Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi
individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, merasakan, dan mengekspresikan emosi, serta
gangguan otak yang ditandai dengan pikiran yang tidak teratur, delusi, halusinasi, dan
perilaku aneh. Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi berbagai area fungsi
individu, termasuk: berpikir, berkomunikasi, menerima, menafsirkan realitas, merasakan, dan
menunjukkan emosi (Wulandari, Y., Pardede, J. A., 2020).

Skizofrenia merupakan kondisi psikotik yang berpengaruh terhadap area fungsi individu,
termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima, menafsirkan kenyatan, merasakan dan
menunjukkan emosi serta penyakit kronis yang ditandai dengan pikiran kacau, delusi,
halusinasi, dan perilaku aneh. Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada
respon neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsi sensori sebagai
hal yang nyata dan meresponnya. Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi kekambuhan
penderita skizofrenia dengan halusinasi meliputi ekspresi emosi keluarga yang tinggi,
pengetahuan keluarga yang kurang, ketersediaan pelayanan kesehatan, penghasilan keluarga
dan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia (Pardede, 2020).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, prevalensi


skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga. Artinya, dari 1.000
rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga (ART)
pengidap skizofrenia/psikosis. Secara umum, hasil riset riskesdas tahun 2018 juga
menyebutkan sebanyak 84,9% pengidap skizofrenia/psikosis di Indonesia telah berobat.
Namun, yang meminum obat tidak rutin lebih rendah sedikit daripada yang meminum obat
secara rutin. Tercatat sebanyak 48,9% penderita psikosis tidak meminum obat secara rutin
dan 51,1% meminum secara rutin. Sebanyak 36,1% penderita yang tidak rutin minum obat
dalam satu bulan terakhir beralasan merasa sudah sehat. Sebanyak 33,7% penderita tidak
rutin berobat dan 23,6% tidak mampu membeli obat secara rutin (Riskesdas, 2018).
Halusinasi adalah sebagai pengalaman yang salah atau persepsi yang salah atau respon yang
salah terhadap stimulasi sensorik. Suatu penyimpangan persepsi palsu yang terjadi pada
respon neurologis maladatif. Seseorang sebenarnya mengalami penyimpangan sensorik
sebagai hal yang nyata dan meresponya. Halusinasi dapat muncul dari salah satu panca indra.
Respon terhadap halusinasi dapat mendengar suara, curiga, khawatir, tidak mampu
mengambil keputusan, tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata. Pasien halusinasi
disebabkan karena faktor pola asuh, perkembangan, neurobiology, psikologis sehingga
menimbulkan gejala halusinasi. Seseorang yang mengalami halusinasi bicara sendiri, senyum
sendiri, tertawa sendiri, menarik diri dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata dan tidak
nyata (Fitri, 2019).

Hasil survey awal yang dilakukan diruang rawat inap Sinabung di RSJ Prof, Dr, M.Ildrem,
terdapat 18 orang pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah gangguan presepsi
sensori : Halusinasi. Sehingga penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah halusinasi pendengaran.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana memberikan asuhan keperawatan jiwa Pada Tn. A dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuannya sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.A dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di RSJ Prof. Dr. Muhammad
Ildrem Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn.A dengan gangguan
presepsi sensori : halusinasi pendengaran
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa atau masalah keperawatan pada Tn.A
dengan gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran
c. Mampu menetapkan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada Tn.A dengan
gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata pada Tn.A dengan
gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan asuhan
keperawatan pada Tn.A dengan gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan
gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran

Anda mungkin juga menyukai