Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun oleh:

Isna Kurniati

200300778

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

2021
LAPORAN

PENDAHULUAN

A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu penerapan panca indera
tanda ada rangsangan dari luar (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah pennerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Trimelia, 2011).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkngan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Direja, 2011).

B. Jenis-Jenis Halusinasi Serta Data Objektif dan Subjektif


Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau
Pendengaran atau Marah-marah tanpa sebab kegaduhan.
suara Menyedengkan telinga ke Mendengar suara yang mengajak
arah tertentu bercakap-cakap.
Menutup telinga Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar, bentuk
Penglihatan tertentu geometris, bentuk kartoon,
melihat hantu atau monster
Ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas.

Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti bau


Penghidung membaui bau-bauan darah, urin, feses, kadang-kadang
tertentu. bau itu menyenangkan.
Menutup hidung.
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urin
Pengecapan Muntah atau feses

Halusinasi Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga di


Perabaan permukaan kulit permukaan kulit

Merasa seperti tersengat listrik

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh dari klien
atau keluarga. Faktor predisposisi meliputi:
a. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
b. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytransferase (DMP).
d. Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
e. Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang
lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu
lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi atau
isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut
dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan
zat halusinogenik.
D. Tahap Halusinasi
1. Tahap I (Comforting)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien. Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control kesadaran
Perilaku yang muncul:
a. Tersenyum atau tertawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara.
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi

2. Tahap II (Condemning)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan yang berat. Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasakan dilecehkan oleh pengalaman
tersebutMulai merasa kehilangan kontrol
b. Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul:
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
b. Perhatian terhadap lingkungan menurun.
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita
3. Tahap III ( Controlling )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan
halusinasi tidak dapat ditolak lagi. Karakteristik:
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir
Perilaku yang muncul:
a. Klien menuruti perintah halusinasi
b. Sulit berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
d. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
e. Klien tampak tremor dan berkeringat
4. Tahap IV ( Conquering)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik
Perilaku yang muncul:
a. Resiko tinggi menciderai
b. Agitasi atau kataton
c. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali dengan
seseorang yang menarik diri dari lingkungan karena orang tersebut menilai
dirinya rendah. Bila klien mengalami halusinasi dengar dan lihat atau salah
satunya yang menyuruh pada kejelekan maka akan berisiko terhadap perilaku.

E. Rentang Respons Neurobiologis


Adaptif Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang proses pikir  Gangguan proses


 Persepsi akurat tidak terganggu berpikir/waham
 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi
dengan pengalaman  Emosi tidak stabil  Kesukaran proses emosi
 Perilaku cocok  Perilaku tidak biasa  Perilaku tidak
 Hubungan sosial  Menarik diri. terorganisasi
harmonis  Isolasi sosial.

F. Psikopatologi

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perubahan persepsi sensosi: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

G. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
H. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat
melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi
halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respon pasien saat halusinasi muncul.
2) Latih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi
Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
(1)Menjelaskan cara menghardik halusinasi
(2)Memperagakan cara menghardik
(3)Meminta pasien memperagakan ulang
(4)Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
b) Latih menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat
sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan
terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit.
Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
(1) Jelaskan guna obat
(2) Jelaskan akibat bila putus obat
(3) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
c) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah
satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
d) Lakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang
mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan
cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam,
tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
(1) Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
(2) Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
(3) Latih pasien melakukan aktivitas
(4) Bimbing jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun
pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu. Memantau
pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
I. Pengkajian Pasien Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada.
Proses pengkajian, data penting yang perlu didapatkan adalah:
1. Jenis halusinasi:
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif
dapat dikaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif
dapat dikaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini
perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
2. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang
jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
3. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau
malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus
atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi
kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada
waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui
frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
4. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang
ditemukan pada pasien
Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran dan penglihatan

K. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya
dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
(1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
(2) Memperagakan cara menghardik
(3) Meminta pasien untuk memperagakan ulang
(4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
a) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah
satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
b) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri
yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami
halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara
beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari
dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
(1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
(2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
(3) Melatih pasien melakukan aktivitas
(4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu
(5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
c) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat
sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan
terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk
itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
(1) Jelaskan guna obat
(2) Jelaskan akibat bila putus obat
(3) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
(4) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
DAFTAR PUSTAKA

Ade H. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Budi, Ana dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC

Damaiyanti MI. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Farida, Yudi H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Hartono,Yudi dkk.2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. Salemba Medika 2

Iskandar. dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung. Refika Aditama 3

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Ed.9 Surabaya: Airlangga University Press

Sartika, F S, Rizqy L H, Irna Kartina, dkk. “Art drawimg therapy efektif menurunkan gejala
negatif dan positif pasien skizofrenia” 2018. Stikes Kusuma Husada. Jurnal KesMaDaSka 2018

Suryenti, V P, Restia Mella N, Salvita Fitrianti. “Pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi


terapeutik terhadap risiko perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakir Jiwa
Provinsi Jambi”. 2018. Vol. 7 No 2, September 2018. Program Studi SI Keperawatan STIKBA.

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta: Trans Info Medika

Anda mungkin juga menyukai