1. Ridwan Alamsyah
2. Heni Puspita
3. Mercy Agusty
4. Lenni Okhtaria
5. Dewi Mustika
6. Misi Elisa
7. Anita Anggraini
B. Rentang Respon
Adaptif Maladapt
if
D. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.Diperoleh baik dari klien
maupun dari keluarganya.Faktor predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik (Stuart,2006).
1. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan.
2. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami
stres yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimenthytranferase (DMP).
4. Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan
yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang
tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
5. Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dala skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini (Nita, 2009).
E. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Maramis, 2005).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
F. Tahapan Halusinasi
Menurut Isaacs (2005), tahapan halusinasi dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Tahap I (Non-psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang.Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan bagi klien.
Karakteristik:
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan.
c. Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran.
Perilaku yang muncul:
a. Tersenyum atau tertawa sendiri.
b. Menggerakkan bibir tanpa suara.
c. Pergerakan mata yang cepat.
d. Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi.
2. Tahap II (Non-psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan berat.Secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan antipasti.
Karakteristik:
a. Menjijikkan dan menakutkan.
b. Hilang kendali dan berusaha menjauh.
c. Klien merasa malu dan menarik diri dari oaring lain.
Perilaku yang muncul:
a. Peningkatan syaraf otonom: peningkatan TD, nadi, dan nafas.
b. Penyempitan konsentrasi. Sulit membedakan halusinasi dan realitas.
3. Tahap III (Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya, tingkat kecemasan berat, dan
halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik:
a. Menyerah dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya.
b. Isi halusinasi dapat berupa permohonan.
c. Klien kesepian jika halusinasi berakhir.
Perilaku yang muncul:
a. Klien mengikuti halusinasi.
b. Sulit berhubungan dengan orang lain.
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
d. Gejala fisik: tremor, berkeringat, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
4. Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panic.
Perilaku yang muncul:
a. Risiko tinggi mencederai.
b. Agitasi/ kataton.
c. Tidak mampu merespons rangsangan yang ada.
G. Pohon Masalah
Effect Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
H. Manifestasi Klinis
Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi dengar a. Bicara atau tertawa sendiri a. Mendengar suara-suara
(klien mendengar suara atau b. Marah-marah tanpa sebab atau kegaduhan
bunyi yang tidak ada c. Mendekatkan telinga ke b.Mendegar suara yang
hubungannya dengan arah tertentu mengajak bercakap-
stimulus yang nyata atau d. Menutup telinga cakap
lingkungan). c. Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi penglihatan a. Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar,
( Klien melihat gambaran tertentu bentuk geometris, kartun,
yang jelas atau samar b. Ketakutan pada sesuatu melihat hantu, atau
terhadap adanya stimulus yang tidak jelas monster.
yang nyata dari lingkungan
dan orang lain tidak
melihatnya)
Halusinasi penciuman a. Mengendus-endus seperti Membaui bau-bauan
(Klien mencium suatu bau sedang membaui bau- seperti bau darah, urine,
yang muncul dari sumber bauan tertentu feses, dan terkadang bau-
tertentu tanpa stimulus yang b. Menutup hidung bau tersebut
nyata). menyenangkan bagi klien
Halusinasi Pengecapan a. Sering meludah Merasakan rasa seperti
(Klien merasakan sesuatu b. Muntah darah, urine, atau feses.
yang tidak nyata, biasanya
,erasakan rasa makanan yang
tidak enak).
Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk a. Mengatakan ada
(Klien merasakan sesuatu permukaan kulit. serangga dipermukaan
pada kulitnya tanpa ada kulit
stimulus yang nyata). b. Merasakan seperti
tersengat listrik.
Halusinasi Kinenstetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
(Klien merasa badannya dianggapnya bergerak melayang di udara.
bergerak dalam suatu sendiri.
ruangan atau anggota
badannya bergerak).
J. Penatalaksanaan Medis
1. Psikofarmakologis
Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti psikosis.
Menurut Isaacs (2005) adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG)
Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)
Klorpromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine, Permitil)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine)
Tioridazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazin (Vesprin)
Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)
Tiotiksen (Navane)
Butirofenon Haloperidol (Haldol)
Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil)
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane)
Dihidroindolon Molindone (Moban)
SP II SP II
TUK SP 2 : Klien dapat
1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga
mempraktikan dan memasukkan
pujian. dalam merawat/melatih pasien
cara mengontrol halusinasi dengan 2. Latih cara mengontrol halusinasi menghardik. Beri pujian.
obat dalam kegiatan harian. dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, 2. Jelaskan 6 benar cara
guna, dosis, frekuensi, cara, memberikan obat.
kontinuitas minum obat). 3. Latih cara memberikan/
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk membimbing minum obat.
latihan menghardik dan minum obat. 4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi
pujian.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005).Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University
Press.
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).Jakarta : Salemba
Medika.
Stuart G.W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih Bahasa Kapoh R, P dan Komara
E.Y. Jakarta : EGC.
Nanda. 2012. Diagnosis keperawatan. Edisi 2012-2014. Jakarta:EGC