Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN BENCANA

“PERANAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA”

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Bencana pada
semester VII Tahun Akademik 2022/2023 yang di bimbing oleh :

Drg. Emmellia Kristina Hutagaol, MARS

Oleh : Yuyun Setiawati

NIM : 020319647

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN

TAHUN AJARAN 2022/2023

Jl. Raya Industri Pasir Gombong Jababeka, Cikarang Utara, Bekasi, Telp. (021)89111110, Fax.
(021)8905196, Email : info@imds.ac.id, Website : www.imds.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis dapat
menyusun makalah tentang "Peranan Perawat Dalam Penanggulangan Bencana" dengan sebaik-
baiknya. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca sekalian.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi keilmuan tenaga kesehatan
khususnya perawat.

Cikarang, 12 November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah1
C. Tujuan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

A. Pengertian bencana 3
B. Peran perawat dalam penanggulangan bencana 3
C. Faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana 6

BAB III PENUTUP 8

A. Kesimpulan 8

DAFTAR PUSTAKA iii

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah kejadian bencana di seluruh dunia berdampak pada sektor
kesehatan, ekonomi, dan lingkungan beberapa tahun terakhir. Indonesia adalah negara
dengan tingkat risiko bencana yang sangat tinggi dan beberapa bencana yang pernah
terjadi di Indoesia mengakibatkan korban jiwa dan kerugian dalam jumlah yang sangat
besar (Rizqillah & Suna, 2018). Pada tahun 2021 jumlah kejadian bencana di Indonesia
berjumlah 3.092 dengan warga menderita dan mengungsi 8.426.609 jiwa, luka-luka
14.116, meninggal dunia 665 dan hilang 95 (BNPB, 2022). Kondisi bencana memerlukan
kapasitas kesiapsiagaan dari tenaga kesehatan untuk dapat tetap memberikan pelayanan
kesehatan dalam kondisi bencana (Oktabina et al., 2022).
Perawat adalah profesi kesehatan dengan jumlah paling banyak jika dibandingkan
dengan profesi kesehatan lainnya. Dalam kondisi tanggap darurat bencana, perawat
memegang peranan yang sangat krusial dalam memberikan pelayanan kesehatan (Alim et
al., 2015). Perawat berada pada lini terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat selama masa tanggap darurat baik di fasilitas pelayanan kesehatan
maupun langsung di lokasi kejadian bencana (Labrague et al., 2021). Perawat dengan skil
dan pengetahuan terkait kegawatdaruratan, epidemiologi, fisiologi, farmakologi,
kesegaran komunitas dan psikososial dapat membantu membangun kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana maupun dalam kondisi bencana. Selain itu perawat juga dapat
mengambil peran strategis bersama-sama dengan profesi kesehatan lainnya, pemerintah,
komunitas masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemanusiaan dalam
upaya pengurangan risiko bencana (ICN, 2019) (Oktabina et al., 2022).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bencana?
2. Apa peran perawat dalam penanggulangan bencana?
3. Apa faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana?
C. Tujuan
1. Apa pengertian bencana?

1
2. Apa peran perawat dalam penanggulangan bencana?
3. Apa faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bencana
Bencana alam adalah peristiwa luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan
luar biasa pula bagi yang mengalaminya, hal tersebut akan menimbulkan luka, cedera,
dan dampak psikologis atau kejiwaan (Chopra & Venkatesh, 2015).(Munandar & Shanti
Wardaningsih, 2018)
B. Peran Perawat Dalam Penanggulangan Bencana
Perawat sebagai tenaga kesehatan terbesar serta pemberi pelayanan dalam
tanggap darurat bencana dituntut untuk memiliki kesiapsiagaan bencana yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tim lain. Kemampuan perawat dalam kesiapsiagaan
penanggulangan bencana harus didukung oleh dasar pengetahuan dan sikap yang baik
dalam disaster management (Setiawati et al., 2020). Perawat sebagai lini depan pada
suatu pelayanan kesehatan mempunyai tanggung jawab dan peran yang besar dalam
penanganan pasien gawat darurat sehari- hari maupun saat terjadi bencana.
World Health Organization (WHO) dan International Council of Nurses (ICN)
telah menetapkan kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat dalam penanggulangan
bencana yang mencakup 4 (empat) fase penanggulangan bencana yaitu pencegahan dan
mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat serta pemulihan (ICN, 2019). (Hadisaputro et al.,
2022)
Menurut International Concil of Nurses (ICN), perawat memainkan peran penting
dalam penanggulangan bencana. Ada beberapa hal yang mengakibatkan perawat
memainkan peran penting dalam penanggulangan bencana.
1. Perawat memiliki skill. “Skill yang dimiliki perawat itu luas, mulai dari
memberikan terapi hingga preventif,
2. Perawat itu kreatif dan mudah beradaptasi serta bisa bekerja sama dengan seluruh
unsur penanggulangan bencana.

Ada beberapa hal yang bisa perawat lakukan dalam penanggulangan bencana.

1) Yang dapat dilakukan adalah membantu melakukan pencarian, penyelamatan, dan


melokalisasi korban.

3
2) Triage, hal itu mengharuskan perawat untuk melakukan identifikasi secara cepat
korban bencana yang membutuhkan stabilisasi segera.
3) Pertolongan pertama, pertolongan pertama yang dilakukan seperti mengobati luka
rubfab serta melakukan pertolongan bantuan hidup dasar.
4) Membantu proses pemindahan korban. Pemindahan korban bencana tidak boleh
dilakukan oleh sembarang orang, perawat dibekali kemampuan untuk memeriksa
kondisi dengan memantau tanda-tanda vital sehingga dapat melakukan
pemindahan korban dengan baik.
5) Perawatan di rumah sakit.
6) Melakukan Rapid Health Assesment.
Menurut International Council of Nurses (ICN) kompetensi perawat bencana
muncul pada fase mitigasi, preparedness, relief, pemulihan dan rehabilitasi. Misalnya
pada fase preparedness, perawat melakukan pengkajian kebutuhan komunitas, pada fase
akut memberikan perawatan fisik dan mental bagi korban, pada fase pemulihan berperan
untuk mengembalikan fungsi pelayanan kesehatan.

Ada empat permasalahan dalam penanggulangan bencana.

1. Kurangnya pemahaman tentang karakteristik bahaya.


2. Sikap dan perilaku yang menurunkan kualitas sumber daya alam.
3. Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan.
4. Serta, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bencana.
Peran perawat sebagai tenaga kesehatan mempunyai keahlian dalam siklus
kebencanaan salah satunya pada tahap pencegahan/mitigasi bencana yang terbagi
menjadi yaitu pengurangan risiko, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan serta
pengembangan kebijakan dan perencanaan.
1. Peran Perawat Dalam Tahap Pra Bencana
Undang-Undang No. 24 tahun 2007 mengartikan bencana sebagai suatu peristiwa
luar biasa yang mengganggu dan mengancam kehidupan dan penghidupan yang dapat
disebabkan oleh alam ataupun manusia, ataupun keduanya (Toha, 2007). Untuk

4
menurunkan dampak yang ditimbulkan akibat bencana, dibutuhkan dukungan
berbagai pihak termasuk keterlibatan perawat.
Perawat sebagai tenaga kesehatan hendaknya berada di lini terdepan dalam
penanganan bencana di Indonesia yang diawali pada tahap mitigasi atau tahap pra
bencana sehingga dapat mengantisipasi pencegahan terjadinya bencana maupun
dampaknya. Kondisi emergensi dan disaster merupakan suatu peristiwa yang
membutuhkan kompetensi yang unik dalam penanganannya. Dalam setiap tahapan
penanganan bencana, perawat membutuhkan kompetensi yang berbeda-beda.
Pada tahap mitigasi-prevention and preparedness competencies, kompetensi yang
dibutuhkan adalah public health promotion and education. Pada tahap ini perawat
memiliki peran untuk memberikan pendidikan dan promosi kesehatan terkait
pencegahan bencana, tanda-tanda bencana, penanggulangan bencana oleh masyarakat
dan juga respon masyarakat saat terjadi bencana (WHO dan ICN, 2009).(Anam et al.,
2018)
Untuk mendukung kemampuan perawat dalam penanganan bencana, terdapat
beberapa kompetensi yang harus dipenuhi yaitu: First aid (pemberian pertolongan
segera kepada korban sakit atau cedera / kecelakaan yang memerlukan penanganan
medis dasar atau Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat
dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara khusus, Basic Life Support
(BCLS) adalah pelatihan yang ditunjukan kepada perawat dan tenaga paramedis
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menangani penderita
gawat darurat karena trauma biasanya tindakan yang berbentuk bantuan hidup dasar
berupa CPR/RJP, Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS) adalah pelatihan
yang diselenggarakan untuk para petugas medis, khususnya dokter dan perawat.
Pelatihan ini untuk menanggulangi jika ada kejadian henti jantung, infection control
(pencegahan dan pengendalian infeksi), field triage (triase lapangan), pre-hospital
trauma life support (bantuan hidup trauma pra rumah sakit seperti BHD), advanced
trauma care nursing (keperawatan perawatan trauma lanjutan), post traumatic
psychological care (perawatan psikologis pasca trauma). (Doondori & Paschalia,
2021)

5
2. Peran Perawat Saat Tahap Bencana
Kompetensi keperawatan Bencana yang harus dimiliki oleh seorang perawat saat
terjadi bencana adalah perawatan komunitas, keperawatan individu dan keluarga,
perawatan psikologis dan perawatan pada kelompok rentan. perawat belum
melakukan semua tindakan pertolongan yang sesuai dengan kompetensi perawat
bencana. Perawat hanya melakukan tindakan dasar yang bisa dilakukan yaitu
membantu memberikan pelayanan untuk memenui kebutuhan dasar korban dan
apabila kondisi pasien kritis maka akan dirujuk ke Rumah sakit. Perawat hanya
memalukuan pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban serta membantu
transportasi pasien sambil mengkaji, mengobservasi dan memantau kondisi pasien
dan segera diungsikan ke tempat yang lebih aman.

3. Peran Perawat Dalam Tahap Pasca Bencana


Salah satu faktor pasca bencana yang harus menjadi perhatian adalah dampak
psikologis para korban bencana. Beberapa studi yang mengkaji fungsi psikologis
setelah paparan bencana di Indonesia umumnya menyimpulkan bahwa banyak korban
pasca bencana mengalami gejala stres pasca trauma yang dikaitkan dengan
kehilangan, depresi, dan kekhawatiran akan terjadinya bencana berulang di masa
depan (Musa et al., 2014; Juth et al., 2015; Pratiwi, Hamid, dan Fadhillah, 2018.
Untuk memaksimalkan peran perawat Indonesia dalam mengatasi dampak
bencana adalah pengembangan keterampilan, kesadaran diri, minat, intelektual,
kerjasama, dan motivasi perlu dipersiapkan untuk mendukung penanggulangan
bencana; Perawat perlu dipersiapkan secara psikologis berupa kemampuan kognitif,
intelektual, minat, sikap, pendidikan, keterampilan klinis, dan pemahaman
penyelamatan dengan prinsip- prinsip dasar dukungan psikososial. (Patmawati dan
Rahmayani, 2021)
Kondisi akibat bencana yang serius dan kemungkinan untuk terus mengalami
bencana karena letak geografis seharusnya telah mendorong kita untuk lebih bersiap
dalam menghindari bencana dan juga proses penanganan pasca bencana dengan
melakukan pelatihan-pelatihan terkait bencana.
C. Faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana

6
1) Faktor pengetahuan terhadap kesiapsiagaan bencana,
2) Sikap terhadap kesiapsiagaan bencana,
3) Kebijakan dan panduan,
4) Rencana untuk keadaan darurat bencana,
5) Sistem peringatan bencana, dan
6) Mobilisasi sumber daya

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawat yang dipersiapkan untuk menghadapi bencana bisa diperbantukan dalam upaya
perawatan fisik, mental, dan emosional.Sebagai langkah awal kesiapsiagaan bencana, pemerintah
perlu mengembangkan sistim pendidikan, pelatihan, dan pembiayaan yang memadai sehingga
tenaga keperawatan yang ada tidak menjadi mubazir tetapi berguna secara maksimal.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Anam, A. K., Winarni, S., & Winda, A. (2018). Upaya perawat dalam fase mitigasi bencana
Gunung Kelud berdasarkan ICN framework. Jurnal Terapan, 4(2), 84–92.

Doondori, A. K., & Paschalia, Y. P. M. (2021). Peran Perawat dalam Penanggulangan Bencana.
Jurnal Kesehatan Primer, 6(1), 63–70. http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/jkp

Hadisaputro, R., Yetti.R, E., Tombeg, Z., & Hadi, A. J. (2022). The Correlation Between
Knowledge and Simulation to Nurses’ Alertness of Haji Regional Public Hospital and
Bhayangkara Hospital in Facing Disaster. Pancasakti Journal Of Public Health Science
And Research, 2(2), 110–115. https://doi.org/10.47650/pjphsr.v2i2.446

Munandar, A., & Shanti Wardaningsih. (2018). Kesiapsiagaan Perawat Dalam Penatalaksanaan
Aspek Psikologis Akibat Bencana Alam. Ejournal Umm, 9(2), 72–81.

Oktabina, R. W., Khaira, N., Desiana, D., Nurhayati, N., Hayati, W., Furiansyah, P., Fitri, R. D.,
Keperawatan, J., Aceh, P. K., Studi, P., Bidan, P., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Aceh, M.
(2022). EMERGENCY PREPAREDNESS FOR NURSING. 1(2), 105–114.

Patmawati dan Rahmayani. (2021). Bina Generasi Jurnal Kesehatan | 1. Determinan Pernikahan
Usia Muda Di Kabupaten Polewali Mandar, 1(1), 1–13.
https://ejurnal.biges.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/171/115

iii

Anda mungkin juga menyukai