PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data
yang dikeluarkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa untuk strategi internasional
pengurangan risiko bencana (un-isdr). Tingginya posisi indonesia ini dihitung dari
jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi.
Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor,
gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk
banjir.
Badan nasional penanggulangan bencana (bnpb) selama januari 2013 mencatat ada
119 kejadian bencana yang terjadi di indonesia. Bnpb juga mencatat akibatnya ada sekitar
126 orang meninggal akibat kejadian tersebut. Kejadian bencana belum semua dilaporkan
ke bnpb. Dari 119 kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang
menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945
rumah rusak ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut, bnpb telah melakukan
penanggulangan bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk
siaga darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir desember 2012 hingga
sekarang, bnpb telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar rp 180 milyar ke berbagai
daerah di indonesia yang terkena bencana.
Namun, penerapan manajemen bencana di indonesia masih terkendala berbagai
masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di tingkat
masyarakat umum maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan
informasi spasial kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan
manajemen bencana di indonesia berjalan kurang optimal. Pengambilan keputusan ketika
terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit
divalidasi kebenarannya.
Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat
tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut
mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan
siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu
secara skill dan teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat
dilakukan oleh proesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran perawat dalam situasi
tanggap bencana, bentuk dan peran yang bisa dilakukan perawat dalam keadaan tanggap
bencana.
Masalah lingkungan secara nasional tidak jauh berbeda dengan masalah lingkungan
secara global.bedanya terletak pada corak,bobot besaran masalahnya.keadaan dan
masalah lingkungan pada tingkat nasional di dahului oleh uraian mengenai masalah
kependudukan yang global merupakan penyebab utama dari munculnya masalah
lingkungan tersebut sehingga terjadinya bencana alam.
Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya kejadian pun
terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal tetapi kenyataan sering
tidak terelakkan. Masih untung bagi kita yang mengagungkan Tuhan sehingga segala
kehendak-Nya bisa dimengerti, meski itu berarti derita.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan
termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda
dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dalam
arti mudah difahami dan mudah diterima oleh mereka yang mengalami. Bayangkan saja
harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dipelihara bertahun-tahun lenyap seketika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana Bencana ?
2. Bagaimana Fase-fase bencana?
3. Bagaimana Kelompok rentan Bencana?
4. Bagaimana Paradigma penanggulangan Bencana?
5. Bagaimana Pengurangan Risiko Bencana?
6. Bagaimana Peran perawat Dalam tanggap Bencana?
7. Bagaimana Jenis KEgiatan siaga Bencana?
8. Bagaimana Managemen Bencana?
9. Bagaimana peran perawat dalam managemen Bencana?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Becana
2. Mahasiswa dapat mengetahui Fase-fase bencana.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Kelompok rentan Bencana.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Paradigma penanggulangan Bencana.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Pengurangan Risiko Bencana.
6. Mahasiswa dapat mengetahui Peran perawat Dalam tanggap Bencana.
7. Mahasiswa dapat mengetahui Jenis Kegiatan siaga Bencana.
8. Mahasiswa dapat mengetahui Managemen Bencana.
9. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam managemen Bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bencana
Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyebutkan
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi
tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, undang-undang nomor 24 tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi. Dan wabah penyakit. Bencana
sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat, dan teror.
Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat
kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari
luar masyarakat dan wilayah yang terkena. Bencana dapat juga didefinisikan sebagai
situasi dankondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Jenis-jenis bencana:
1. Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir,
genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.
2. Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaiut kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
ledakan, sabotase dan lainnya.
Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas:
1. Bencan Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan lainnya.
2. Bencana regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor alam seperti alam,
banjir, letusan gunung dan lainnya.
B. Fase-fase bencana
Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu fase
pre impact,impact,dan post impact.
1. Fase pre impact merupakan warning phase,tahap awal dari bencana.Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala
persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.
2. Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase impact ini terus berlanjut
hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas
normal.Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami tahap
respons fisiologi mulai dari penolakan (denial),marah (angry),tawar –menawar
(bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan (acceptance).
Peran perawat
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu
mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya dalam
sistem ( Zaidin Ali , 2002,). Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap
kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki.
G. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat
dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek
keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di butuhkan
saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun
memberikan pertolongan dalam situasi bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat
tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu dibandingkan
dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.
I. Managemen Bencana
Ada 3 aspek mendasar dalam management bencana, yaitu:
1. Respons terhadap bencana
2. Kesiapsiagaan menghadapi bencana
3. Mitigasi efek bencana
A. Simpulan
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga diperlukan manajemen
atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Manajemen bencana merupakan
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana di mulai dari tahap pra-bencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pasca-
bencana. Pertolongan pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan
kerugian dan korban jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip
triage.
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan kerugian dan
kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan tanggap bencana yang
dapat dilakukan oleh perawat.
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan kegiatan
tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut mampu memiliki kemampuan intelektual
namun harus memilki jiwa kemanusiaan melalui aksi siaga bencana.
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau
lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat umum.
Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya
penanggulangan bencana.
REFERENSI
Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan Bencana.
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya
Mitigasinya Di Indonesia.(2 th ed). Jakarta: Direktorat Mitigasi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana. Jakarta: BNPB