M. Rivalsyah
rivalsyah4@gmail.com
BAB 1
PENDAHULUAN
Keterangan :
a. Respon adaptif
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial meliputi:
1) Proses fikir terganggu .
2) Ilusi adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5) Menarik diri yaitu percoban untuk menghindar interaksi dengan orang
lain.
c. Respon maladaptif
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya dan lingkungan.
Adapun respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran (waham) adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak
mau berinteraksi dengan orang dan lingkungan.
2.1.3 Etiologi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Dwi Oktviani, 2020).
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandirisejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan.
c. Faktor biologis
Pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogen neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor psikologis
Tipe dari kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
schizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk menghadapinya. (Dwi Oktaviani,2020 dalam Hulu,
& Pardede 2022). Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
yaitu :
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam
dunia nyata.
5. Dimensi Spiritual
Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang
berupaya secara sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun
tidur klien merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdirnya memburuk (Feri, 2020 dalam Syahdi, & Pardede 2022).
2.2.1 Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu dieksplorasi baik pada
klien sendiri maupun keluarga berkenan dengan kasus halusinasi
yang meliputi (Sianturi, 2021) :
1. Indentitas klien
2. Keluhan utama atau alasan masuk
3. Faktor predisposisi
a. Faktor genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofrenia diturunkan
melalui kromosom2 tertentu. Namun demikian, kromosom yang
kebeberapa yang menjadi faktor penentu ganggguan ini sampai
sekarang masih dalam tahap penelitian
b. Faktor biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif. Peran frontal dan limbik cortices
dalam regulasi stress berhubungan dengan aktifitas dopamin.
Saraf pada pre frontal penting untuk memori. Penurunan neuro
pada area ini dapat menyebabkan kehilangan asosiasi.
c. Faktor presipitasi psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan, pola asuh anak tidak adequat.
Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan.
4. Faktor presipitasi
a. Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
Mekanismepenghantaran listrik disyaraf terganggu
b. Stress lingkungan
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan,
lingkungan, sikap,dan perilaku
5. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
1) Genogram
Perbuatan genogram minumal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2) Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya,bagian tubuh yang
disukai,reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai.
b. Identitas Diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya merasa bahwa
klien tidak berguna.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/ pekerjaan/ kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi
atauperannya, dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut. Pada klien halusinasi bisa berubah atau berhenti
fungsi peran yang disebabkan penyakit, trauma akan masa lalu,
menarik diri dari orang lain, perilaku agresif.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam kelurga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
Pada klien yang mengalami halusinasi cenderung tidak peduli
dengan diri sendiri maupun sekitarnya.
e. Harga Diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri
tanpa syarat meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan,
dan kegagalan ia tetap merasa dirinya sangat berharga.
3) Hubungan Sosial
Tanyakan siapa orang terdekat dikehidupan klien tempat mengadu,
berbicara, minta bantuin, atau dukungan. Serta tanyakan
organisasi
yang diikuti dalam kelompok/ masyarakat. Klien dengan
halusinasicenderung tidak mempunyai orang terdekat, dan jarang
mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat. Lebih senang
menyendiri dan asyik demgan isi halusinasi.
4) Spritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasaan dalam menjalankan keyakinan. Apakah isi halusinasi
mempengaruhi keyakinan klien dengan Tuhannya.
7. Status Mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pada klien dengan halusinasi mengalami defisit perawatan diri
(penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti
tidak disisir, gigi kotor, dan kuning, kuku panjang dan hitam). Raut
wajah tampak takut, kebingungan, cemas.
b. Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung sukamberbicara sendiri, ketika
diajak bicara tidak fokus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk
akal. memulai pembicaraan.
c. Aktivitas Motorik
Klien dengan halusinasi tampak gelisah, kelesuan, ketegangan,
agitasi, tremor. Klien terlihat sering menutup telinga, menunjuk
nunjuk kearah tertentu, menggaruk-garuk permukaan kulit, sering
meludah, menutup hidung.
d. Afek emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif,
ketakutan yang berlebih, eforia.
e. Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak
mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara) mudah
tersinggung.
f. Persepsi-sensori
Ada beberapa jenis halusinasi menrut (Syahdi & Pardede2022) :
1) Jenis halusinasi
y
- Halusinasi pendengaran
- Halusinasi penglihatan
- Halusinasi penciuman
- Halusinasi pengecapan
- Halusinasi perabaan
2) Waktu
Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnya halusinasi yang
dialami pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang,
sore, malam? Jika muncul pukul berapa?
3) Frekuensi
Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sekali-
kali kadang kadang,jarang atau sudah tidak muncul
lagi.dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi
dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi pada klien halusinasi sering kali
halusinasi pada saat klien tidak memiliki kegiatan atau pada
saat melamun maupun duduk sendii.
4) Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Situasi terjadinya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi
kegiatan tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan
intervensi khususs pada waktu terjadi halusinasi, menghindari
situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi, sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasi nya.
5) Respons
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi
itu muncul. Perawat dapat menanyakan kepada pasien hal yang
dirasakan atau yang dilakaukan saat halusinasi itu timbul.
Perawat juga dapat menanyakan kepada keluarga nya atau
orang terdekata pasien. Selain itu, dapat juga dengan meng
observasi perilaku pasien saat halusinasi timbul. Pada klien
halusinasi sering kali mengarah, mudah tersinggung, merasa
curiga pada orang lain.
g. Proses berpikir
1) Bentuk fikir
Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang tidak sesuai
dengan kenyaaatan yang ada atau tidak mengikuti logika secara
umum (tidak ada sangkut pautnya antara proses individu dan
pengalaman yang sedang terjadi). Klien yang mengalami
halusinasi lebih sering was-was terhadap hal-hal yang
dialaminya.
2) Isi fikir
Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan depersoalisasi
yaitu perasaan yang aneh atau asing terhadap diri sendiri, orang
lain lingkungan sekitar, berisikan keyakinan berdasarkan
penilain non realistis.
h. Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi seringkali merasa bingung, apatis,(acuh tak
acuh).
i. Memori
a. Daya ingat jangka panjang:mengingat kejadian masa lalu
lebihdari satu bulan
b. Daya ingat jangka menengah:dapat mengingat kejadian
yangterjadi 1 minggu terakhir.
c. Daya ingat jangka pendek:dapat mengingat kejadian yang
terjadi saat ini.
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada klien dengan halusinasi tidak dapat berkonsentrasi dan dapat
menjelaskan kembali pembicaraan yang baru saja di bicarakan
dirinya/orang lain.
k. Kemampuan penilaian mengambil keputusan
a. gangguan ringan:dapat mengambil keputusan secara sederhana
baik dibantu orang lain/tidak
b. gangguan bermakna:tidak dapat mengambil keputusan secara
sederhana cenderung mendengar/melihat ada yang
diperintahkan.
l. Daya tilik diri
Pada klien halusinasi cenderung mengingkari penyakit yang
diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik)
pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien
menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita
tentang penyakitnya.
8. Kebutuhan perencanaan ulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan kebutuhan
Tanyakan apakah klien mampu atau tidak mampu memenuhi
kebutuhanya sendiri.
b. Kegiatan kehidupan sehari-hari
1. Perawatan diri
Pada klien halusinasi tidak mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari seperti mandi, kebersihan, ganti pakaian, secara
mandiri perlu bantuan minimal.
2. Tidur
Klien halusinasi cenderung tidak dapat tidur yang berkualitas
karena kegelisahan, kecemasan akan hal yang tidak realita
c. Kemampuan klien lain lain
Klien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan hidupnya, dan
membuat keputusan.
d. Klien memiliki sistem pendukung
Klien halusinasi tidak memiliki dukungan dari keluarga maupun
orang sekitarnya karena kurang nya pengetahuan keluarga bisa
menjadi penyebab. Klien dengan halusinasi tidak mudah untuk
percaya terhadap orang lain selalu merasa curigas.
e. Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi
Klien halusinasi merasa menikmati pekerjaan, kegiatan yang
produktif karena ketika klien melakukan kegiatan berkurangnya
pandangan kosong.
9. Mekanisme koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung berprilaku maladaptif,
seperti mencederai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Malas
berkreatif, perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain, mempercayai orang
lain dan asyik dengan stimulus intenal
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pada klien halusinasi mempunyai masalah di masalalu dan
mengakibatkan dia menarik diri dari masyarakat dan orang terdekat.
11. Aspek pengetahuan
Pada klien halusinasi kurang mengetahui tentang penyakit jiwa karena
tidak merasa hal yang dilakukan dalam tekanan
12. Aspek medis
Memberikan penjelasan tentang diangnostik medis. Pada klien
halusinasi terapi medis seperti haloperidol (HLP), Clapromazine
(CPZ), Trihexyphenidyl (THP)
(Septiana, 2021).
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukkan masalah
apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan,dilaksanakan
dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum,sebagian
tercapaia tau timbul masalah baru.(Hairul, 2021 dalam Syahdi & Pardede
2022). Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku klien
setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu di evaluasi
karena merupakan system pendukung yang penting.
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Inisial : Tn. F
Umur : 26 tahun
Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 1 tahun yang lalu tepatnya
pada tahun 2020 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang. Di rumah klien tidak
rutin minum obat, tidak mau kontrol penyakitnya sehingga timbul gejala-gejala
tersebut, klien mendengar suara bisikkan Keluarga klien tidak ada yang pernah
mengalami gangguan jiwa. Karena factor ekonomi Dan akhirnya klien dibawa oleh
keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem.
Masalah keperwatan : Halusinasi Pendengaran
1. Pengobatan sebelumnya
Klien sudah pernah melakukan pengobatan dengan obat medis untuk mengatasi
masalah gangguan jiwa sebelumnya, tetapi tidak berhasil.
2. Trauma
a. Aniaya fisik
Berdasarkarn interaksi dengan klien, klien pernah mengalami
aniaya fisik dan pernah melakukan aniaya fisik terhadap orang lain
termasuk pada ibu klien.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
b. Aniaya seksual
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan tidak
pernah mengalami aniaya seksual dan tidak pernah melakukan
aniaya seksual.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Penolakan
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan tidak ada
penolakkan oleh lingkungan sekitar, klien dapat berbaur oleh
teman-teman seruangannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
d. Kekerasan dalam keluarga
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan pernah
memukul ibunya, dan lebih sering seperti menghancurkan barang-
barang dirumah.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
e. Tindakan kriminal
Berdasarkan wawancara dengan klien, klien mengatakan tidak
pernah terlibat dalam masalah tindakan kriminal apapun.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram
Tn. F
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Perempuan meninggal dunia
Citra Tubuh
Klien mengatakan bahwa ia menyukai seluruh anggota tubuhnya,
tidak ada hal yang tidak disukai.
Identitas Diri
Klien mengetahui nama dan alamatnya dan klien mengatakan
bahwa klien anak ke-3 dari 4 bersaudara dan klien bangga
menjadi seorang laki-laki.
Peran diri
Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang agar tidak
merepotkan adiknya.
Harga diri
1. Orang terdekat
Klien mengatakan jika dia ada masalah, dia bercerita kepada adiknya
3.3.3 Spiritual
a. Penampilan
Berdasarkan observasi pada klien, klien tampak rapi, dan bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Pembicaraan
Berdasarkan observasi pada klien, klien berbicara kadang-kadang
dengan nada pelan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Aktivitas Motorik
Berdasarkan observasi pada klien, aktivitas motorik klien adalah
agitasi dimana klien tampak tidak semangat dalam melakukan
aktivitas diruangan dan klien kadang-kadang tampak gelisah.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
d. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih dirawat di rsj dan menyesal sudah
mengamuk-ngamuk dirumah dan sudah menghancurkan barang-
barang dirumah.
Masalah keperawatan : gangguan suasana perasaan
e. Afek
Berdasarkan observasi pada klien, emosi klien tampak labil, emosi
klien berubah-ubah saat menceritakan tentang ibunya, seperti
menjadi keras suaranya.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
g. Persepsi
Berdasarkan observasi pada klien, Klien mengatakan saat dirumah
ia mendengar suara bisikan yang membisikkan di telinganya
seperti menyuruh atau memerintah dan ketika klien melihat ibunya
sendiri, klien langsung merasa benci kepada ibunya bahkan klien
tidak ragu- ragu untuk mencelakai ibunya sendiri dan merusak
barang-barang sekitarnya, dan suara tersebut sering terjadi saat
klien sendiri,melamun dan pada malam hari.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori (Halusinasi
pendengaran)
h. Proses pikir
Berdasarkan observasi pada klien, klien sirkumtansial yaitu klien
berbicara dengan berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
Masalah keperawatan : Perubahan Proses Pikir
i. Isi pikir
Berdasarkan wawancara pada klien, isi pikir klien bersifat kontrol
pikir yaitu klien mengatakan kadang melakukan tindakan oleh
suruhan suara-suara tersebut dan kadang hanya diam ketika
mendengar suara tersebut.
Masalah keperawatan : Perubahan Proses Pikir
j. Tingkat kesadaran
Berdasarkan observasi pada klien, klien tampak dengan tingkat
kesadaran composmentis (CM) karena klien mengatakan tau kalau
sekarang dia ada di rumah sakit, tahu tahun berapa, tanggal berapa
dan hari apa saat melakuan pengkajian.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
k. Memori
Daya ingat klien masih bagus dan klien dapat mengingat masa
lalunya, penyebab ia masuk rumah sakit jiwa, dan dapat
menceritakan tentang pekerjaan dan keluarganya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
m. Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan penilaian ringan maupun
gangguan penilaian bermakna, karena klien dapat mengambil
keputusan sederhana tanpa bantuan dari orang lain seperti: mampu
menentukan yang harus didulukan antara sholat dan wudhu.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
1) Makan
Klien mengatakan makan 3x sehari, klien menghabiskan porsi makan
yang diberikan, klien tidak memiliki pantangan makanan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2) BAB/BAK
Klien mengatakan tahu tempat untuk BAB/BAK, klien mengatakan
BAB 1x sehari dan BAK 5-8x sehari, klien dapat membersihkan diri
setelah BAB/BAK.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3) Mandi
Klien mandi 1-2x dalam sehari, klien dapat menyebutkan alat-alat
mandi seperti sabun, odol, sikat gigi, handuk, dan baju ganti untuk
mandi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4) Berpakaian / berhias
Klien dapat menggunakan pakaian serta penampilan sesuai yang
diarahkan dan klien mampu bercukur secara mandiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7) Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan selama dirawat klien minum obat secara teratur
karena selalu dikasih sama perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
1) Koping Adaptif
Klien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan baik walaupun
terkadang jawaban nya klien ngomongnya berbelit-belit dan selama
dirawat klien juga mengikuti arahan yang diberikan seperti berbicara
dengan orang lain.
2) Koping maladaptif
Klien Klien mengatakan jika mendengar suara tersebut klien kadang
diam dan kadang mengikuti suruhan tersebut. Dan karna sering
mendengar suara tersebut klien tidak bisa mengontrol marah/emosi
sehingga menghancurkan barang-barang disekitarnya. Sering
tersenyum sendiri, Kontak mata kurang, sering menyendiri dan klien
tidak pernah memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif, Halusinasi
pendengaran, dan isolasi sosial
3.9 Pengetahuan
Klien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya, penyebab klien masuk
rumah sakit jiwa akan tetapi klien kurang mengetahui akibat apabila tidak
minum obat secara teratur, manfaat dari obat yang dikonsumsinya dan cara
minum obat yang benar
Masalah keperawatan : Kurang Pengetahuan
3.10. Aspek Medik
Diagnosa medik: Skizofrenia paranoid
Terapi medik mulai dari tanggal 7 dengan jenis obat:
- Resperidone 25 mg (2x1)
- Clozapine 20mg (2x1)
- THP( Trihexyphenidil) 25gm (2x1)
i. Analisa Data
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Klien mampu 1. Bina hubungan saling percaya Gangguan Persepsi
Klien dapat membina dengan mengungkapkan sensori :
membina hubungan saling prinsip komunikasi terapeutik: Halusinasi
hubungan percaya dengan a. Sapa klien dengan ramah Pendengaran
saling percaya perawat, dengan baik verbal maupun
dengan kriteria hasil: nonverbal.
perawat - Membalas b. Perkenalkan diri dengan
sapaan perawat sopan.
- Ekspresi wajah c. Tanyakan nama lengkap
bersahabat dan dan nama panggilan yang
senang disukai klien.
- Ada kontak d. Jelaskan maksud dan
mata tujuan interaksi
- Mau berjabat e. Berikan perhatian pada
tangan klien, perhtikan kebutuhan
- Mau dasarnya
menyebutkan 2. Beri kesemptan klien untuk
nama mengungkapakn perasaanya
- Klien mau 3. Dengarkan ungkpan klien
duduk dengan empati
berdampingan
dengan perawat
- Klien mau
mengutaraka
masalah yang
Dihadapi
Klien dapat Klien mampu 1. Adakan kontak sering dan
mengenali mengenali singkat secara bertahap.
halusinasinya halusinasinya 2. Tanyakan apa yang didengar
dengan kriteria dari halusinasinya
hasil: 3. Tanyakan kapan halusinasinya
- Klien dapat datang
menyebutkan 4. Tanyakan isi halusinasi
waktu 5. Bantu klien
timbulnya mengontrol
halusinasi. halusinasinya dengan
- Klien dapat memberikan SP 1-4
mengidentifikis Halusinasi 1x1 sehari
i kapan - Mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
- Mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur
- Mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang
lain
- Mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal
frekuensi
situasi saat
terjadi
halusinasi
- Klien dapat
mengiungkapk
an perasaannya
Klien dapat - Klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya Harga Diri Rendah
berinteraksi menerima dengan :
dengan orang kehadiran a. Sapa klien dengan ramah
lain. perawat setelah baik verbal maupun non
3x pertemuan verbal
Klien mampu - Klien dapat b. Perkenalkan diri
membina mengungkapkan dengan sopan
hubungan saling perasaan dan c. Tanyakan nama
percaya keberdayaan saat lengkap klien dan nama
ini secara verbal panggilan yang disukai
a) Klien mau klien
menjawab salam d. Jelaskan tujuan
b) Ada kontak mata pertemuan
c) Klien mau e. Buat kontrak interaksi yang
berjabat tangan jelas, jujur dan tepati janji
d) Klien mau f. Tunjukkan sikap
berkenalan empati dan menerima klien
e) Klien mau apa adanya
menjawab g. Beri perhatian pada klien
pertanyaan dan perhatian
f) Klien kebutuhan dasar klien.
mau
duduk
berdampingan
dengan perawat
g) Klien
mampu
mengungkapkan
perasaannya.
waktu terjadinya
halusinasi.
d. Mengidentifikasi
perasaan klien saat
halusinasinya terjadi.
Menjelaskan kembali
cara-cara untuk mengontrol
halusinasi
- mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
- yaitu melatih klien cara
mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur
Selasa, Data : S:
08/02/202 Tanda dan gejala : 1. klien mengatkan perasaan nya sudah membaik
2 Klien masih mendengar suara 2. klien mengatakan sudah jarang mendengar
09:30 bisikkan, klien masih sulit tidur, suara-suara bisikan
tampak gelisah, namun suara 3. klien mengatakan tidak akan melamun dan
bisikkan tidak lagi muncul pada menyendiri lagi
malam hari 4. klien mengatakan ingin cepat pulang dan
TTV: berkumpul dengan keluarga
TD: 118/80 mmHg 5. klien mengatakan sudah memahami cara-cara
RR: 20x/i mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan
Diagnosa Keperawatan : walaupun masih ada yang lupa tapi klien
Halusinasi mengatakan akan menerapkannya secara
Tindakan Keperawatan : mandiri dengan motivasi
1. Mengucapkan salam O:
2. Menanyakan Klien tampak tenang dan klien tampak
kabar/perasaan pasien hari memahami cara-cara mengontrol halusinasi
ini yang sudah diajarkan.
3. Meriview atau meminta A : Halusinasi Pendengaran (+)
klien menyebutkan nama P :- klien mampu menyebutkan kembali terap Sp 3-4
perawat dengan menerapan 1x1 sehari
4. Menjelaskan kembali a) Sp 3 latihan mengontrol halusinasi dengan
cara-cara untuk mengontrol bercakap-cakap dengan orang lain
halusinasi
b) Sp 4 latihan klien mengontrol halusinasi
5. Melanjutkan terapi Sp 3-4 dengan melakukan kegiatan terjadwal
Halusinasi
- Menganjurkan klien untuk melakukan SP-SP yang
Sp 3 melatih klien
telah diajarkan saat suara-suara bisikan itu
mengontrol halusinasi
muncul.
dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
Sp 4 melatih klien
mengontrol halusinasi
dengan melakukan
kegiatan terjadwal
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, yang terdiri dari
pengumpulan data baik data subjektif maupun data objektif dan perumusan
masalah. Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan metode
wawancara langsung dengan klien, dan catatan keperawatan medis klien.
Dalam pengkajian meliputi identitas, alasan masuk, faktor predisposisi,
pemeriksaan fisik, psikososial, status mental, kebutuhan perencanaan pulang,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek
medis
Pada saat pengumpulan data/ pengkajian terdapat kesenjangan seperti di
dapatkan banyak daftar masalah pada diri klien di dukung dengan data
subjektif dan objektif yang sudah dibuat oleh penulis di tabel analisa data
sehingga menimbulkan pohon masalah yang berbeda dari teori dimana daftar
masalah ikut dimasukkan kedalam pohon masalah tersebut.
4.2 Diagnosa Keperawatan
5.1 Kesimpulan
1. Hasil pengkajian yang diperoleh adalah data subjektif dan objektif pada
kasus Tn. F dan didapatkan data : Tn. F yang mengalami halusinasi
pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan, Harga Diri Rendah, didapat
data K.U saat MRS : Tn. F sering mendengar suara berupa perintah
untuk melukai tetangganya dengan menggunakan senjata tajam dan
menghancurkan barang- barang dirumah. Tn. F terlihat gelisah dan
banyak diam ketika mendengar suara tersebut. tanda dan gejala yang
ditemukan pada klien adalah berbicara sendiri dan senyum sendiri tanpa
ada objek nyata, padahal klien tidak berkomunikasi atau berinteraksi
dengan orang lain, klien lebih sering menyendiri dan tidak terlalu suka
berkumpul dengan keluarga, teman dan lingkungan nya .
2. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan oleh penulis pada saat
pengkajian adalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan, Harga Diri Rendah
berdasarkan analisa data yaitu dari data subjektif dan objektif.
3. Rencana keperawatan yang dilakukan adalah dengan tujuan klien dapat
mengenal halusinasinya, dapat mengontrol Resiko perilaku Kekerasan
dan Harga Diri Rendah, dengan cara mendiskusikan dengan klien
tentang penyakit yang dialaminya
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis selama 6 hari yaitu
membantu klien mengenal halusinasinya, mengontrol resiko perilaku
kekerasan, dan harga diri rendah. mengidentifikasi penyebab, isi, jenis,
waktu,setra tanda dan gejala dari penyakitnya.
5.2 Saran
3. Bagi Mahasiswa
Dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta
bertanggung jawab kepada klien khususnya pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan,
Harga Diri Rendah
DAFTAR PUSTAKA