OLEH :
Amalia Pratiwi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......... 3
1.3 Tujuan................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Permasalahan di bidang kesehatan akibat bencana........................ 4
2.2 Dampak Bencana Terhadap Kesehatan........................................ 4
2.3 Persiapan sumber daya manusia (Sdm) Kesehatan Menuju Lokasi
Bencana Alam......................................................................... 6
2.4 Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Dan Penanganan
Pengungsi............................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 9
3.2 Saran.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia telah dinyatakan sebagai salah satu negara paling rawan
bencana. Menurut International Strategy for Disaster Reduction (ISDR),
Indonesia menduduki urutan ke-7 di antara negara-negara yang rawan
bencana. Kenyataan terus menunjukkan bagaimana Indonesia tetap rentan
terhadap bencana baik yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi,
tsunami, gunung meletus dan lainnya maupun non alam seperti banjir,
penyakit menular, kebakaran hutan dan lainnya, serta bencana sosial berupa
konflik sosial di berbagai daerah (Tukino, 2013).
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa Bencana alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (Tondobala, 2011).
Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkenah
(Efendi dan Makhfudli, 2009).
Bencana merupakan fakta yang tidak dapat dihindari akan tetapi dapat
diantisipasi atau diminimalkan dampaknya. Pembagian peran yang jelas antara
berbagai pihak yang terlibat dan pemanfaatan media komunikasi dapat
mempercepat penyebaran informasi, memperlancar komunikasi dan
koordinasi antar berbagai pihak yang terlibat sehingga diharapkan dapat
meminimalkan risiko bencana baik risiko kerusakan ataupun kehilangan
(Rahmawati, 2014).
Bencana yang terjadi membawa sebuah konsekuensi untuk
mempengaruhi manusia dan / atau lingkungannya. Kerentanan terhadap
bencana dapat disebabkan oleh kurangnya manajemen bencana yang tepat,
dampak lingkungan, atau manusia sendiri. Kerugian yang dihasilkan
tergantung pada kapasitas ketahanan komunitas terhadap bencana (Ulum,
2013).
Bencana menimbulkan dampak terhadap menurunnya kualitas hidup
penduduk, termasuk kesehatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi setelah
terj adi bencana adalah pelayanan kesehatan terhadap korban bencana. Untuk
penanganan kesehatan korban bencana, berbagai piranti legal (peraturan,
standar) telah dikeluarkan. Salah satunya adalah peraturan yang menyebutkan
peran penting Puskesmas dalam penanggulangan bencana (Departemen
Kesehatan RI, 2007; Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan, 2006; Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2001 dalam Widyatun dan Fatoni,
2013).
Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan
krisis di daerah bencana adalah kurangnya SDM (sumber daya manusia)
kesehatan yang dapat difungsikan dalam penanggulangan krisis akibat
bencana. Kondisi tersebut memang sudah ada sejak sebelum terjadinya
bencana atau karena adanya tenaga kesehatan yang menjadi korban bencana
(Ismunandar, 2013).
Pada konsep penanggulangan bencana, salah satu bentuknya adalah
manajemen risiko bencana. Pada tahap tersebut, diupayakan bila terjadi peristiwa
bencana, kerusakan, dan kerugian dengan skala dampak yang cukup besar dapat
dihindari, atau diminimalisir (Tatas, dkk, 2015).
Hasil studi menunjukkan bahwa di sektor kesehatan, berbagai piranti
legal (peraturan, standar) telah menyebutkan peran penting petugas kesehatan
dalam penanggulangan bencana. Bencana tidak hanya menimbulkan korban
meninggal dan luka serta rusaknya berbagai fasilitas kesehatan, tetapi juga
berdampak pada permasalahan kesehatan masyarakat, seperti munculnya
berbagai penyakit paskagempa, fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan
yang kurang baik, trauma kejiwaan serta akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan pasangan. Petugas kesehatan bersama dengan
masyarakat berperan dalam penanggulangan bencana gempa, mulai dari sesaat
setelah gempa (hari ke-1 hingga hari ke-3), masa tanggap darurat (hari ke-3
hingga sebulan) serta masa rehabilitasi dan rekonstruksi (sejak sebulan
paskagempa). Beberapa faktor turut mendukung kelancaran petugas
Puskesmas dalam melakukan tindakan gawat darurat pada saat gempa,
termasuk partisipasi aktif masyarakat dan relawan dalam membantu
penanganan korban (Widyatun dan Fatoni, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Permasalahan di bidang kesehatan akibat bencana
2. Apa Dampak Bencana Terhadap Kesehatan
3. Bagaimana Persiapan sumber daya manusia (Sdm) Kesehatan Menuju
Lokasi Bencana Alam
4. Bagaimana Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Dan
Penanganan Pengungsi
1.3 Tujuan
1. Apa Permasalahan di bidang kesehatan akibat bencana
2. Apa Dampak Bencana Terhadap Kesehatan
3. Bagaimana Persiapan sumber daya manusia (Sdm) Kesehatan Menuju
Lokasi Bencana Alam
4. Bagaimana Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Dan
Penanganan Pengungsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Permasalahan di bidang kesehatan akibat bencana yaitu Korban jiwa, luka,
dan sakit (berkaitan dengan angka kesakitan dan kematian). Adanya
pengungsi yang pada umumnya akan menjadi rentan dan berisiko
mengalami kurang gizi, tertular penyakit, dan menderita stress. Kerusakan
lingkungan sehingga kondisi menjadi darurat dan menyebabkan
keterbatasan air dan sanitasi serta menjadi tempat perindukan vektor
penyakit. Sering kali sistem pelayanan kesehatan terhenti, selain karena
rusak, besar kemungkinan tenaga kesehatan setempat juga menjadi korban
bencana. Bila tidak diatasi segera, maka derajat kesehatan semakin
menurun dan berpotensi menyebabkan terjadinya KLB.
2. Dampak bencana terhadap kesehatan dapat berupa kematian masal,
terganggunya tatanan sosiologis dan psikologis masyarakat,
pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, keterbelakang-an, dan hancurnya
lingkungan hidup masyarakat. Begitu besarnya risiko yang ditimbulkan
oleh bencana ini, maka penanganan bencana menjadi sangat penting untuk
menjadi perhatian dan tugas kita bersama.
3. Persiapan sumber daya manusia (SDM) kesehatan menuju lokasi bencana
alam pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan
yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi:
Tim Reaksi Cepat, Tim Penilaian Cepat (Tim RHA) dan Tim Bantuan
Kesehatan.
4. Penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan penanganan
pengungsi yaitu Pelayanan kesehatan, Pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, Gizi dan pangan, Lingkungan, serta Hal-hal yang
berkaitan dengan kebutuhan dasar kesehatan.
3.2 Saran
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Buruknya pelayanan kesehatan di indonesia
harus menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk memperbaiki kondisi
tersebut. Seperti akses pelayanan yang perlu di tingkatkan dalam penanganan
korban akibat bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Ismunandar. 2013. Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu Dalam
Penanganan Korban Bencana. Volume 8 No.3. Poltekkes Kemenkes Palu.
Sulawesi Tengah
Tatas, dkk. 2015. Rencana Kontijensi untuk Tanah Longsor di Desa Kalikuning,
Pacitan, Jawa Timur. Volume 13. Nomor 2. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.
Tondobala Linda. 2011. Pendekatan Untuk Menentukan Kawasan Rawan
Bencana Di Pulau Sulawesi. Vol.3. No.3. Universitas Sam Ratulangi.
Sulawesi utara.