Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS

HALUSINASI PENDENGARAN
PADA TN. S DI BANYUURIP
PURWOREJO

Disusun Oleh :
MARDHIATUN KAMILA
A32020272

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah pennerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun,
dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Trimelia,
2011).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkngan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Direja, 2011).
Halusinasi adalahhilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal ( pikiran )dan rangsangan eksternal ( dunia luar).
Klien memberi persepsi ataupendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mnegatakan mendengar
suara padahal tidak ada orang yang berbicara ( Kusumawati & Hartono,
2012) Jenis-Jenis Halusinasi Serta Data Objektif dan Subjektif

Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif

Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara


Dengar/suara atau kegaduhan.
Marah-marah tanpa sebab
Mendengar suara yang
Menyedengkan telinga ke mengajak bercakap-
arah tertentu cakap.
Menutup telinga Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang
berbahaya.

Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan,


Penglihatan tertentu sinar, bentuk geometris,
bentuk kartoon, melihat
Ketakutan pada sesuatu hantu atau monster
yang tidak jelas.

Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan


Penghidu membaui bau-bauan seperti bau darah, urin,
tertentu. feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
Menutup hidung.

Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti


Pengecapan darah, urin atau feses
Muntah

Halusinasi Menggaruk-garuk Mengatakan ada


Perabaan permukaan kulit serangga di permukaan
kulit

Merasa seperti
tersengat listrik

B. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan


jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Diperoleh dari klien atau keluarga. Faktor predisposisi meliputi:

a. Faktor Perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan


interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.

b. Faktor Sosiokultural

Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang


merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di
lingkungan yang membesarkannya.

c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam
tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytransferase (DMP).

d. Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran


ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan
mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas.

e. Faktor Genetik

Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi


hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,


ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping.
Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada
dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus
terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

C. Tahap Halusinasi

1. Tahap I (Comforting)

Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada


klien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi klien. Karakteristik :

a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan


b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control
kesadaran

Perilaku yang muncul:

a. Tersenyum atau tertawa sendiri


b. Menggerakkan bibir tanpa suara.
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi

2. Tahap II (Condemning)

Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami


tingkat kecemasan yang berat. Karakteristik :

a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasakan dilecehkan oleh


pengalaman tersebut
b. Mulai merasa kehilangan kontrol
c. Menarik diri dari orang lain

Perilaku yang muncul:

a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan


darah.
b. Perhatian terhadap lingkungan menurun.
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan
realita

3. Tahap III ( Controlling )

Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat


kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi. Karakteristik:

a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya


b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir

Perilaku yang muncul:

a. Klien menuruti perintah halusinasi


b. Sulit berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
d. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
e. Klien tampak tremor dan berkeringat

4. Tahap IV ( Conquering)

Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik
Perilaku yang muncul:

a. Resiko tinggi menciderai


b. Agitasi atau kataton
c. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada

Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali


dengan seseorang yang menarik diri dari lingkungan karena orang
tersebut menilai dirinya rendah. Bila klien mengalami halusinasi
dengar dan lihat atau salah satunya yang menyuruh pada kejelekan
maka akan berisiko terhadap perilaku.

D. Rentang Respons Neurobiologis


Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham
merupakan gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan
dari respons neorobiologi. Oleh karenanya secara keseluruhan, rentang
respons halusinasi mengikuti kaidah rentang respons neorobiologi.
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya
pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang
respons yang paling maladaptif adalah adanya waham, halusinasi,
termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran rentang
respons neorobiologi.

Adaptif Maladaptif
E. Psikopatologi

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perubahan persepsi sensosi: halusinasi

Harga Diri Rendah

F. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya


2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

b. Tindakan Keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi.


Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat
melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi
halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul.

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.

Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi


Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:

a) Menghardik halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap


halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul
atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan,
pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa
yang ada dalam halusinasinya.

Tindakan Keperawatan meliputi:

a. Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi,waktu


terjadi, situasi, pencetus, perasaan, respon terhadap
halusinasi
b. Menjelaska dan melatih cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien memperagakan ulang,
memantau penerapan cara ini dan mengutakan perasaan
pasien.
b) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.
Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami
putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula
akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat
sesuai program dan berkelanjutan.
Tindakan keperawatan : Mendiskusikan menggunakan obat secara
teratur dengan menjelaskan pentingnya penggunaan obat. Jelaskan
bila obat digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat/
berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (
benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)

c) Bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap


dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain
maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain
tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol
halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Tindakan Keperawatan : Melatih bercakap-cakap dengan orang
lain.

d) Melakukan aktivitas yang terjadwal

Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan


menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan
beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak
waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk
itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi
halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun
pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

Tindakan Keperawatan : Melakukan aktivitas yang terjadual l


dengan menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur

Tahapan intervensinya sebagai berikut:

• Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi


halusinasi.
• Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
• Melatih pasien melakukan aktivitas
• Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah
dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu. Memantau
pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.

e) Menggunakan obat secara teratur


Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.
Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami
putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula
akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat
sesuai program dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan


obat:
▪ Jelaskan guna obat
▪ Jelaskan akibat bila putus obat
▪ Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
▪ Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
DAFTAR PUSTAKA

1. Ade H. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

2. Damaiyanti MI. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama

3. Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta:


Trans Info Medika.

4. Farida, Yudi H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

5. Kusumawati, F &Hartono, 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta :


Salemba Medika

6. Ike Mardiati Agustin, 2019 Modul Prktikum Laboratorium Menggunakan


Standar Asuhan Keperawatan Jiwa untuk Diagnosa Resiko dan Gangguan
Jiwa.Gombong: Stikes Muhammadiyah Gombong
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN GANGGUAN HALUSINASI PENDENGARAN

A. Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin :L
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Alamat : Sumbersari, Banyuurip, Purworejo
Dx Medis : F. 20. 0 (Skizofrenia)
Tanggal MRS : 10 Desember 2020
Jam MRS : 15.00 WIB
b. Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin :P
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sumbersari,Banyuurip,Purworejo
Hubungan dengan pasien : Kakak ipar

II. Alasan masuk rumah sakit


Ny.S mengatakan pasien mengalami gangguan jiwa sejak 10 tahun
yang lalu, pasien bicara sendiri, pendiam dan pernah mengamuk
III. Faktor predisposisi dan presipitasi
a. Faktor predisposisi
Klien mengatakan sebelumnya klien pernah ikut keposyandu
ODGJ dan mendapatkan obat tetapi setelah minum obat sekali
pasien sudah tidak penah meminumya lagi.
b. Faktor presipitasi
Klien mengatakan faktor penyebab yaitu tidak pernah minum obat.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan sebelumnya

IV. Pengkajian Fisik


a. Keadaan Umum : Baik, compos mentis
b. TTV
TD : 120/80 mmHg N : 88 x/ mnt
S : 360C RR : 20 x/mnt
c. BB : 59 Kg
TB : 163 cm
V. Pengkajian psikososial
a. Genogram

Ket:
: laki-laki : perempuan
: cerai : orang terdekat
: tinggal serumah : klien

Klien sudah bercerai dengan istrinya dan tidak memiliki


anak,sekarang klien tinggal dengan keluarga kakaknya.
b. Konsep diri
1. Gambaran diri atau citra diri
Tidak dapat terkaji
2. Identitas diri
Tidak dapat terkaji
3. Peran diri
Tidak dapat terkaji
4. Ideal diri
Tidak dapat terkaji
5. Harga diri
Tidak dapat terkaji

VI. Hubungan sosial


1. Di rumah
Keluarga mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah
kakak dan keponakannya
2. Di masyarakat
Tidak ada

VII. Hubungan spiritual


Keluaarga beragama islam tetapi klien tidak solat

VIII. Status mental


1. Penampilan umum
Rambut klien tampak berwarna hitam kusam, pakaian sesuai,
kurang bersih.
2. Pembicaraan
Klien tidak pernah bicara dengan orang baru.
3. Aktivitas motorik
Klien kurang koorperatif, seluruh aktivitas klien dilakukan secara
mandiri, klien tampak diam saja saat di tanya.mau menjabat tangan
perawat sebentar.
4. Alam perasaan
Klien tampak tidak terlalu bahagia dan tidak terelalu sedih.
5. Proses pikir
Tidak terkaji.
6. Isi pikir
Tidak terkaji.
7. Tingkat kesadaran dan orientasi
Tingkat kesadaran klien baik yaitu compos mentis. Klien tidak
mampu menyebutkan alamt rumah nya dengan tepat.
8. Memori
Dari hasil wawancara klien tidak memiliki gangguan memori dan
klien dapat mengingat segala sesuatu yang dialaminya.
9. Tingkat konsentrasi
Dari hasil wawancara Tn.S tidak dapat berkomunikasi dengan baik.
10. Kemampuan penilaian
Keluarga menyebutkan klien harus di suruh dulu untuk mandi.
11. Daya tilik diri
Dari hasil wawancara dengan keluarga tidak dapat menilik diri.

IX. Kebutuhan persiapan pulang


1. Makan
Klien makan sebanyak 1-2 kali sehari, nafsu makan klien baik,
kebutuhan ADL makan dilakukan sendiri.
2. BAB/BAK
Klien mengatakan biasa BAK 5-6 kali sehari, tergantung
minumnya dan BAB 1 kali sehari. ADL eliminasi klien dilakukan
secara mandiri.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 1 kali sehari dan disusuruh dulu baru
mandi.
4. Berpakaian
Klien mampu berpakaian secara mandiri..
5. Istirahat dan tidur
Keluarga mengatakan klien susah tidur.
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan tidak pernah minum obat.
7. Pemelihara kesehatan
Keluarga mengatakan memiliki fasilitas terdekat yang mudah di
jangkau yaitu Puskesmas, dan klien menggunakan JAMKESDA.
8. Aktivitas di dalam dan di luar rumah
Klien hanya jalan-jalan dan kekebun keluarga.

X. Mekanisme koping
Keluarga mengatakan klien bila sedang sendiri sering bicara sendiri
dan bernyanyi.
Masalah keperawatan : Halusinasi

XI. Aspek medis


1. Diagnosa medis
F.20.0 (Skizofrenia)
2. Terapi medis; pasien sudah putus obat lama
B. Analisa Data

Nama Klien : Tn S Dx Medis : Skizoprenia


RM No : Ruangan :

No Tgl/jam Data Fokus Diagnosa Paraf


1. 10/12/2020 DS: Gangguan sensori persepsi:
• Klien sering bicara sendiri ,sering mendengar bisikan Halusinasi.
Jam 15.00 suara-suara dan marah-marah
WIB mila
DO:
• Afek tumpul
• Klien diam
• Klien sering mengelamun
2. 10/12/2020 DS: Defisit Perawatan diri
• Keluarga mengatakan klien hanya mandi 1 x sehari
Jam 15.00 bila di suruh
WIB mila
DO:
• Klien tampak kurang bersih
• Klien berpakaian sesuai
C. Pohon masalah
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perubahan persepsi sensosi: halusinasi

Harga Diri Rendah

D. Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi
2. Defisit perawatan diri
E. Rencana Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu: Setelah 1x 2 jam pertemuan, Sp 1
- Mengenali pasien dapat menyebutkan: 1. Bantu pasien mengenal halusinasi (Isi, waktu, frekuensi, situasi,
halusinasi • Isi, waktu, frekuensi, pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)
yang situasi, pencetus, 2. Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
dialaminya perasaan Tahapan tindakannya adalah:
- Mengontrol • Mampu memperagakan - Jelaskan cara menghardik halusinasi
halusinasiny cara dalam mengontrol - Peragakan cara menghardik
a halusinasi - Minta pasien memperagakan ulang
- Mengikuti - Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
program - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
pengobatan
Setelah 1x2 jam. pertemuan, Sp 2
pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1)
2. Tanyakan program pengobatan
a. Menjelaskan 3. Jelaskan pentingnya pengunaan obat pada gangguan jiwa
pentingnya minum 4. Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program
obat 5. Jelaskan akibat jika putus obat
b. Menjelaskan akibat 6. Jelaskan cara mendaparkan obat/berobat
putus obat 7. Jelaskan pengobatan (6B)
c. Menjelaskan cara 8. Latih pasien minum obat
mendapatkan obat
d. Menjelaskan cara
menggunakan obat
dengan 6 benar
Setelah 1x2 jam pertemuan, Sp 3
pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp1,sp2)
2. Latih berbicara/bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
• Bercakap-cakap 3. Masukkan dalam jadwal harian pasien
dengan orang lain.
Setelah 1x2jam pertemuan, Sp 4
pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1, sp 2 dan sp3)
a. Melakukan aktifitas 2. Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
yang terjadual Tahapannya;
b. Menjelaskan • Lakukan aktifitas yang sudah terjadual
pentingnya aktifitas • Jelaskan pentingnya aktivitas teratur untuk mengatasi halusinasi
teratur • Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
c. Menyusun jadual • Latih pasien melakukan aktivitas
aktifitas sehari-hari • Susun jadwal sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah di
latih(dari bangun pagi sampai tidur malam)
Keluarga mampu: Setelah 1x 2 jam pertemuan Sp 1
merawat pasien di keluarga mampu 1. Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
rumah dan menjelaskan tentang 2. Jelaskan tentang halusinasi
menjadi sistem halusinasi - Pengertian halusinasi
pendukung yang - Jenis halusinasi yang di alami pasie
efektif untuk - Tanda dan gejala halusinas
pasien - Cara merawat pasien halusinasi(cara berkomunikasi,pemberian obat,
dan pemberian aktivitas kepada pasien)
- Sumber-sumber pasien yang bisa di jangkau
- Bermain peran cara merawat
- Rencana tindak lanjut keluaega, jadwal keluarga untuk merawat pasien
Setelah 1x 2 jam pertemuan Sp 2
keluarga mampu: 1. Evaluasi kemampuan keluarga (sp1)
• Menyelesaikan 2. Latih keluarga merawat pasien
kegitan yang sudah 3. RTL keluarga/ jadwal untuk merawat pasien
dilakukan
• Memperagakan cara
merawat pasien
Setelah 1x 2 jam pertemuan Sp 3
keluarga mampu: • Evaluasi kemampuan keluarga (sp2)
• Menyebutkan • Latih keluarga merawat pasien
kegiatan yang sudah • RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat pasien
dilakukan
• Memperagakan cara
merawat pasien serta
mampu membuat
RTL
Setelah 1x 2 jam pertemuan Sp 4
keluarga mampu: 1. Evaluasi kemampuan keluarga
• Menyebutkan 2. Evaluasi kemampuan pasien
kegiatan yang sudah 3. RTL keluarga:
dilakukan - Follow up
• Melaksanakan follow - Rujukan
up rujukan
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Nama klien : Tn S No RM :
Umur : 50 tahun Diagnosa medis : F 20.
Tanggal/ Implementasi Evaluasi TTD
jam
Rabu 10 1. Bina Hubungan saling percaya S: (-)
Desember O:
2. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien.
2020/ - Kontak mata kurang
3. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien.
- Afek tumpul
17.00 4. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien.
5. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien. - Komunikasi (-)
WIB Mila
6. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan A:
halusinasi. Halusiansi belum teratasi
7. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi.
P:
8. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
Ulangi Sp 1

Anda mungkin juga menyukai