Anda di halaman 1dari 53

Studi Kasus: Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Dengan

Masalah Halusinasi Pendengaran Pada Penderita Skizofrenia

M. Rivalsyah
rivalsyah4@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan gangguan mental kronik, pervasif, dan bersifat kambuhan


yang umumnya menyerang seseorang pada usia produktif serta merupakan
penyebab utama disabilitas pada kelompok usia 15-44 tahun. Pada umumnya
beberapa gangguan dialami oleh penderita skizofrenia, seperti gangguan pada
proses berpikir, gangguan dalam mengendalikan emosi, gangguan perilaku, dan
gangguan yang berkaitan dengan penurunan fungsi pada otak yang berhubungan
dengan kemampuan atensi, konsentrasi, kalkulasi, pengambilan keputusan atau
sering disebut dengan disfungsi kognitif (Hulu et al, 2022).

Skizofrenia dapat menimbulkan distorsi pikiran, distorsi persepsi, emosi, dan


tingkah laku sehingga pasien dengan skizofrenia memiliki risiko lebih tinggi
berperilaku agresif di mana perubahan perilaku secara dramatis terjadi dalam
beberapa hari atau minggu. Skizofrenia merupakan gangguan neurobiologikal
otak yang kronis dan serius, sindroma secara klinis yang dapat mengakibatkan
kerusakan hidup baik secara ndividu, keluarga dan komunitas skizofrenia
merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang ditandai dengan
ganggguan komunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak
wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif serta mengalami kesulitan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari (Pardede, & Hasibuan, 2019).

Halusinasi merupakan suatu gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien


mempersepsikan sesuatu yang tidak terjadi, suatu penghayatan yang dialami
melalui panca indera tanpa stimulus (Livana, 2020). Halusinasi sudah melebur
dan pasien merasa sangat ketakutan, panik dan tidak bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan yang dialaminya (Nurlaili, 2019). Halusinasi merupakan
gangguan penerimaan pancaindra tanpa ada stimulus eksternal, skizofrenia
merupakan gangguan jiwa berat atau kronik dengan gejala salah satunya
halusinasi (Pratiwi, 2018).

Gejala skizofrenia dapat mengalami perubahan semakin membaik atau semakin


memburuk dalam kurun waktu tertentu, hal tersebut berdampak dengan hubungan
pasien dengan dirinya sendiri serta orang yang dekat dengan penderita (Pardede,
Keliat, & Yulia, 2015). Menurut Buckley (2008) bahwa kekambuhan pasien
skizofrenia dapat berkurang signifikan dari 65% menjadi 25% jika mendapat
perawatan yang maksimal dari keluarga selama berada dirumah. Sebaliknya jika
tidak mendapatkan perawatan yang baik, mereka akan cenderung mudah kambuh.
Skizofrenia suatu gangguan jiwa yang bersifat berat dan kronis yang menyerang
20 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2019). Menurut ECA (2021) Prevelensi
Amerika Serikat askizofrenia telah meningkat dari 30% jiwa. Sedangkan Provinsi
Sumatera Utara berada pada posisi ke 21 dengan privalensi 6,3% (Putri, 2022).

Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia di Indonesia, estimasi jumlah


penderita skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per
1.000 penduduk Riskesdas 2013, sedangkan Riskesdas 2018 juga menyebutkan
sebanyak 84,9% pengidap skizofrenia/psikosis di Indonesia telah berobat. Data
dari 33 Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ) yang ada di seluruh Indonesia menyebutkan
hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di
Provinsi Sumatera Utara sendiri penderita skizofrenia menduduki peringkat ke 21
dengan nilai privlalensi 6,3.%, setelah Provinsi Jawa Timur (Kemenkes, 2019).

Bedasarkan praktik yang dilakukan diruangan Sipiso-piso dengan pasien yang


berjumlah 20 orang terdiagnosa skizofrenia dan 10 orang dengan masalah
keperawatan Halusinasi, subjek dalam pembuatan asuhan keperawatan jiwa ini
adalah Tn. F dengan pasien Halusinasi dampak dari halusinasi tersebut bisa
menimbulkan perilaku kekerasan yang dapat melukai orang lain, dan mencederai
diri sendiri seperti pada kasus klien memukul temannya dengan balok, klien
mencurigai temannya tersebut dan mengatakan temannya itu suka menceritkan
dirinya. Halusinasi tersebut bersifat menyuruh yang bisa membuat pasien
melakukan sesuatu yang tidak diingiinkannya, dan hal tersebut tidak bisa
dikendalikan dirinya. Sehingga diperlukan pemberian asuhan keperawatan kepada
klien dengan masalah halusinasi untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran Di
Ruangan Sipiso-piso RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem.
1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu mendokumentasikan pengkajian asuhan keperawatan jiwa


pada Tn. F dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran Di Ruangan Sipiso-piso RSJ. Prof. Dr. Muhammad
Ildrem.
2. Mampu menegakkan diagnosa asuhan keperawatan jiwa pada Tn. F
dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
Di Ruangan Sipiso-piso RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem.
3. Mampu menyusun intervensi keperawatan jiwa pada Tn. F dengan
masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran Di
Ruangan Sipiso-piso RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem.
4. Mampu mengimplementasi tindakan asuhan keperawatan jiwa pada
Tn. F dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran Di Ruangan Sipiso-piso RSJ. Prof. Dr. Muhammad
Ildrem.
5. Mampu evaluasi asuhan keperawatan jiwa padaTn. F dengan masalah
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran Di Ruangan
Sipiso-piso RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem.
6. Mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan pada Tn. F dengan
masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
BAB 2
TINJAUN TEORITIS

2.1 Konsep Halusinasi


2.1.1 Difinisi
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan, paling
sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan (Mislika M,2021
dalam Syahdi & Pardede 2022).
Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola
dan jumlah stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal
disekitar dengan pengurangan berlebihan distrorsi, atau kelainan berespon
terhadap setiap stimulasi. Halusinasi juga merupakan persepsi yang salah
atau palsu tetapi juga merupakan persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak
ada rangsangan yang menimbulkannya (Pardede, & Siregar, 2016).

2.1.2 Rentang Respon Halusinasi

Gambar 2.1 Rentang Respon


Neurologis Halusinasi

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Pikiran logis Distorsi pikiran (pikiran kotor) Gangguan

Persepsi akurat Ilusi pikir/delusi

emosi kosisten Reaksi emosi berlebih Halusinasi

dengan pengalaman atau kurang Perilaku disorganisasi

perilaku sesuai perilaku aneh dan tidak bisa Isolasi sosial

hubungan sosial menarik diri

Keterangan :
a. Respon adaptif
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial meliputi:
1) Proses fikir terganggu .
2) Ilusi adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5) Menarik diri yaitu percoban untuk menghindar interaksi dengan orang
lain.
c. Respon maladaptif
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya dan lingkungan.
Adapun respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran (waham) adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak
mau berinteraksi dengan orang dan lingkungan.

2.1.3 Etiologi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Dwi Oktviani, 2020).

1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandirisejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan.
c. Faktor biologis
Pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogen neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor psikologis
Tipe dari kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
schizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk menghadapinya. (Dwi Oktaviani,2020 dalam Hulu,
& Pardede 2022). Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
yaitu :
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam
dunia nyata.
5. Dimensi Spiritual
Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang
berupaya secara sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun
tidur klien merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdirnya memburuk (Feri, 2020 dalam Syahdi, & Pardede 2022).

2.1.4 Jenis-jenis halusinasi


Menurut Pardede, Harjuliska & Ramadia (2021) ada beberapa jenis halusinasi
antara lain:
1. Halusinasi Pendengaran ( auditory ) 70%
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatau (kadang- kadang
hal yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga
pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup telinga, mulut komat-kamit, dan adanya gerakan tangan.
2. Halusinasi Pengihatan (visual) 20%
Stimulus penglihatan dalam bentuk pencaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, biasanya menyenangkan atau
menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat
tertentu, menunjuk kearah tertentu, serta ketakutan pada objek yang
dilihat.
3. Halusinasi Penciuman (Olfaktori)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti :darah, urine
atau feses, kadang-kadang terhidu bau harum seperti parfum.
Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium,
mengarahkan hidung pada tempat tertentun dan menutup hidung.
4. Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan, seperti rasa
darah, urine, dan feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap,
mulut seperti gearakan mengunyah sesuatu sering meludah, muntah.
5. Halusinasi Perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain,
merasakan ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil
dan mahluk halus. Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-
garuk atau meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan
badan seperti merasakan sesuatu rabaan.
2.1.5 Tanda dan gejala
Menurut (Yuanita, 2019, dalam Hulu & Pardede, 2022), data subyektif dan
obyektif klien halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut:
a. Menarik diri orang lain, dan berusaha untuk menghindar diri dari
orang lain.
b. Duduk terpaku (berkhayal)
c. Tersenyum sendiri
d. Bicara sendiri
e. Memandang saru arah, menggerakan bibir tanpa suara, penggerakan
mata yang cepat, dan respon verbal yang lambat.
f. Menyerang, sulit berhubungan dengan orang lain.
g. Tiba-tiba marah, curiga, bermusuh, merusak (diri sendri, orang lain
dan lingkungan). Takut
h. Gelisah, ekspresi muka Tegan, mudah tersinggung jengkel
i. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.

2.1.6 Mekanisme koping


Setiap individu dari semua umur dapat mengalami stress dan akan
menggunakan berbagai cara untuk menghilangkan stress yang sedang
dialami. Ketegangan fisik dan emosional yang menyertai sters dapat
menimbulkan ketidaknyamanan. Ketidak nyamanan ini membuat individu
menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu demi mengurangi atau
menghilagkan stress. Usaha yang dilakukan tersebut disebut dengan koping.
koping adalah ketika seseorang berhasil mengatasi kesukaran atau usaha
meniadakan atau membebaskan diri dari rasa tidak nyaman karena sters.
Koping adalah upaya untuk mengelola situasi yang membebani,
memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup dan
berusaha mengatasi atau mengurangi stress. Koping adalah suatu proses
usaha untuk mempertemukan tuntutan yang berasal dari diri sendiri dari
lingkungan (Bakhtiar, 2015).

2.1.7 Penatalaksanaan pada halusinasi pendengaran


1. Psikofarmakologis
Dengan pemberian oabat-obatan yang lazim digunakan pada gejala
halusinasi pendengaran yang merupakan gejala pada klien skizoprenia
adalah obat-obatan anti psikosis, karena skizofrenia merupakan salah
satu jenis gangguan psikosis. Pada klien halusinasi terapimedis seperti
haloperidol (HLP), Clapromazine (CPZ), Trihexyphenidyl (THP)
(Dwi, 2020).
2. Terapi kejang listrik (ECT)
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
melewatkan aliran listrik melaui elecrode yang dipasang pada satu atau
dua temples, terapi kejang listrik 4-5 joule/detik
3. Terapi kelompok
a. Terapi group (kelompok terapeutik)
b. Terapi aktivitas kelompok (adjuntive group activity therapy)
c. TAK stimulus persepsi: Halusinasi
- Sesi 1 : Mengenal halusinasi
- Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
- Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
- Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
d. Terapi lingkungan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses traupetik yang melibatkan
hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Tindakan asuhan keperawatan yang
dilakukan berupa tindakan generalis meliputi dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan (Manurung, 2021).

2.2.1 Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu dieksplorasi baik pada
klien sendiri maupun keluarga berkenan dengan kasus halusinasi
yang meliputi (Sianturi, 2021) :
1. Indentitas klien
2. Keluhan utama atau alasan masuk
3. Faktor predisposisi
a. Faktor genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofrenia diturunkan
melalui kromosom2 tertentu. Namun demikian, kromosom yang
kebeberapa yang menjadi faktor penentu ganggguan ini sampai
sekarang masih dalam tahap penelitian
b. Faktor biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif. Peran frontal dan limbik cortices
dalam regulasi stress berhubungan dengan aktifitas dopamin.
Saraf pada pre frontal penting untuk memori. Penurunan neuro
pada area ini dapat menyebabkan kehilangan asosiasi.
c. Faktor presipitasi psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan, pola asuh anak tidak adequat.
Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan.
4. Faktor presipitasi
a. Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
Mekanismepenghantaran listrik disyaraf terganggu
b. Stress lingkungan
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan,
lingkungan, sikap,dan perilaku
5. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
1) Genogram
Perbuatan genogram minumal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2) Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya,bagian tubuh yang
disukai,reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai.
b. Identitas Diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya merasa bahwa
klien tidak berguna.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/ pekerjaan/ kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi
atauperannya, dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut. Pada klien halusinasi bisa berubah atau berhenti
fungsi peran yang disebabkan penyakit, trauma akan masa lalu,
menarik diri dari orang lain, perilaku agresif.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam kelurga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
Pada klien yang mengalami halusinasi cenderung tidak peduli
dengan diri sendiri maupun sekitarnya.
e. Harga Diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri
tanpa syarat meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan,
dan kegagalan ia tetap merasa dirinya sangat berharga.
3) Hubungan Sosial
Tanyakan siapa orang terdekat dikehidupan klien tempat mengadu,
berbicara, minta bantuin, atau dukungan. Serta tanyakan
organisasi
yang diikuti dalam kelompok/ masyarakat. Klien dengan
halusinasicenderung tidak mempunyai orang terdekat, dan jarang
mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat. Lebih senang
menyendiri dan asyik demgan isi halusinasi.
4) Spritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasaan dalam menjalankan keyakinan. Apakah isi halusinasi
mempengaruhi keyakinan klien dengan Tuhannya.

7. Status Mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pada klien dengan halusinasi mengalami defisit perawatan diri
(penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti
tidak disisir, gigi kotor, dan kuning, kuku panjang dan hitam). Raut
wajah tampak takut, kebingungan, cemas.
b. Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung sukamberbicara sendiri, ketika
diajak bicara tidak fokus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk
akal. memulai pembicaraan.
c. Aktivitas Motorik
Klien dengan halusinasi tampak gelisah, kelesuan, ketegangan,
agitasi, tremor. Klien terlihat sering menutup telinga, menunjuk
nunjuk kearah tertentu, menggaruk-garuk permukaan kulit, sering
meludah, menutup hidung.
d. Afek emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif,
ketakutan yang berlebih, eforia.
e. Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak
mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara) mudah
tersinggung.
f. Persepsi-sensori
Ada beberapa jenis halusinasi menrut (Syahdi & Pardede2022) :
1) Jenis halusinasi
y

- Halusinasi pendengaran
- Halusinasi penglihatan
- Halusinasi penciuman
- Halusinasi pengecapan
- Halusinasi perabaan
2) Waktu
Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnya halusinasi yang
dialami pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang,
sore, malam? Jika muncul pukul berapa?
3) Frekuensi
Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sekali-
kali kadang kadang,jarang atau sudah tidak muncul
lagi.dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi
dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi pada klien halusinasi sering kali
halusinasi pada saat klien tidak memiliki kegiatan atau pada
saat melamun maupun duduk sendii.
4) Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Situasi terjadinya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi
kegiatan tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan
intervensi khususs pada waktu terjadi halusinasi, menghindari
situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi, sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasi nya.
5) Respons
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi
itu muncul. Perawat dapat menanyakan kepada pasien hal yang
dirasakan atau yang dilakaukan saat halusinasi itu timbul.
Perawat juga dapat menanyakan kepada keluarga nya atau
orang terdekata pasien. Selain itu, dapat juga dengan meng
observasi perilaku pasien saat halusinasi timbul. Pada klien
halusinasi sering kali mengarah, mudah tersinggung, merasa
curiga pada orang lain.
g. Proses berpikir
1) Bentuk fikir
Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang tidak sesuai
dengan kenyaaatan yang ada atau tidak mengikuti logika secara
umum (tidak ada sangkut pautnya antara proses individu dan
pengalaman yang sedang terjadi). Klien yang mengalami
halusinasi lebih sering was-was terhadap hal-hal yang
dialaminya.
2) Isi fikir
Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan depersoalisasi
yaitu perasaan yang aneh atau asing terhadap diri sendiri, orang
lain lingkungan sekitar, berisikan keyakinan berdasarkan
penilain non realistis.
h. Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi seringkali merasa bingung, apatis,(acuh tak
acuh).
i. Memori
a. Daya ingat jangka panjang:mengingat kejadian masa lalu
lebihdari satu bulan
b. Daya ingat jangka menengah:dapat mengingat kejadian
yangterjadi 1 minggu terakhir.
c. Daya ingat jangka pendek:dapat mengingat kejadian yang
terjadi saat ini.
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada klien dengan halusinasi tidak dapat berkonsentrasi dan dapat
menjelaskan kembali pembicaraan yang baru saja di bicarakan
dirinya/orang lain.
k. Kemampuan penilaian mengambil keputusan
a. gangguan ringan:dapat mengambil keputusan secara sederhana
baik dibantu orang lain/tidak
b. gangguan bermakna:tidak dapat mengambil keputusan secara
sederhana cenderung mendengar/melihat ada yang
diperintahkan.
l. Daya tilik diri
Pada klien halusinasi cenderung mengingkari penyakit yang
diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik)
pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien
menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita
tentang penyakitnya.
8. Kebutuhan perencanaan ulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan kebutuhan
Tanyakan apakah klien mampu atau tidak mampu memenuhi
kebutuhanya sendiri.
b. Kegiatan kehidupan sehari-hari
1. Perawatan diri
Pada klien halusinasi tidak mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari seperti mandi, kebersihan, ganti pakaian, secara
mandiri perlu bantuan minimal.
2. Tidur
Klien halusinasi cenderung tidak dapat tidur yang berkualitas
karena kegelisahan, kecemasan akan hal yang tidak realita
c. Kemampuan klien lain lain
Klien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan hidupnya, dan
membuat keputusan.
d. Klien memiliki sistem pendukung
Klien halusinasi tidak memiliki dukungan dari keluarga maupun
orang sekitarnya karena kurang nya pengetahuan keluarga bisa
menjadi penyebab. Klien dengan halusinasi tidak mudah untuk
percaya terhadap orang lain selalu merasa curigas.
e. Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi
Klien halusinasi merasa menikmati pekerjaan, kegiatan yang
produktif karena ketika klien melakukan kegiatan berkurangnya
pandangan kosong.
9. Mekanisme koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung berprilaku maladaptif,
seperti mencederai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Malas
berkreatif, perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain, mempercayai orang
lain dan asyik dengan stimulus intenal
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pada klien halusinasi mempunyai masalah di masalalu dan
mengakibatkan dia menarik diri dari masyarakat dan orang terdekat.
11. Aspek pengetahuan
Pada klien halusinasi kurang mengetahui tentang penyakit jiwa karena
tidak merasa hal yang dilakukan dalam tekanan
12. Aspek medis
Memberikan penjelasan tentang diangnostik medis. Pada klien
halusinasi terapi medis seperti haloperidol (HLP), Clapromazine
(CPZ), Trihexyphenidyl (THP)

2.2.2 Analisa Data

Tabel 2.2 Analisa data halusinasi pendengaran

(Septiana, 2021).

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Perubahan persepsi Objektif
sensori : Halusinasi  Klien tampak bicara sendiri dan tertawa
Pendengaran sendiri
 Klien tampak marah-marah tanpa sebab
 Klien tampak mengarahkan telinga ke
arah tertentu
 Klien tampak menutup telinga
Subjektif
 Klien mengatakan mendengar suara atau
kegaduhan
 Klien mengatakan mendengar suara yang
mengajaknya untuk bercakap-cakap
 Klien mengatakan mendengar suara yang
menyuruhnya untuk melakukan sesuatu
yang berbahaya
 Klien mengatakan mendengar suara yang
mengancam dirinya atau orang lain

2.2.3 Pohon masalah

Gambar 2.2 Pohon Masalah (Ma’rifatul dkk,2016)

Effect Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Problem Risiko Perilaku Kekerasan


Cause
Harga diri rendah

2.2.4 Diagnosa keperawatan

a. Perubahan persepsi sensori halusinasi; halusinasi pendengaran

b. Resiko tinggi perilaku kekerasan

c. Harga diri rendah

2.2.5 Intervensi Keperawatan


Menurut (Sonia, 2020) rencana Keperawatan yang diberikan yaitu :
Perencanaan
Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Klien tidak Klien mampu 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
mencederai diri membina dengan mengungkapkan percaya merupakan
sendiri atau, hubungan saling prinsip komunikasi terapeutik: langkah awal
orang lain, percaya dengan a. Sapa klien dengan ramah menentukan
ataupun perawat, dengan baik verbal maupun keberhasilan
lingkungan kriteria hasil: nonverbal. rencana selanjutnya
- Membalas b. Perkenalkan diri dengan untuk mengurangi
Klien dapat sapaan perawat sopan. kontak klien
membina - Ekspresi wajah c. Tanyakan nama lengkap dengan
hubungan bersahabat dan dan nama panggilan yang halusinasinya
saling percaya senang disukai klien. dengan mengenal
dengan - Ada kontak d. Jelaskan maksud dan tujuan halusinasi akan
perawat mata interaksi membantu
- Mau berjabat e. Berikan perhatian pada mengurangi dan
tangan klien, perhtikan kebutuhan menghilangi
- Mau dasarnya halusinasi
menyebutkan 2. Beri kesemptan klien untuk
nama mengungkapakn perasaanya
- Klien mau 3. Dengarkan ungkpan klien
duduk dengan empati
berdampingan
dengan perawat
- Klien mau
mengutaraka
masalah yang
dihadapi
Klien mampu 1. Adakan kontak sering dan Mengetahui apakah
Klien dapat mengenali singkat secara bertahap. halusinasi datang
mengenalI halusinasinya 2. Tanyakan apa yang didengar dan menentukan
halusinasinya dengan kriteria dari halusinasinya tindakan yang tepat
hasil: 3. Tanyakan kapan halusinasinya atsas halusinasinya
- Klien dapat datang
menyebutkan 4. Tanyakan isi halusinasi mengenalkan
waktu 5. Bantu klien mengenal kepada klien
timbulnya halusinasinya : terhadap
halusinasi. a. Jika menemukan klien halusinasinya dan
- Klien dapat sedang berhalusinasi : mengidentifikasi
mengidentifikis tanyakan apakah ada suara faktor pencetus
i kapan yang di dengarnya. halusinasinya
frekuensi situasi b. Jika klien menjawab ada,
saat terjadi lanjutkan apa yang di menentukan
halusinasi katakan. tindakan yang
- Klien dapat c. Katakan bahwa perawat sesuai bagi klien
mengiungkapk an percaya klien mendengar untuk mengontrol
perasaannya suara itu, namun perawat halusinasinya
sendiri tidak
d. Katakan bahwa klien lain
juga ada yang seperti klien.
e. Katakan bahwa perawat
akan membantu klien.
6. Diskusikan dengan klien
a. Situasi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan
halusinasi
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
7. Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakannya jika terjadi
halusinasi (marah, sedih,
takut, atau senang), beri
kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
Klien dapat - Klien 1. Identifikasi bersama klien
mengontrol mengidentifika tindakan yang dilakukan jika
halusinasinya si tindakan terjadi halusinasi
yang dilakukan 2. Diskusikan manfaat dan cara
untuk yang digunakan klien jika
mengendalikan bermanfaat, Beri Pujian
halusinasinya kepada klien.
- Hal yang dapat 3. Diskusikan dengan klien
menunjukkan tentang cara baru mengontrol
cara baru untuk halusinasinya :
mengontrol a. Katakan saya tidak mau
halusinasi dengar kamu (pada saat
halusinasi terjadi)
b. Temui orang lain (perawat
atau teman atau anggota
keluargta) untuk bercakap-
cakap atau mengatakan
halusinasi yang didengar
c. Membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
d. Meminta keluarga atau
teman atau perawat untuk
menyapa klien jika tampak
berbicara sendiri, melamun
atau kegiatan yang tidak
terkontrol
4. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang dilatih,
evalusai hasilnya dan beri
pujian jika berhasil.
6. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok.
Jenis orientasi realitas atau
stimulasi persepsi
2.2.6 Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan, adapun
pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan berdasarkan strategi
pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing masalah utama. Pada
saat akan dilakukan atau dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan
dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan, dokumentasikan semua
tindakan yang telah dilaksanakan serta respon klien (Andri, 2021, dalam Hulu
& Pardede 2022).

2.2.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukkan masalah
apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan,dilaksanakan
dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum,sebagian
tercapaia tau timbul masalah baru.(Hairul, 2021 dalam Syahdi & Pardede
2022). Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku klien
setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu di evaluasi
karena merupakan system pendukung yang penting.

1. Apakah klien dapat mengenal halusinasinya, yaitu isi halusinasi,


situasi,waktu dan frekuensi munculnya halusinasi.
2. Apakah klien dapat mengungkapkan perasaan ketika halusinasi
muncul.
3. Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya dengan
menggunakan empat cara baru,yaitu menghardik, menemui
orang lain bercakap-cakap, melaksanakan aktifitas yang
terjadwal dan patuh minum obat.
4. Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya
mempraktikkan empat cara mengontrol halusinasi.
BAB 3
TINJAU KASUS

3.1 Pengkajian

I. Identitas Klien

Inisial : Tn. F

Jenis Kelamin : Laki-laki


No RM : 04 07 54

Umur : 26 tahun

Informan : Klien dan Buku Status


Tanggal Pengkajian : 07-02-2022
Tanggal masuk RSJ : 18-01-2022
Ruang rawat : Sipiso-Piso

3.2 Alasan Masuk


Klien sering mendengar suara-suara bisikkan yang menyuruhnya untuk memukul ibunya,
menghancurkan barang-barang, klien tampak senyum-senyum sendiri, klien berbicara
sendiri, klien sering mendengar suara-suara pada malam hari dan pada saat sendirian. Jike
amarah klien muncul klien memukuli ibunya, dan melempari barang yang ada disekitarnya

3.3 Faktor Predisposisi

-Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu

Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 1 tahun yang lalu tepatnya
pada tahun 2020 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang. Di rumah klien tidak
rutin minum obat, tidak mau kontrol penyakitnya sehingga timbul gejala-gejala
tersebut, klien mendengar suara bisikkan Keluarga klien tidak ada yang pernah
mengalami gangguan jiwa. Karena factor ekonomi Dan akhirnya klien dibawa oleh
keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem.
Masalah keperwatan : Halusinasi Pendengaran

1. Pengobatan sebelumnya
Klien sudah pernah melakukan pengobatan dengan obat medis untuk mengatasi
masalah gangguan jiwa sebelumnya, tetapi tidak berhasil.

2. Trauma
a. Aniaya fisik
Berdasarkarn interaksi dengan klien, klien pernah mengalami
aniaya fisik dan pernah melakukan aniaya fisik terhadap orang lain
termasuk pada ibu klien.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
b. Aniaya seksual
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan tidak
pernah mengalami aniaya seksual dan tidak pernah melakukan
aniaya seksual.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Penolakan
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan tidak ada
penolakkan oleh lingkungan sekitar, klien dapat berbaur oleh
teman-teman seruangannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
d. Kekerasan dalam keluarga
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan pernah
memukul ibunya, dan lebih sering seperti menghancurkan barang-
barang dirumah.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

e. Tindakan kriminal
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan tidak
pernah terlibat dalam masalah tindakan kriminal apapun.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Berdasarkan wawancara dengan klien dan observasi pada buku status
klien, ibu klien pernah mengami stress.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan pernah
dipukulli oleh abangnya dan juga sering memecahkan kaca kaca
dirumah tetangganya oleh karena itu klien merasa dirinya tidak
berguna karena ibunya juga sering membanding- bandingkan dia
dengan abangnya.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah

3.4 Pemeriksaan fisik


Tanda vital sign pada klien, 170/89 mmHg, Nadi: 80x/I, RR : 20x/i

Keluhan fisik : Klien mengatakan tidak mengalami keluhan fisik Masalah


keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.5 Psikososial

3.5.1 Genogram

Tn. F

Gambar 3.1 Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Perempuan meninggal dunia

: Tinggal serumah : Laki-laki meninggal dunia


Penjelasan:
Klien adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara yang terdiri dari tiga orang laki- laki
dan 1 orang perempuan. Klien belum menikah.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.5.2 Konsep diri

Citra Tubuh
Klien mengatakan bahwa ia menyukai seluruh anggota tubuhnya,
tidak ada hal yang tidak disukai.

Identitas Diri
Klien mengetahui nama dan alamatnya dan klien mengatakan
bahwa klien anak ke-3 dari 4 bersaudara dan klien bangga
menjadi seorang laki-laki.

Peran diri

Klien mengatakan dirumah sebagai anak karena belum menikah.

Ideal Diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang agar tidak
merepotkan adiknya.
Harga diri

Klien mengatakan merasa malu dirawat di rumash sakit jiwa.


Keperawatan: Harga Diri Rendah
3.2.2 Hubungan sosial

1. Orang terdekat

Klien mengatakan jika dia ada masalah, dia bercerita kepada adiknya

2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Klien mengatakan semenjak sakit ia tidak pernah mengikuti kegiatan


kelompok atau masyarakat. Serta klien mengatakan lebih suka tidur
dibandikan melakukan aktivitas diluar.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan ia tidak ada masalah dalam berinteraksi dengan


orang lain dan biasa memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.3.3 Spiritual

1. Nilai dan keyakinan


klien mengatakan bahwa klien beragama kristen.
2. Kegiatan ibadah

Klien tau tentang ibadahnya dan kapan melakukan kegiatan ibadahnya


namun klien jarang melakukan ibadah karna klien mengatakan
kadang-kadang ia tertidur dan malas.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.3.4 Status Mental

a. Penampilan
Berdasarkan observasi pada klien, klien tampak rapi, dan bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

b. Pembicaraan
Berdasarkan observasi pada klien, klien berbicara kadang-kadang
dengan nada pelan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Aktivitas Motorik
Berdasarkan observasi pada klien, aktivitas motorik klien adalah
agitasi dimana klien tampak tidak semangat dalam melakukan
aktivitas diruangan dan klien kadang-kadang tampak gelisah.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

d. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih dirawat di rsj dan menyesal sudah
mengamuk-ngamuk dirumah dan sudah menghancurkan barang-
barang dirumah.
Masalah keperawatan : gangguan suasana perasaan

e. Afek
Berdasarkan observasi pada klien, emosi klien tampak labil, emosi
klien berubah-ubah saat menceritakan tentang ibunya, seperti
menjadi keras suaranya.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

f. Interaksi selama wawancara


Berdasarkan observasi pada klien tampak kooperatif dan dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

g. Persepsi
Berdasarkan observasi pada klien, Klien mengatakan saat dirumah
ia mendengar suara bisikan yang membisikkan di telinganya
seperti menyuruh atau memerintah dan ketika klien melihat ibunya
sendiri, klien langsung merasa benci kepada ibunya bahkan klien
tidak ragu- ragu untuk mencelakai ibunya sendiri dan merusak
barang-barang sekitarnya, dan suara tersebut sering terjadi saat
klien sendiri,melamun dan pada malam hari.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori (Halusinasi
pendengaran)

h. Proses pikir
Berdasarkan observasi pada klien, klien sirkumtansial yaitu klien
berbicara dengan berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
Masalah keperawatan : Perubahan Proses Pikir

i. Isi pikir
Berdasarkan wawancara pada klien, isi pikir klien bersifat kontrol
pikir yaitu klien mengatakan kadang melakukan tindakan oleh
suruhan suara-suara tersebut dan kadang hanya diam ketika
mendengar suara tersebut.
Masalah keperawatan : Perubahan Proses Pikir

j. Tingkat kesadaran
Berdasarkan observasi pada klien, klien tampak dengan tingkat
kesadaran composmentis (CM) karena klien mengatakan tau kalau
sekarang dia ada di rumah sakit, tahu tahun berapa, tanggal berapa
dan hari apa saat melakuan pengkajian.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

k. Memori
Daya ingat klien masih bagus dan klien dapat mengingat masa
lalunya, penyebab ia masuk rumah sakit jiwa, dan dapat
menceritakan tentang pekerjaan dan keluarganya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien tidak ada mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung
dibuktikan saat perawat memberikan pertanyaan, klien mampu
menjawab walaupun lambat dan tidak ada meminta ulang
pertanyaan dari perawat. Serta klien mampu berhitung sederhana
misalnya berhitung 1 s/d 20 dengan urutan yang benar.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

m. Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan penilaian ringan maupun
gangguan penilaian bermakna, karena klien dapat mengambil
keputusan sederhana tanpa bantuan dari orang lain seperti: mampu
menentukan yang harus didulukan antara sholat dan wudhu.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

n. Daya tilik diri


Klien mengatakan menyadari dirinya sakit dan sekarang berada di
Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr. Muhammad ildrem untuk berobat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.6 Kebutuhan Persiapan Pulang

1) Makan
Klien mengatakan makan 3x sehari, klien menghabiskan porsi makan
yang diberikan, klien tidak memiliki pantangan makanan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2) BAB/BAK
Klien mengatakan tahu tempat untuk BAB/BAK, klien mengatakan
BAB 1x sehari dan BAK 5-8x sehari, klien dapat membersihkan diri
setelah BAB/BAK.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3) Mandi
Klien mandi 1-2x dalam sehari, klien dapat menyebutkan alat-alat
mandi seperti sabun, odol, sikat gigi, handuk, dan baju ganti untuk
mandi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4) Berpakaian / berhias
Klien dapat menggunakan pakaian serta penampilan sesuai yang
diarahkan dan klien mampu bercukur secara mandiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5) Istirahat dan tidur


Klien tidur malam selama 8-10 jam, klien tidur siang selama 1-2 jam.
Aktivitas yang biasa klien lakukan adalah menghayal dan setelah
bangun tidur klien membersihkan tempat tidur.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6) Penggunaan obat
Klien mengatakan tidak mampu minum obat secara mandiri dan harus
dikontrol oleh perawat, klien mengatakan obat yang diminumnya ada
3 macam dan klien minum obatnya 2x sehari yakni pagidan malam
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif

7) Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan selama dirawat klien minum obat secara teratur
karena selalu dikasih sama perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8) Aktifitas didalam rumah


Klien mengatakan aktivitas didalam rumah ialah mencuci baju,
mencari kayu bakar, membantu ibu masak dan membersihkan tempat
tidur.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9) Aktifitas diluar rumah


Klien mengatakan aktivitas diluar rumah secara mandiri seperti
menggunakan kedaaan pribadi jika ada kegiatan di luar rumah.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.7 Mekanisme Koping

1) Koping Adaptif
Klien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan baik walaupun
terkadang jawaban nya klien ngomongnya berbelit-belit dan selama
dirawat klien juga mengikuti arahan yang diberikan seperti berbicara
dengan orang lain.
2) Koping maladaptif
Klien Klien mengatakan jika mendengar suara tersebut klien kadang
diam dan kadang mengikuti suruhan tersebut. Dan karna sering
mendengar suara tersebut klien tidak bisa mengontrol marah/emosi
sehingga menghancurkan barang-barang disekitarnya. Sering
tersenyum sendiri, Kontak mata kurang, sering menyendiri dan klien
tidak pernah memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif, Halusinasi
pendengaran, dan isolasi sosial

3.8 Masalah psikososial dan lingkungan


Biasanya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
memiliki masalah dengan psikososial dan lingkungannya, seperti pasien
yang tidak dapat berinteraksi dengan masyarakat karena perilaku pasien
yang membuat orang sekitarnya merasa ketakutan.

3.9 Pengetahuan
Klien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya, penyebab klien masuk
rumah sakit jiwa akan tetapi klien kurang mengetahui akibat apabila tidak
minum obat secara teratur, manfaat dari obat yang dikonsumsinya dan cara
minum obat yang benar
Masalah keperawatan : Kurang Pengetahuan
3.10. Aspek Medik
Diagnosa medik: Skizofrenia paranoid
Terapi medik mulai dari tanggal 7 dengan jenis obat:

- Resperidone 25 mg (2x1)
- Clozapine 20mg (2x1)
- THP( Trihexyphenidil) 25gm (2x1)

i. Analisa Data

Tabel 3.2 Analisa data

No. Data Masalah Keperawatan


1. Data Subjektif :
1. Klien mengatakan kadang-
kadang mendengar suara-
suara yang membisikkan di
telinganya untuk memukul
ibunya.
2. Klien mengatakan kadang- Gangguan Persepsi Sensori :
kadang mendengar suara- Halusinasi
suara yang membisikkan di
telinganya untuk merusak
barang-barang yang
disekitarnya.
3. Klien mengatakan suara-
suara bisikan itu muncul
tidak menentu, dan suara
bisikan sering muncul pada
saat klien mau tidur di malam
hari.
4. Klien mengatakan kadang-
kadang mendengar suara-
suara bisikan saat sedang
menyendiri dan melamun.
Data Objektif :
1. Klien tampak kadang-
kadang senyum-senyum
sendiri.
2. Klien tampak kadang-
kadang menyendiri.
2. Data Subjektif :
1. Klien mengatakan kadang-
kadang muncul perasaan
marah tanpa sebab.
2. Klien mengatakan dulu
pernah merusak barang-
barang yang ada dirumahnya. Risiko Perilaku Kekerasan
3. Klien mengatakan dulu
pernah memukul ibunya.
Data Objektif :
1. Emosi tampak labil
2. Klien kadang-kadang
berbicara dengan nada keras..
3. Data Subyektif :
1. Klien mengatakan dirinya
tidak berguna lagi terutama
bagi keluarganya karena
selalu menyusahkan
keluarganya dan slalu
dibanding-bandingkan
dengan adiknya.
2. Klien mengatakan ketika
pulang kerumah dia merasa
Gangguan Konsep : Harga Diri
tidak berguna karena tidak
Rendah
mempunyai pekerjaan lagi.
3. Klien mengatakan adanya
pandangan negatif dari
lingkungan sekitar terhadap
dirinya.
Data Obyektif :
1. Klien tampak sedih saat
menceritakan tidak
mempunyai pekerjaan.
2. Klien tampak gelisah
3. Klien tampak tidak semanga
dalam melakukan aktivitas
diruangannya.
3.11 Daftar Masalah Keperawatan

1. Resiko Perilaku Kekerasan

2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

3.12 Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gg. Persepsi Sensori : Halusinasi


Pendengaran

Harga Diri Rendah

Gambar 3.2 Pohon Masalah

3.13 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan prioritas : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan , Harga Diri Rendah


3.13.1 Intervensi Keperawatan

Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Klien mampu 1. Bina hubungan saling percaya Gangguan Persepsi
Klien dapat membina dengan mengungkapkan sensori :
membina hubungan saling prinsip komunikasi terapeutik: Halusinasi
hubungan percaya dengan a. Sapa klien dengan ramah Pendengaran
saling percaya perawat, dengan baik verbal maupun
dengan kriteria hasil: nonverbal.
perawat - Membalas b. Perkenalkan diri dengan
sapaan perawat sopan.
- Ekspresi wajah c. Tanyakan nama lengkap
bersahabat dan dan nama panggilan yang
senang disukai klien.
- Ada kontak d. Jelaskan maksud dan
mata tujuan interaksi
- Mau berjabat e. Berikan perhatian pada
tangan klien, perhtikan kebutuhan
- Mau dasarnya
menyebutkan 2. Beri kesemptan klien untuk
nama mengungkapakn perasaanya
- Klien mau 3. Dengarkan ungkpan klien
duduk dengan empati
berdampingan
dengan perawat
- Klien mau
mengutaraka
masalah yang
Dihadapi
Klien dapat Klien mampu 1. Adakan kontak sering dan
mengenali mengenali singkat secara bertahap.
halusinasinya halusinasinya 2. Tanyakan apa yang didengar
dengan kriteria dari halusinasinya
hasil: 3. Tanyakan kapan halusinasinya
- Klien dapat datang
menyebutkan 4. Tanyakan isi halusinasi
waktu 5. Bantu klien
timbulnya mengontrol
halusinasi. halusinasinya dengan
- Klien dapat memberikan SP 1-4
mengidentifikis Halusinasi 1x1 sehari
i kapan - Mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
- Mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur
- Mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang
lain
- Mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal
frekuensi
situasi saat
terjadi
halusinasi
- Klien dapat
mengiungkapk
an perasaannya

Klien dapat - Klien 1. Identifikasi bersama klien


mengontrol mengidentifika tindakan yang dilakukan jika
halusinasinya si tindakan terjadi halusinasi
yang dilakukan 2. Diskusikan manfaat dan cara
untuk yang digunakan klien jika
mengendalikan bermanfaat, Beri Pujian
halusinasinya kepada klien.
- Hal yang dapat 3. Diskusikan dengan klien
menunjukkan tentang cara baru mengontrol
cara baru untuk halusinasinya :
mengontrol a. Katakan saya tidak mau
halusinasi dengar kamu (pada saat
halusinasi terjadi)
b. Temui orang lain (perawat
atau teman atau anggota
keluargta) untuk bercakap-
cakap atau mengatakan
halusinasi yang didengar
c. Membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
d. Meminta keluarga atau
teman atau perawat untuk
menyapa klien jika tampak
berbicara sendiri,
melamun atau kegiatan
yang tidak terkontrol
4. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang dilatih,
evalusai hasilnya dan beri
pujian jika berhasil.
6. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok.
Jenis orientasi realitas atau
stimulasi persepsi
klien dapat Ketika di evaluasi
3.13.1.1 Membina hubungan Resiko Perilaku
mebina Kekerasan
Klien mau salin percaya dengan cara
hubungan saling
percaya membalas salam, (menjelaskan maksud dan
berjabat tangan, tujuan interaksi, jelaskan
menyebutkan tentang kontrak yang akan
nama, tersenyum, dibuat, beri rasa aman dan
ada kontak sikap empati)
mata,serta 3.13.1.2 Diskusikan
menyediakan bersama kliententang perilaku
waktu untuk kekerasan (penyebab, tanda
kunjungan dan gejala, perilaku yang
berikutnya muncul dan akibat dari
perilaku tersebut).

Klien dapat Klien mampu Sp 1: 1x1 sehari


mengendalikan menyebutkan dan Latih klien melakukan cara
perilaku mendemonstrasi mengontrol Kemarahan:
kekerasan kan cara 1.3.Ajarkan tehnik relaksasi
dengan cara mengontrol nafas dalam
relaksasi perilaku kekerasan 1.4. Pukul bantal
nafas dengan cara
dalam dan relaksasi nafas
pukul bantal dalam dan pukul
Kasur bantal
Klien dapat Klien mampu Sp 2 : 1x1 sehari
mengendalik mengendalikan Bantu klien mengontrol perilaku
an perilaku perilaku kekerasan pasien dengan minum
kekerasan kekerasan dengan obat secara
dengan minum obat Teratur
minum obat
se
cara teratur
klien paham Klien paham dan Lakukan SP 3 1x1 sehari
dan mampu mampu pasien risiko perilaku kekerasan
mengendali menyampaikan : Ajarkankepada klien
kan risiko amarah dengan cara bicara yang baik bila sedang
perilaku berbicara dengan marah. Ada tigacara:
kekerasan baik • Meminta dengan baik tanpa
dengan cara marah
berbicara  Menolak dengan baik
dengan baik  Mengungka pkan perasaan
 Kesal
Klien paham Klien paham Lakukan SP 4
dan mampu dan mampu Di berikan 1x1 sehari
mengendlikan mengendalikan pasien risiko perilaku kekerasan :
risiko perilaku risiko perilaku Diskusikan bersama klien cara
kekerasan kekerasan mengendalik an risiko
dengan cara dengan cara perila ku kekerasan dengan cara
mempraktikan beribadah beribadah.
cara spiritual
(beribadah)

Klien dapat - Klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya Harga Diri Rendah
berinteraksi menerima dengan :
dengan orang kehadiran a. Sapa klien dengan ramah
lain. perawat setelah baik verbal maupun non
3x pertemuan verbal
Klien mampu - Klien dapat b. Perkenalkan diri
membina mengungkapkan dengan sopan
hubungan saling perasaan dan c. Tanyakan nama
percaya keberdayaan saat lengkap klien dan nama
ini secara verbal panggilan yang disukai
a) Klien mau klien
menjawab salam d. Jelaskan tujuan
b) Ada kontak mata pertemuan
c) Klien mau e. Buat kontrak interaksi yang
berjabat tangan jelas, jujur dan tepati janji
d) Klien mau f. Tunjukkan sikap
berkenalan empati dan menerima klien
e) Klien mau apa adanya
menjawab g. Beri perhatian pada klien
pertanyaan dan perhatian
f) Klien kebutuhan dasar klien.
mau
duduk
berdampingan
dengan perawat
g) Klien

mampu
mengungkapkan
perasaannya.

Klien mampu Klien dapat Tanyakan pada klien tentang :


menyebutkan menyebutkan a. Orang yang tinggal
penyebab minimal serumah dengan klien
menarik diri penyebab b. Orang yang paling dekat
menarik diri : dengan klien dirumah
a. Diri Sendiri c. Apa yang membuat klien
b. Orang lain dekat dengan orang
c. Lingkungan tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien dirumah
e. Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain.
Kaji pengetahuan klien tentang
perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
Berikan terapi SP HDR 1x1 sehari
- Mengidentifikasi aspek positif
yang dimiliki pasien
- Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
- Menetapkan atau memilih
kegiatan seseuai kemampuan
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan 1
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan 2
- Melatih kemampuan yang sesuai
di pilih 3
3.14 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/ Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal/
Jam
Data : S:
Senin, Tanda dan Gejala : 1. Klien mengatakan masih mendengar suara-
07/02/202 klien masih sering mendengar suara. klien mengatakan suara itu muncul ketika
2 suara bisikkan, suara bisikkan klien mau tidur malam
09: 00 biasa muncul pada malam hari, 2. Klien mengatakan sudah melakukan cara
klien sulit tidur menghardik saat suara itu muncul secara mandiri
Diagnosa Keperawatan : O:
Halusinasi 1. Klien cukup kooperatif
Tindakan Keperawatan : 2. Klien tampak agak bingung
3.14.1.1.1 Membina 3. Klien masih terlihat suka melamun
hubungan saling percaya 4. Klien masih terlihat menyendiri daripada
Menyapa pasien dengan bergabung dengan temannya
ramah 5. Klien terlihat menerapkan cara yang diajarkan
3.14.1.1.2 Memberi A : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
salam setiap Pendengaran (+)
berinteraksi P : klien mamu menerapkan Sp yang diberikan
Memperkenalkan nama, a) Sp 1 mengontrol halusinasi dengan cara
nama panggilan dan menghardik
tujuan berinteraksi b) Sp 2 yaitu latihan cara mengontrol halusinasi
3.14.1.1.3 Memb dengan minum obat secara teratur
erikan Terapi Sp 1-2
Halusinasi kepada klien
Mengidentifikasi halusinasi
yang dialami klien
a. Membantu klien
mengena
l halusinasi yang
dialaminya.
b. Mengidentifikasi isi
halu
sinasi yang dialami
klien.
c. Mengidentifikasi

waktu terjadinya
halusinasi.
d. Mengidentifikasi
perasaan klien saat
halusinasinya terjadi.
Menjelaskan kembali
cara-cara untuk mengontrol
halusinasi
- mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
- yaitu melatih klien cara
mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur

Selasa, Data : S:
08/02/202 Tanda dan gejala : 1. klien mengatkan perasaan nya sudah membaik
2 Klien masih mendengar suara 2. klien mengatakan sudah jarang mendengar
09:30 bisikkan, klien masih sulit tidur, suara-suara bisikan
tampak gelisah, namun suara 3. klien mengatakan tidak akan melamun dan
bisikkan tidak lagi muncul pada menyendiri lagi
malam hari 4. klien mengatakan ingin cepat pulang dan
TTV: berkumpul dengan keluarga
TD: 118/80 mmHg 5. klien mengatakan sudah memahami cara-cara
RR: 20x/i mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan
Diagnosa Keperawatan : walaupun masih ada yang lupa tapi klien
Halusinasi mengatakan akan menerapkannya secara
Tindakan Keperawatan : mandiri dengan motivasi
1. Mengucapkan salam O:
2. Menanyakan Klien tampak tenang dan klien tampak
kabar/perasaan pasien hari memahami cara-cara mengontrol halusinasi
ini yang sudah diajarkan.
3. Meriview atau meminta A : Halusinasi Pendengaran (+)
klien menyebutkan nama P :- klien mampu menyebutkan kembali terap Sp 3-4
perawat dengan menerapan 1x1 sehari
4. Menjelaskan kembali a) Sp 3 latihan mengontrol halusinasi dengan
cara-cara untuk mengontrol bercakap-cakap dengan orang lain
halusinasi
b) Sp 4 latihan klien mengontrol halusinasi
5. Melanjutkan terapi Sp 3-4 dengan melakukan kegiatan terjadwal
Halusinasi
- Menganjurkan klien untuk melakukan SP-SP yang
Sp 3 melatih klien
telah diajarkan saat suara-suara bisikan itu
mengontrol halusinasi
muncul.
dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
Sp 4 melatih klien
mengontrol halusinasi
dengan melakukan
kegiatan terjadwal

09/02/202 Data : S : klien senang dan antuasias


2 Tanda Gejala : klien sudah O: Klien tampak tenang dalam mengikuti terapi yang
10: 30 jarang mendengar suara aneh di diberikan
malam hari, klien sudah mampu - Klien mampu mengontrol halusinasinya secara
mengontrol halusinasinya mandiri
dengan cara menghardik secara A: Halusinasi pendengaran
mandiri, klien masih sering P : klien mampu menyebutkan kapan saja
marah- marah tanpa sebab. halusinasinya muncul dan mengontrolnya dengan
TTV: 170/85 mmHg menghardik secara mandiri
RR:20x/i - Klien mamu minum obat secara teratur
Diagnosa Keperawatan : - Klien mampu bercakap-cakap dengan orang lain
Halusinasi Pendengaran - Klien mampu melakukan kegiatan terjadwal
Tindakan keperawatan:
- Mengucapkan salam
- Menanyakkan kabar dan
pereasaan klien selama
diberikan terapi
- Mengevaluasi pemberian
terapi sebelumnya Sp 1-4
Halusinasi
- Melakukan kontrak waktu
selanjutnya
Kamis, Data : S : klien senang dan antusias
10/02/202 Tanda dan geja :
O:
2 klien Tampak Marah-marah
10: 45 tanpa sebab, tatapan mata sinis, - Klien mampu melakukan latihan fisiktarik
tangan mengempal. nafas dalam dengan mandiri
TTV: TD : 130/90 mmHg - Klien mampu pukul kasur bantal dengan
RR: 20x/i mandiri
Diagnosa Keperawatan : -
Risiko Perilaku Kekerasan
Tindakan Keperawatan : A : Risiko Perilaku kekerasan(+)
1. Mengucapkan salam
2. Menanyakan P : Latihan fisik :
kabar/perasaan pasien hari - Tarik nafas dalam 1x/hari
ini - Pukul kasur bantal 1x/hari
3. Mengevaluasi kegiatan Sp
sebelumnya yang diberikan,
serta memberikan pujian
4. Memberikan terapi SP 1-2
Risiko Prilaku kekerasan
1x1 sehari
- Mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara latihan
fisik : Tarik /nafas Dalam,
Pukul Kasur Bantal.
- Mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum
obat secara teratur,
Obat yang diberikan yaitu :
 Resperidone 2x1 25
mg
 Clozhpine 1x1 20 mg
5. Melakukan kontrak waktu
selanjutnya
Senin, Data : S : senang
14/02/2022 Tanda dan gejala :
Klien dapat mengendalikan O:
11: 00
amarahnya saat suara bisikkan - Klien mampu melakukan komunikasi secara
muncul, tangan sudah tidak verbal : asertif/bicara baik- baik dengan
mengepal, dapat berbicara motivasi
dengan baik A : RisikoPerilaku kekerasan(+)
TTV : TD 110/50 mmHg
RR: 20x/i P:
Diagnosa Keperawatan : Risiko
Perilaku Kekerasan - Latihantarik nafas dalam dan pukul kasur
Tindakan Keperawatan: bantal 1x/hari
1. Mengucapkan salam - Klien melakukan komunikasi
2. Menanyakan secaraverbal : asertif/bicara baik-baik
kabar/perasaan pasien hari - Klien melakukan kegiatan ibadah sesuai
ini jadwal yang di tetapkan RSJ dan klien rajin
3. Mengevaluasi kegiatan berdoa ketika penyakitnya kambuh
yang dilakukan pasien
sebelumnya sp 1 dan sp 2,
serta memberikan pujian
4. Melanjutkan kembali cara
mengontrol perilku
kekerasan sp 3-4 1x1 sehari
- Komunikasi secara verbal :
asertif/ berbicara baik-baik
Ajarkan klien berbicara
dengan kawan sekamarnya,
dengan berbicara baik dan
sopan seperti memberikan
salam.
- Spritual (mengikuti kegiatan
ibadah sesuai keyakinan yang
telah dijadwalkan oleh RSJ
5. Melakukan kontrak waktu
selanjutnya
Selasa, Data : S : Klien memahami apa yang sudah diajarkan
15/02/202 Tanda dan gejala:
2 Klien merasa dirinya tidak O:
berguna, saat berbicara klien - Klien sudah mampu memgidentifikasi aspek
menunduk. postif yang ada pada dirinya: klien pandai
TTV: TD : 115/70 mmHg mengikuti terapi menggambar
RR : 20x/i - Klien sudah mampu menetapkan kemapuan
Diagnosa Keperawatan : yang dapat digunakan dengan mandiri dan
Harga Diri Rendah Kronis termotivasi
Tindakan Keperawatan :
1. Mengucapkan salam A :Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah kronis
2. Menanyakan (+)
kabar/perasaan pasien hari
ini P:
3. Mengevaluasi kegiatan 1) Latiham aspek positif yang dimiliki klien
yang sudah dilakukan 1x/hari
pasien sebelumnya serta Latih klien untuk memasukkan dalam jadwal
memberikan pujian
4. Mengajarkan kembali terapi kegiatan harian 1x/hari
SP Harga Diri Rendah 1-2
dengan menerapkannya 1x1
sehari
- Mengidentifikasi aspek
positif yang dimiliki pasien
misalnya klien rajin
beribadah atau berdoa
- Menilai kemampuan yang
dapat digunakanmisalnya
klien memiliki kemampuan
menggambar, bernyanyi,
berhitung.
- Menetapkan atau memilih
kegiatan seseuai kemampuan
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan 1 : Menggambar
5. Melakukan kontrak waktu
selanjutnya
Rabu, Data : S : Senang dan bersemangat
16/02/202 Tanda dan gejala :
2 klien merasa dirinya berarti, O:
klien mampu menetapkan Klien mampu melakukan aspek positif yang
kemampuan yang dimiliki dimiliki sesuai kemampuannya yaitu mengambar
yaitu menggambar, saat dan mewarnai dan mempraktekkannya dengan
berbicara klien sudah tidak mandiri
menunduk
TTV: TD : 110/60 mmHg A:
RR: 20x/i Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah kronis
Diagnosa Keperawatan : (+)
Harga Diri Rendah Kronis
Tindakan Keperawatan : P : Intervensi lanjutan
1. Mengucapkan salam 1) Latihan kegiatan yang dipilih 2: menggambar
2. Menanyakan 2) Latihan kegiatan yang dipilih 3 : mewarnai
kabar/perasaan pasien hari 3) Latiha menyusun jadwal untuk melakukan
ini kegiatan yang sudah dilatih
3. Mengevaluasi kegiatan
sebelumnya sp 1-2, untuk
mengevaluasi sejauh mana
kemampuan klien
menerapkan sp secara
mandiri dalam menerapkan
Sp yang diberikan
4. Melanjutkan terapi Sp 3-4
dengan menerakan 1x1
sehari
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan 2
- Melatih kemampuan yang
sesuai di pilih 3
5. Mengingatkan pasien
kembali tentang semua sp
yang sudah diajarkan
6. Masukkan dalam jadwal
kegiatan harian pasien
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, yang terdiri dari
pengumpulan data baik data subjektif maupun data objektif dan perumusan
masalah. Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan metode
wawancara langsung dengan klien, dan catatan keperawatan medis klien.
Dalam pengkajian meliputi identitas, alasan masuk, faktor predisposisi,
pemeriksaan fisik, psikososial, status mental, kebutuhan perencanaan pulang,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek
medis
Pada saat pengumpulan data/ pengkajian terdapat kesenjangan seperti di
dapatkan banyak daftar masalah pada diri klien di dukung dengan data
subjektif dan objektif yang sudah dibuat oleh penulis di tabel analisa data
sehingga menimbulkan pohon masalah yang berbeda dari teori dimana daftar
masalah ikut dimasukkan kedalam pohon masalah tersebut.
4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada teori diagnosa hanya mengambil tiga prioritas diagnosa keperawatan


yaitu Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran, Resiko Perilaku
Kekerasan, dan Harga Diri Rendah Data yang memperkuat penulis
mengambil diagnosa keperawatan tersebut yaitu dengan data subjektif klien
mengatakan sering mendengar suara-suara pada malam hari, dan waktu
klien menyendiri yang menyuruhnya untuk memukul/menghancurkan
barang yang ada disekitarnya. Dan data objektif di dapatkan klien tampak
senyum-senyum sendiri, klien tampak menggerak-gerakkan mulut seperti
berbicara. sehingga terdapat kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus yaitu mengambil tiga diagnosa.

4.3 Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan mulai dari


menentukan diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan intervensi
keperawatan. Rencana keperawaan yang penulis lakukan sama dengan di
tinjauan teoritis sehingga tidak terdapat kesenjangan diantaranya. Rencana
tindakan keperawatan yang akan di lakukan Tn. F dengan diagnosa
keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran adalah
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi (jenis, isi, waktu
terjadinya, frekuensi, dan situasi) yang menimbulkan halusinasi, dan
mengontrol halusinasi dengan strategi pelaksanaan (SP) yaitu, mengontrol
halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap, melakukan kegiatan
terjadwal, dan minum obat dengan baik dan teratur dengn prinsip 6 benar
(benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat). Dan
meberikan terapi lanjutan yaitu Sp 1-3 Resiko Perilaku Kekerasan : latihan
fisik Tarik Nafas Dalam, Pukul Kasur Bantal, minum obat secara teratur,
komunikasi secara verbal asertif/berbicara baik-baik, spritual, dan terapi
terakhr yang diebrikan yaitu Sp 1-4 Harga Diri Rendah yaitu :
mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki pasien, menilai
kemampuan yang dapat digunakan, menetapkan/memilih kemampun yang
dipilih , melatih kegiatan sesuai yang dipilih 1 yatu klien mampu mengikuti
terapi yang di jadwalkan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad
Ildrem menggambar , melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2,
yaitu klien mampu mewarnai hasil yang ia gambarkan., melatih kegiatan
sesuai kemampuan yang dipilih 3.
Setiap selesai melakukan tindakan keperawatan penulis memberikan pujian
kepada Tn. F untuk keberhasilan klien dalam mempelajari SP, Menurut
(Livana, 2020). pujian tersebut dapat meningkatkan semangat hidup dan
membangkitkan kepercayaan diri seseorang. hal ini sesuai dengan intervensi
yang di buat penulis di tinjuan teoritis dan yang dilakukan kepada klien Tn.
F yaitu setiap melakukan SP dengan baik.
4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai melakukan tindakan


keperawatan dalam mengontrol masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran, tugas perawat adalah melaksanakan asuhan
keperawatan yang sudah direncanakan pada tahap pra interaksi dan
melanjutkan tahap orientasi.
Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai dengan intervensi yang telah di
tetakan pada Tn. F mulai dari tanggal 07-15 Februai 2022 dengan membina
hubungan saling percaya dan melakukan teknik komunikasi terapeutik yaitu
mendengarkan dengan penuh perhatian, menunjukkan penerimaan,
menanyakan pertanyaan yang berkaitan, menyatakan hasil observasi,
menawarkan informasi, memberikan penghargaan, menawarkan diri,
memberikan kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan, serta
memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya
(Fasya, 2018). Yang harus diperhatikan dalam komunikasi terapeutik adalah
posisi, kontak mata, kemudian berkenalan dengan pasien, menanyakan
perasaan klien. Setelah itu baru berdiskusi untuk mengenal halusinasi,
mengontrol perilaku kekerasan serta harga diri rendah.
Penulis mengevaluasi kembali keadaan klien baik obyektif maupun
subyektif. Menentukan rencana tindak lanjut, serta merencanakan kontrak
waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya. Penulis melaksanakan
semuanya pada setiap tahapan strategi pelaksanaan (SP). implementasi yang
penulis lakukan tidak terdapat kesenjangan antara konsep teoritis dengan
pembahasan pada kasus Tn. F karna penulis mengacu pada teori yang ada,
dimana tindakan yang dilakukan pada Tn. F sesuai dengan kondisinya
4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang


dicapai setelah melaksanakan implementasi yang dilakukan baik secara
sumatif (dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan
yang telah ditentukan) atau pun formatif (yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan keperawatan). Tetapi tidak semua rencana
keperawatan dapat dilaksanakan atau tercapai sesuai dengan yang penulis
harapkan.
Dalam proses evaluasi dimana pertemuan pertama penulis membina
hubungan saling percaya dan mengkaji sejauh mana pasien dapat
mengontrol Halusinasi, resiko perilaku kekerasan dan harga diri rendah.
Setelah terbina hubungan saling percaya penulis melanjutkan sejauh mana
intervensi yang sudah tercapai oleh pasien. Penulis juga menggunakan
SOAP dalam mengevaluasi klien didapat kan bahwa klien dapat
menerapkan/mengingat Sp-Sp yang telah di berikan, dan dapat diterapkan
dalam 1x1 sehari.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Hasil pengkajian yang diperoleh adalah data subjektif dan objektif pada
kasus Tn. F dan didapatkan data : Tn. F yang mengalami halusinasi
pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan, Harga Diri Rendah, didapat
data K.U saat MRS : Tn. F sering mendengar suara berupa perintah
untuk melukai tetangganya dengan menggunakan senjata tajam dan
menghancurkan barang- barang dirumah. Tn. F terlihat gelisah dan
banyak diam ketika mendengar suara tersebut. tanda dan gejala yang
ditemukan pada klien adalah berbicara sendiri dan senyum sendiri tanpa
ada objek nyata, padahal klien tidak berkomunikasi atau berinteraksi
dengan orang lain, klien lebih sering menyendiri dan tidak terlalu suka
berkumpul dengan keluarga, teman dan lingkungan nya .
2. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan oleh penulis pada saat
pengkajian adalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan, Harga Diri Rendah
berdasarkan analisa data yaitu dari data subjektif dan objektif.
3. Rencana keperawatan yang dilakukan adalah dengan tujuan klien dapat
mengenal halusinasinya, dapat mengontrol Resiko perilaku Kekerasan
dan Harga Diri Rendah, dengan cara mendiskusikan dengan klien
tentang penyakit yang dialaminya
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis selama 6 hari yaitu
membantu klien mengenal halusinasinya, mengontrol resiko perilaku
kekerasan, dan harga diri rendah. mengidentifikasi penyebab, isi, jenis,
waktu,setra tanda dan gejala dari penyakitnya.

5. Evaluasi yang dilakukan penulis sesuai dengan diagnosa keperawatan


yang ada pada Tn. F yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran resiko perilaku kekerasan, dan harga diri rendah. sesuai
dengan implementasi dan bagaimana perkembangan klien. Klien mampu
melakukan strategi pelaksanaan (SP) dari sp 1-sp 4 dengan baik dan
menunjukkan perubahan klien lebih tampak rileks, tidak mendengar
suara lagi, dan dapat meminum obat secara teratur, dan klien dapat
mempraktekkan cara mengontrolnya menggunakan sp yang sudah di
ajarkan pada klien

5.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit Jiwa


Bagi tenaga keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
M. Ildrem untuk tetap melayani dan menangani klien dengan halusinasi
pendengaran, resiko perilaku kekerasan, dan harga diri rendah. secara
optimal. Perawat harus terus menjalin komunikasi teraupetik sehingga klien
dapat mengungkapkan semua permasalahannya dan mau mengikuti terapi
yang diberikan selama di rawat di Rumah sakit Jiwa sehingga tercapainya
keberhasilan dalam proses keperawatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam proses pembelajaran dengan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran, resiko
perilaku kekerasan, dan harga diri rendah.

3. Bagi Mahasiswa
Dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta
bertanggung jawab kepada klien khususnya pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan,
Harga Diri Rendah
DAFTAR PUSTAKA

1. Andri, Juli, et al. "Implementasi keperawatan dengan pengendalian diri klien


halusinasi pada pasien skizofrenia." Jurnal Kesmas Asclepius 1.2 (2019): 146-155.
2. Bakhtiar, Muhammad Ilham, and Asriani Asriani. "Effectiveness Strategy Of
Problem Focused Coping And Emotion Focused Coping In Improving Stress
Management Student Of SMA Negeri 1 Barru." Guidena: Jurnal Ilmu Pendidikan,
Psikologi, Bimbingan dan Konseling 5.2 (2015): 69-82.
3. Dwi Oktiviani, P031714401047. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan
masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Rokan
Rumah Sakit Jiwa Tampan. Diss. Poltekkes Kemenkes Riau, 2020.
4. Fasya, Hannika, and Lucy Pujasari Supratman. "Therapeutic Communication of
Nurses to Mental Disorder Patient." Jurnal Penelitian Komunikasi 21.1 (2018).
5. Feri, Kusuma. Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Musik Klasik
Terhadap Mengontrol Halusinasi pada Pasien Halusinasi Pendengaran Dengan
Menggunakan Metode Studi Literature (KTI. 1519). Diss. universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya, 2020.
6. Hairul, Hasan. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Sdr. S dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran di Wilaya Kerja Puskesmas Situbondo. Diss.
Universitas Muhammadiyah Jember, 2021.
7. Hulu, Febri, et al. "Penerapan Terapi Generalis SP 1-4 Dengan Masalah Risiko
Perilaku Kekerasan Pada Penderita Skizofrenia." (2022).
8. Irwan, Farhanah, et al. "Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah Halusinasi."
(2021).
9. Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta: Kemenkes RI.
10. Livana, P. H., et al. "Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi melalui
Terapi Generalis Halusinasi." Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa 2.1 (2020): 1-8.
11. Manurung, Reynhad Daniel. "Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. M
Dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran." (2021).
12. Mislika, Mutia. "Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. N Dengan
Halusinasi Pendengaran." (2021).
13. Nurlaili, Nurlaili, et al. "Pengaruh tehnik distraksi menghardik dengan spiritual
terhadap halusinasi pasien." Jurnal Keperawatan 11.3 (2019): 177-190.
14. Pardede, J. A., & Hasibuan, E. K. (2019). Dukungan Caregiver Dengan Frekuensi
Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Idea Nursing Journal, 10(2).
https://doi.org/10.52199/inj.v10i2.17161
15. Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016). Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klienskizofrenia. Mental
Health, 3(1).
16. Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy dan Peran
Keluarga Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 57-66. https://doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846
17. Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy dan Peran
Keluarga Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 57-66. https://doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846
18. Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy
dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 18(3), 157-166.
19. Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy
Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
20. Putri, Nazela Nanda, et al. "Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia." (2022).
21. Septiana, Septi. Asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi di rumah
sakit jiwa daerah dr. Arif zainudin surakarta. Diss. Universitas kusuma husada
surakarta, 2021.
22. Syahdi, Doni, and Jek Amidos Pardede. "Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4
Dengan Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus." (2022).
23. Sonia Putri Sihaloho, P031714401035. Asuhan keperawatan jiwa pada tn. A
dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran di ruang rokan rumah
sakit jiwa tampan provinsi riau. Diss. Poltekkes Kemenkes Riau, 2020.
24. Yuanita, Tiara. Asuhan keperawatan klienskizofrenia dengan gangguan persepsi
halusinasi pendengaran di rsjd dr. Arif Zainudin Solo Surakarta. Diss. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, 2019

Anda mungkin juga menyukai