Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN BENCANA

“PERANAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA”

DITULIS UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN BENCANA PADA SEMESTER VII TAHUN
AKADEMIK 2022/2023 YANG DI BIMBING OLEH :
DRG. EMMELLIA KRISTINA HUTAGAOL, MARS
OLEH : YUYUN SETIAWATI

NIM : 020319647
LATAR BELAKANG
Peningkatan jumlah kejadian bencana di seluruh dunia berdampak pada sektor kesehatan, ekonomi, dan
lingkungan beberapa tahun terakhir. Indonesia adalah negara dengan tingkat risiko bencana yang sangat tinggi
dan beberapa bencana yang pernah terjadi di Indoesia mengakibatkan korban jiwa dan kerugian dalam jumlah
yang sangat besar (Rizqillah & Suna, 2018). Pada tahun 2021 jumlah kejadian bencana di Indonesia berjumlah
3.092 dengan warga menderita dan mengungsi 8.426.609 jiwa, luka-luka 14.116, meninggal dunia 665 dan
hilang 95 (BNPB, 2022).

Kondisi bencana memerlukan kapasitas kesiapsiagaan dari tenaga kesehatan untuk dapat tetap
memberikan pelayanan kesehatan dalam kondisi bencana (Oktabina et al., 2022).Perawat adalah profesi
kesehatan dengan jumlah paling banyak jika dibandingkan dengan profesi kesehatan lainnya. Dalam kondisi
tanggap darurat bencana, perawat memegang peranan yang sangat krusial dalam memberikan pelayanan
kesehatan (Alim et al., 2015).
PENGERTIAN BENCANA

Bencana alam adalah peristiwa luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan luar biasa pula bagi yang
mengalaminya, hal tersebut akan menimbulkan luka, cedera, dan dampak psikologis atau kejiwaan (Chopra &
Venkatesh, 2015).(Munandar & Shanti Wardaningsih, 2018)
PERAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Perawat sebagai tenaga kesehatan terbesar serta pemberi pelayanan dalam tanggap darurat bencana dituntut
untuk memiliki kesiapsiagaan bencana yang lebih tinggi dibandingkan dengan tim lain. Kemampuan
perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana harus didukung oleh dasar pengetahuan dan sikap
yang baik dalam disaster management (Setiawati et al., 2020). Perawat sebagai lini depan pada suatu
pelayanan kesehatan mempunyai tanggung jawab dan peran yang besar dalam penanganan pasien gawat
darurat sehari- hari maupun saat terjadi bencana.

World Health Organization (WHO) dan International Council of Nurses (ICN) telah menetapkan
kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat dalam penanggulangan bencana yang mencakup 4 (empat)
fase penanggulangan bencana yaitu pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat serta
pemulihan (ICN, 2019). (Hadisaputro et al., 2022)
PERAN PERAWAT DALAM TAHAP PRA BENCANA

Pada tahap mitigasi-prevention and preparedness competencies, kompetensi yang dibutuhkan


adalah public health promotion and education. Pada tahap ini perawat memiliki peran untuk
memberikan pendidikan dan promosi kesehatan terkait pencegahan bencana, tanda-tanda bencana,
penanggulangan bencana oleh masyarakat dan juga respon masyarakat saat terjadi bencana (WHO
dan ICN, 2009).(Anam et al., 2018)
Untuk mendukung kemampuan perawat dalam penanganan bencana, terdapat beberapa kompetensi
yang harus dipenuhi yaitu: First aid, Basic Life Support (BCLS), Advanced Cardiovascular Life
Support (ACLS), infection control ,field triage, pre-hospital trauma life support, advanced trauma
care nursing , post traumatic psychological care .(Doondori & Paschalia, 2021)
PERAN PERAWAT SAAT TAHAP BENCANA

Kompetensi keperawatan Bencana yang harus dimiliki oleh seorang perawat saat terjadi bencana adalah
perawatan komunitas, keperawatan individu dan keluarga, perawatan psikologis dan perawatan pada
kelompok rentan. perawat belum melakukan semua tindakan pertolongan yang sesuai dengan kompetensi
perawat bencana. Perawat hanya melakukan tindakan dasar yang bisa dilakukan yaitu membantu memberikan
pelayanan untuk memenui kebutuhan dasar korban dan apabila kondisi pasien kritis maka akan dirujuk ke
Rumah sakit. Perawat hanya memalukuan pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban serta
membantu transportasi pasien sambil mengkaji, mengobservasi dan memantau kondisi pasien dan segera
diungsikan ke tempat yang lebih aman.
PERAN PERAWAT DALAM TAHAP PASCA BENCANA

Salah satu faktor pasca bencana yang harus menjadi perhatian adalah dampak psikologis para korban bencana.
Beberapa studi yang mengkaji fungsi psikologis setelah paparan bencana di Indonesia umumnya menyimpulkan
bahwa banyak korban pasca bencana mengalami gejala stres pasca trauma yang dikaitkan dengan kehilangan,
depresi, dan kekhawatiran akan terjadinya bencana berulang di masa depan (Musa et al., 2014, Juth et al., 2015,
Pratiwi, Hamid, dan Fadhillah, 2018.)
Untuk memaksimalkan peran perawat Indonesia dalam mengatasi dampak bencana adalah pengembangan
keterampilan, kesadaran diri, minat, intelektual, kerjasama, dan motivasi perlu dipersiapkan untuk mendukung
penanggulangan bencana; Perawat perlu dipersiapkan secara psikologis berupa kemampuan kognitif, intelektual,
minat, sikap, pendidikan, keterampilan klinis, dan pemahaman penyelamatan dengan prinsip- prinsip dasar
dukungan psikososial. (Patmawati dan Rahmayani, 2021)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESIAPSIAGAAN
BENCANA
1) Faktor pengetahuan terhadap kesiapsiagaan bencana,
2) Sikap terhadap kesiapsiagaan bencana,
3) Kebijakan dan panduan,
4) Rencana untuk keadaan darurat bencana,
5) Sistem peringatan bencana, dan
6) Mobilisasi sumber daya
KESIMPULAN

Perawat yang dipersiapkan untuk menghadapi bencana bisa diperbantukan dalam upaya perawatan fisik,
mental, dan emosional.Sebagai langkah awal kesiapsiagaan bencana, pemerintah perlu mengembangkan sistim
pendidikan, pelatihan, dan pembiayaan yang memadai sehingga tenaga keperawatan yang ada tidak menjadi
mubazir tetapi berguna secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai