Kelompok 4 :
Kelas A16.1
4. Keterbatasan air
Peristiwa kecil bisa terjadi dalam keadaan suatu daerah tidak mempunyai stok air
bersih karena suatu hal seperti PAM bocor, atau sumber air tercemar dan tidak
menutup kemungkinan terjadinya kerusakan terhadap fasilitas air. Ini tentunya
merupan tanggung jawab pertama dari PDAM dan Departemen Kesehatan. Kedua
instansi ini dan badan terkait lain semestinya merumuskan bersama-sama darurat
air ini kemudian merumuskan bersama petunjuk teknis yang disosialisasikan
meliputi:
a. Bagaimana mendapatkan suatu informasi kejadian secara spesifik
b. Pengambilan dan penelitian sampel air (apabila tercemar)
c. Pembagian peran dan tanggung jawab
d. Keselamatan personel, agar penolong justru tidak menjadi korban dan tidak
malah menimbulkan lebih banyak korban
e. Identifikasi sumber air alternatif
f. Perbaikan, penggantian, dan ketersediaan alat penunjang untuk mengatasi
masalah.
5. Keterbatasan sarana komunikasi
Perlu rumusan jelas dari departemen terkait bekerjasama dengan Perusahaan
Telekomunikasi dan tak lupa pada Amatir Radio dalam mengatasi informasi pada
saat darurat. Seperti kita ketahui, saat semua infrastruktur komunikasi jatuh, maka
satu-satunya yang bisa diandalkan dalam hal ini adalah komunikasi radio yang
mana banyak dipakai para anggota Amatir Radio yang tersebar luas di Indonesia.
Kemudian informasi tersebut bisa diteruskan melalui media lain saat ditangkap di
daerah lain yang masih baik strukturnya.
6. Krisis Energi
Krisis energi juga memerlukan suatu Rencana Tanggap Darurat. Krisis energi bisa
terjadi dalam skala kecil seperti kurangnya pasokan listrik karena gardu induk
meledak akibat letusan gunung berapi; kurangnya pasokan bahan bakar, dan
masalah energi lain. Sehingga tanggung jawab Departemen ESDM penting untuk
melakukan koordinasi dengan perusahaan-perusahaan energi yang diawasinya
untuk mengatasi keadaan darurat seperti ini.
7. Keterbatasan sarana transportasi
Sarana perhubungan dan transportasi juga memerlukan perhatian khusus saat
terjadi bencana sehingga Departemen Perhubungan juga perlu membuat suatu
Rencana Tanggap Darurat Transportasi yang tidak hanya berguna saat bencana saja
melainkan juga dalam saat kasus kesulitan transportasi lain. Ini juga memerlukan
kerjasama dengan pihak kepolisian dan perusahaan-perusahaan penyedia jasa
angkutan dan transportasi.
G. Peran Perawat dalam Fase Tanggap Bencana
Peran perawat dalam fase tanggap bencana (Putra, et al., 2014)
1. Pencarian dan penyelamatan Melokalisasi korban.
- Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
- pengumpulan/penampungan.
- Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).
- Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
- Memindahkan korban ke pos medis lapangan jika diperlukan.
2. Triase
- Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera (perawatan
di lapangan).
- Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat
(life saving surgery).
- Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat dan tepat,
mengelompokkan korban sesuai dengan keparahan pada masing-masing warna
tag yaitu kuning dan merah.
- Area tindakan harus ditentukan sebelumnya dan diberi tanda.
- Penemuan, isolasi dan tindakan pasien terkontaminasi/terinfeksi harus
diutamakan.
3. Pertolongan pertama
- Mengobati luka ringan secara efektif dengan melakukan teknik pertolongan
pertama, seperti kontrol perdarahan, mengobati shock dan menstabilkan patah
tulang.
- Melakukan pertolongan bantuan hidup dasar seperti manajemen perdarahan
eksternal, mengamankan pernafasan, dan melakukan teknik yang sesuai dalam
penanganan cedera.
- Mempunyai keterampilan Pertolongan pertama seperti membersihkan jalan napas,
melakukan resusitasi dari mulut-mulut, melakukan CPR/RJP, mengobati shock,
dan mengendalikan perdarahan.
- Membuka saluran udara secepat mungkin dan memeriksa obstruksi saluran napas
harus menjadi tindakan pertama, jika perlu saluran udara harus dibuka dengan
metode Head-Tilt/Chin-Lift.
- Mengalokasikan pertolongan pertama pada korban dengan perdarahan, maka
perawat harus mnghentikan perdarahan, karena perdarahan yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan kelemahan dan apabila akhirnya shock dapat menyebabkan
korban meninggal.
4. Proses pemindahan korban
- Pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tanda-tanda vital
- Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti infus, pipa
ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi dan lain-lain.
5. Perawatan di rumah sakit
- Mengukur kapasitas perawatan rumah sakit.
- Lokasi perawatan di rumah sakit
- Hubungan dengan perawatan di lapangan.
- Arus pasien ke RS harus langsung dan terbuka.
- Arus pasien harus cepat dan langsung menuju RS, harus ditentukan, tempat tidur
harus tersedia di IGD, OK, ruangan dan ICU.
6. RHA
- Menilai kesehatan secara cepat melalui pengumpulan informasi cepat dengan
analisis besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan
untuk tindakan penanggulangan segera.
7. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
- Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari.
- Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
- Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS.
- Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
- Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,
peralatan kesehatan.
- Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
8. Peran perawat dalam penangaann gangguan psikologis korban bencana gunung
meletus
- Melakukan pemulihan melalui sharing dan mendengarkan segala keluhan-
keluhan yang dihadapi korban
- Pemberian terapi seni atau drama pada anak-anak untuk mengembalikan
keceriaannya
- Memberikan solusi dan diberikan semangat untuk tetap bangkit
- Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya
berkoordinasi dengan perawat jiwa.
- Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi
yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun
reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan
kelemahan otot).
- Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
- Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
psikiater.