Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

R GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN PENERAPAN LATIHAN
DISTRAKSI BERCAKAP-CAKAP DAN KEGIATAN TERJADWAL
DI RUANG SIGMA RSJD PROVINSI JAMBI
TAHUN 2023

Fajar Pandapotan Siringo-ringo1, Riska Amalya Nasution1


1
Program Studi Profesi Ners, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Email : pandapotanfajar@gmail.com

Abstrak

Gangguan jiwa merupakan suatu masalah psikologis atau pola perilaku klinis, yang terjadi pada individu dan
dihubungkan dengan adanya distress, disabilitas atau disertai adanya peningkatan resiko yang bermakna seperti
kehilangan kebebasan, ketidakmampuan, menyebabkan sakit atau bahkan kehilangan nyawa. prevalensi
gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sekitar 1,7 per 1.000 penduduk.
Gangguan sensori persepsi halusinasi merupakan salah satu gejala utama dan paling banyak ditemukan pada
klien dengan skizofrenia. Halusinasi merupakan gejala penyakit jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori dan mempersepsikan sensasi palsu berupa suara, gambar, rasa, sentuhan, penciuman. Hasil pengkajian
didapatkan bahwa pasien masuk ke RSJ sudah ketiga kalinya dan pasien mengatakan selama di RSJ hanya
mengetahui tindakan menghardik saja dan belum mengetahui tindakan bercakap-cakap dan kegiatan terjadwal.
Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran menggunakan penerapan latihan distraksi bercakap-
cakap dan aktivitas terjadwal. Hasil dari karya ilmiah ini menunjukkan penurunan tanda dan gejala halusinasi
setelah berhasil mencapai semua kriteria evaluasi bercakap-cakap dan kegiatan terjadwal. Penerapan ini dapat
digunakan sebagai bahan pengajaran untuk pengembangan keilmuan tentang gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.

Kata Kunci : Halusinasi, Bercakap-cakap, Kegiatan Terjadwal

Mental disorder is a psychological problem or clinical behavior pattern, which occurs in individuals and is
associated with distress, disability or is accompanied by a significant increase in risks such as loss of
independence, disability, causing illness or even loss of life. The prevalence of severe mental disorders such as
schizophrenia reaches around 400,000 people or around 1.7 per 1,000 population. Hallucination sensory
perception disorder is one of the main symptoms and most commonly found in clients with schizophrenia.
Hallucinations are a symptom of mental illness in which the client experiences sensory changes and perceives
false sensations in the form of sounds, images, tastes, touches, smells. The results of the study found that the
patient had entered the RSJ for the third time and the patient said that while in the RSJ he only knew about
rebuking and did not know the act of conversing and scheduled activities. Writing the final scientific work of
nurses aims to analyze the implementation of nursing care in patients with sensory perception disorders:
auditory hallucinations using the application of conversational distraction exercises and scheduled activities.
The results of this scientific work showed a decrease in signs and symptoms of hallucinations after successfully
achieving all the evaluation criteria for conversations and scheduled activities. This application can be used as
teaching material for the development of knowledge about sensory perception disorders: auditory
hallucinations.

Keywords: Hallucinations, Conversation, Scheduled Activities


Pendahuluan ditandai dengan adanya gangguan
Gangguan jiwa merupakan suatu pikiran, emosi dan tingkah laku, pikiran
masalah psikologis atau pola perilaku yang tidak terhubungkan, persepsi dan
klinis, yang terjadi pada individu dan perhatian yang keliru, mengalami
dihubungkan dengan adanya distress, hambatan dalam aktifitas motorik, emosi
disabilitas atau disertai adanya yang datar dan tidak sesuai, serta
peningkatan resiko yang bermakna kurangnya toleransi terhadap stress dalam
seperti kehilangan kebebasan, hubungan interpersonal.(4) Skizofrenia
ketidakmampuan, menyebabkan sakit sendiri berasal dari bahasa Yunani
atau bahkan kehilangan nyawa.(1) WHO “Skhizein” yang berarti retak dan pecah,
menyatakan terdapat sekitar 35 juta dan “Phren” yang berarti pikiran, yang
penderita depresi, 60 juta penderita selalu dikaitkan dengan fungsi emosional.
bipolar, 21 juta penderita skizofrenia, dan Dengan demikian, seseorang yang
47,5 juta penderita demensia. Di mengalami skizofrenia adalah seseorang
indonesia dengan berbagai faktor yang mengalami gangguan mental atau
psikologis dan sosial dengan jumlah dapat dikatakan juga terdapat fraktur
penduduk beragam, jumlah kasus kepribadian dan emosional.(5)
gangguan jiwa terus meningkat yang Berdasarkan data Riset Kesehatan
berdampak pada peningkatan bebas Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi
negara dan produktivitas manusia dalam penderita skizofrenia atau psikosis di
jangka panjang.(2) Indonesia menunjukkan 6,7 permil rumah
Data gangguan jiwa di indonesia tangga. Artinya, dalam 1000 rumah
menurut Riskesdas (2018) menunjukkan tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang
prevalensi gangguan jiwa emosional memiliki anggota rumah tangga (ART)
dengan gejala-gejala depresi dan dengan skizofrenia atau psikosis.
kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas Sedangkan Provinsi Jambi menduduki
mencapai 6,1% dari total penduduk tingkatan yang ke 16 dengan angka
Indonesia. Sedangkan prevalensi prevalensi 6,6 permil rumah tangga yang
gangguan jiwa berat seperti skizofrenia menunjukkan angka prevalensi tersebut
mencapai sekitar 400.000 orang atau mengalami peningkatan pada tahun 2018
sekitar 1,7 per 1.000 penduduk. Salah dari tahun 2013 dengan prevalensi 0,9
satu gangguan jiwa terberat yaitu permil rumah tangga.(3)
skizofrenia.(3) Skizofrenia adalah Gejala skizofrenia menurut PPDGJ III
sekelompok gangguan psikotik yang dalam Widianti, Keliat & Wardhani
dibagi menjadi dua gejala utama yaitu lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi
gejala utama yaitu gejala positif dan penglihatan menduduki peringkat kedua
negatif. Gejala positif diantaranya delusi, dengan rata-rata 20%. Sementara jenis
halusinasi, kekacauan kognitif, halusinasi yang lain yaitu halusinasi
disorganisasi bicara, dan perilaku pengucapan, penghidu, perabaan,
katatonik seperti keadaan gaduh gelisah. kinesthetic, dan cenesthetic hanya
Gejala negatif yang dialami pasien meliputi 10%, tanda pasien mengalami
skizofrenia diantaranya afek datar, tidak halusinasi pendengaran yaitu pasien
memiliki kemauan, merasa kurang atau tampak berbicara ataupun tertawa sendiri,
tidak nyaman dan menarik diri dari pasien marah-marah sendiri, menutup
masyarakat. Gangguan sensori persepsi telinga karena pasien menganggap ada
halusinasi merupakan salah satu gejala yang berbicara dengannya.(7)
utama dan paling banyak ditemukan pada Ada beberapa cara untuk mengontrol
klien dengan skizofrenia.(6) halusinasi, diantaranya latih pasien untuk
Berdasarkan fenomena saat ini menghardik halusinasi, latih pasien untuk
kejadian gangguan jiwa jenis halusinasi bersikap cuek, latih klien mengalihkan
semakin meningkat. Bentuk persepsi atau halusinasi dengan bercakap-cakap dan
pengalaman indera yang tidak distimulasi melakukan kegiatan secara teratur dan
terhadap reseptornya dikenal sebagai latih pasien minum obat dengan prinsip 8
gangguan jiwa halusinasi, yang bisa benar .(8) Salah satu cara untuk
menimbulkan dampak seperti histeria, mengontrol halusinasi yang bisa dilatih
kelemahan, ketidakmampuan mencapai kepada pasien adalah bercakap-cakap dan
tujuan, rasa takut berlebihan, pikiran melakukan aktivitas harian yang
yang buruk serta resiko tindak kekerasan terjadwal. Terapi bercakap-cakap yang
jika tidak ditangani dengan segera . diberikan yaitu pasien diajarkan cara
Halusinasi merupakan gejala penyakit bercakap-cakap yang benar, mengajarkan
jiwa dimana klien mengalami perubahan manfaat dari bercakap-cakap,
sensori dan mempersepsikan sensasi memperagakan bercakap-cakap dan
palsu berupa suara, gambar, rasa, melatih pasien bercakap-cakap dengan
sentuhan, penciuman. Klien merasakan teman sekamar setiap hari serta
stimulus yang sebenarnya tidak ada. mengajarkan pasien untuk bercakap-
Halusinasi yang paling banyak diderita cakap jika halusinasinya muncul.(9)
adalah halusinasi pendengaran mencapai Bercakap-cakap dengan orang lain
merupakan melatih pasien untuk
berbicara dengan orang lain. Hal ini juga muncul lagi yaitu dengan prinsip
dilakukan dengan tujuan untuk menyibukkan diri melakukan aktifitas
mengalihkan telinga pasien dan yang terjadwal. Prinsip aktifitas terjadwal
menghentikan suara bisikan serta dimulai dengan managemen waktu yang
bertujuan untuk meningkatkan sederhana. Salah satu alat bantu yang
kemampuan berbicara penderita dapat digunakan untuk mengelola waktu
gangguan jiwa (ODGJ) sehingga dapat adalah penjadwal. Penjadwal aktifitas
mengontrol halusinasinya. Terapi adalah kita membuat rencana
bercakap-cakap dapat mengontrol pemanfaatan waktu, menyusun jadwal
halusinasi. Dengan terapi bercakap-cakap juga memerlukan strategi efektif.(11)
halusinasi klien akan beralih ke Penelitian Ulfa Alfaniyah dengan
percakapan yang klien lakukan dengan judul Penerapan Terapi Bercakap-cakap
orang lain. Pada kegiatan terjadwal, Pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori:
pasien diajarkan untuk menentukan Halusinasi menyatakan bahwa Hasil studi
jadwal harian yang dapat dilakukan, kasus pasien mengalami peningkatan
pasien diajarkan untuk mencatat jadwal kemampuan mengontrol halusinasi
harian sendiri di kertas serta melakukan ditandai dengan penurunan tanda dan
semua kegiatan terjadwal tersebut setiap gejala halusinasi setelah diberikan terapi
hari.(10) bercakap-cakap. Studi kasus ini
Aktivitas adalah suatu energi atau menunjukan bahwa penerapan terapi
keadaan bergerak dimana manusia bercakap-cakap efektif meningkatkan
memerlukanya untuk dapat memenuhi kemampuan pasien dalam mengontrol
kebutuhan hidup. Kemampuan seseorang serta menurunkan tanda dan gejala
untuk melakukan suatu aktifitas seperti halusinasi.(12)
berdiri, berjalan, dan bekerja merupakan Menurut penelitian Muhamad Annis
salah satu dari tanda kesehatan individu dengan judul upaya penurunan intensitas
tersebut dimana kemampuan aktifitas halusinasi dengan memotivasi melakukan
sesorang tidak lepas adekuatan sistem aktivitas secaraa terjadwal di RSJ dr. Arif
persyarafan dan musculoskeletal. Salah Zainudin Surakarta. Hasilnya didapatkan
satu mengontrol halusinasi yang bahwa responden mampu melakukan cara
dilatihkan kepada pasien adalah mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktifitas harian terjadwal. penjadwalan aktivitas. Klien membina
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan hubungan saling percaya, klien mampu
untuk mengurangi resiko halusinasi menyebutkan isi, frekuensi, waktu,
penyebab dan respon klien saat halusinasi selama di RSJ hanya mengetahui
muncul. Klien juga mampu menurunkan tindakan menghardik saja dan belum
intensitas halusinasi dengan cara aktivitas mengetahui tindakan bercakap-cakap dan
terjadwal untuk mengontrol halusinasi kegiatan terjadwal
ditandai dengan berkurangnya halusinasi Berdasarkan uraian latar belakang
klien.(13) diatas, maka penulis tertarik mengambil
Berdasarkan hasil observasi penulis Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul
yang didapatkan di Rumah Sakit Jiwa “Analisis Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Daerah Provinsi Jambi, didapatkan Tn.R Gangguan Persepsi Sensori :
ruangan paling banyak dengan pasien Halusinasi Pendengaran Dengan
halusinasi yang sudah kooperatif adalah Penerapan Latihan Distraksi Bercakap-
ruangan Sigma. Ruangan sigma Cakap Dan Kegiatan Terjadwal Di Ruang
merupakan ruangan untuk pasien yang Sigma Rsjd Provinsi Jambi Tahun 2023”.
sudah cukup kooperatif. Ruangan sigma Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
mempunyai 2 ruangan dimana nama untuk memberikan analisis pelaksanaan
ruang nya yaitu Sigma I yang terdapat 10 asuhan keperawatan pada pasien dengan
pasien dan Sigma II terdapat 12 pasien , gangguan persepsi sensori : halusinasi
untuk jumlah keseluruhan di ruangan ada pendengaran menggunakan penerapan
22 pasien. Berdasarkan data yang penulis latihan distraksi bercakap-cakap dan
dapatkan dari ruangan, didapatkan aktivitas terjadwal.
bahwa sebagian besar pasien dengan Metode
diagnosa medis skizofrenia mengalami Penelitian menggunakan metode Studi
masalah halusinasi pendengaran kasus yang dilakukan selama 7 hari
sebanyak 70%. Dari hasil wawancara dan dengan hari pertama dilakukan pengkajian,
observasi penulis bersama perawat jiwa hari kedua sampai hari ketujuh ( 6 hari )
yang ada diruangan sigma didapatkan dilakukan penerapan atau implementasi.
pasien yang sesuai kriteria inklusi penulis Responden yang dipilih seorang pasien
yaitu Tn.R dengan diagnosa medis dengan Halusinasi Pendengaran.
skizofrenia dan masalah keperawatan Pengambilan data pada penelitian ini
halusiansi pendengaran. Dari hasil menggunakan teknik wawancara,
pengkajian sementara bersama Tn.R observasi, dan dokumentasi. Alat
didapatkan bahwa Tn.R masuk ke RSJ ini pengumpulan data berupa Lembar
sudah ketiga kalinya. Saat dilakukan Observasi Tanda dan Gejala, Lembar
pengkajian awal Tn.R mengatakan Observasi Kemampuan Mengontrol
Halusinasi dan Format pengkajian jiwa subjektif dan objektif sebagai berikut. Data
yang telah ditetapkan. Analisa data subjektif : Pasien mengatakan dahulu
dilakukan setelah pembuatan Asuhan sebelum masuk rumah sakit pernah
Keperawatan yang berisikan data, mendengar suara hantu yang membuat nya
kemudian data yang dianalis dengan cemas yang membuat ribut dan melawan
domain analisis. sama keluarga sendiri dan membuat pasien
Hasil keluyuran keluar rumah, pasien juga
Berdasarkan hasil pengkajian yang mengatakan mendengar bisikan pada
telah dilakukan pada tanggal 08 juni 2023 maghrib dan malam hari, saat mendengar
dengan Tn.R berusia 20 tahun yang masuk suara tersebut bisa menjadi takut ke kamar
rumah sakit pada tanggal 21 mei 2023 di mandi, suara tersebut menyuruhnya untuk
ruang IGD dan masuk diruang kedua yaitu mondar mandir. Sedangkan Data Objektif
ruang Alfa dan dilakukan observasi setelah didapatkan pasien tampak berbicara sendiri
ada perubahan pasien tampak tenang dan dan tampak mondar mandir
dipindahkan ke ruang Sigma, pasien Berdasarkan hasil pengkajian
berasal dari alamat pasir putih kota jambi. didapatkan tanda dan gejala halusinasi
Faktor presipitasi yang didapatkan pasien dari 19 tanda dan gejala terdapat
yaitu pasien diantar kerumah sakit karena masih ada 14 tanda dan gejala yang
meresahkan keluarga, pasien sering merasa dialami pasien serta didapatkan
cemas yang membuat pasien ribut dan kemampuan pasien dalam mengontrol
melawan sama keluarga sendiri, bicara halusinasi sebelum diberikan intervensi
sendiri dan ketawa sendiri, pasien tampak yaitu pasien dapat mengenal jenis, isi,
mondar mandir dan pasien mengatakan waktu, situasi yang menimbulkan
saat dirumah tidak minum obat karena ada halusinasi, frekuensi, dan mampu
yang mempengaruhinya untuk malas menjelaskan respon terhadap halusinasi,
minum obat. Sedangkan faktor tapi pasien belum mampu menjelaskan
predisposisi yang didapatkan yaitu pasien cara, manfaat, cara mengatasi,
mengatakan mempunyai masa lalu yang memperagakan cara, melakukan latihan,
buruk seperti sering main ke tempat angker dan mengontrol halusinasi dengan
dan pernah dipasung yang membuat pasien bercakap-cakap serta pasien belum mampu
trauma dengan hal yang angker. menyebutkan jadwal kegiatan terjadwal,
Data halusinasi didapatkan pada saat membuat jadwal kegiatan harian, dan
wawancara yaitu pasien memiliki melakukan semua kegiatan terjadwal.
halusinasi pendengaran dengan data Penegakan diagnosa halusinasi
didasarkan pada tanda dan gejala yang Pasien masih tampak berbicara sendiri
muncul pada Tn.R, Tanda dan gejala yang dan mondar mandir
muncul antara lain mengatakan sebelum 2. Hari Kedua tanggal 09 juni 2023
masuk rumah sakit ada suara hantu yang rencana keperawatan yang dilakukan
membuat nya cemas dan membuat ribut oleh penulis yaitu mengendalikan
serta melawan keluarga nya sehingga halusinasi dengan cara menghardik dan
keluyuran keluar rumah, pasien juga latihan cuek, serta penulis
mengatakan mendengar bisikan pada mengevaluasi kemampuan pasien
maghrib dan malam hari, saat mendengar dalam mengontrol halusinasi dengan
suara tersebut bisa menjadi takut ke kamar bercakap-cakap dan aktivitas terjadwal
mandi, suara tersebut menyuruhnya untuk sebelum diberikan intervensi. Lalu
mondar mandir. Dan pasien tampak penulis langsung mengajarkan kepada
berbicara sendiri dan tampak mondar pasien latihan bercakap-cakap dan
mandir. aktivitas terjadwal
Intervensi keperawatan yang 3. Hari Ketiga tanggal 10 juni 2023
digunakan dalam studi kasus ini yaitu, rencana keperawatan yang dilakukan
latih pasien untuk menghardik halusinasi, penulis mengevaluasi latihan
latih pasien untuk bersikap cuek, latih menghardik dan latihan cuek, dan
klien mengalihkan halusinasi dengan mengevaluasi tanda dan gejala
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan halusinasi pasien dan mengajarkan
secara teratur dan latih pasien minum obat kembali latihan bercakap-cakap serta
dengan prinsip 8 benar. aktivitas terjadwal
Implementasi dilakukan peneliti 4. Hari Keempat tanggal 11 juni 2023
selama 6 hari pada kasus. Implementasi rencana keperawatan yang dilakukan
terapi bercakap-cakap dan aktivitas penulis adalah mengajarkan kembali
terjadwal pada asuhan keperawatan latihan bercakap-cakap dan aktivitas
halusinasi Tn.R. Kegiatan dilaksanakan terjadwal serta mengevaluasi tanda dan
dari tanggal 8 sampai 13 juni 2023 di gejala halusinasi pasien
ruang sigma 5. Hari Kelima tanggal 12 juni 2023
1. Hari Pertama tanggal 08 juni 2023 rencana keperawatan yang dilakukan
rencana keperawatan yang dilakukan penulis yaitu mengajarkan 8 prinsip
oleh penulis yaitu melakukan benar obat dan melatih ulang bercakap-
pengkajian tanda dan gejala halusinasi. cakap dan aktivitas terjadwal serta
mengevaluasi tanda dan gejala mengenal jenis, isi, waktu, situasi yang
halusinasi pasien menimbulkan halusinasi, frekuensi,
6. Hari Keenam tanggal 13 juni 2023 dan mampu menjelaskan respon
rencana keperawatan yang dilakukan terhadap halusinasi, tapi pasien belum
penulis yaitu mengajarkan ulang 8 mampu menjelaskan cara, manfaat,
prinsip benar obat, latihan bercakap- cara mengatasi, memperagakan cara,
cakap dan aktivitas terjadwal, melakukan latihan, dan mengontrol
mengevaluasi tanda dan gejala halusinasi dengan bercakap-cakap serta
halusinasi pasien serta mengevaluasi pasien belum mampu menyebutkan
kemampuan pasien dalam mengontrol jadwal kegiatan terjadwal, membuat
halusinasi dengan kegiatan bercakap- jadwal kegiatan harian, dan melakukan
cakap dan aktivitas terjadwal setelah semua kegiatan terjadwal.
diberikan intervensi. 3. Hari Ketiga tanggal 10 juni 2023
Evaluasi Keperawatan pada pasien setelah dilakukan terapi latihan
setelah dilakukan penerapan latihan bercakap-cakap dan aktivitas terjadwal
bercakap-cakap dan aktivitas terjadwal didapatkan tanda dan gejala halusinasi
selama 6 hari, penulis melakukan evaluasi pasien hanya mengalami 1 skor
tanda dan gejala halusinasi pasien penurunan yaitu 11 tanda dan gejala
menggunakan lembar observasi, halusinasi
1. Hari Pertama tanggal 08 juni 2023 4. Hari Keempat tanggal 11 juni 2023
setelah dilakukan terapi latihan setelah dilakukan terapi latihan
bercakap-cakap dan aktivitas terjadwal bercakap-cakap dan aktivitas terjadwal
tanda dan gejala yang didapatkan didapatkan tanda dan gejala pasien
pasien yaitu 14 skor tanda dan gejala mengalami penurunan dari 11 menjadi
dari 19 tanda dan gejala 7 tanda dan gejala halusinasi
2. Hari Kedua tanggal 09 juni 2023 5. Hari Kelima tanggal 12 juni 2023
setelah dilakukan terapi latihan setelah dilakukan terapi latihan
bercakap-cakap dan aktivitas terjadwal bercakap-cakap dan aktivitas terjadwal
didapatkan tanda dan gejala halusinasi didapatkan tanda dan gejala pasien
pasien mengalami penurunan dari 14 mengalami penurunan dari 7 menjadi 5
menjadi 12 tanda dan gejala halusinasi, tanda dan gejala halusinasi
serta didapatkan kemampuan pasien 6. Hari Keenam tanggal 13 juni 2023
dalam mengontrol halusinasi sebelum setelah dilakukan terapi latihan
diberikan intevensi yaitu pasien dapat bercakap-cakap dan aktivitas terjadwal
didapatkan tanda dan gejala halusinasi dukun dan pasien dipasung oleh dukun
pasien mengalami penurunan dari 5 tersebut.
menjadi 3 tanda dan gejala halusinasi Pasien merasa situasi tersebut menjadi
dengan isi gejala yaitu pergerakan suatu beban, tekanan pikiran yang
mata cepat, perhatian hanya beberapa menekan pasien yang menjadikan hal
detik/menit, dan berkeringat, serta tersebut sebagai situasi pengalaman
didapatkan kemampuan pasien dalam traumatik tersendiri dari pasien. Situasi
mengontrol halusinasi setelah ini adalah pengalaman mulai dari
diberikan intervensi yaitu pasien trauma konflik social antara lain rasa tidak
mampu menyebutkan jenis, isi, waktu, terima di khianati, disakiti orang-orang
situasi, frekuensi, dan respon terhadap sekitar (misalnya lingkungan yang sangat
halusinasi, dan pasien mampu emosional) termasuk konflik batin seperti
menjelaskan cara bercakap-cakap, pengalaman peristiwa yang tidak
manfaat cara bercakap-cakap, cara diinginkan dalam bentuk pikiran, gambar
mengatasi halusiansi dengan bercakap- atau kenangan individu yang dinilai
cakap, memperagakan cara bercakap- individu sebagai sesuatu yang
cakap, melakukan latihan bercakap- mengganggu dan menjengkelkan, serta
cakap, dan mampu mengontrol pengalaman-pengalaman lain dalam
halusinasi dengan bercakap-cakap serta keadaan emosional. Hal tersebut menjadi
pasien mampu menyebutkan jadwal faktor predisposisi dimana pasien memiliki
kegiatan terjadwal, membuat jadwal stress yang berlebihan hingga memicu
harian, serta mampu melakukan semua emosional yang tidak stabil hingga
kegiatan terjadwal. kecemasan, dari situlah pola pikiran
partisipan bisa menjadikan suatu persepsi
Pembahasan
yang salah yang menjadi pemicu
1. Analisis Kasus
munculnya halusinasi pendengaran.
Pasien diantar kerumah sakit karena
Pasien sebelumnya pernah masuk
meresahkan keluarga, pasien sering
rumah sakit jiwa pada tahun lalu, dan ini
merasa cemas yang membuat pasien
yang ketiga kalinya masuk rumah sakit
mengamuk dirumah dan memukul orang
jiwa. Pasien mengatakan tidak rajin
rumah, bicara sendiri dan ketawa sendiri.
minum obat sehingga pasien mengalami
Pasien mengatakan pernah memiliki masa
putus obat. Nyumirah, Keliat, & Helena
lalu yang cukup buruk, yaitu suka main
menjelaskan bahwa 70% faktor
ke tempat angker dan pernah dibawa oleh
presipitasi klien dengan putus obat dapat
mengalami halusinasi kembali. Setelah keperawatan yaitu sebuah pertanyaan
mendapatkan tindakan mengenai edukasi yang menjelaskan respon individu
patuh obat kepada klien, klien mampu terhadap status kesehatan atau risiko
untuk menyebutkan delapan benar obat, perubahan kelompok, dimana perawat
nama dan manfaat dari obat yang memiliki tanggung jawab untuk
dikonsumsi dengan bantuan perawat. mengidentifikasi secara pasti guna
Pengendalian halusinasi yang telah menjaga status kesehatan, menurun,
diberikan oleh klien perlu dilakukan juga memebatasi, dan perubahan status
kepada keluarga agar pengobatan dapat kesehatan klien. Adapun pohon masalah
dilakukan saat klien berada di rumah. pada halusinasi dapat mengakibatkan
Menurut Keliat bahwa faktor presipitasi klien mengalami kehilangan control pada
adalah faktor pemungkin timbulnya dirinya, sehingga dapat membahayakan
gangguan jiwa atau secara umum adalah dirinya sendiri, orang lain dan sekitarnya.
(15)
klien gangguan jiwa timbulnya gangguan
setelah adanya hubungan yang Berdasarkan hasil pengkajian yang
bermusuhan, tekanan isolasi, perasaan dilakukan oleh penulis pada pasien Tn. R,
tidak berguna, putus asa dan tidak penulis mengangkat diagnosa keperwatan
berdaya. Penilaian individu terhadap utama yaitu gangguan sensori persepsi :
stresor dan masalah koping dapat Halusinasi pendengaran pada Tn. R
mengindikasikan kemungkinan sebagai prioritas masalah utama yang
kekambuhan , dan faktor ini akan didukung oleh data subjektif antara lain
menjadikan gangguan jiwa dapat terulang klien mengatakan mendengar suara-suara
dengan faktor presipitasi dimana aneh yang menyuruhnya untuk mondar
kekambuhan yang terjadi dapat mandir, suara itu dapat membuat pasien
diosebabkan oleh presipitasi. Teori ini menjadi cemas dan tidak terkontrol
sesuai dengan kasus Tn.R bahwa faktor sehingga saat dirumah pasien ribut dan
yang mempengaruhi timbulnya melawan sama keluarga sendiri.
haluasinasi kembali adalah tidak teratur Pelaksanaan yang dilakukan pada
minum obat dan jarang kontrol akhirnya pasien Tn.R penulis menetapkan tindakan
pasien mengalami kekambuhan, hal ini sebagai berikut : Hari pertama penulis
lah yang menjadi salah satu faktor membina hubungan saling percaya
presipitasi munculnya halusinasi pada dengan Tn.R. Hari ke dua penulis
pasien.(14) melakukan implementasi kepada Tn.R
Menurut Direja diagnosa yaitu menjelaskan kembali tentang
halusinasi dan mengajarkan cara Hasil penelitian sebelum dan sesudah
menghardik. Hari ketiga melakukan diberikan intervensi selama 6 hari telah
implementasi yaitu mengajarkan pasien terjadi penurunan tanda dan gejala
bercakap-cakap kepada teman sekamar. halusinasi pada responden. Intervensi
Hari keempat melakukan implementasi bercakap-cakap dan kegiatan terjadwal
yaitu mengajarkan pasien aktivitas adalah opsi yang sesuai diberikan kepada
terjadwal, dengan mencatat jadwal harian pasien halusinasi dibandingkan dengan
pasien serta memotivasi pasien untuk cara menghardik, karena menunjukkan
melakukan kegiatan tersebut setiap hari. hasil evaluasi yang lebih signifikan.(12)
Hari kelima melakukan implementasi Hasil evaluasi dari terapi bercakap-
yaitu mengajarkan pasien patuh minum cakap yang dilakukan selama 6 hari ini
obat dan pentingnya minum obat, serta mengalami penurunan tanda dan gejala
mengajarkan 8 prinsip benar obat kepada halusinasi. Pada pasien Tn.R dihari
pasien. pertama sebelum melakukan intervensi
Evaluasi dari hasil pasien selama 6 bercakap-cakap frekuensi halusinasi yang
hari dengan masalah gangguan persepsi terjadi sebanyak 3x/hari pada magrhib
sensori : halusinasi pendengaran teratasi jam 18.00 WIB, malam jam 20.00 WIB
sepenuhnya. Pasien Tn.R dalam satu dan jam 23.00 WIB. Sebelum dilakukan
pertemuan sudah mampu terbina intervensi Pasien mendapatkan skor 14
hubungan saling percaya dan dalam lima dari 17 tanda gejala halusinasi dengan
hari pasien sudah mampu mengenal keterangan tidak adanya penurunan tanda
halusinasi, mampu mengendalikan gejala halusinasi, tanda gejala yang
halusinasi dan memanfaatkan patuh tampak yaitu tersenyum atau tertawa
minum obat dengan baik. Hal ini sesuai tidak sesuai, Pergerakan mata cepat,
dengan teori Kusumawati & Hartono Respon verbal lambat, suka menyendiri,
bahwa evaluasi merupakan proses yang peningkatan denyut jantung, peningkatan
berkelanjutan dilakukan terus menerus tekanan darah, tidak bisa membedakan
untuk menilai efek dari tindakan halusinasi dan realita, perhatian hanay
keperawatan yang telah dilakukan.(16) beberapa menit/detik, berkeringat,
2. Analisis Intervensi tremor, perilaku teror akibat panik,
Intervensi becakap-cakap dan menarik diri, tidak mampu merespon
kegiatan terjadwal pada pasien halusinasi perintah yang kompleks, tidak mampu
pendengaran adalah intervensi yang merespon lebih dari 1 orang.
dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini. Tingkat pengetahuan dalam
mengontrol halusinasi dengan bercakap- setiap hari serta mengajarkan pasien
cakap mendapatkan skor 6 dari 15 untuk bercakap-cakap jika halusinasinya
pertanyaan dimana 6 pertanyaan berisi muncul. Hal ini sejalan dengan penelitian
kemampuan mengenal halusinasi dan 6 Donner &Winklun yaitu Terjadinya
pertanyaan berisi kemampuan bercakap- penurunan intensitas halusinasi dapat
cakap halusinasi. Mampu menjawab dicegah dengan cara menganjurkan
pertanyaan kemampuan mengenal pasien melaksanakan bercakap- cakap,
halusinasi dimana mampu menyebutkan Proses distraksi akan terjadi ketika
isi, waktu, situasi, perasaan saat seseorang atau penderita berkomunikasi
halusinasi, mengetahui becakap-cakap dengan orang lain. Secara tanpa disadari,
salah satu cara mengontrol halusinasi, perhatian penderita tidak lagi terfokus
menyebutkan cara yang dilakukan selama pada halusinasi tetapi beralih
ini untuk mengatasi halusinasi yaitu perhatiannya ke percakapan. Kemampuan
dengan cara menghardik. Tidak mampu penderita dalam bersosialisasi berpeluang
menjawab pertanyaan seperti dapat ditingkatkan dengan adanya latihan
menyebutkan efektivitas/manfaat bercakap-cakap ini, karena ternyata
bercakap-cakap, menjelaskan cara bercakap-cakap dapat menumbuhkan dan
bercakap-cakap, menyebutkan cara meningkatkan kepercayaan diri penderita
mengatasi, memperagakan, mengontrol untuk berinteraksi dengan orang lain . (17-
19)
halusinasi dengan cara bercakap-cakap,
dan melakukan latihan bercakap-cakap Pada kegiatan terjadwal, pasien
sesuai dengan jadwal, serta 3 pertanyaan diajarkan untuk menentukan jadwal
berisi kemampuan melakukan kegiatan harian yang dapat dilakukan, pasien
terjadwal dimana tidak mampu diajarkan untuk mencatat jadwal harian
menyebutkan jadwal kegiatan terjadwal, sendiri di kertas serta melakukan semua
tidak mampu membuat jadwal kegiatan kegiatan terjadwal tersebut setiap hari.
harian, tidak mampu melakukan semua Kegiatan terjadwal yang pasien lakukan
kegiatan terjadwal. jika halusinasinya muncul yaitu seperti
Pada terapi bercakap-cakap pasien nonton tv, olahraga dan yang paling
diajarkan cara bercakap-cakap yang sering dilakukan pasien yaitu dengan
benar, mengajarkan manfaat dari kegiatan spiritual seperti baca surat yasin.
bercakap-cakap, memperagakan Menurut Keliat 2014, Aktivitas yang
bercakap-cakap dan melatih pasien terjadwal, pasien tidak akan mengalami
bercakap-cakap dengan teman sekamar waktu luang sendiri. Aktivitas terjadwal
dapat dilakukan dengan terapi spiritual cakap kemampuan mengontrol
atau dzikir, hal ini sejalan dengan mengalami peningkatan dalam
penelitian Dermawan terdapat pengaruh mengontrol halusinasinya. Terapi
terapi spiritual untuk mengontrol individu bercakap-cakap dapat
halusinasi. Setelah dilakukan 6 kali Meningkatkan kemampuan mengontrol
pertemuan didapat pada Tn. A, Tn. R dan halusinasi pada pasien halusinasi
Tn. N mampu mengontrol halusinasi.(20) pendengaran. Menurut Afnuhazi
Setelah diberikan intervensi bercakap- mengurangi risiko halusinasi muncul
cakap dan kegiatan terjadwal selama 6 adalah dengan menyibukkan diri dengan
hari pada Tn.R terjadi penurunan cara beraktivitas. Dengan beraktivitas
frekuensi halusinasi menjadi 1x/hari pada secara terjadwal, pasien tidak akan
maghrib jam 18.00 wib. Tn.R terjadi mengalami waktu luang sendiri. Aktivitas
penurunan tanda dan gejala halusinasi terjadwal dapat dilakukan dengan terapi
menjadi 3 yaitu memiliki pergerakan spiritual atau dzikir menurut Keliat.(21-23)
mata cepat, perhatian hanya beberapa Kesimpulan
menit/detik dan berkeringat dan Dari Studi Kasus ini dapat disimpulkan
mendapatkan skor 15 dari 15 pertanyaan bahwa :
dalam pengetahuan mengontrol Tanda dan Gejala Halusinasi yang
halusinasi dengan bercakap-cakap dan ditunjukkan oleh pasien setelah dilakukan
kegiatan terjadwal yaitu mampu intervensi bercakap-cakap dan kegiatan
menyebutkan semua pertanyaan yang terjadwal pasien menunjukkan penurunan
diberikan. tanda dan gejala halusinasi dari skor 14
Uraian diatas menunjukkan menjadi skor 3 dimana tanda dan gejala
keberhasilan pada pasien Tn.R dalam yang masih ditunjukkan yaitu pergerakan
pemberian intervensi dimana pasien mata cepat, perhatian hanya beberapa
sudah lebih baik dalam mengendalikan menit dan berkeringat, dan pasien mampu
halusinasinya, mampu melakukan menyebutkan isi, jenis, waktu, frekuensi,
bercakap-cakap pada teman sekamar, dan situasi yang menimbulkan dan mampu
mampu melakukan kegiatan terjadwal menjelaskan respon terhadap halusinasi.
dan ditandai terjadi penurunan tanda dan Dari hasil pengkajian didapatkan
gejala setelah diberikan intervensi selama gangguan jiwa pasien disebabkan oleh
6 hari dari skor 14 menjadi skor 2. Hal ini dua faktor yaitu faktor presipitasi dan
sejalan dengan penelitian O Fresa dengan faktor predisposisi. Faktor predisposisi
di berikann terapi individu bercakap terdiri dari aspek psikologis. Aspek
psikologis yaitu mempunyai masa lalu Pengembangan Kesehatan
yang buruk seperti sering main ke tempat Kementerian RI tahun 2018.
4. Iwasil, A., Sari, S. M. and Suryanata,
angker dan pernah dipasung yang
L. (2019) ‘Perancangan Interior Pusat
membuat pasien trauma dengan hal yang Terapi Okupasi bagi Penderita
angker. Faktor Presipitasi terdiri dari Skizofrenia di Malang’, Jurnal Intra,
Vol. 7 No.
aspek biologis yaitu Aspek biologis yaitu
5. Sianturi, (2014). Organisasi dan
karena pengobatan yang kurang berhasil Manajemen Pelayanan Kesehatan.
dimana pasien mengatakan tidak rajin Jakarta: EGC.
6. Widianti, Keliat & Wardhani. (2017).
minum obat sehingga membuat pasien
Aplikasi Terapi Spesialis
putus obat Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Setelah dilakukan intervensi bercakap- Skizofrenia dengan Harga Diri
cakap, pasien dari tidak mampu menjadi Rendah Kronis Di RSMM Jawa
Barat. Jurnal Pendidikan
mampu menjelaskan cara bercakap- Keperawatan Indonesia.
cakap, menyebutkan manfaat bercakap- 2017;3(1):83–99.
cakap, menyebutkan cara mengatasi 7. Wahyuningsih, S. A. (2020). Terapi
Thought Stopping, Relaksasi
halusinasi dengan bercakap-cakap,
Progresif dan Psikoedukasi terhadap
memperagakan cara bercakap-cakap, Penurunan Ansietas Pasien GGK
melakukan latihan bercakap-cakap sesuai yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal
Keperawatan Silampari, 3(2), 648–
jadwal, dan mampu mengontrol
660.
halusinasi dengan cara bercakap-cakap 8. Dermawan, D., & Rusdi. (2013).
saat halusinasi muncul Keperawatan Jiwa : Konsep dan
kerangka kerja asuhan keperawatan
Setelah dilakukan intervensi kegiatan
jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
terjadwal pasien mampu menyebutkan 9. Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa
jadwal kegiatan harian, mampu membuat (Edisi Revisi). Bandung : Refika
jadwal kegiatan harian, dan mampu Medika.
10. Oky, F., Heppy, R., & Syamsul, A.
melakukan semua kegiatan terjadwal. (2015). Efektifitas Terapi Individu
Bercakapcakap dalam Meningkatkan
Referensi Kemampuan Mengontrol Halusinasi
pada Pasien Halusinasi Pendengaran
1. Eko, Prabowo. (2014). Konsep &
di RSJ Dr. Amino Gondohutomo
Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu
Yogyakarta: Nuha Medika.
Keperawatan dan Kebidanan.
2. Undang-undang No 18 tahun
11. Kristiadi, Y., Rochwamati, H. D., &
2014.Kesehatan Jiwa. Jakarta ;2014
Sawab. (2015). Pengaruh aktivitas
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
terjadwal terhadap terjadinya
(2018). Badan Penelitian dan
halusinasi di rsj dr amino
gondohutomo provinsi jawa tengah. 21. Fresa, O.,dkk. (2015). Efektivitas
Jurnal I Mu Keperawatan Dan Terapi Individu Bercakap-cakap
Kebidanan (JIKK), Vol...No..., 000, Dalam meningkatkan kemampuan
1–6. Mengontrol Halusinasi Pada Pasien
12. Alfaniyah, U., & Pratiwi, Y. S. Halusinasi Pendengaran Di RSJ DR.
(2021). Penerapan Terapi Bercakap- Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
cakap pada Pasien Gaangguan Tengah. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Persepsi Sensori : Halusinasi. 2398– Kebidanan (JIKK).
2403. 22. Afnuhazi, Ridhyalla. (2015).
13. Annis, Muhamad. (2017). Upaya Komunikasi Terapeutik Dalam
Penurunan Intensitas Halusinasi Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Dengan Memotifasi Melakukan Gosyen Publishing.
Aktivitas Secara Terjadwal. 23. Keliat, B. (2014). Terapi Aktivitas
14. Keliat, Budi Anna, Dkk. (2019). Kelompok (B. Angelina, Ed.).
Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
EGC.
15. Direja, Ade Herman S. (2011). Buku
Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
16. Kusumawati F dan Hartono Y. 2011.
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta
: EGC.
17. Donner, L., & Wiklund Gustin, L.
(2020). Navigating between
Compassion and Uncertainty–
Psychiatric Nurses’ Lived
Experiences of Communication with
Patients Who Rarely Speak. Issues in
Mental Health Nursing, 42(4), 307–
316.
18. Stuart Gail W. (2019). Principles And
Practice Of Psychiatric Nursing.
19. Ibrahim, O., & Devesh, S. (2019).
Implication of public speaking
anxiety on the employability of
Omani graduates. Journal of
Teaching and Learning for Graduate
Employability, 10(2), 122–135.
20. Dermawan, D. (2017). Pengaruh
Terapi Psikoreligius: Dzikir Pada
Pasien Halusinasi Pendengaran di
RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
Volume 15 no. 1.

Anda mungkin juga menyukai