Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KELOMPOK

MAINTAINING CARE PROVIDER OWN HEALTH


IN DISASTER MANAGEMENT

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bencana

Dosen : Yanny Trisyani, SKp, MN., PhD

Oleh :
M. Alghifari Budiman (220120190036)
Meriska Winanda Tenri (220120190003)
Sofhya Thiodora Silalahi (220120190018)
Trias Eka Nurlela (220120190004)
Wilhelmina Kelen (220120190021)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana
alam merupakan peristiwa yang tidak dapat diduga, sewaktu waktu bisa terjadi di
tempat-tempat yang memang sudah beresiko terjadi bencana alam. Indonesia
merupakan salah satu negara yang berbentuk kepulauan terbesar didunia dengan
area yang membentang seluas 5.300 km dan terdiri dari 17.500 pulau dan
diperkirakan terdapat 6.000 pulau yang tidak berpenduduk. Adapun populasi jiwa
di Indonesia merupakan populasi terbesar didunia yang menduduki peringkat
keempat. Kondisi alam Indonesia terdiri dari 500 gunung berapi dan 129 gunung
berapi yang aktif, sekitar 5000 sungai besar dan berada di lempeng-lempeng
litosfir Eurasia, Pasifik dan Hindia-Australia yang berpotensi untuk mengalami
berbagai jenis bencana alam mulai dari banjir, tanah longsor, gempa bumi,
gunung meletus dan tsunami dan putting beliung. Lebih dari 254 juta penduduk
terpapar resiko bencana sedang dan tinggi (PKGDI, 2018).
Hal tersebut yang menjadikan Indonesia dikenal sebagai laboratorium atau
supermarket dari bencana alam. Banyaknya jenis bencana alam yang sangat
beresiko terjadi di Indonesia maka perlu adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi
ancaman tersebut. Kejadian bencana alam terus mengalami peningkatan tiap
tahunnya, dilaporkan bahwa sejak tahun 2012 terdapat 1.811 kejadian bencana
dan meningkat pada tahun 2016 yaitu 1.986 kejadian (BPPB, 2016). Tahun 2016
berdasarkan jenis bencana jumlah korban meninggal akibat bencana yaitu tanah
longsor 168, gempa bumi 107, banjir bandang 81, banjir 42, angin putting beliung
20, banjir dan tanah longsor 11, letusan gunung api 9, gelombang pasang/badai 4.
Pada tahun 2017 total bencana yang terjadi yaitu 2.372 kejadian dan
diperkirakan korban jiwa meninggal dan hilang berjumlah 377 sedangkan 3,49
juta jiwa terdampak dan mengungsi. Sedangkan pada Awal tahun 2019 kejadian
putting beliung sebanyak 536 kali, banjir 342 kali dan tanah longsor 335 kali.
Selain itu bencana alam juga berdampak terhadap kerugian ekonomi, dimana rata-
rata kerugian setiap tahun akibat bencana sekitar 30 Triliun (BNPB, 2018).
Strategi kesiapsiagaan terhadap bencana sangat penting terutama bagi
tenaga medis khususnya perawat. Penanggulangan bencana dilakukan secara
sistematik, dilakukan pelatihan khusus dengan berbagai aspek penting yang harus
dimiliki oleh setiap orang yang akan ikut terlibat sebagai tenaga relawan dalam
penanggulangan bencana. Adanya penyelenggaraan penanggulangan bencana
yaitu serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan
rehabilitasi. Perawat berperan untuk menjadi agen pemberdayaan masyarakat atau
pemberi bantuan kesehatan langsung baik dalam pra bencana, bencana bahkan
pasca bencana. Selain itu perawat berkewajiban untuk melakukan initially
assessment pada masyarakat korban, mengindentifikasi kebutuhan korban,
memberikan pertolongan dalam upaya life saving serta evakuasi korban sampai
mendapatkan penanganan kesehatannya yang tepat (PPNI, 2012). Saat ini,
kebutuhan akan perawat saat terjadi bencana merupakan kebutuhan terbesar yaitu
33% dari seluruh tenaga kesehatan yang terlibat (Yan, Turale, Stone, & Petrini,
2015).
Bencana bukan hanya berdampak bagi korban, tetapi juga memberikan
dampak bagi tenaga kesehatan khususnya perawat. Dalam keadaan bencana
perawat menjadi tenaga yang sangat dibutuhkan oleh para korban bencana yang
mengalami kecemasan, kesedihan atau kesulitan untuk berbagai perasaan dan
pengalaman mereka. Upaya tersebut memerlukan energi yang sangat besar yang
dapat membuat perawat pun dapat mengalami trauma. Oleh karena itu, perawat
yang telah berperan aktif dalam penanggulangan bencana memiliki resiko lebih
besar terkena PTSD karena mereka menderita dua trauma pengalaman bencana
langsung dan kegiatan dukungan korban. Bencana juga sering kali juga
mengakibatkan kesulitan untuk menyediakan layanan pendukung kesehatan yang
memadai karena kurangnya tenaga kerja, air dan komoditas yang disebabkan oleh
jalur dan sistem transportasi yang lumpuh. Sehingga perawat perlu untuk menjaga
kondisi tubuh, untuk mencegah penyakit infeksi, melakukan pelatihan,
memperluas pengetahuan sehingga pada saat bencana perawat bisa
mempersiapkan fisik dan mental yang optimal. Berdasarkan uraian latar belakang
tersebut maka kami tertarik untuk menggali tentang Maintaining Care Provider
Own Health in Disaster Management.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep
dalam Maintaining care Provider Own health in Disaster Management
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep Natural Disaster
b. Mengetahui dampak Natural Disaster terhadap kesehatan
c. Mengetahui peran sektor kesehatan terutama perawat dalam kejadian
bencana
d. Mengetahui masalah kesehatan yang umum terjadi pada penolong
terutama perawat dalam kejadian bencana.
e. Mengetahui cara mempertahankan kesehatan perawat sebagai pemberi
pelayanan saat bencana.
1.3. Metode Penulisan Makalah
Artikel yang digunakan dalam penulisan makalah ini didapat dari
beberapa database seperti ebscohost, pubmed dan google scholar dengan
menggunakan kata kunci Bahasa Inggris yaitu “Maintaining”, “Impact”, “Care
Provider”, “Nursing”, “Own Health” “Disaster Management”.
1.4 Masalah Kesehatan yang Terjadi pada Care Provider Terutama Perawat
dalam Menanggulangi Bencana
Bencana tidak hanya menimbulkan masalah terhadap korban bencana tapi
juga berdampak terhadap Care Provider. Care Provider dalam
penanggulangan bencana sering menjumpai masalah-masalah yang meliputi:

a. Masalah Akibat Sanitasi Lingkungan


Dalam keadaan bencana sering ditemui gangguan pemenuhan
kebutuhan seperti kurangnya persediaan air bersih, kurangya kebersihan
lingkungan posko penampungan, pos kesehatan maupun rumah sakit yang
buruk, dan minimnya ketersedian air bersih dan makanan bergizi termasuk
juga kurangnya ketersediaan alat pelindung diri sehingga membuat
masyarakat bahkan Care Provider beresiko terhadap penyakit khususnya
penyakit menular seperti tuberculosis, hepatitis A, giardia atau cacing
parasit, kolera, disentri, malaria dan penyakit akibat sanitasi buruk lainnya
seperti diare dan typhoid. Selain itu persediaan makanan yang tidak
mencukupi juga secara langsung dapat menimbulkan penurunan tingkat
pemenuhan kebutuhan gizi dan akhirnya berdampak pada penurunan daya
tahan tubuh care provider (Fisher, Brahmbhatt, Power, & Daily, 2010).
b. Masalah trauma fisik
Care Provider juga beresiko tinggi mengalami luka-luka atau trauma
fisik akibat kerusakan infrastruktur seperti bangunan, jembatan, dan
jaringan listrik saat kejadian bencana contohnya gempa bumi dan longsor,
sedangkan pada bencana gunung meletus Care Provider juga beresiko
mengalami luka bakar dan gangguan ISPA (Naushad et al., 2019).
c. Masalah Psikologis

Care Provider berpotensi mengalami masalah psikologis. Tuntutan


bekerja lebih cepat, beban kerja yang tinggi dan dihadapkan dengan situasi
yang menegangkan dan beresiko menjadi salah satu faktor utamanya.
Personil Layanan Medis Gawat Darurat (Emergency Medical Service) atau
EMS termasuk petugas medis tidak memiliki kesempatan untuk
memulihkan diri terhadap peristiwa traumatis sehingga kejadian stress,
depresi, PTSD, bahkan ide untuk bunuh diri dan sejumlah kondisi
fungsional telah dilaporkan (SAMHSA, 2018). Hal ini sejalan dengan
penelitian Naushad et al. (2019) menyatakan bahwa care provider
termasuk perawat sering dihadapkan dengan kondisi kritis dan kejadian
traumatik sehingga beresiko tinggi untuk mengalami depresi, PTSD dan
masalah psikologis lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Ke et al. (2017) menyatakan 11 dari


67 orang (16,4%) Health Care Providers (HCPs) pada kejadian gempa
bumi februari 2016 di Taiwan mengalami posttraumatic psychiatric
disorders. Kurangnya komunikasi dan dukungan sosial, koping
maladaptif, dan kurangnya pelatihan merupakan faktor yang berperan
penting terhadap masalah psikologis yang terjadi pada Care Povider.

d. Kelelahan
Pemberian layanan kesehatan terhadap masyarakat terdampak
bencana mengalami hambatan yang disebabkan oleh kerusakan
infrastruktur seperti kerusakan bangunan rumah sakit di wilayah tersebut
maupun infrastruktur lokal seperti jembatan, jalan, saluran listrik dan
lainnya. Akses wilayah yang sulit ditempuh dan jam kerja yang meningkat
dari biasanya akan menimbulkan kelelahan dan kejenuhan pada Care
Provider (Fisher et al., 2010). Selain itu, Naushad et al. (2019)
menyatakan bahwa kelelahan juga dapat terjadi akibat care provider tidak
memiliki waktu untuk istrahat atau tidur yang cukup.
e. Keterbatasan Pemberian Pelayanan Kesehatan
Dalam kondisi bencana, care provider sering menjumpai banyak
kendala yang diakibatkan oleh rusaknya fasilitas kesehatan setempat, tidak
memadainya jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan, keterbatasan tenaga
kesehatan dan dana operasional mengakibatkan pemberian layanan
kesehatan yang optimal. Hal ini mempengaruhi ketidakpuasan care
provider dalam memberikan pertolongan untuk upaya life saving sehingga
juga ikut mempengaruhi kondisi psikologi care provider (Naushad et al.,
2019).
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2018). Indeks Risiko Bencana & Membangun Kab/Kota Tangguh. Jakarta.
Fisher, M., Brahmbhatt, D., Power, R., & Daily, E. (2010). International Disaster
Nursing (1 ed.). New York: Cambridge University Press.
Ke, Y. T., Chen, H. C., Lin, C. H., Kuo, W. F., Peng, A. C., Hsu, C. C., . . . Lin, H. J.
(2017). Posttraumatic Psychiatric Disorders and Resilience in Healthcare
Providers following a Disastrous Earthquake: An Interventional Study in
Taiwan. Biomed Res Int, 2017, 2981624. doi:10.1155/2017/2981624
Naushad, V. A., Bierens, J. J., Nishan, K. P., Firjeeth, C. P., Mohammad, O. H.,
Maliyakkal, A. M., . . . Schreiber, M. D. (2019). A Systematic Review of the
Impact of Disaster on the Mental Health of Medical Responders. Prehosp
Disaster Med, 34(6), 632-643. doi:10.1017/S1049023X19004874
PKGDI. (2018). GELS : General Emergency Life Support.
PPNI. (2012). Peran Perawat dalam Bencana. Retrieved from
http://ppnikabpekalongan.blogspot.com/2012/01/peran-perawat-dalam-
penanganan-bencana.html.
SAMHSA. (2018). Disaster Technical Assistance Center Supplemental Research
Bulletin First Responders : Behavioral Health Concerns , Emergency
Response , and Trauma. U.S.
: Rockville.
Yan, Y. E., Turale, S., Stone, T., & Petrini, M. (2015). Disaster nursing skills,
knowledge and attitudes required in earthquake relief: implications for nursing
education. International Nursing Review, 351–359.

Anda mungkin juga menyukai