N Dengan
Halusinasi Pendengaran
Ryza Tiara
tiaralfaruq@gmail.com
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut Yosep & Sutini (2014) menyatakan bahwa pasien dengan diagnosis
medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami halusinasi pendengaran dan
penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami halusinasi pendengaran, 20%
mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi lainnya.
Halusinasi terjadi karena hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal atau pikiran dan rangsangan eksternal atau dunia luar
(Kusumawati & Hartono, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan penderita skizofrenia dengan
halusinasi meliputi ekspresi emosi keluarga yang tertinggi, pengetahuan keluarga
yang kurang, ketersediaan pelayanan kesehatan, penghasilan keluarga dan
kepatuhan minum obat pasien skizofrenia (Pardede 2020). Tingginya anggka kasus
klien dengan halusinasi menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan. Pada klien yang
mengalami skizofrenia : halusinasi, apabila tidak mendapatkan pengawasan dan
perawatan secara kontinyu akan membahayakan diri sendiri dan orang lain, maka
dari itu peran perawat sangat penting untuk mendukunga pasien, meliputi aspek
promotif,preventif,kuratif, dan rehabilitatif (Farida, 2015).
1.3 Tujuan
2.1 Pengertian
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai halusinasi di
atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi
klien yang salah melalui panca indra terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau
rangsangan yang nyata. sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi di mana
pasien mendengar suara, terutama suara-suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu
(Afnuhazi, 2015)
2.4 Etiologi
Menurut Yosep (2016) halusinasi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
2.4.1 Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stres.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya
pada lingkungannya
3. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa. Adanya stres yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetrytranferase (DMP). Akibat stres berkepanjangan menyebabkan
teraktifasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi tidak keseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penggunaan zat adiktif, hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya, klien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
khayal.
5. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa klien sehat yang diasuh oleh orang
tua/keluarga skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2.4.2 Presipitasi
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat di atasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
3. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan impuls yang
menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien
4. Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di
alam nyata sangat membahyakan. Klien asik dengan halusinasinya seolah
merupakan tempat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak didapatkan di dunia nyata.
5. Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk mensucikan diri.
2.5 Jenis-jenis
Menurut Keliat & Pasaribu (2016) Jenis-jenis halusinasi terdiridari:
a. Halusinasi pendengaran
Mendengar kegaduhan atau suara, paling sering dalam bentuk suara. Suara
yang berkisar dari kegaduhan atau suara sederhana, suara berbicara tentang
klien, menyelesaikan pecakapan antara dua orang atau lebih tentang orang
yang berhalusinasi, pikiran mendengar di mana klien mendengar suara-suara
yang berbicara pada klien dan perintah yang memberitahu klien untuk
melakukan sesuatu, kadang- kadang berbahaya
b. Halusinasi penciuman
Mencium tidak enak, busuk, dan tengik seperti darah, urin, feses, kadang-
kadang bau menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang, dan dimensia.
c. Halusinasi penglihatan
Rangsangan visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, tokoh
kartun, atau adegan bayangan rumit dan kompleks. Bayangan dapat
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
d. Halusinasi perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Merasa
sensasi listrik datang dari tanah, benda mati, atau oranglain.
2.6 Patofisiologi
10
1. Anti psikotik
a. Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
b. Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
c. Stelazine
d. Clozapine
e. Risperidone (Risperidal
2. Anti parkinson
1. Trihexypenidile
2. Arthan
11
Menghardik halusinasi, mengontrol halusinasi minum obat secara
teratur, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas
yang terjadwal.
12
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.2 Riwayat
Klien pernah masuk rumah sakit dan dibawa ke Poli Jiwa karna pasien
sering berbicara sendiri dan Alasan klien datang ke RSJ klien sering
berbicara sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa
tujuan, membanting peralatan dirumah, menarik diri. tetapi klien hanya
bertahan selama seminggu di rumah sakit lalu di pulangkan dengan alasan
keluarga tidak memiliki biaya yg cukup untuk melanjutkan perawatan di
Poli Jiwa.
Masalah Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran
13
3.4 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil TD : 120/80 mmHg ; N : 80x/i ; S : 35oC ; P : 20x/i.
Klien memiliki tinggi badan 128 cm dan berat badan 45 Kg.
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram
1.
Penjelasan :
Klien tinggal sendiri dirumah, karnara kedua anaknya sudah menikah, tetapi
kedua anaknya sering menjengguk Ny.N karna jarak rumah dari anak Ny.N
tidak jauh dengan rumanya.
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal Sendiri
: Meninggal
14
c. Peran : Klien berperan sebagai janda, dan tinggal
dengan adek dan adek iparnya.
d. Ideal diri : Klien merasa malu karena merepotkan
adik- adiknya hanya bisa menyusahkan
keluarganya
e. Harga diri : Klien merasa tidak nyaman, dan kurang
percaya diri untuk berkumpul dengan
keluarga, karna dia merasa dirinya hanya
menyusahkan keluarga.
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama islam dan yakin
dengan
agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : Sholat 5 waktu
3.5.5 Status Mental
1. Penampilan
Penjelasan : Klien berpenampilan bersih, dan rapi .
2. Pembicaraan
Penjelasan : Klien masih dapat menjawab pertanyaan
perawat dengan lambat namun dapat
dipahami.
3. Aktivitas Motorik
Penjelasan : Klien terlihat tenang.
15
4. Suasana perasaan
Penjelasan : Klien sering merasa cemas,karna sering
mendengar bisikan dari telingga kiri dan
kanan.
Masalah keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran
5. Afek
Penjelasan : Afek klien labil, mudah emosi, mudah
marah.
Masalah keperawatan: Risiko perilaku kekerasan
6. Interaksi selama wawancara
Penjelasan : Klien kooperatif, ada kontak mata, tapi
pandangan terlihat kosong pada lawan bicara,
dan klien terlihat tenang dan mengikuti
instruksi.
7. Persepsi
Penjelasan : Sering mendengar suara-suara disiang hari
sedang sendiri dan istirahat.
Masalah keperawatan : Gangguan Persepsi : Halusinasi
Pendengaran
8. Proses Pikir
Penjelasan : Klien mampu menjawab apa yang ditanya
dengan baik.
9. Isi pikir
Penjelasan : Klien kadang mengatakan bahwa dirinya yang
berhak mengatur keadaan di dalam rumah
dan klien sering marah pada keluarga dan
ketika marah klien mau berteriak dan
melemparkan pakaian pakaian yg ada di
sekitarnya.
Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan
16
10. Tingkat kesadaran
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien
mengenali waktu, orang dan tempat.
11. Memori
Penjelasan : Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu
dan yang baru terjadi,dan mampu mengulang pertemuan yang
dilakukan therapy.
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan : Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan
sederhana tanpa bantuan orang lain.
13. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang
buruk.
14. Daya tilik diri
Penjelasan : Klien mengetahui bahwa dia sering marah,dan
sering mendengar suara’”
17
3.9 Analisis Data
1 Gangguan Persepsi
subjektif : Sensori: Halusinasi
klien mengatakan ketika Pendengaran
siang hari sering mendengar
suara’ bising yang membuat
dia takut, cemas dan emosi
ketika mendengar suara
bisikan dari kiri dan kanan
telinganya. Dan keluarga
mengatakan klien sering
berbicara sendiri.
objektif :
klien tanpak kelihatan cemas
dan ketakutan, dan terkadang
menutup telinganya dan
banyak suara yg didengarnya
yg selalu mengganggu nya
2 Gangguan Konsep Diri :
subjektif : Harga Diri Rendah
klien merasa tidak percaya
diri, dan klien merasa malu
dan merasa dirinya tidak ada
gunanya bisanya hanya
menyusahkan keluarga saja
objektif :
klien terlihat malu dan
tampak malu
3 Resiko Perilaku
subjektif : Kekerasan
keluarga klien mengatakan
klien sering marah-marah dan
jika marah pasien mengamuk
dan mengangkat tempat tidur
klien tersebut.
objektif :
Pandangan klien terlihat
kosong dan pandangan sinis
Subjektif : Isolasi Sosial
Klien merasa sulit untuk
memulai pembicaraan kepada
orang lain
18
Objektif :
Klien tampak menyendiri,
dan berbicara lambat dan
suka menghindar
Isolasi Sosial
19
3.12 Intervensi Keperawatan
20
mampu
bersosialis
asi dengan
orang lain
dan
keluarga
klien klien mampu SP 4 :
mampu melaukan Mengontrol halusinasi
mengontro kegiatan dan dengan melakukan
l mengontrol legiatan terjadwal.
halusinasi halusinasi
harga diri Sp 1 : Mengidentifikasi
rendah kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
pasien
Sp 2 :
a. menilai
kemampuan yang
dapat digunakan
b. Mendapatkan atau
memiliki kegiatan
sesuai
kemampuan
Sp 3 : Melatih kegiatan
sesuai kemampuan yang
dipilih
Sp 4 : Melatih kegiatan
sesuai kemampuan yang
dipilih.
21
3.14 ASUHAN KEPERAWATAN
22
untuk mengatasi
cemasnya
- Menyebutkan cara
mengontrol halusinasi
dengan Menghardik.
Sp2 :
Mengontrol halusinasi
dengan minum obat secara
teratur
4. RTL:
Sp3 :
Mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
dengan ornag lain
Sp 4 :
Mengontrol
halusinasi dengan
melakukan
kegiatan terjadwal
23
gangguan persepsi sensori
: Halusnasi
pendengaran
3. Tindakan keperawatan:
Sp 3 : Mengontrol
halusinasi dengan
becakap-cakap dengan
orang lain.
menyarankan klien untuk
bercakap cakap dengan
keuarga, dan
memberitahukan kepada
keluarga harus mampu
memndampingi dna
menemani pasien dalam
berbicara
Sp 4 : mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
terjadwal
klien dirumah memiliki
kegiatan terjadwal yaitu
mmebersihkan rumah dan
menyuci piring setiap
harinya.
4.RTL:
Evaluasi
kemampuan pasien
dalam memahami
tindakan Sp1 sd Sp
4
24
sabtu 1. mengevaluasi S : klien mengatakan merasan baik,
20/2/202 kemampuan klien dan tidak cemas setelah melakukan
1 dalam mengontrol kegiatan beberapa hari ini
halusinasi dengan O:
cara menghardik - Klien mampu melakukan
2. mengevaluasi klien kegiatan menghardik
menontrol A : Halisinasi pendengaran
halusinasi
bercakap-cakap P:
dengan orang lain - Klien melakukan kegiatan
3. mengontrol setiap hari dan siang hari
halusinasi dengan
melakukan
kegiatan terjadwal
25
BAB 4
PEMBAHASAN
26
tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan sehingga penulis
dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung dengan
seringnya bimbingan dengan pembimbing.
1. Halusinasi Pendengaran
a. Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan dan respon halusinasi
b. Mengontrol halusinasi dengan Mneghardik
c. Mengoontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
e. Mengontrol halusinasi dengan kegiatan terjadwal
27
5. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.
6. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal.
28
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Ny.N penulis
melanjutkan asuhan keperawatan pada klien dengan Halusinasi di Desa
Kotadatar Kec.Hamparan Perak Deli Serdang Maka penulis mengambil
kesimpulan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang telah ada:
5.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Riskesdas. (2018). Hasil Riskesdas 2018. Diakses Maret 30, 2020. Dari
website: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-
riskesdas-2018.pdf
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. (2018). Data Kunjungan Pasien Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Diakses April 03, 2020. Dari
website jurnal: https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JKM/article/download/1732/992
Suliswati. (2005). Dampak Halusinasi Terhadap Kebutuhan Dasar
Manusia.Diakses Maret 23,2020. Dari website:
http://cdn.stikesmucis.ac.id/13DP277035.pdf
Yosep I. (2011). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama
http://repository.um-surabaya.ac.id/id/eprint/3356
Yusuf, Fitryasari, & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan K e se hat a n
Jiwa.
31
LAMPIRAN DOKUMENTASI
32
33