Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data
yang dikeluarkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa untuk strategi internasional
pengurangan risiko bencana (un-isdr). Tingginya posisi indonesia ini dihitung dari
jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi.
Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor,
gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk
banjir.
Badan nasional penanggulangan bencana (bnpb) selama januari 2013 mencatat ada
119 kejadian bencana yang terjadi di indonesia. Bnpb juga mencatat akibatnya ada sekitar
126 orang meninggal akibat kejadian tersebut. Kejadian bencana belum semua dilaporkan
ke bnpb. Dari 119 kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang
menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945
rumah rusak ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut, bnpb telah melakukan
penanggulangan bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk
siaga darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir desember 2012 hingga
sekarang, bnpb telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar rp 180 milyar ke berbagai
daerah di indonesia yang terkena bencana.
Namun, penerapan manajemen bencana di indonesia masih terkendala berbagai
masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di tingkat
masyarakat umum maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan
informasi spasial kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan
manajemen bencana di indonesia berjalan kurang optimal. Pengambilan keputusan ketika
terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit
divalidasi kebenarannya.
Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat
tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut
mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan
siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu
secara skill dan teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat
dilakukan oleh proesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran perawat dalam situasi
tanggap bencana, bentuk dan peran yang bisa dilakukan perawat dalam keadaan tanggap
bencana.
Masalah lingkungan secara nasional tidak jauh berbeda dengan masalah lingkungan
secara global.bedanya terletak pada corak,bobot besaran masalahnya.keadaan dan
masalah lingkungan pada tingkat nasional di dahului oleh uraian mengenai masalah
kependudukan yang global merupakan penyebab utama dari munculnya masalah
lingkungan tersebut sehingga terjadinya bencana alam.
Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya kejadian pun
terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal tetapi kenyataan sering
tidak terelakkan. Masih untung bagi kita yang mengagungkan Tuhan sehingga segala
kehendak-Nya bisa dimengerti, meski itu berarti derita.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan
termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda
dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dalam
arti mudah difahami dan mudah diterima oleh mereka yang mengalami. Bayangkan saja
harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dipelihara bertahun-tahun lenyap seketika.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana Bencana ?
2. Bagaimana Fase-fase bencana?
3. Bagaimana Kelompok rentan Bencana?
4. Bagaimana Paradigma penanggulangan Bencana?
5. Bagaimana Pengurangan Risiko Bencana?
6. Bagaimana Peran perawat Dalam tanggap Bencana?
7. Bagaimana Jenis KEgiatan siaga Bencana?
8. Bagaimana Managemen Bencana?
9. Bagaimana peran perawat dalam managemen Bencana?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Becana
2. Mahasiswa dapat mengetahui Fase-fase bencana.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Kelompok rentan Bencana.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Paradigma penanggulangan Bencana.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Pengurangan Risiko Bencana.
6. Mahasiswa dapat mengetahui Peran perawat Dalam tanggap Bencana.
7. Mahasiswa dapat mengetahui Jenis Kegiatan siaga Bencana.
8. Mahasiswa dapat mengetahui Managemen Bencana.
9. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam managemen Bencana.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bencana
Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyebutkan
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi
tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, undang-undang nomor 24 tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi. Dan wabah penyakit. Bencana
sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat, dan teror.
Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat
kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari
luar masyarakat dan wilayah yang terkena. Bencana dapat juga didefinisikan sebagai
situasi dankondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Jenis-jenis bencana:
1. Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir,
genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.
2. Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaiut kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
ledakan, sabotase dan lainnya.
Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas:
1. Bencan Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan lainnya.
2. Bencana regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor alam seperti alam,
banjir, letusan gunung dan lainnya.

B. Fase-fase bencana
Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu fase
pre impact,impact,dan post impact.
1. Fase pre impact merupakan warning phase,tahap awal dari bencana.Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala
persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.
2. Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase impact ini terus berlanjut
hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas
normal.Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami tahap
respons fisiologi mulai dari penolakan (denial),marah (angry),tawar –menawar
(bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan (acceptance).

Permasalahan dalam penanggulangan bencana


Secara umum masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah didaerah memiliki
keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut :
1) Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya
2) Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA
3) Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan
4) Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya

C. Kelompok rentan bencana


Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana
untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya
tertentu.
Kerentanan terbagi atas:
1. Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi ancaman
bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang tinggal di daerah
rawan gempa.
2. Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam
pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.
3. Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek pendidikan,
pengetahuan tentang ancaman bahaya dan rsiko bencana.
4. Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya masyarakat
yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah
longsor.

D. Paradigma Penanggulanngan Bencana


Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran paradigm dari
konfensional yakni anggapan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak terelakan dan
korban harus segera mendapatkan pertolongan, ke paradigm pendekatan holistic yakni
menampakkan bencana dalam tatak rangka menejerial yang dikenali dari bahaya,
kerentanan serta kemampuan masyarakat. Pada konsep ini dipersepsikan bahwa bencana
merupakan kejadian yang tak dapat dihindari, namun resiko atau akibat kejadian bencana
dapat diminimalisasi dengan mengurangi kerentanan masyarakat yang ada dilokasi rawan
bencan serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pencegahan dan penangan
bencana.

E. Pengurangan Risiko Bencana


Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
1. Pra bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan
bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan
pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana, penegakan rencana tata ruang,
pendidikan dan peletahihan serta penentuan persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana).
2. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi, kerusakan dan
sumber daya; penentuan status keadan darurat; penyelamatan dan evakuasi korban,
pemenuhan kebutuhan dasar; pelayanan psikososial dan kesehatan.
3. Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah
bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan perbaikan rumah, social, psikologis,
pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan,
pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan kesehatan.

F. Perawat sebagai profesi


Perawat adalah salah satu profesi di bidang kesehatan , sesuai dengan makna dari
profesi maka seseorang yang telah mengikuti pendidikan profesi keperawatan seyogyanya
mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang etikal dan sesuai standar
profesi serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya baik melalui pendidikan
formal maupun informal, serta mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan yang
dilakukannya (Nurachmah, E 2004).
Perry & Potter (2001), mendifinisikan bahwa seorang perawat dalam tugasnya harus
berperan sebagai:kolaborator, pendidik, konselor,change agent dan peneliti. Keperawatan
mempunyai karakteristik profesi yaitu memiliki body of knowledge yang berbeda dengan
profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi, mempunyai standar dan etika profesi,
akontabilitas, otonomi dan kesejawatan (Leddy & Pepper, 1993 dalam Nurachmah, E,
2004).
Berdasarkan karakteristik di atas maka pelayanan keperawatan merupakan pelayanan
profesional yang manusiawi untuk memenuhi kebutuhan klien yang unik dan
individualistik diberikan oleh tenaga keperawatan yang telah dipersiapkan melalui
pendidikan lama dan pengalaman klinik yang memadai. Perawat harus memiliki
karakteristik sikap caring yaitu competence,confidence, compassion, conscience and
commitment (ANA, 1995 dalam Nurachmah, 2004). Pelayanan keperawatan yang optimal
dapat dicapai jika perawat sudah profesional.

Peran perawat
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu
mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya dalam
sistem ( Zaidin Ali , 2002,). Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap
kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki.
G. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat
dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek
keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di butuhkan
saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun
memberikan pertolongan dalam situasi bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat
tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu dibandingkan
dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

H. Jenis Kegiatan Siaga Bencana


Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan
medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian penting.
Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam situasi tanggap
bencana:
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan
kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka, kerusakan fasilitas pribadi
dan umum, yang mungkin akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit
dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu
adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi ini,
baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan profesional,
ataupun juga melakukan pengobatan bersama perawat lainnya secara cepat,
menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa
beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan
profesi keperawatan.
2. Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan
menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti makanan,
obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa
dilakukan langsung oleh perawat secara langsung di lokasi bencana dengan
memdirikan posko bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini
adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang di butuhkan
oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang tidak
mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun tidak
tepat sasaran.
3. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat
kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam,
ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu,
dan anak anak yang sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus
berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para
korban bencana. Hal yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini adalah
pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa,
pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan
keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi
penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif
adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat
lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain. Perawat dapat mendirikan sebuah
taman bermain, dimana anak anak tersebut akan mendapatkan permainan, cerita lucu,
dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia
kala.
4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana
biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat memburuknya keaadaan
pasca bencana., akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki. sehinnga banyak
diantara mereka yang patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa
menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan
masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi
bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan pelatihan keterampilan
yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam
bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu
membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus
dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:
1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan bencana,
haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut perawat akan mampu
memberikan pertolongan medis yang baik dan maksimal.
2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen masyarakat
termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa empati dan mau
berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana. Sehingga dengan jiwa
dan semangat kepedulian tersebut akan mampu meringankan beban penderitaan
korban bencana.
3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal
yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat bencana datang
secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan dengan matang, jangan sampai
tindakan yang dilakukan salah dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di daerah
bencana, perawat dituntut untuk mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun jika
terjadi bencana alam. Segala hal yang berhubungan dengan peralatan bantuan dan
pertolongan medis harus bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak.
Oleh karena itu, perawat harus mengerti konsep siaga bencana.

I. Managemen Bencana
Ada 3 aspek mendasar dalam management bencana, yaitu:
1. Respons terhadap bencana
2. Kesiapsiagaan menghadapi bencana
3. Mitigasi efek bencana

Managemen siaga bencana membutuhkan kajian yang matang dalam setiap


tindakan yang akan dilakukan sebelum dan setelah terjun kelapangan. Ada beberapa hal
yang bisa dijadikan pedoman, yaitu:
1. Mempersiapkan bentuk kegiatan yang akan dilakukan
Setelah mengetahui sebuah kejadian bencana alam beserta situasi di tempat kejadian,
hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah memilih bentuk kegiatan yang akan
diangkatkan, seperti melakukan pertolongan medis, pemberian bantuan kebutuhan
korban, atau menjadi tenaga relawan. Setelah ditentukan, kemudian baru dilakukan
persiapan mengenai alat alat, tenaga, dan juga keperluan yang akan dibawa
disesuaikan dengan alur dan kondisi masyarakat serta medan yang akan ditempuh.
2. Melakukan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
Hal ini merupakan pokok kegiatan siaga bencana yang dilakukan, segala hal yang
dipersiapkan sebelumnya, dilakukan dalam tahap ini, sampai jangka waktu yang
disepakati.
3. Evaluasi kegiatan
Setiap selesai melakukan kegiatan, perlu adanya suatu evaluasi kegiatan yang
dilakukan, evaluasi bisa dijadikan acuan, introspeksi, dan pedoman melakukan
kegiatan selanjutnya. Alhasil setiap kegiatan yang dilakukan akan berjalan lebih baik
lagi dari sebelumnya.

J. Peran perawat dalam managemen bencana


1. Peran perawat dalam fase pre-impect
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam mengahdapi bencana.
2. Peran perawat dalam fase impact
a. Bertindak cepat
b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama.
3. Peran perawat dalam fase post impact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban
b. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post traumatic
stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria utama. Pertama,
gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala
ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang
memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu,
individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah
dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska gawat
darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan
aman.

K. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana


Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana berdasarkan pasal 3 uu no. 24 tahun 2007,
yaitu:
1) Cepat dan tepat. Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa
dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai
dengan tuntutan keadaan.
2) Prioritas. Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi
bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada
kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
3) Koordinasi dan keterpaduan. Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah
bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling
mendukung. Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
4) Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna”
adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan
“prinsip berhasil guna” adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus
berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
5) Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah
bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
secara etik dan hukum.
6) Kemitraan.
7) Pemberdayaan
8) Nondiskriminatif. Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi” adalah bahwa
negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda
terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
9) Nonproletisi. Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa dilarang
menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama
melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga diperlukan manajemen
atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Manajemen bencana merupakan
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana di mulai dari tahap pra-bencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pasca-
bencana. Pertolongan pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan
kerugian dan korban jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip
triage.
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan kerugian dan
kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan tanggap bencana yang
dapat dilakukan oleh perawat.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan kegiatan
tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut mampu memiliki kemampuan intelektual
namun harus memilki jiwa kemanusiaan melalui aksi siaga bencana.
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau
lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat umum.
Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya
penanggulangan bencana.
REFERENSI

Efendi,Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam


keperawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika,2009.

Mepsa,Putra.2012.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap


Bencana.20http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasiswa_keperawatan_dalam_tanggap_benc
ana.docx. Diakses tanggal 15 November 2012

Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan Bencana.

http://dc126.4shared.com/doc/ZPBNsmp_/preview.html. Diakses tanggal 15 November 2016

Mursalin.2011.Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana. Diakses tanggal 15


November 2012

Anonymous. 2011. Indonesia Negara Rawan


Bencana. http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/08/110810_indonesia_tsunami.shtml. Di
akses tanggal 18 September 2017

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya
Mitigasinya Di Indonesia.(2 th ed). Jakarta: Direktorat Mitigasi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana. Jakarta: BNPB

Kamus Kesehatan. http://kamuskesehatan.com/arti/triage/. Di akses tanggal 18 September 2017

Anda mungkin juga menyukai