Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BPSTW (Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha) merupakan unit atau

lembaga teknis di bawah naungan Departemen Sosial yang mengelola

pelayanan kepada Lansia. Terletak di daerah Yogyakarta, yang berjarak 12

km ke arah selatan dari Kota Yogyakarta. Dalam melayani para Lansia

BPSTW diasuh oleh beberapa petugas dari pekerja Sosial, Psikolog, Perawat,

ahli gizi, dan sebagainya, serta bekerja sama dengan Puskesmas maupun RS.

BPSTW Budi Luhur merupakan panti sosial yang mempunyai tugas

memberikan bimbingan dan pelayanan bagi masyarakat, baik yang berada di

dalam panti maupun di luar pantai.

Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Masalah

yang biasa dialami lansia adalah hidup sendiri, depresi, fungsi organ tubuh

menurun dan mengalami menopause. Status kesehatan lansia tidak boleh

terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian kebutuhan akan zat gizi. Ada

lansia yang tergolong sehat, dan ada pula yang mengidap penyakit kronis. Di

samping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara

sebagian lansia sangat bergantung pada “belas kasihan” orang lain.

Kebutuhan zat gizi mereka yang tergolong aktif biasanya tidak berbeda

dengan orang dewasa sehat. Namun penuaan sangat berpengaruh terhadap

kesehatan jika asupan gizi tidak dijaga


Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang terjadi

perlahan-lahan dan dapat mengganggu kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari

orang yang terkena. Gangguan kognitif atau proses berfikir tersebut adalah

gangguan mengingat jangka pendek dan memperlajari hal-hal yang baru,

gangguan kelancaran berbicara, keliru mengenai tempat, waktu, orang atau

benda, sulit hitung-menghitung, tidak mampu lagi membuat rencana,

mengatur kegiatan, mengambil keputusan dll (Sumijatun dkk, 2006).

Demensia merupakan penyebab kematian keempat pada lansia setelah

penyakit jantung, kanker dan stroke. Jumlah lansia yang mengalami demensia

didunia sebesar 30 juta jiwa dan di Indonesia sebesar 15% dari jumlah lansia

yang mengalami demensia. Diperkirakan terdapat 35,6 juta orang didunia

yang menderita demensia pada tahun 2010, sembilan negara dengan angka

kejadian demensia terbanyak didunia pada tahun 2010 adalah China (5,4 juta

orang), Amerika Serikat (3,9 juta orang), Rusia (1,2 juta orang), Perancis (1,1

juta orang), Italia (1,1 juta orang) dan Brazil (1 juta orang) (WHO, 2012).

Lansia demensia adalah lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi

daya ingat yang terjadi perlahan-lahan dan mengalami gangguan kognitif atau

proses berfikir. Di Wisma Wukiratawu BPSTW Abiyoso yang mengalami

demensia sebanyak 8 dari 10 lansia yang ada.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan

keperawatan pada lansia dengan konfusi akut


2. Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan

penurunan daya ingat

b. Menegakkan diagnose keperawatan pada lansia dari hasil pengkajian

c. Mampu melaksanakan intervensi pada lansia dari diagnose

keperawatan

d. Mampu melaksanakan implementasi pada lansia dari diagnose

keperawatan

e. Mampu menganalisa dan mengimplementasikan jurnal penelitian

tentang lansia yang memiliki penurunan daya ingat

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai referensi untuk mahasiswa dengan melakukan asuhan

keperawatan pada lansia dengan penurunan daya ingat

2. Bagi Lansia

Mengoptimalkan latihan senam otak (brain gym) yang efektif dalam

membantu proses pemulihan gangguan penurunan daya ingat


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Lanjut Usia

1. Pengertian lansia

Menurut World Health Organization (WHO), dikatakan lansia

ketika seseorang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari

fase kehidupannya, dimana akan ditandai dengan penurunan kemampuan

fungsi tubuh yang meliputi perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

pada tubuh sehingga akan berpengaruh terhadap fungsi dan kemampuan

tubuh secara keseluruhan

Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut

usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu

penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan

yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh

kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap

kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya

kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual

(Efendi, 2009).

2. Batasan lansia

Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi

lansia sebagai berikut:


a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa

vibrilitas

b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium

c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-

batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai

berikut:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal

1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah

45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua

(old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90

tahun.

c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :

pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities)

ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun,

keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia

(geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric

age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old
(70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi,

2009).

3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada usia

lanjut meliputi perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental,

perubahan psikososial, perubahan kognitif dan perubahan spiritual.

a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke

semua organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,

penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,

muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan

integumen.

b. Sistem integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan

kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan

adiposa, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat

menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-sel yang

memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal

dan rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat,

rambut menipis atau botak dan warna rambut kelabu, kelenjar

keringat berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai

proteksi sudah menurun


1) Temperatur tubuh

Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat

memproduksi panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya

aktifitas otot.

2) Sistem muskular

Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang,

pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos

tidak begitu terpengaruh.

3) Sistem kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung

memompa darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac

output, berkurangnya heart rate terhadap respon stres,

kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat

akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, bertaTn.

Sanjang dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima bertambah

tebal, fibrosis.

4) Sistem perkemiha

Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai

50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu

mempekatkan urin, BJ urin menurun, proteinuria, BUN

meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,


kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang

melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit

dikosongkan pada pria akibatnya retensi urin meningkat,

pembesaran prostat (75% usia di atas 65 tahun), bertambahnya

glomeruli yang abnormal, berkurangnya renal blood flow, berat

ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun,

kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal

menurun.

5) Sistem pernafasan

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunnya aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli

ukurannya melebar dari biasa dan jumlah berkurang, oksigen

arteri menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya maximal

oxygen uptake, berkurangnya reflek batuk.

6) Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar,

rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu

pengosongan lambung menurun, peristaltik melemah sehingga

dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorbsi menurun,

produksi saliva menurun, produksi HCL dan pepsin menurun

pada lambung.

7) Rangka tubuh

Osteoartritis, hilangnya bone substance.


8) Sistem penglihatan

Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan

hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh,

meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap),

berkurangnya atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya

lapang pandang (berkurangnya luas pandangan, berkurangnya

sensitivitas terhadap warna yaitu menurunnya daya

membedakan warna hijau atau biru pada skala dan depth

perception).

9) Sistem pendengaran

Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran

timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan

serumen sehingga mengeras karena meningkatnya keratin,

perubahan degeneratif osikel, bertambahnya obstruksi tuba

eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.

10) Sistem syaraf

Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel

kortikol, reaksi menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap

sentuhan, berkurangnya aktifitas sel T, hantaran neuron motorik

melemah, kemunduran fungsi saraf otonom.

11) Sistem endokrin


Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH,

TSH, FSH dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal

metabolisme menurun, menurunnya produksi aldosteron,

menurunnya sekresi hormon gonads yaitu progesteron, estrogen

dan aldosteron. Bertambahnya insulin, norefinefrin,

parathormon.

12) Sistem reproduksi

Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie

dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi,

meskipun adanya penurunan berangsur-angsur dan dorongan

seks menetap sampai di atas usia 70 tahun, asal kondisi

kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat

menopause.

13) Daya pengecap dan pembauan

Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan

pembauan, sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula,

garam, mentega, asam, setelah usia 50 tahun.

c. Perubahan kondisi mental

Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan

pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya

kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu


penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi. Faktor

yang mempengaruhi perubahan kondisi mental yaitu:

1) Perubahan fisik, terutama organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (hereditas)

5) Lingkungan

6) Gangguan syaraf panca indera

7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perubahan psikososial

Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan

bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan

masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana,

mempersiapkan diri untuk pensiun dengan menciptakan minat untuk

memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun memberikan

kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak pekerja

pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang

akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah. Perubahan

psikososial yang lain adalah merasakan atau sadar akan kematian,

kesepian akibat pengasingan diri lingkungan sosial, kehilangan


hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan

ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan

hidup.

e. Perubahan kognitif

Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:

1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang

membutuhkan kecepatan dan tugas tugas yang memerlukan

memori jangka pendek.

2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.

3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan

menetap bila tidak ada penyakit.

f. Perubahan spiritual

1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya.

2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal

ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.

Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler:

universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah

berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara

mencintai dan keadilan

B. Demensia

1. Pengertian Demensia
Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang

pada orang yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat

kerusakan sel-sel otak dimana sistem saraf tidak lagi bisa membawa

informasi ke dalam otak, sehingga membuat kemunduran pada daya ingat,

keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan perubahan perilaku,

penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian (Pieter

and Janiwarti, 2011). Demensia adalah sindrom penurunan fungsi

intelektual dibanding sebelumnya yang cukup berat sehingga mengganggu

aktivitas spesial dan profesional yang tercermin dalam aktivitas hidup

keseharian, biasanya ditemukan juga perubahan perilaku dan tidak

disebabkan oleh delirium maupun gangguan psiaktri mayor (Ong dkk,

2015).

2. Tanda dan Gejala Demensia

Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan

gejala yang dialami pada Demensia antara lain :

a. Kehilangan memori

Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah

lupa tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu

merupakan hal biasa yang diamali lansia yang menderita demensia

seperti lupa dengan pentujuk yang diberikan, nama maupun nomer

telepon, dan penderita demensia akan sering lupa dengan benda dan

tidak mengingatnya.

b. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan


Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk

menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang

mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak

mengerti tentang langkah-langkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-

hari seperti menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga

dan melakukan hobi.

c. Masalah dengan bahasa

Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam

mengelolah kata yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa

dan sering kali membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain

d. Disorientasi waktu dan tempat

Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit

Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan

lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan

dimana mereka berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu,

serta tidak mengetahui bagaimana kebali kerumah.

e. Tidak dapat mengambil keputusan

Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil

keputusan yang sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian

tanpa melihat cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat

mengelolah keuangan.
f. Perubahan suasana hati dan kepribadian

Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih

maupun senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke

waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami demensia dapat

menunjukan perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya

menangis dan marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian seseorang

akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami lansia

dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian,

misalnya ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung,

dan ketergantungan pada anggota keluarga.

3. Faktor Penyebab Demensia

a. Penyakit alzheimer

Penyebab utama penyakit demensia adalah penyakit alzheimer.

Demensia 50% di sebabkan oleh penyakit alzheimer, 20% disebabkan

gangguan pembulu otak, dan sekitar 20% gabungan keduannya serta

sekitar 10% disebabkan faktor lain. Penyebab alzheimer tidak diketahui

pasti penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik,

penyakit alzheimer ini ditemukan dalam beberapa keluarga gen

tententu.

b. Serangan Stroke
Penyebab kedua demensia adalah serangan stoke yang terjadi secara

ulang. Stroke ringan dapat mengakibatkan kelemahan dan secara

bertahap dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak akibat

tersumbatkan aliran darah (infark). Demensia multiinfark serasal dari

beberapa stoke ringan, sebagian besar penderita stoke memliki tekanan

darah tinggi (hipertensi) yang menyebabkan kerusakan pembulu darah

pada otak.

c. Serangan lainnya

Serangan lainnya dari demensia adalah demensia yang terjadi akibat

pencederaan pada otak (cardiac arrest), penyakit parkison, AIDS, dan

hidrocefalus.

4. Stadium Demensia

a. Stadium I (stadium amnestik)

Berlangsung selama 2-4 tahun dengan gejala yang timbul antara lain

gangguan pada memori, berhitung, dan aktivitas spontan menurun.

Fungsi memori yang terganggu bisa menyebabkan lupa akan hal baru

yang dialami, kondisi seperti ini tidak mengganggu aktivitas rutin

dalam keluarga.

b. Stadium II( stadium Demensia)


Berlansung selama 2-10 tahun dengan gejala yang dialami seperti

disorintasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan penurunan fungsi

memori lebih berat sehingga penderita pada stadium ini tidak dapat

melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami gangguan visuospasial,

tidak mengenali anggota keluarganya, tidak ingat sudah melakukan

tindakan sehingga mengulanginya lagi, mengalami depresi berat sekitar

15-20%.

c. Stadium III

Pada stadium ini berlangsung sekitar 6-12 tahun dengan gejala yang

ditimbulkan penderita menjadi vegetatif, kegiatan sehari-hari

membutuhkan bantuan orang lain, membisu, daya ingat intelektual srta

memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri, tidak

bisa mengendalikan buang air besar maupun kecil. Menyebabkan

trauma kematian atau akibat infeksi.

5. Tahapan Demensia

a. EarlyStage

Lansia yang mengalami Demensia dimulai secara bertahap sehingga

akan sulit mengenali persis kapan gejala dimulai. Beberapa perubahan

yang sering dialami sebagai bagian dari proses penuaan yang normal.

Dalam tahap ini penderita mengalami kehilanganmemori jangka

pendek, menjadi depresi dan sering agresif, menjadi disorientasi pada

waktu, menjadi kehilangan keakraban dengan sekitarnya, menunjukan


kesulitan dalam berbahasa, kurangnya inisiatif dan motivasi, hilangnya

minat dan hobi serta aktifitas.

b. MiddleStage

Dalam tahap ini, gajala yang cukup jelas terlihat dan mengganggu

pekerjaan, sosialisasi serta kegiatan sehari-hari adalah menjadi sangan

pelupa terutama kejadian baru yang dialami, kesulitan melakukan

pekerjaan rumah tangga, kesulitan menemukan kata yang tepat untuk

diungkapkan, mudah berpergian dan tidak dapat kembali ketmpat asal,

mendengar dan melihat sesuatu yang tidak ada, tidak bisa mengatur

dirinya sendiri dan bergantung pada orang lain.

c. LateStage

Pada tahan ini tahap akhir, pasien akan kehilangan fungsi serta lebih

ketergantungan pada orang lain seprtisusah untuk makan, sulit untuk

berbicara, tidak dapat mengenali orang atau obyek, berada di kursi roda

ataupun tempat tidur, kesulitan berjalan, memiliki inkontenesia bowel

dan urinary, kesulitan mengerti dan mengiterpretasikan kejadian.

6. Klasifikasi Demensia

a. Demensia Buruk

Demensia yang dikatakan buruk yang memiliki skor pemeriksaan

MMSE dibawah 17 seperti disorintasi, gangguan bahasa, mudah

bingung, dan penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita

pada kondisi ini tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai,


mengalami gangguan visuospasial, tidak mengenali anggota

keluarganya.

b. Demensia Sedang

Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor

MMSE 18- 23 yang artinya fungsi memori yang terganggu bisa

menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami.

c. Demensia dengan kondisi Baik

Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor

MMSE lebih 34 yang artinya lansia dalam kondisi ini masih

mempunyai daya ingat yang tinggi (Gluhm et all,2013).

7. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan umum, pemeriksaan neurologis,

dan pemeriksaan neuropsikologis.

a. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan medis umum atau status

interna seperti yang dilakukan dalam praktek klinis.

b. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk membedakan proses

degeneratif primer atau sekunder dan kondisi komorbid lainnya.

Pasien Demensia Alzheimer onset awal pada umumnya memiliki

pemeriksaan neurologis yang normal. Kelainan hanya didapatkan

pada status mental pasien. Gejala tambahan spesifik selain status

mental dapat mengarah ke suatu diagnosis tertentu. Pemeriksaan


neurologis dapat juga digunakan untuk mengetahui adanya tekanan

tinggi intracranial, gangguan neurologis fokal misalnya: gangguan

berjalan, gangguan motorik, sensorik, otonom, koordinasi,

gangguan penglihatan, pendengaran, keseimbangan, tonus otot,

gerakan abnormal/apraksia dan adanya reflex patologis dan

primitif (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).

c. Pemeriksaan neuropsikologis

Pemeriksaan neuropsikologis meliputi evaluasi memori, orientasi,

bahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial dan visuoperceptual. Mini

Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test

(CDT) adalah pemeriksaan awal yang berguna untuk mengetahui

adanya disfungsi kognisi, menilai efektivitas pengobatan dan untuk

menentukan progresivitas penyakit. Nilai normal MMSE adalah

24-30.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk penegakkan demensia meliputi pemeriksaan

laboratorium, pencitraan otak, elektro ensefalografi dan pemeriksaan

genetika.

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi

hati, hormone tiroid dan kadar vitamin B12. Pemeriksaan HIV dan

neurosifilis pada penderita dengan resiko tinggi. Pemeriksaan cairan

otak bila terdapat indikasi.


b. Pemeriksaan pencitraan otak

Pemeriksaan ini berperan untuk menunjang diagnosis, menentukan

beratnya penyakit serta prognosis. Computed Tumography (CT) –

Scan atau Metabolic Resonance Imaging (MRI) dapat mendeteksi

adanya kelainan structural sedangkan Positron Emission Tomography

(PET) dan Single Photon Emission Tomography (SPECT) digunakan

untuk mendeteksi pemeriksaan fungsional.

c. Pemeriksaan elektroensedalografi (EEG)

Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan adanya kelainan yang spesifik.

Pada stadium lanjut ditemukan adanya perlambatan umum dan

kompleks secara periodik.

d. Pemeriksaan genetika

Apoliprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid

polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon

4. Setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya

frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe

awitan lambat atau tipe sporadic menjadikan genotif APOE epsilon 5

sebagai penanda untuk demensia (Asosiasi Alzheimer Indonesia,

2003).
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpernito Lynda Juall (2008), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6,

Alih Bahasa Yasmin Asih EGC Jakarta

2. Donges Marilyn E (2001), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih

bahasa 1 Made Karisasa, EGC : Jakarta

3. Gloria, M. Bulecheck, dkk. (2013), Nursing Interventions Classifications

(NIC). Mosby : Elsevier Inc.

4. Moorhead, Sue, dkk. (2013), Nursing Outcomes Classifications (NOC),

Mosby : Elsevier Inc.

5. Nanda International. (2018) Diagnosa Keperawatan : Definisi &

Klasifikasi 2018 – 2020. Jakarta : EGC

6. Maryam, S. Mengenal Lansia dan Perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika; 2012

7. World Health Organizaton. Definition of an older or older people person.

2013; Available

from:http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/

8. Nugroho, W. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC; 2008

9. Fatimah. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses

Perawatan Gerontik. Jakarta: TM; 2010

10. Vina, DW. Memahami Kesehatan pada Lansia. Jakarta: TIM; 2010

11. National Heart Foundation of Australia. Guidelines for the Prevention,

Detection and Management of Chronic Heart Failure in Australia.


National Heart Foundation of Australia and the Cardiac Society of

Australia and New Zealand (Chronic Heart Failure Guidelines Expert

Writing Panel). 2011

Anda mungkin juga menyukai