Disusun Oleh:
Adila Hardiani Razbi
4002190017
STEP 2
1. Fina : masalah keperawatan apa yang mungkin muncul ?
2. Dikna : bagaimana terjadinya gunung Meletus ?
3. Desi : sebutkan jelaskan isyarat – isyarat dari gunung berapi ?!
4. Canti : arti dari tingkat gunung berapi awas?
5. Ica : berapaa lama awan panas yang pada erupsi gunung Merapi ?
STEP 3
1. Dikna: sebutkan jelaskan isyarat – isyarat dari gunung berapi ?!
Suhu disekitar gunung naik, s
ering mengeluarkan gemuruh
terkadang sering dijumpai gempa tumbuhan yg ada disekitar layu,
binatang – binatang berimigrasi ke lingkungan rumah
2. desi: bagaimana terjadinya gunung Meletus ?
terjadinya gunung Meletus yaitu adanya akibat endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan
pijar yang terdpt dilapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi yakni
diperikirakan lebih dari 1000’C
3. canti : masalah keperawatan apa yang mungkin muncul ?
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bagi pasien ibu hamil KEK bagi
pasien yang ibu hamil dan status gizi kurang
4. mahar : arti dari tingkat gunung berapi awas?
kondisi paling memungkinkan terjadinya erupsi atau letusan status awas merujuk
pada letusan utama yang dilanjutkan dengan letusan awal diikuti semburan abu
dan uap kemudian diikuti dengan erupsi besar dan akan berlangsung dalam kurun
waktu24 jam.
5. berapaa lama awan panas yang pada erupsi gunung Merapi
tidak bisa ditentukan soalnya semeru sedang meluarkan awan panas, jadi tidak
bisa di prediksi
adila : fenomena aliran piroklastik ini mnegalir dengan kecepatan tinggi
sepanjang lembah gunung api dengan kecepatan rata – rata 100 km/jam
STEP 4
1. step 2 no 1
gangguan pola nafas tidak efektif, dikarenakan pada saat gunung berapi Meletus
ada asap yang akan menganggu pernafasan masyarakat.
2. Step 1 no 3
erupsi adalah proses pelepasan material dari gunung berapi ke atmosfer maupun
ke permukaan Bumi dalam jumlah yang tidak menentu.
STEP 5
Lo :penangangan korban gunung berapi
STEP 6
System penanggukangan gunung berapi pada pemukiman
Menurut Permen PU nomor 21/PRT/M/2007 tentang pedoman penataan
ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi,
menguraikan kerentanan sebagai kondisi atau karakteristik biologis, geografis,
sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi masyarakat di suatu wilayah untuk
jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,
mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya/bencana alam tertentu.
Beberapa karakteristik lingkungan permukiman kota yang mempertinggi tingkat
risiko bencana diantaranya, keberadaan lokasi permukiman tersebut yang berada
pada kawasan rawan bencana, kepadatan bangunan yang tinggi, konstruksi
bangunan yang berkualitas tidak memadai, dan minimnya pengetahuan atau
kurang relevannya upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan dengan
ancaman bencana yang dihadapi.
Mitigasi bencana gunung berapi
Ada 4 tingkat peringatan dini untuk mitigasi bencana letusan Merapi yaitu Aktif
Normal, Waspada, Siaga dan Awas.
1) Aktif Normal : Aktivitas Merapi berdasarkan data pengamatan
instrumental dan visual tidak menunjukkan adanya gejala yang
menuju pada kejadian letusan.
2) Waspada : Aktivitas Merapi berdasarkan data pengamatan
instrumental dan visual menunjukkan peningkatan kegiatan di atas
aktif normal. Pada tingkat waspada, peningkatan aktivitas tidak
selalu diikuti aktivitas lanjut yang mengarah pada letusan (erupsi),
tetapi bisa kembali ke keadaan normal. Pada tingkat Waspada
mulai dilakukan penyuluhan di desa-desa yang berada di kawasan
rawan bencana Merapi.
3) Siaga: Peningkatan aktivitas Merapi terlihat semakin jelas, baik
secara instrumental maupun visual, sehingga berdasarkan evaluasi
dapat disimpulkan bahwa aktivitas dapat diikuti oleh letusan.
Dalam kondisi Siaga, penyuluhan dilakukan secara lebih intensif.
Sasarannya adalah penduduk yang tinggal di kawasan rawan
bencana, aparat di jajaran SATLAK PB dan LSM serta para
relawan. Disamping itu masyarakat yang tinggal di kawasan rawan
bencana sudah siap jika diungsikan sewaktu-waktu.
4) Awas : Analisis dan evaluasi data, secara instrumental dan atau
visual cenderung menunjukkan bahwa kegiatan Merapi menuju
pada atau sedang memasuki fase letusan utama. Pada kondisi
Awas, masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana atau
diperkirakan akan terlanda awan panas yang akan terjadi sudah
diungsikan menjauh dari daerah ancaman bahaya primer awan
panas. (ADILA)
Sumber :
BPPTKG 2015 “mitigasi bencana gunung berapi”
https://bpptkg.esdm.go.id/pub/page.php?idf=10
STEP 7
Dalam upaya mencegah dan mengurangi dampak dari bencana yang
terjadi, diperlukan sebuah sistem penanggulangan bencana. Sistem
penanggulangan bencana yang mampu menangani bencana erupsi gunung api
baik berupa zonasi kawasan rawan bencana, infrastruktur hingga sosialisasi
kepada masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana. Sehingga
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam kesiap-siagaan dan mengambil
tindakan untuk meyelamatkan diri.