri :
1. Klien mengatakan malu dan Harga Diri Rendah
merasa tidak berguna karena
selalu menyusahkan
orangtuanya
2. Klien merasa sedih karena tidak
ada yang mau menerima dan
menghargai dirinya
3. Klien mengatakan bahwa ia
malu dengan penyakit yang
dialaminya
DO :
1. Klien tampak murung dan sedih
karena kondisinya
2. Klien tampak sulit
berkonsentrasi
3. Klien tampak kurang percaya
diri
3. DS : Risiko Perilaku Kekerasan
1. Klien mengatakan pernah
memukuli ibunya
2. Klien mengatakan mudah
marah jika tidak dituruti
kemauannya
3. Klien mengatakan sulit
mengendalikan emosinya.
4. Klien sering marah-marah
dengan orang lain dan anggota
keluarganya.
DO :
1. Klien tampak memandang
orang lain dengan tatapan tajam
dan bermusuhan
2. Klien tampak gelisah
3. Klien memaksa jika meminta
sesuatu
4. Klien berbicara dengan nada
tinggi
SP 2 :
Mengontrol halusinasi dengan minum
obat secara teratur
SP 3 :
Mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain
SP 4 :
Mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal
2. Gangguan Konsep Diri : SP 1 :
Harga Diri Rendah Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
SP 2 :
1. Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
2. Menetapkan/memilih kegiatan sesuai
kemampuan
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 1
SP 3 :
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 2
SP 4 :
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 3
3. Risiko Perilaku Kekerasan SP 1 :
Mengontrol Perilaku Kekerasan dengan
cara :
1. Tarik nafas dalam
2. Pukul kasur bantal
SP 2 :
Mengontrol resiko perilaku kekerasan
dengan minum obat secara terartur
SP 3 :
Komunikasi secara verbal, assertif/
berbicara baik-baik
Sp 4 :
Spiritual
3.15 Implementasi dan Evaluasi
Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
Selasa 1. Data S : Klien mengatakan merasa
22/02/2022 Tanda dan Gejala : senang dan lebih tenang
- Klien mengatakan sering
10.30 WIB mendengar suara-suara O:
bisikan yang menyuruhnya - Klien mampu mengenali
melakukan sesuatu seperti halusinasinya dengan
“hancurkan dia, hancurkan bantuan perawat
semuanya”. - Klien mampu
- Klien mengatakan mengontrol
mendengar suara tersebut halusinasinya dengan
ketika menjelang malam hari menghardik secara
dan pada waktu tidur atau mandiri
istrahat.
- Klien mengatakan ketika A : Halusinasi Pendengaran (+)
suara tersebut muncul ia
hanya bisa marah dan P:
ngamuk untuk mengusir Latih cara menghardik
suara tersebut, ia juga halusinasi 3 x 1 hari
mengatakan sangat gelisah
dan sulit tidur.
- Klien tampak gelisah dan
sering berbicara sendiri
- Klien tampak kurang tidur
dan sulit berkonsentrasi
- Klien tampak bingung dan
berbicara ngawur
2. Kemampuan :
Bernyanyi, menyapu ruangan,
dan mencuci piring
3. Diagnosa Keperawatan : :
Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
4. Tindakan Keperawatan :
SP 1 :
- Mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan
dan respon halusinasi.
- Mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
5. Rencana Tindak Lanjut :
SP 2 :
Mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur
Rabu 1. Data S : Klien mengatakan merasa
23/02/2022 Tanda dan Gejala : senang dan lebih tenang
- Klien mengatakan sering
10.30 WIB mendengar suara-suara O:
bisikan yang menyuruhnya - Klien mampu
melakukan sesuatu seperti melakukan cara
“hancurkan dia, hancurkan menghardik dengan
semuanya”. mandiri
- Klien mengatakan - Klien mampu
mendengar suara tersebut menyebutkan nama
ketika menjelang malam hari obat, fungsi dan jadwal
dan pada waktu tidur atau minum obat dengan
istrahat. benar dan mandiri
- Klien mengatakan ketika - Klien mampu minum
suara tersebut muncul ia obat secara teratur
hanya bisa marah dan dengan bantuan
ngamuk untuk mengusir
suara tersebut, ia juga A : Halusinasi Pendengaran (+)
mengatakan sangat gelisah
dan sulit tidur. P:
- Klien tampak gelisah dan - Latihan cara menghardik
sering berbicara sendiri halusinasi 3 x 1 hari
- Klien tampak kurang tidur - Latihan cara minum obat
dan sulit berkonsentrasi secara teratur 2 x 1 hari
- Klien tampak bingung dan
berbicara ngawur
2. Kemampuan :
Bernyanyi, menyapu ruangan,
dan mencuci piring
3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
4. Tindakan Keperawatan :
SP 2 :
Mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur
5. Rencana Tindak Lanjut :
SP 3 :
Mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang
lain
SP 4 :
Mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal
Kamis 1. Data S : Klien mengatakan merasa
24/02/2022 Tanda dan Gejala : senang dan lebih tenang
- Klien mengatakan sering
10.30 WIB mendengar suara-suara
bisikan yang menyuruhnya O:
melakukan sesuatu seperti - Klien mampu
“hancurkan dia, hancurkan melakukan cara
semuanya”. menghardik dengan
- Klien mengatakan mandiri
mendengar suara tersebut - Klien mampu minum
ketika menjelang malam hari obat secara teratur
dan pada waktu tidur atau dengan bantuan
istrahat. - Klien mampu bercakap
- Klien mengatakan ketika cakap dengan orang
suara tersebut muncul ia lain dengan mandiri
hanya bisa marah dan - Klien mampu
ngamuk untuk mengusir melakukan kegiatan
suara tersebut, ia juga terjadwal dengan
mengatakan sangat gelisah mandiri
dan sulit tidur.
- Klien tampak gelisah dan A : Halusinasi Pendengaran (+)
sering berbicara sendiri
- Klien tampak kurang tidur P:
dan sulit berkonsentrasi - Latihan cara menghardik
- Klien tampak bingung dan halusinasi 3 x 1 hari
berbicara ngawur - Latihan cara minum obat
secara teratur 2 x 1 hari
2. Kemampuan : - Latihan bercakap-cakap
Bernyanyi, menyapu ruangan dengan orang lain 2 x 1
dan mencuci piring hari.
- Latihan melakukan
3. Diagnosa Keperawatan : kegiatan terjadwal 2 x 1
Gangguan Persepsi Sensori : hari
Halusinasi Pendengaran
4. Tindakan Keperawatan :
SP 3 :
Mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang
lain
SP 4 :
Mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal
4. Tindakan Keperawatan :
Follow up dan Evaluasi SP 1 –
SP 4 Perubahan Persepsi Sensori
: Halusinasi Pendengaran
Selasa 1. Data S : Klien mengatakan merasa
01/03/2022 Tanda dan Gejala : senang dan lebih tenang
- Klien mengatakan malu dan
14.30 WIB merasa tidak berguna karena O:
selalu menyusahkan - Klien mampu mengenali
orangtuanya kemampuan dan aspek
- Klien merasa sedih karena positif yang dimiliki klien
tidak ada yang mau menerima dengan motivasi.
dan menghargai dirinya - Klien mampu melakukan
- Klien mengatakan bahwa ia kegiatan sesuai
malu dengan penyakit yang kemampuan yang dipilih 1
dialaminya yaitu menyapu ruang
- Klien tampak murung dan dengan motivasi
sedih karena kondisinya
- Klien tampak sulit A : Harga Diri Rendah (+)
berkonsentrasi
- Klien tampak kurang percaya P:
diri Latih kemampuan yang dipilih 1
: menyapu ruangan 1 x 1 hari
2. Kemampuan :
Menyapu ruangan, merapikan
tempat tidur dan mencuci piring
3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah
4. Tindakan Keperawatan :
SP 1 :
Mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
SP 2 :
- Menilai kemampuan yang
dapat digunakan
- Menetapkan/memilih kegiatan
sesuai kemampuan
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 1
3. Diagnosa Keperawatan : P:
Gangguan Konsep Diri : Harga - Latih kemampuan yang
Diri Rendah dipilih 1 : menyapu
ruangan 1 x 1 hari
4. Tindakan Keperawatan : - Latih kemampuan yang
SP 3 : dipilih 2 : mencuci piring
Melatih kegiatan sesuai setelah makan 1 x 1 hari
kemampuan yang dipilih 2 - Latih kemampuan yang
SP 4 : dipilih 3 : berolahraga
Melatih kegiatan sesuai dipagi hari 1 x 1 hari
kemampuan yang dipilih 3
3. Diagnosa Keperawatan : P:
Gangguan Konsep Diri : Harga - Latih kemampuan yang
Diri Rendah dipilih 1 : menyapu
ruangan 1 x 1 hari
4. Tindakan Keperawatan : - Latih kemampuan yang
Follow up dan Evaluasi SP 1 – dipilih 2 : mencuci piring
SP 4 Harga Diri Rendah setelah makan 1 x 1 hari
- Latih kemampuan yang
dipilih 3 : berolahraga
dipagi hari 1 x 1 hari
Senin 1. Data : S : Klien mengatakan senang
07/03/2022 Tanda dan Gejala : dan lega
- Klien mengatakan pernah
10.30 WIB memukuli ibunya
- Klien mengatakan mudah O :
marah jika tidak dituruti - Klien mampu melakukan
kemauannya latihan fisik 1 : tarik
- Klien mengatakan sulit secara mandiri
mengendalikan emosinya. - Klien mampu melakukan
- Klien sering marah-marah Latihan fisik 2 : pukul
dengan orang lain dan anggota kasur bantal secara
keluarganya. mandiri
- Klien tampak memandang
orang lain dengan tatapan A :
tajam dan bermusuhan Risiko Perilaku Kekerasan (+)
- Klien tampak gelisah
- Klien memaksa jika meminta P :
sesuatu - Latihan fisik 1 : tarik
- Klien berbicara dengan nada napas dalam 2 x 1 hari
tinggi - Latihan fisik 2 : pukul
kasur bantal 2 x 1 hari
2. Kemampuan :
Menyapu ruangan, mencuci
piring dan menyanyi
3. Diagnosa Keperawatan :
Risiko Perilaku Kekerasan
4. Tindakan Keperawatan :
SP 1
Mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara :
- Latihan fisik 1 : Tarik Napas
Dalam
- Latihan fisik 2 : Pukul Kasur
Bantal
4. Tindakan Keperawatan :
SP 2
Mengontrol perilaku kekerasan
dengan minum obat secara
teratur
3. Diagnosa Keperawatan : P:
Risiko Perilaku Kekerasan - Latihan fisik 1 : tarik
napas dalam 2 x 1 hari
4. Tindakan Keperawatan : - Latihan fisik 2 : pukul
SP 4 kasur bantal 2 x 1 hari
Spiritual - Latih minum obat secara
teratur 2 x 1 hari
5. Rencana Tindak Lanjut : - Latih bicara baik-baik
Follow up dan Evaluasi SP 1 – dengan orang lain 2 x 1
SP 4 Risiko Perilaku Kekerasan hari
- Sholat 2 x 1 hari
Jumat 1. Data S : Klien mengatakan senang
11/03/2022 Tanda dan Gejala : dan lega
- Klien mengatakan pernah
10.30 WIB memukuli ibunya O:
- Klien mengatakan mudah - Klien mampu melakukan
marah jika tidak dituruti latihan fisik 1 : tarik
kemauannya secara mandiri
- Klien mengatakan sulit - Klien mampu melakukan
mengendalikan emosinya. Latihan fisik 2 : pukul
- Klien sering marah-marah kasur bantal secara
dengan orang lain dan anggota mandiri
keluarganya. - Klien mampu minum obat
- Klien tampak memandang secara teratur dengan
orang lain dengan tatapan bantuan
tajam dan bermusuhan - Klien mampu melakukan
- Klien tampak gelisah komunikasi verbal,
- Klien memaksa jika meminta asertif/bicara baik-baik
sesuatu dengan motivasi
- Klien berbicara dengan nada - Klien mampu melakukan
tinggi ibadah : sholat dengan
motivasi
2. Kemampuan :
Menyapu ruangan, mencuci A :
piring dan menyanyi Risiko Perilaku Kekerasan (+)
3. Diagnosa Keperawatan : P:
Risiko Perilaku Kekerasan - Latihan fisik 1 : tarik
napas dalam 2 x 1 hari
4. Tindakan Keperawatan : - Latihan fisik 2 : pukul
Follow up dan Evaluasi SP 1 – kasur bantal 2 x 1 hari
SP 4 Risiko Perilaku Kekerasan - Latih minum obat secara
teratur 2 x 1 hari
- Latih bicara baik-baik
dengan orang lain 2 x 1
hari
- Sholat 2 x 1 hari
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Tahap pengkajian pada pasien dilakukan dengan komunikasi terapeutik untuk
mengumpulkan data dan informasi tentang status kesehatan pasien. Selama
pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan perawat di ruangan. Penulis melakukan pendekatan kepada pasien
melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka membantu pasien untuk
memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien.
Adapun upaya tersebut yaitu:
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada
pasien agar pasien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.
b. Melakuan pengkajian pada pasien dengan wawancara
c. Melakukan pengkajian pada pasien dengan cara membaca status pasien,
melihat buku rawatan dan bertanya kepada pegawai ruangan Kamboja.
4.3 Intervensi
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya
menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah
keperawatan yaitu : Halusinasi Pendengaran. Pada tahap ini antara tinjauan
teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan sehingga penulis dapat
melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung dengan seringnya
bimbingan dengan pembimbing.
Pada tahap evaluasi (Meylani & Pardede, 2022) yang dilakukan pada pasien
yang didapatkan adalah :
1. Pasien mampu mengidentifikasi halusinasinya, seperti halusinasi yang
sering dialami pasien yaitu pasien mendengar suara bisikan-bisik yang
menyuruhnya melakukan sesuatu seperti “hancurkan semuanya,
hancurkan” terjadi dua kali sehari, pada waktu menjelang malam dan saat
tidur pada malam hari dan pasien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik ketika halusinasinya muncul.
2. Pasien mampu mengetahui fungsi obat-obat yang diminumnya dan
menyebutkan nama obat dan waktu minum dengan benar.
3. Pasien mampu melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang lain
seperti bercakap-cakap dengan teman seruangan.
4. Pasien mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat bersama seperti,
bangun pagi, merapikan tempat tidur, berolahraga secara mandiri dan
menyapu
Pada tinjauan teoritis evaluasi (Meylani & Pardede, 2022) yang diharapkan
adalah pasien mempercayai perawat sebagai terapis, penurunan tanda-dan
gejala harga diri rendah dan peningkatan kemampuan meningkatkan harga diri.
Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah:
1. Pasien mampu mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki dan
membuat daftar kemampuan yang dapat digunakan dengan motivasi
2. Pasien mampu menilai dan melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 1 yaitu menyapu ruangan setiap hari secara mandiri
3. Pasien mampu melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2 yaitu,
mencuci piring selesai makan secara mandiri
4. Pasien mampu melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3 yaitu,
berolahraga dengan motivasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi (Meylani & Pardede, 2022) yang diharapkan
adalah pasien mempercayai perawat sebagai terapis, penurunan tanda dan
gejala perilaku kekerasan dan peningkatan kemampuan mengatasi perilaku
kekerasan. Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah :
a. Pasien mampu melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal
b. Pasien mampu menyebutkan manfaat minum obat dan minum obat secara
teratur dengan bantuan perawat
c. Pasien mampu berbicara baik-baik kepada orang lain dengan ekspresi
tenang dan nada bicara yang sopan dan normal dengan motivasi
d. Pasien mampu melakukan kegiatan spritual seperti beribadah : sholat
dengan motivasi
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses
keperawatan dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan
oleh perawat dan peserta didik keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan
menggunakan komunikasi teraupetik untuk memperoleh hasil yang baik,
membangun kepercayaan antar perawat dan pasien juga adalah hal yang
penting. Disamping itu pasien dapat melaksanakan mutu pelayanan
keperawatan yang baik khusus nya pada pasien halusinasi, maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pengkajian
teoritis maupun penulis, tidak terdapat kesulitan dalam melakukan
pengkajian dengan pasien.
2. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan
komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara
perawat dan klien. Pada kasus Ny.K, diperoleh bahwa klien mengalami
gejala-gejala halusinasi seperti mendengar suara-suara yang menyuruhnya
melakukan hal negatif seperti menghancurkan barang dan memukul orang,
gelisah, sulit tidur, tampak tegang, mondar-mandir, pandangan tajam
seperti bermusuhan, sedih, malu, mudah marah tanpa sebab dan lain-lain.
Faktor predisposisi pada Ny.K yaitu pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya dan tidak teratur minum obat dan tidak rutin melakukan
pemeriksaan ke RSJ.
3. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny.K : Halusinasi
pendengaran, harga diri rendah, dan risiko perilaku kekerasan. Tetapi pada
pelaksanaannya, penulis fokus pada masalah utama yaitu halusinasi
pendengaran.
4. Intervensi yang disusun berdasarkan masalah keperawatan yang sudah
ditegakkan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk usaha untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pasien, penulis menyusun rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga dengan strategi
pelaksanaan.
5. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan
dan dapat dilaksanakan walaupun belum optimal.
6. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan halusinasi yang dialami serta dampak pada penurunan
gejala halusinasi pendengaran yang dialami.
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners
sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
3. Bagi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
2. Ali, N. A. M., Yusof, F., & Aziz, S. (2019). Faktor-faktor penyebab penyakit
skizofrenia: satu kajian kes. Jurnal Sains Sosial: Malaysian Journal of Social
Sciences, 4(1), 68-79. https://doi.org/10.32583/farmasetis.v8i1.493
3. Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, P., Sari, S. and Utama, D. (2019)
“Implementasi Keperawatan dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi pada
Pasien Skizofrenia”, Jurnal Kesmas Asclepius, 1(2), 146-155.
https://doi.org/10.31539/jka.v1i2.922
8. Gasril, P., Yarnita, Y., Afrilliya, P. and Devita, Y. (2021) “Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) : Stimulus Persepsi Sesi 1-3 Terhadap
Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofernia
”, Photon: Jurnal Sain dan Kesehatan, 12(1), 19-24. doi:
10.37859/jp.v12i1.3271.
11. Meylani, M., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-
4 Dengan Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
https://doi.org/10.31219/osf.io/c8vzb
14. Nurlaili, N., Nurdin, A., Putri, D., Arif, Y., Basmanelly, B. and Fernandes, F.
(2019) “Pengaruh tehnik distraksi menghardik dengan spiritual terhadap
halusinasi pasien”, Jurnal Keperawatan, 11(3), 177-190.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v11i3.548
15. Oktafian Susetyo, I., Ulfah, M. and Apriliyani, I. (2021) “Studi Kasus
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran Tn. R di RSJ Prof.Dr.
Soerojo Magelang”, Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 486-494. Available at:
https://prosiding.uhb.ac.id/index.php/SNPPKM/article/view/875
19. Pardede, J., Hamid, A. and Putri, Y. (2020) “Application of Social Skill
Training using Hildegard Peplau Theory Approach to Reducing Symptoms and
the Capability of Social Isolation Patients”, Jurnal Keperawatan, 12(3), 327-
340. https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i3.782.
20. Pardede, J.A, Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., &
Waruwu, J. F. A. P. (2021). Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah
Halusinasi. https://doi.org/10.31219/osf.io/fdqzn
21. Pardede, J. A., Harjuliska, H. and Ramadia, A. (2021) “Self-Efficacy dan Peran
Keluarga Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien
Skizofrenia”, Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 57–66
https://doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846
22. Pardede, J. A., Silitonga, E., & Laia, G. E. H. (2020). The Effects of Cognitive
Therapy on Changes in Symptoms of Hallucinations in Schizophrenic
Patients. Indian Journal of Public Health, 11(10), 257.
https://doi.org/10.37506/ijphrd.v11i10.11153
23. Pardede, J. A., & Ramadia, A. (2021). The Ability to Interact With
Schizophrenic Patients through Socialization Group Activity
Therapy. International Journal, 9(1), 7.
https://doi.org/10.37506/ijocm.v9i1.2925
25. Patricia, H., Rahayuningrum, D. C., & Nofia, V. R. (2019). Hubungan beban
keluarga dengan kemampuan caregiver dalam merawat klien
skizofrenia. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 10(2), 45-52.
http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v10i2.449
26. Pratiwi, M., & Setiawan, H. (2018). Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi
Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal
Kesehatan, 7(1), 7-13. http://dx.doi.org/10.46815/jkanwvol8.v7i1.76
27. Sianturi, S. F. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. H Dengan
Masalah Halusinasi. https://doi.org/10.31219/osf.io/4w82h
28. Syahdi, D., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4
Dengan Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
https://doi.org/10.31219/osf.io/y52rh
30. Yanti, D., Sitepu, A., Sitepu, K. P. and Br Purba, W. (2020) “Efektivitas Terapi
Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.M. Ildrem Medan Tahun
2020”, Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 3(1), 125-131.
https://doi.org/10.35451/jkf.v3i1.527
31. Yuanita, T. (2019). Asuhan Keperawatan Klienskizofrenia Dengan Gangguan
Persepsi Halusinasi Pendengaran Di Rsjd Dr. Arif Zainudin Solo Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
32. Zelika, A. A., & Dermawan, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa
Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula RSJD
Surakarta. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 12(02).
https://doi.org/10.26576/profesi.87