Anda di halaman 1dari 10

Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.

Y Dengan Masalah Halusinasi


Pendengaran Di Ruangan Sorik Merapi
Jurham Zandroto

*zandrotojurham@gmail.com

ABSTRACT
Auditory hallucinations are a condition of one of the mental disorders in which a person is unable to
distinguish between real life and fake life. The purpose of this writing is to provide mental nursing care
to Mr.Y at RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan. Descriptive writing method, namely a case study
by conducting nursing care to patients with sensory perception problems of auditory hallucinations with
a treatment implementation strategy (SP) carried out for 6 days at Mr.Y. Data collection techniques
were carried out using interview techniques, observation and physical examination. The nursing
problem found in Mr. Y's patients is auditory hallucinations. With 6 days of management, Mr. Y can
control auditory hallucinations by scolding, taking medication regularly, conversing with other people,
carrying out scheduled activities. Suggestions in managing patients with auditory hallucinations are
expected that with this study medical staff can build a trusting relationship with clients so that good
communication can emerge and clients can express their problems in order to achieve the nursing
process, the role of the family to visit clients and take care of clients who are now living themselves and
provide sufficient support and attention to the client in order to speed up the client's healing process.

Keywords: Hallucinations, Psychiatric nursing care

PENDAHULUAN besar dari masyarakat sekitarnya


Skizofrenia berasal dari bahasa yunani yakni dibandingkan individu yang menderita penyakit
“Skhizein” yang dapat diartikan retak atau medis lainnya. Penderita skizofrenia biasanya
pecah (split), dan “phren” yang berarti pikiran, timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, dan
yang selalu dihubungkan dengan fungsi berusia 11-12 tahun menderita skizofrenia.
emosi. Dengan demikian seseorang yang (Pardede et al, 2016). Gejala skizofrenia dapat
mengalami skizofrenia adalah seseorang mengalami perubahan semakin membaik atau
yang mengalami keretakan jiwa atau bisa semakin memburuk dalam kurun waktu
dikatakan juga keretakan kepribadian serta tertentu, hal tersebut berdampak dengan
emosi (Astari, 2020). Skizofrenia merupakan hubungan pasien dengan dirinya sendiri serta
suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis orang yang dekat dengan penderita (Pardede
yang ditandai dengan hambatan dalam et al 2015).
berkomunikasi, gangguan realitas, afek tidak
wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif Skrizofrenia sering dijumpai dilapisan
serta mengalami kesulitan dalam melakukan masyarakat dan dapat dialami setiap manusia.
aktivitas sehari-hari (Pardede & Laia, 2020). Selain itu skrizofrenia juga memliki beberapa
tipe antara lain skrizofrenia paranoid,
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi skrizofrenia disorganisasi, skrizofrenia
psikotik yang memengaruhi berbagai area katatonik, skrizofrenia residual. Skizofrenia
fungsi individu, termasuk berpikir, tidak dapat diterangkan sebagai satu penyakit
berkomunikasi, mau untuk menerima, saja (Kusuma et al, 2020).
menginterpretasikan realitas, merasakan dan Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik
menunjukkan emosi. Pasien skizofrenia sering yang memengaruhi berbagai area fungsi
mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih individu, termasuk berpikir, berkomunikasi,
menerima, menginterpretasikan realitas, sadar lagi akan dirinya atau sampai tidak
merasakan dan menunjukkan emosi. mengenali dirinya dan dapat terjadi disorientasi
Menambahkan definisi skizofrenia yaitu waktu (Silaban, 2021). Satu ciri khas
penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan, skizofrenia adalah halusinasi sensori, salah
gangguan otak yang ditandai dengan pikiran satunya pada sensori pendengaran. Pasien
kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh dengan halusinasi pendengaran biasa
(Pardede et al, 2015). mendengar suara-suara (Awaliyah, 2021).
Halusinasi pendengaran adalah ketika klien
Halusinasi adalah suatu gejala pada individu mendengar suara-suara jelas maupun tidak
dengan gangguan jiwa yang mengalami jelas dimana suara tersebut biasa mengajak
gangguan perubahan persepsi sensori yang klien berbicara atau melakukan sesuatu tetapi
ditandai dengan klien merasakan sensasi tidak berhubungan dengan hal nyata yang
berupa suara, penglihatan, pengecapan, orang lain tidak mendengarnya (Aulia, 2021).
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus Pasien yang mengalami halusinasi
yang nyata (Keliat, 2014). Halusinasi sudah pendengaran yaitu pasien tampak berbicara
melebur dan pasien merasa sangat ketakutan, atau tertawa-tawa sendiri, pasien marah-marah
panik dan tidak bisa membedakan antara sendiri, menutup telinga seketika karena
khayalan dan kenyataan yang dialaminya. menganggap bahwa ada yang berbicara
Subjek di dalam pembuatan askep ini dengannya (Hairul, 2021).
berjumlah 1 orang dengan pasien masah
halusinasi pendengaran atas nama inisial Tn.Y, Hasil survey awal yang dilakukan diruang rawat
penyebabnya Tn Y sebagai subjek di inap Sorik Merapi di RSJ Prof, Dr, M.Ildrem,
karenakan pasien belum bisa mengatasi terdapat 43 orang pasien yang mengalami
emosinya selain minum obat. Maka tujuan skizofrenia dengan masalah gangguan
asuhan keperawatan yang akan di lakukan preseppsi sensori : Halusinasi sehingga penulis
ialah untuk mengajarkan standar pelaksanaan tertarik untuk memberikan asuhan
masalah halusinasi pendengaran pada saat keperawatan pada pasien dengan masalah
Tn.Y mengalami halusinasinya. Gangguan presepsi sensori : Halusinasi
Pendengaran
Halusinasi merupakan keadaan seseorang
mengalami perubahan dalam pola dan jumlah METODE
stimulasi yang di prakarsai secara internal atau Metode penulisan ini adalah studi kasus
eksternal disekitar dengan pengurangan dengan menggunakan 5 tahap proses
berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon keperawatan yaitu, pengkajan keperawatan,
terhadap setiap stimulasi (Pardede, Silitonga & diagnesoa keperawatan, perencanaan,
Laia, 2020). Halusinasi merupakan gejala yang implemnetasi keperawatan dan evaluasi.
sering muncul pada penderita gangguan jiwa Subjek penulisan ini adalah satu orang pasien
dan memiliki kaitan erat dengan early yaitu Tn.Y dengan masalah halusinasi
psychosis akibat trauma pada masa kanak- pendengaran di RSJ Prof. Dr. Muhammad
kanak. Halusinasi biasanya muncul pada Ildrem Medan. Waktu pelaksanaan dimulai dari
pasien pada gangguan jiwa diakibatkan tanggal 1 November 2022 - 18 November
terjadinya perubahan orientasi realita, pasien 2022. Pengumpulan data menggunakan
merasakn stimulus yang sebetulnya tidak ada wawancara langsung pada pasien dan
(Erviana & Hargiana, 2018) keluarga, observasi dilakukan hanya pada
pasien dan studi dokumentasi.
Halusinasi terjadi karena menunjukan reaksi
emosi berlebihan atau kurang serta berperilaku HASIL
aneh Bahaya secara umum yang terjadi pada Hasil pengkajian dan observasi dilakukan
pasien dengan halusinasi pendengaran adalah tanggal 2 november 2022, Tn. Y (44 tahun)
gangguan pasikotik berat dimana pasien tidak masuk ke di RSJ Prof. Dr. Muhammad ildrem
medan pada tanggal 20 Juni 2022 dengan kegiatan membersihkan tempat tidur.
diagnosis medis Skizofrenia.
Pasien berbicara lancar dan mampu
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 2 melakukan aktivitas fisik. Tidak ada alam
November 2022, pasien mengatakan bahwa ia perasaan spesifik karena kadang pasien
dirawat di RSJ karena sering menangis tanpa tampak biasa saja, kadang merasa sedih
sebab, keluyuran sendirian, tidak mampu karena klien merasa dia dikurung. Saat dikaji
mengurus diri sendiri, mengurung diri, kontak mata pasien kurang ketika diajak bicara.
mendengar suara-suara menakutkan seperti Saat dikaji tampak tidak rapi dan jarang gosok
tangisan. gigi.

Faktor predisposisi, Klien sebelumnya pernah Saat dikaji kontak mata pasien kurang ketika
mengalami gangguan jiwa dan dirawat diajak bicara dan sesekali menunduk. Proses
diRSJ,dan pulang kerumah dalam keadaan pikir pasien sesuai dengan topik pembicaraan
tenang. Dirumah klien tidak rutin minum dan afek pasien sesuai dengan stimulus yang
obat, tidak mau kontrol .sehingga klien ada. Saat dikaji pasien tidak memiliki
kambuh lagi. Klien awalnya marah -marah, halusinasi tetapi berpenampilan kotor, bau dan
mengganggu orang lain, susah tidur, dan acak-acakan. Klien kadang-kadang menunduk
suka keluyuran, hal ini dialami sejak 2 saat diajak berbicara dan tidak mau
bulan dialaminya, klien juga tidak teratur berinteraksi dengan orang lain. Klien merasa
minum obat, sehingga keluarga membawa malu karena memiliki penyakit tersebut. Klien
klien kembali ke RSJ . Keluarga klien tidak mengatakan sudah gagal menjadi suami
ada yang pernah mengalami gangguan jiwa. karena tidak mampu menafkahi istrinya, klien
Tn.Y pertama kali di rawat di RSJ pada tidak mau kembali kerumah karena takut
tahun 2020 bulan juni dengan keluhan dikucilkan orang-orang dimana dia tinggal.
mudah marah-marah, pandangan tajam, dan
menganggap dirinya tidak berguna lagi dan Sedangkan untuk data objektif, pasien tampak
keluarga memutuskan untuk membawa klien ke tampak ketakutan dan menutup telinga dan
RSJ. gelisah, mulut tampak komat-kamit ketika
sendirian. Pasien tampak murung dan mondar
Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan mandir sendirian, tampak menyendiri dan tidak
kelompok/masyarakat. Pada saat di RSJ, klien peduli dengan lingkungannya, ketika diajak
juga tidak mengikuti kegiatan seperti senam berbicara ingin mengakhiri pembicaraan dan
dan aktivitas kelompok, klien hanya melakukan kontak mata kurang ketika diajak bicara.
kegiatan membersihkan tempat tidur. Pasien
berbicara lancar dan mampu melakukan Diagnosa keperawatan yang ditegakkan
aktivitas fisik. Tidak ada alam perasaan spesifik sebagai berikut:
karena kadang pasien tampak biasa saja, 1.Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
kadang merasa sedih karena klien merasa dia Pendengaran
dikurung. Saat dikaji kontak mata pasien 2. Isolasi Sosial Menarik Diri
kurang ketika diajak bicara. 3. Harga diri rendah
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak
ada yang memiliki gangguan jiwa, hanya Intervensi Keperawatan kepada Tn. J
dirinya saja. Setelah itu klien mulai menunjukan dilakukan berdasarkan strategi pelaksanaan
gangguan jiwa sering marah-marah tanpa (SP): pada diagnosa Halusinasi Pendengaran
sebab, mendengar suara orang memaharinya. SP1: bagian pertama, mengidentifikasi isi,
Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, dan
kelompok/masyarakat. Pada saat di RSJ, klien respon halusinasi. Bagian kedua, mengontrol
juga tidak mengikuti kegiatan seperti senam halusinasi dengan cara menghardik. SP2:
dan aktivitas kelompok, klien hanya melakukan mengontol halusinasi dengan cara minumobat
teratur. SP3: mengontrol halusinasi dengan dengan teman sekamarnya, perlahan lahan
bercakap cakap dengan orang lain. SP4: pasien sudah memiliki perkembangan selama
mengontrol Halusinasi dengan melakukan 1 minggu didapatkan hasil pasien mulai
kegiatan yang terjadwal. Pengendalian berinteraksi dengan orang-orang, sudah mulai
halusinasi yang dapat diterapkan pada pasien tersenyum jika diberikan candaan.
yakni menghardik, bercakap-cakap,
berkegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat, Kemudian dilanjutkan dengan strategi
dan mengonsumsi obat secara teratur (Aldam, pelaksanaan harga diri rendah. strategi
2019). pelaksanaan pada harga diri rendah, SP 1 :
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
Diagnosa kedua Isolasi Sosial Menarik Diri yang dimiliki pasien , setelah melakukan
diberikan SP1: menjelaskan keuntungan dan strategi ini ,klien mengetahui dan
kerugian memiliki teman.SP2: melatih klien menyebutkan hal positif yang dimiliki dalam
berkenalan dengan 2 orang atau lebih. SP3: dirinya dengan bantuan. SP 2 : menilai
melatih klien bercakap cakap sambil kemampuan yang dapat digunakan ,
melakukan kegiatan harian. SP4: melatih menetapkan/memiliki kegiatan sesuai
berbicara sosial: seperti meminta sesuatu, kemampuan, dan melatih kemampuan sesuai
berbelanja dan sebagainya. Isolasi sosial kemampuan yang dipilih 1, setelah melakukan
merupakan keadaan dimana seseorang strategi ini Klien melakukan kegiatan yang
individu mengalami penurunan atau bahkan dipilih satu yaitu Mencuci piring setelah makan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan dengan bantuan. SP 3: melatih kemampuan
orang lain disekitarnya (Damanik at al, 2020). yang dipilih 2, setelah strategi ini Klien
melakukan kegiatan yaitu Bersihbersih kamar
Diagnosa ketiga defisit perawatan diri, SP1 sebelum dan sesudah tidur .SP 4 : melatih
melatih cara perawatan diri: mandi, SP2 kemampuan yang dipilih 3 Klien melakukan
melatih cara perawatan diri: berhias, SP3 kegiatan yaitu Sholat dan mengajari teman lain
melatih cara perawatan diri: makan/minum, yang beragama muslim untuk sholat. perlahan
SP4 melatih cara perawatan diri: bak/bab lahan pasien sudah memiliki perkembangan
selama 1 minggu didapatkan hasil pasien mau
Implementasi pada yang dilakukan selama 3 melakukan kegiatan sesuai kemampuannnya,
minggu setiap diagnosa dilakukan selama 1 sudah mulai tersenyum jika melakukan
minggu, minggu pertama 5 kali pertemuan kegiatan.
mengatasi masalah halusinasi pendengaran,
hasil didapatkan pasien mampu menghardik , PEMBAHASAN
pasien mampu minum obat secara teratur, Setelah penulis melaksanakan asuhan
setelah melakukan strategi ini Klien keperawatan kepada Tn.Y dengan gangguan
mengatakan sudah mengerti jadwal minum persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran di
obat, klien tampak meminum obat teratur 2x Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem, maka
sehari . klien meminum obat Risperidone 2 x 1 penulis membahas kesenjangan yang terjadi
tablet & Clozapine 2x ½ tablet. Klien mampu pada kasus skizofrenia merupakan kondisi
melakukan kegiatan terjadwal, klien dimana mempengaruhi individu dalam
mengatakan tadi dia sudah melakukan berkomunikasi, berfikir dan emosi. (Pardede,
membersihkan tempat tidur dan menyapu 2020) Skizofrenia merupakan kondisi psikotik
ruang kamarnya. yang dimana kondisi tersebut berpengaruh
pada fungsi dari individu tertentu baik dari segi
Minggu kedua 6 kali pertemuan mengatasi berpikir, berkomunikasi,menerima,
masalah isolasi sosial, perlahan demi perlahan menafsirkan kenyataan, merasakan dan
pasien diawali dengan belajar berkenalan, menunjukkan emosi serta penyakit kronis yang
dengan mahasiswa yang sengan menjalani ditandai dengan pikiran kacau, delusi,
peraktek, dilanjutkan dengan berkenalan halusinasi, dan perilaku aneh.
Dalam pengkajian ini dilakukan secara
Dalam pengkajian ini, penulis menemukan langsung pada klien dan juga dengan
kesenjangan karena ditemukan pada kasus menjadikan status klien sebagai sumber
Tn.Y dimana klien mendengar suara-suara informasi yang dapat mendukung data-data
yang menyuruh untuk melakukan sesuatu pengkajian. Selama proses pengkajian,
seperti marah menghancurkan barang dan perawat mengunakan komunikasi terapeutik
mengamuk, gelisah, mondar-mandir, sedih, serta membina hubungan saling percaya
kontak mata kurang, wajah tampak lesu, antara perawat-klien. Penulis menemukan
kadang gelisah dan lain-lain. Gejala-gejala kesenjangan karena ditemukan pada kasus
yang muncul tersebut tidak semua mencakup Tn.Y dimana klien mendengar suara-suara
dengan yang ada di teori klinis dari halusinasi, yang menyuruh untuk melakukan sesuatu
akan tetapi terdapat faktor predisposisi seperti marah menghancurkan barang dan
maupun presipitasi yang menyebabkan mengamuk, gelisah, mondar-mandir, sedih,
kekambuhan penyakit yang dialami oleh Tn. Y kontak mata kurang, wajah tampak lesu,
(Keliat, 2016). kadang gelisah dan lain-lain. Gejala-gejala
yang muncul tersebut tidak semua mencakup
Dalam pengkajian ini, penulis menemukan dengan yang ada di teori klinis dari halusinasi,
kesenjangan karena ditemukan. Pada kasus akan tetapi terdapat faktor predisposisi
Tn.Y, klien mendengar suara-suara yang maupun presipitasi yang menyebabkan
menyuruh untuk marah-marah dan merusak kekambuhan penyakit yang dialami oleh Tn. Y
barang. Gejala-gejala yang muncul tersebut (Keliat,.2016).
tidak semua mencakup dengan yang ada di
teori klinis dari halusnasi (Keliat,2011). Akan Pada Teori Halusinasi (NANDA, 2015-2017),
tetapi terdapat faktor predisposisi maupun diagnosa keperawatan yang muncul sebanyak
presipitasi yang menyebabkan kekambuhan 3 diagnosa keperawatan (Aji, 2019) yang
penyakit yang dialami oleh Tn.Y. meliputi: Harga diri rendah , Isolasi social
,Halusinasi .
Menurut (Livana PH, 2018) Halusinasi
merupakan bentuk yang paling sering terjadi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
pada gangguan sensori persepsi. Klien bahwa sebelum diberikan intervensi dapat
memberi pendapat mengenai lingkungan diketahui rendahnya pengetahuan pasien
tanpa objek atau rangsangan nyata. dalam menghardik halusinasi, keuntungan
Contohnya klien mengatakan bahwa ia mempunyai teman dan cara perawatan diri.
mendengar suara padahal tidak ada orang Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang berbicara. Gangguan jiwa mengalami yang dilakukan oleh Santi (2021) bahwa
gejala dimana klien mengalami perubahan kemampuan pasien dalam mengontrol
persepsi sensori: merasakan sensori palsu halusinasi menurut di pengaruhi oleh faktor
berupa suara, penglihatan, pengecapan atau internal seperti sejauh mana pemahaman
penghiduan pasien mengenai halusinasi. seperi pasien
mampu mengenai halusinasinya sendiri, pasien
Setelah penulis melaksanakan asuhan memiliki untuk sembuh, keterbukaan pasien
keperawatan kepada Tn.J dengan Halusinasi menyampaikan isi halusinasi atau apa yang
Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. pasien alami, dan respon atau sikap pasien
M.Ildrem maka penulis akan membahas dalam menghadapi halusinya apabila muncul.
kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan Selain faktor internal, peneliti juga
kasus. Pembahasan dimulai melalui tahapan menerangkan adanya faktor eksternal yang
proses keperawatan yaitu pengkajian, mempengaruhi kemampuan mengontrol pasien
diagnosa keperawatan, perencanaan, seperti pengetahuan dan dukungan yang ada
pelaksanaan dan evaluasi. pada keluarga pasien, lingkungan tempat
tinggal pasien, dan asuhan keperawatan.
(SP) berikut: Diagnosa pertama Halusinasi
Faktor predisposisi yaitu pasien sebelumnya Pendengaran SP1: a.Mengidentifikasi
pernah mengalami gangguan jiwa sejak tahun isi,frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
2002 karena ibunya meninggal, sejak itu klien dan respon halusinasi. b.mengontorl halusinasi
mulai menunjukan gangguan jiwa dimana dengan cara menghardik. SP2: mengontol
sering menangis tanpa sebab, mendengar halusinasi dengan cara minum obat teratur.
suara orang menangis dan merasa saudaranya SP3: mengontrol halusinasi dengan bercakap
mau menjual mesin jahit dari ibunya sehingga cakap dengan orang lain. SP4: mengontrol
membuat klien marah. Pasien sebelumnya Halusinasi dengan melakukan kegiatan yang
sudah dirawat di RSJ Prof. Dr.M.Ildrem dan terjadwal.
pulang ke rumah dalam keadaan tenang, tetapi
dirumah klien putus obat. Hal ini sejalan Diagnosa kedua Isolasi Sosial Menarik Diri ,
dengan penelitian Saputri (2016) bahwa faktor SP1: menjelaskan keuntungan dan kerugian
predisposisi gangguan jiwa pada pasien memiliki teman.SP2: melatih klien berkenalan
skizofrenia disebabkan oleh berduka, dengan 2 orang atau lebih. SP3 : melatih klien
kehilangan dan kegagalan. bercakap cakap sambil melakukan kegiatan
harian. SP4: melatih berbicara sosial: seperti
Menurut Dalami (2014) faktor presdisposisi meminta sesuatu, berbelanja dan sebagainya.
meliputi faktor biologis yaitu faktor herediter
yang mengalami gangguan jiwa, adanya resiko Diagnosa harga diri kronik , SP1
bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
kepala, dan riwayat penggunaan Napza, faktor yang dimiliki oleh pasien. SP2 : a.
biologis keluarga, pengasuh dan lingkungan Mengidentifikasi kemampuasn yang
partisipan sangat mempengaruhi respon dan digunakan, b. Memilih/menetapkan kegiatan
kondisi psikologis partisipan salah satu sikap sesuai kemampuan , c. Melatih kegiatan
atau keadaan yang dapat mempengaruhi sesuai kemampuan yang dipilih 1. SP3:
gangguan orientasi realitas adalah penolakan Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup dipilih 2, Melatih kegiatan sesuai kemampuan
partisipan adanya kegagalan yang berulang, yang dipilih 3
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif dan
faktor sosial budaya. Kondisi sosial budaya Implementasi dilakukan selama 3 minggu
mempengaruhi gangguan orientasi realita dimana setiap diagnosa diberikan latihan SP
seperti kemiskinan, konflik sosial budaya selama satu minggu. Sebelum dilakukan
(perang, kerusuhan, bencana alam), kegagalan latihan strategi pelaksanaan (SP), klien sulit
dalam hubungan sosial, dan kehidupan yang sekali diajak berbicara, disebabkan oleh
terisolasi disertai stress. beberapa faktor yang mengakibatkan pasien
memilih untuk menyendiri, pasien juga sering
Penelitian yang dilakukan oleh Utami & Rahayu mendengar suara suara yang tidak nyata yang
(2018) bahwa pasien di rawat di rumah sakit sering menggangu pasien, pasien tampak
jiwa apabila faktor eksternalnya tidak berbicara sendiri, termenung, pasien
mendukung maka kemampuan mengontrol mengatakan untuk mengatasi masalah
halusinasinya juga belum tentu baik tersebut pasien memilih untuk diam dan tidur
mengakibatkan lama sembuh. Sedangkan jika tanpa melakukan aktivitas fisik lainnya.
faktor internal dan eksternal berdampingan
maka akan meningkat kesembuhan pasien Minggu pertama 5 kali pertemuan mengatasi
atau penurunan akan kekambuhan yang masalah halusinasi pendengaran, hasil
dialami pasien. didapatkan pasien mampu mengidentifikasi
suara, frekuensi, serta waktu terjadinya
Intervensi keperawatan dilakukan pada Tn.Y halusinasi, pasien juga sudah mampu
dilakukan berdasarkan strategi pelaksanaan mengalakukan teknik menghardik, Menurut
(Fitri Hapsari & Khosim Azhari, 2020) menunjukan adanya peningkatan sosialisasi
Menghardik Halusinasi adalah upaya verbal dan nonverbal seperti, pasien mau
mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan bercakap-cakap dengan pasien lain, dan
cara menolak halusinasi yang muncul atau melakukan kegiatan sosialisasi, membantu
tidak memerdulikan halusinasinya. Setelah temanya dan bercerita kepada temannya.
diberikan asuhan keperawatan dalam
mengontrol halusinasi pasien sudah mulai Setelah dilakukan latihan Strategi
megalami perubahan dimana pasien sudah Pelaksanaan (SP) penulis melihat
tidak mendengar suara-suara yang perkembangan yang cukup baik pada pasien,
menggangu. Pasien mengatakan sudah jarang pasien sudah mulai bisa diajak berbicara
suara itu muncul, ketika sendiri suara itu tidak perlahan demi perlahan suara halusinasi juga
ada lagi. Pengendalian halusinasi yang dapat menghilang meski tidak sepenuhnya, pasien
diterapkan pada pasien yakni menghardik, juga tampak tenang ketika diajak berbcara,
bercakap-cakap, berkegiatan sesuai jadwal pasien tampak melakukan aktivitas fisik ringan
yang telah dibuat, dan mengonsumsi obat seperti menyapu dan membereskan tempat
secara teratur (Aldam, 2019). tidur. Pasien mengalami kemajuan setelah
diberikan latihan, latihan tersebut dapat
Minggu kedua 6 kali pertemuan mengatasi mengalihkan masalah utama pada kasus ini
masalah isolasi sosial, perlahan demi perlahan yaitu halusinasi pendengaran, dengan
pasien diawali dengan belajar berkenalan, melakukan aktifitas dapat mengalihkan fokus
dengan mahasiswa yang sengan menjalani terhadap halusinasi. (Rinjani,2020)
peraktek, dilanjutkan dengan berkenalan
dengan teman sekamarnya, perlahan lahan Tindakan keperawatan terapi generalis yang
pasien sudah memiliki perkembangan selama dilakukan pada Tn.Y adalah strategi
1 minggu didapatkan hasil pasien mulai pertemuan pertama sampai pertemuan
berinteraksi dengan orang-orang, sudah mulai empat. Strategi pertemuan pertama meliputi
tersenyum jika diberikan candaan. Respons mengidentifikasi isi, frekuensi, jenis, dan
afektif pada klien Tn.J dengan isolasi sosial respon klien terhadap halusinasi serta melatih
adalah merasa sedih, merasa tidak peduli cara menghardik halusinasi. Strategi
dengan orang lain, menarik diri, merasa pertemuan kedua yang dilakukan pada Tn.Y
tertekan atau depresi. Hal ini sejalan dengan meliputi melatih cara mengendalikan dengan
penelitian Sukaesti (2019) perilaku klien bercakap-cakap kepada orang lain. Strategi
dengan isolasi sosial adalah menjauh dari pertemuan yang ketiga adalah menyusun
orang lain, menarik diri, tidak ada kontak jadwal kegiatan bersama-sama dengan klien.
mata, malas bergerak dan melakukan Strategi pertemuan keempat adalah
aktivitas, berdiam diri dikamar, menolak mengajarkan dan melatih Tn.Y cara minum
berhubungan dengan orang lain. obat yang teratur.

Minggu ketiga mengatasi harga diri kronik diri 5 Pada Teori Halusinasi (NANDA, 2015-2017),
kali pertemuan, langkah pertama diberikan diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien untuk , hasil didapatkan sebanyak 3 diagnosa keperawatan (Aji, 2019)
mengatakan bahwa dia senang melakukan yang meliputi: Harga diri rendah , Isolasi
kegiatan dikarenakan kegiatan tersebut sesuai social ,Halusinasi.
kemampuannya.
Dengan melakukan strategi pertemuan yaitu
Sebelum pemberian terapi wajah klien tampak mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi,
murung dan cenderung tidak mau berbicara perasaan, respon halusinasi. Kemudian
dengan orang lain dan wajah tampak murung . strategi pertemuan yang dilakukan yaitu
Setelah diberikan intervensi keperawatan latihan mengontrol halusinasi dengan cara
menggunakan strategi pelaksanaan terlihat menghardik. Strategi pertemuan yang kedua
perubahan secara fisiologis dimana
yaitu anjurkan minum obat secara teratur, Halusinasi.
strategi pertemuan yang ke tiga yaitu latihan https://doi.org/10.31219/osf.io/n9dgs
dengan cara bercakap - cakap pada saat Aldam, S. F. S., & Wardani, I. Y. (2019).
aktivitas dan latihan strategi pertemuan ke Efektifitas penerapan standar asuhan
empat yaitu melatih klien melakukankegiatan keperawatan jiwa generalis pada pasien
terjadwal. skizofrenia dalam menurunkan gejala
halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa
Pada tinjauan kasus evaluasi yang (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
didapatkan adalah: Klien mampu mengontrol Indonesia, 7(2), 165-172.
dan mengidentifikasi halusinasi, Klien mampu https://doi.org/10.26714/jkj.7.2.2019.167-
melakukan latihan bercakap-cakap dengan 174
orang lain, Klien mampu melaksanakan
jadwal yang telah dibuat bersama, Klien Damanik, R. K., Pardede, J. A., & Manalu, L.
mampu memahami penggunaan obat yang W. (2020). Terapi Kognitif Terhadap
benar: 5 benar. Selain itu, dapat dilihat dari Kemampuan Interaksi Pasien
setiap evalusi yang dilakukan pada asuhan Skizofrenia Dengan Isolasi Sosial. Jurnal
keperawatan, dimana terjadi penurunan Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 11(2),
gejala yang dialami oleh Tn.Y dari hari kehari 226-235.
selama proses interaksi. http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v11i2.822
Keliat B. A. (2016). Proses Keperawatan Jiwa
SIMPULAN Edisi II. Jakarta : EGC..
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi
psikotik yang mempengaruhi berbagai area Keliat, B. A dan Akemat. (2011). Model Praktik
fungsi individu, termasuk berpikir, Keperawatan Profesional Jiwa.
berkomunikasi, merasakan, dan Jakarta:EGC
mengekspresikan emosi, serta gangguan otak Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar,
yang ditandai dengan pikiran yang tidak RISKESDAS.Jakarta: Kemenkes RI.
teratur, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh.
Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Beban
kekambuhan penderita skizofrenia dengan Keluarga Berhubungan Dengan
halusinasi meliputi ekspresi emosi keluarga Pencegahan Kekambuhan Pasien
yang tinggi, pengetahuan keluarga yang Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa,
kurang, ketersediaan pelayanan kesehatan, 12(3).
penghasilan keluarga dan kepatuhan minum
Meylani, M., & Pardede, J. A. (2022).
obat pasien skizofrenia. Intervensi
Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-
keperawatan secara generalis sangat efektif
4 Dengan Masalah Halusinasi Pada
diberikan pada pasien dengan gangguan
Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
sensori persepsi halusinasi pendengaran,
isolasi sosial, dan defisit harga diri rendah Oktiviani, D. P. (2020). Asuhan Keperawatan
kronik. Dimana klien dapat melakukan Jiwa Pada Tn. K dengan masalah
tindakan menghardik, minum obat secara Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
teratur, bercakapcakap dengan orang lain dan Pendengaran di Ruang Rokan Rumah
melakukan tindakan terjadwal jika klien Sakit Jiwa Tampan (Doctoral
mendengar suara – suara yang aneh. dissertation, Poltekkes Kemenkes Riau).
http://repository.pkr.ac.id/id/eprint/498
DAFTAR PUSTAKA
Aji, W. M. H. (2019). Asuhan Keperawatan Pardede, J. A. (2020). Family Burden Related
Orang Dengan Gangguan Jiwa to Coping when Treating Hallucination
Halusinasi Dengar Dalam Mengontrol Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa, 3(4), 453-460.
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i4.671
Pardede, J. A. (2020). Family Knowledge about Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R.,
Hallucination Related to Drinking Emanuel, P., & Laia, R. (2016).
Medication Adherence on Schizophrenia Ekspresi Emosi Keluarga Dengan
Patient. Jurnal Penelitian Perawat Frekuensi Kekambuhan Pasien
Profesional, 2(4), 399-408. Skizofrenia. Idea Nursing
https://doi.org/10.37287/jppp.v2i4.183 Journal, 7(3), 53-
61 https://doi.org/10.52199/inj.v7i3.6
Pardede, J. A., & Hasibuan, E. K. (2019). 446
Dukungan caregiver dengan frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia. Idea Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I.
Nursing Journal, 10(2) Y. (2013). Pengaruh Acceptance And
https://doi.org/10.52199/inj.v10i2.17161 Commitment Therapy Dan
Pendidikan Kesehatan Kepatuhan
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Minum Obat Terhadap Gejala,
Kepatuhan dan Komitmen Klien Kemampuan Berkomitmen Pada
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Pengobatan Dan Kepatuhan Pasien
Acceptance And Commitment Therapy Skizofrenia.
dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan https://www.researchgate.net/
Minum Obat. Jurnal Keperawatan profile/JekAmidos/publication/347011
Indonesia, 18(3),157-166. 273
http://dx.doi.org/10.7454/jki.v18i3.419
Rinjani, S., Murandari, M., Nugraha, A., &
Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016). Widiyanti, E. (2020). Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Terapi Psikoreligius Terhadap Pasien
Minum Obat Terhadap Perubahan Dengan Halusinasi. Jurnal Medika
Gejala Halusinasi Pada Cendikia, 7(02), 136-144.
Klienskizofrenia. Mental Health, 3(1). https://doi.org/10.33482/medika.v7i02
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/636 .147
89754
Saputri, A. I. (2016). Analisis Faktor
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Predisposisi Dan Presipitasi Gangguan
Kepatuhan dan Komitmen Klien Jiwa Di Ruang Instalasi Gawat Darurat
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Acceptance And Commitment Therapy Naskah Publikasi, 1-11.
dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/44990
Minum Obat. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 18(3),157-166. Santi, F. N. R., Nugroho, H. A., Soesanto, E.,
http://dx.doi.org/10.7454/jki.v18i3.419 Aisah, S., & Hidayati, E. (2021).
Perawatan Halusinasi, Dukungan
Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016). Keluarga Dan Kemampuan Pasien
Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Mengontrol Halusinasi: Literature
Minum Obat Terhadap Perubahan Review. Jurnal Keperawatan dan
Gejala Halusinasi Pada Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama,
Klienskizofrenia. Mental Health, 3(1). 10(3), 271-284.
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/636 https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.842
89754
Siregar, R. A. (2016). Pengaruh Pendidikan
Pardede, J. A., & Sianturi, S. F. (2022). Aplikasi Kesehatan Kepatuhan Minum Obat
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. H Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi
Dengan Masalah Halusinasi. Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit
https://doi.org/10.31219/osf.io/t3pbr Jiwa Daerah Prof. Dr. M Ildrem Provsu
Medan.
Sulahyuningsih, E., Pratiwi, A., & Teguh, S.
(2016). Pengalaman Perawat Dalam
Mengimplementasikan Strategi
Pelaksanaan (Sp) Tindakan
Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
(Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/40858
Sukaesti, D. (2019). Sosial Skill Training Pada
Klien Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan
Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 6(1), 19-24.
https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.19-
24
Suryenti, Vevi, dkk. 2017. Pengaruh terapi
aktifitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia diruang rawat inap arjuna
rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi,
(Online), http://www.stikes-
hi.ac.id/jurnal/index.php/rik/article/
download/95/42
Sutinah, 2016. Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan dan TAK Stimulus
Persepsi terhadap Kemampuan
Mengontrol Halusinasi, (Online),
http://ejournal.kopertis10.or.id
Syahdi, D., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan
Strategi Pelaksanaan ( SP ) 1-4 Dengan
Masalah Halusinasi Pada Penderita
Skizofrenia : Studi Kasus. 2019, 1–4.
https://doi.org/10.31219/osf.io/y52 rh
Wulandari, Y., & Pardede, J. A. (2022). Aplikasi
Terapi Generalis Pada Penderita
Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi
Pendengaran.
Yusuf, A. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta Salemba
Medika.
http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6107

Anda mungkin juga menyukai