Anda di halaman 1dari 5

TANGGAP DARURAT DAN KESIAPSIAGAAN BENCANA

Masalah kebencanaan seolah tidak akan terlepas dari suatu wilayah. Indonesia
berdasarkan letak kondisi geografisnya merupakan wilayah yang sulit untuk lepas dari
suatu ancaman bencana. Hal ini perlu adanya suatu perhatian serta melakukan upaya
tertentu, agar dapat mengurangi timbulnya korban jiwa ataupun kerusakan akibat
bencana tersebut (Dewi & Istiadi, 2016). Kejadian bencana di wilayah Indonesia
berdasarkan data dalam Pusat Krisis Kesehatan bencana alam adalah kategori bencana
yang paling sering terjadi yaitu mencapai 53%, bencana non alam 38% sedangkan
bencana sosial 9% (Depkes RI, 2015).
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang
berlangsung secara perlahan. Pada beberapa jenis bencana seperti gempa bumi dan
tsunami, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi
dan besar kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah
longsor, kekeringan, letusan gunung api, tsunami dan anomaly cuaca masih dapat
diramalkan sebelumnya. Ketika terjadi bencana, Indonesia tergolong jumlah korban
bencana sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Data terakhir
menunjukkan adanya peningkatan, baik dalam hal jenis bencana, jumlah kerugian,
dan jumlah korban jiwa (Yahya et al., 2019).
Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian besar
bagi manusia dan lingkungan dimana hal itu berada diluar kemampuan manusia untuk
dapat mengendalikannya, disebabkan oleh faktor alam atau manusia atau sekaligus
oleh keduanya. Didalam Penanganan bencana terdapat beberapa aspek yaitu aspek
mitigasi bencana (pencegahan), kegawatdaruratan saat terjadinya bencana, dan aspek
rehabilitasi. Penanganan kegawatdaruratan targetnya adalah penyelamatan sehingga
risiko tereliminir. Sedangkan rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan pada
kondisi normal kembali (Kurniyanti, 2012).
Salah satu dampak bencana terhadap menurunnya kualitas hidup penduduk
dapat dilihat dari berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi. Bencana
yang diikuti dengan pengungsian berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang
sebenarnya diawali oleh masalah bidang/sektor lain. Bencana gempa bumi, banjir,
longsor dan letusan gunung berapi, dalam jangka pendek dapat berdampak pada
korban meninggal, korban cedera berat yang memerlukan perawatan intensif,
peningkatan risiko penyakit menular, kerusakan fasilitas kesehatan dan sistem
penyediaan air (Widayatun & Fatoni, 2013).
Kondisi demikian harus segera ditanggulangi. Penanggulangan Bencana
adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang
dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari
dampak bencana. Secara umum kegiatan- kegiatan yang dilakukan dalam
penanggulangan bencana adalah pencegahan, pengurangan dampak bahaya,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan
pembangunan berkelanjutan yang mengurangi risiko bencana (Fikri et al., 2020).
Triase merupakan salah satu tahap terpenting dalam penanggulangan bencana.
Triase membagi pasien dalam empat kelompok, yaitu merah (gawat darurat), kuning
(urgen), hijau (luka ringan), dan hitam (korban meninggal). Triase dalam bencana
dilakukan untuk mengelompokkan korban bencana berdasarkan tingkat keparahan
yang diderita setalah terjadinya bencana, menolong korban bencana sebanyak-
banyaknya, memberikan pertolongan pertama korban bencana sesuai kebutuhan, dan
meningkatkan kesempatan hidup korban bencana (Sjamsuhidajat et al., 2020).
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, semua orang tidak akan
pernah mengetahui kapan bencana dapat terjadi, maka upaya pencegahan untuk
meminimalisir risiko yaitu dengan cara perencanaan sistem tanggap darurat. Siklus
tanggap darurat bencana merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat terjadi bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana (Annilawati & Fitri, 2019).
Sikap Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnyan korban jiwa, kerugian
harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Kesiapsiagaan menghadapi
bencana adalah suatu keadaan masyarakat yang secara umum memiliki kemampuan
dan pengetahun secara baik fisik dan psikologis dalam menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen bencana
secara terpadu (Made Parwati et al., 2018).
Upaya-upaya kesiapsiagaan bencana hanya akan efektif bila upaya
pemberdayaannya menjangkau masyarakat di level paling rentan. Hal ini karena
merekalah pihak yang secara langsung paling menderita karena dampak bencana. PMI
melakukan langkah-langkah pemberdayaan kapasitas masyarakat khususnya
kelompok masyarakat yang paling rentan dan hidup di daerah rawan bencana
(Parahita et al., 2016).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu bertujuan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan tentang upaya penanganan darurat diperlukan beberapa
komponen penting seperti sumber daya penunjang dan kerja sama lintas sektor.
Ketersediaan sumber daya logistik sangat menentukan keberhasilan penanggulangan
kesehatan baik morbiditas maupun mortalitas akibat bencana meliputi obat-obatan,
peralatan keperawatan, peralatan operasi/pembedahan dan pendukungnya.
Kesiapsiagaan perawat didefinisikan sebagai tindakan persiapan yang dilakukan
berfokus dalam konteks pengelolaan bencana (Hayaturrahmi & Husna, 2018).
Salah satu syarat sukses dalam management bencana adalah tenaga kesehatan.
Ketiadaan atau kelemahan ketenaga kesehatan adalah kebingungan, kehancuran,
kerugian, dan malapetaka. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus selalu siap dalam
keadaan darurat, diakibatkan bencana selalu bisa terjadi kapan saja. Kesiapsiagaan
perawat sebelum bencana merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mencegah
atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana seperti tingginya angka
mortalitas korban. Tujuan dalam kesiapsiagaan adalah memiliki kemampuan dalam
melaksanakan kegiatan tanggap darurat sebelum bencana terjadi. Selain itu,
pentingnya dilakukan koordinasi dalam kerja sama lintas sektor yang digunakan untuk
menyelamatkan korban semaksimal mungkin guna menekan angka kematian di
lapangan dengan melibatkan pihak setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Annilawati, N., & Fitri, A. M. (2019). Analisis Sistem Tanggap Darurat Bencana
Rumah Sakit X di Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 11(2),
147–151.

Depkes RI. (2015). Pusat Krisis Kesehatan.

Dewi, I. K., & Istiadi, Y. (2016). Mitigasi Bencana Pada Masyarakat Tradisional
Dalam Menghadapi Perubahan Iklim Di Kampung Naga Kecamatan Salawu
Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 23(1), 129–135.
https://doi.org/10.22146/jml.18782

Fikri, A., Murwanto, B., Ahyanti, M., & Purbianto. (2020). Penanggulangan
Kesehatan Pasca Bencana Berbasis Masyarakat. Pengabdian Kesehatan, 1(1),
48–54.

Hayaturrahmi, R., & Husna, C. (2018). Kesiapsiagaan Sumber Daya dan Kerja Sama
dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu pada Manajemen
Bencana. JIM Fkep, 3(3), 19–27.

Kurniyanti, M. A. (2012). Peran Tenaga Kesehatan Dalam Penanganan Manajemen


Bencana. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 1(1), 85–92.
https://doi.org/10.33475/jikmh.v1i1.87

Made Parwati, N., Sahrir, S., & Maryam, L. (2018). Gambaran Pengetahuan Dan
Sikap Tentang Kesiapsiagaan Bencana Pada Bidang Kedokteran Kesehatan
(BIDOKKES) Polda Maluku Tahun 2018. Global Health Science, 3(4), 339–
345.

Parahita, I. K., Luthviatin, N., & Istiaji, E. (2016). Peran Tim Siaga Bencana Berbasis
Masyarakat (SIBAT) dalam Kesiapsiagaan Bencana di Kecamatan
Sumberjambe Kabuppaten Jember. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 4(2), 345–351.

Sjamsuhidajat, R., Meilia, P. D. I., & Zulfiyah, I. A. (2020). Etika Kedokteran dalam
Kegiatan Tanggap Darurat Bencana. Jurnal Etika Kedokteran Indonesia, 4(1),
1. https://doi.org/10.26880/jeki.v4i1.39

Widayatun, & Fatoni, Z. (2013). Permasalahan Kesehatan dalam Kondisi Bencana:


Peran Petugas Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Kependudukan
Indonesia, 8(1), 37–52.

Yahya, M., Parenreng, J. M., & Suhartono. (2019). Sistem Cerdas Distribusi Logistik
Bencana : Studi Kasus untuk Penanganan Bencana di Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional LP2M UNM, 199–206.

Anda mungkin juga menyukai