Anda di halaman 1dari 71

Kelompok 9

Analisis Kajian Bencana Erupsi Gunung


SINABUNG Sumatera Utara

Disusun Oleh:

Tari Gustika (1710711094)

Sherin Alinda Zulfa (1710711095)

Tsania Ramadhanti (1710711097)

Jesica Rachel Meliala (1710711098)

Arlia Fika Damayanti (1710711099)


Latar Belakang

Sesak nafas sebesar 3%


Batuk sebesar 14%

Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Iritasi mata sebesar 30%,


Gunung Sinabung merupakan gunung
Australia dan Lempeng Pasifik. Flu sebesar 13,3%.
berapi yang terletak di Kabupaten Karo
Provinsi Sumatera Utara yang pertama
763 bencana telah terjadi hingga
kali mengalami erupsi pada 29 Agustus
Maret 2021 dimana salah satunya
2010, 2013, 2016, 2017, 2019, 2020
yaitu bencana erupsi gunung berapi
hingga yang terakhir pada Maret 2021

Erupsi gunung berapi terjadi ketika adanya tenaga dari dalam bumi yang mendorong perut bumi mengeluarkan isi
didalamnya atau yang biasa disebut sebagai magma. Magma merupakan batuan meleleh yang terdapat di dalam
lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, lebih dari 1.000 derajat Celsius.
ERUPSI
GUNUNG API
Letusan gunung api adalah salah satu bagian
aktivitas vulkanik atau yang biasa dikenal erupsi
(Hasriyani, 2018).
Tingkatan atau level aktivitas gunung api
(Nurwihastuti, Astuti, & Yuniastuti, 2019), antara
lain:
1. Normal, yaitu tidak terlihat peningkatan
aktivitas gunung api tetapi fluktuasi teramati.
2. Waspada, yaitu mulai terekam dan terlihat tanda
peningkatan aktivitas gunung api.
3. Siaga, yaitu peningkatan aktivitas gunung api
semakin nyata dan bahaya erupsi mengancam
sekitar pusat erupsi, tidak pada pemukiman di
sekitar gunung api.
4. Awas, yaitu peningkatan aktivitas gunung api
semakin nyata dan bahaya erupsi mengancam
pemukiman sekitar gunung api.
Erupsi gunung berapi terjadi karena
adanya tekanan gas yang kuat dari
dalam bumi sehingga menyebabkan
aktivitas atau pergerakan magma di
dalam perut bumi yang berusaha untuk
keluar (Hasriyani, 2018).

Erupsi secara Eksplosif

Erupsi secara Efusif


Penyebab Erupsi Bahaya Erupsi
• Faktor internal yang menjadi • Bahaya langsung atau primer
penyebab dominan letusan gunung
a. Aliran lava
api, antara lain banyaknya
kandungan magma, proses tektonik b. Aliran piroklastik atau
dari pembentukan dan pergerakan awan panas
kulit/lempeng bumi, pancaran c. Jatuhan piroklastik yang
magma dari dalam bumi yang terdiri dari abu dan pasir
berasosiasi dengan arus konveksi
vulkanik
panas, dan akumulasi tekanan dan
temperatur dari fluida magma d. Lahar letusan
menyebabkan pelepasan energi. e. Gas vulkanik beracun
• Faktor eksternal penyebab letusan • Bahaya tidak langsung atau
gunung api yaitu kandungan air sekunder
dalam gunung api, peristiwa gempa
bumi, dan pasang surut bumi Letusan gunung api dapat
(earth tide). menyebabkan terjadinya
longsor vulkanik, lahar hujan,
dan tsunami.
Aspek Kesehatan dalam bencana erupsi gunung berapi di Indonesia

Hujan abu vulkanik akibat erupsi Gunung merapi tentu saja memberi dampak
pada kesehatan, terutama pada saluran pernapasan. Tak sedikit pula masyarakat yang
tinggal di daerah sekitar gunung yang mengalami erupsi rentan mengalami sesak
napas. Namun beberapa warga yang sadar akan pentingnya kesehatan mendatangi
puskesmas untuk melakukan pengobatan. Namun tidak sedikit juga yang hanya
meracik obat tradisional seperti rebusan sirih untuk mengatasi sesak dan batuk. Gejala
pernapasan akut yang sering dilaporkan oleh masyarakat setelah gunung mengeluarkan
abu adalah iritasi selaput lendir dengan keluhan bersin, pilek dan beringus, iritasi dan
sakit tenggorokan (kadang disertai batuk kering), batuk dahak, mengi, sesak napas, dan
iritasi pada jalur pernapasan, namun keluhan- keluhan tersebut juga terkadang
dianggap warga hanya sebagai keluhan ringan yang dianggap biasa sehingga mereka
membiarkan saja dan menganggap akan sembuh dengan sendirinya sehingga tidak
perlu datang ke pelayanan kesehatan untuk berobat (Syapitri & Hutajulu, 2018).
EFEK DEBU VULKANIK PADA
KESEHATAN PARU
Dalam letusan partikel debu bisa berukuran sangat halus sehingga
debu bisa masuk jauh ke dalam paru. Dengan pajanan yang tinggi,
individu yang sehat akan mengalami rasa tidak nyaman di dada
dengan peningkatan batuk dan iritasi. Gejala pernapasan akibat
menghirup debu vulkanik tergantung pada faktor:
1. konsentrasi partikel tersuspensi di udara,
2. proporsi partikel yang terhirup
3. lama pajanan
4. faktor individu
Dampak Kesehatan yang sering muncul terhadap kejadian bencana erupsi gunung Merapi di
Indonesia

ASMA
Debu vulkanik merupakan salah satu pencetus terjadinya serangan asma. Debu halus dapat menyebabkan lapisan
saluran pernapasan menghasilkan lebih banyak sekresi yang dapat membuat orang batuk dan bernapas lebih berat.
Penderita asma, khususnya anak-anak, dapat menderita serangan batuk dan sesak dada. Beberapa orang yang tidak
pernah menderita asma dapat mengalami gejala seperti asma setelah hujan debu, khususnya jika mereka yang
terlalu lama melakukan kegiatan di luar ruangan. Namun, beberapa ahli menyatakan, abu vulkanik sebenarnya
tidak memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat. Abu vulkanik yang berasal dari tempat yang jauh,
memiliki efek minimal bagi kesehatan. Para ahli itu mengatakan, abu vulkanik tidak lebih berbahaya dibanding
dengan asap rokok dan polusi. Disarankan untuk memakai masker jika hendak berpergian ke luar rumah.

BRONKHITIS
Debu vulkanik dapat menyebabkan penyakit bronkitis akut selama beberapa hari dengan gejala seperti batuk
kering, produksi dahak berlebih, mengi dan sesak napas. Timbulnya penyakit bronkhitis tergantung dari kondisi
kesehatan dari individu dan faktor lingkungan.
SILIKOSIS

Silikosis (Silicosis) adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat


menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan
jaringan paru pada paru. Terdapat 3 jenis silikosis:
1. Silikosis kronis simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu
silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun). Nodul-nodul
peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-
paru dan kelenjar getah bening dada.
2. Silikosis akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang
lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun). Peradangan,
pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat
Manajemen Penanganan Bencana
Erupsi Gunung

Fase Disaster Fase Pasca


Fase Pra Disaster Disaster
Fase Pra Disaster

Pencegahan Bencana

01 Mitigasi
Preparedness
Pencegahan bencana adalah
02
serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengurangi
03
Mitigation merupakan
atau menghilangkan risiko
bencana, baik melalui tahapan untuk Preparedness merupakan upaya
pengurangan ancaman memperingan risiko yang perencanaan untuk menanggapi
bencana maupun kerentanan ditimbulkan oleh bencana dan menyusun respons
pihak yang terancam bencana bencana sebelum terjadi bencana
bencana.
(Hutapea et al., 2021).
(Khambali, 2017).
(Maria Diah Ciptaning Tyas,
Kegiatan yang dapat Peran Tenaga
dilakukan pada Kesehatan Pada Fase
Fase Pra Disaster Pra Disaster

 Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam 01 Mengikuti pelatihan dan pendidikan yang
berhubungan dengan penanggulangan ancaman
Pemetaan daerah rawan bencana
bencana untuk tiap fasenya.
 Sosialisasi, Mematuhi pengumuman dari instansi berwenang,
misalnya dalam penetapan status gunung berapi. 02 Memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi bencana kepada masyarakat
 Masyarakat bersedia membantu pemerintah membuat peta seperti
peta ancaman, kapasitas, kerentanan, dan rawan bencana.
Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
 Menyediakan Speaker dan bekerjasama dengan beberapa 03 darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan
organisasi untuk menyebarluaskan informasi. ambulance.
 Mengaktifkan pos siaga bencana
 Penyediaan inventarisasi sumber daya yang mendukung 04 Terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
kedaruratan meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana yang meliputi usaha
 Menyiapkan dukungan dan mobilisasi logistik
pertolongan diri sendiri ketika ada bencana,
 Menyiapkan sistem informasi dam komunikasi yang cepat untuk pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga
mendukung penanggulangan bencana seperti menolong anggota keluarga yang lain
Fase Disaster

Tanggap Darurat (response) adalah serangkaian


kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
Fase Sub Akut
Kegiatan yang mungkin terjadi pada fase
kejadian bencana untuk menangani dampak ini adalah intervensi medis darurat
buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan terhadap orang-orang yang terluka akibat
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, bencana.
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
Fase Akut
pemulihan prasarana dan sarana. Kegiatan yang terjadi pada fase ini,
seperti perawatan terhadap korban luka
serta pelayanan Kesehatan lanjutan bagi
korban pengungsian
Kegiatan Masyarakat
dan Pemerinta Pada
Fase Disaster
Peran Tenaga Kesehatan Pada
Membuat mekanisme pencarian dan
penyelamatan
01 Fase Disaster

02 Menentukan tugas dan tanggung


jawab masing-masing organisasi atau
Do not Promise

pihak yang terlibat

Menyediaan fasilitas Pelayanan 03 Memfasilita


si Pelayanan
Kesehatan
Bertindak
Cepat
kesehatan, air bersih dan dapur umum

04 Mengorganisir dana sumbangan


dengan baik
Selalu
Berkoordinas
Berkonsentras
i Penuh
i
Recovery Fase Pasca Disaster
• fase perbaikan darurat tempat
tinggalnya, pindah ke rumah sementara,
mulai masuk sekolah ataupun bekerja Recontruction
kembali sambil memulihkan lingkungan
tempat tinggalnya. • Tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk
• Fase ini hanyalah fase pemulihan dan membangun kembali sarana dan prasarana
tidak sampai mengembalikan fungsi- yang rusak akibat bencana secara lebih
fungsi normal seperti sebelum bencana baik dan sempurna.
terjadi • Oleh sebab itu, pada tahap ini dibutuhkan
perencanaan yang telah dilakukan
beberapa ahli dan sektor terkait
Kronologis Kejadian Bencana
Tahun Karakteristik Letusan Dampak

Tanggal 29 Agustus, sekitar 00.15 pagi waktu setempat,


lahar keluar dan mengalir dari kawah gunung berapi.
Letusan ini menyemburkan debu vulkanik dan suara
ledakan sudah dapat terdengar dari jarak 8 km
12.000 orang yang
2010 tinggal di sekitar gunung
Pada 3 September 2010, yang pertama pada pukul 04.45 berapi dievakuasi
gunung menyemburkan debu vulkanik setinggi sekitar 3 km
di atas kawah, sedangkan yang kedua terjadi pada pukul
18.00, bertepatan dengan gempa yang dapat diidentifikasi
dari radius 25 km di sekitar gunung tersebut

Tidak ada korban jiwa


Letusan terjadi beberapa kali pada bulan September.
2013 Gunung menyemburkan debu vulkanik setinggi 5.000 yang dilaporkan tetapi
ribuan orang harus
meter di udara dievakuasi

15 orang meninggal dan


Kejadian gempa, letusan, dan semburan awan panas yang 2.053 keluarga atau
2014 terus menerus. Semburan debu vulkanik kali ini lebih dari
6.179 orang tinggal di
5.000 meter pengungsian
Tahun Karakteristik Letusan Dampak

Terjadi letusan lebih dari 14 kali gempa / gempa vulkanik


dengan tinggi semburan abu berkisar antara 2000 sampai
200 orang harus
2015 3.000 meter. Terdapat sekitar 3 juta meter kubik material dievakuasi
vulkanik di puncak gunung berapi yang berpotensi
meluncur turun sebagai lahar

7 orang meninggal dan 2


2016 Meletus dengan magma, debu, dan asap orang mengalami luka
bakar

2017 Semburan vulkanik setinggi 3.600 meter

Abu vulkanik setinggi 17 km pada bulan Februari dan 5 km 1 orang meninggal dan
2018 7.255 orang dievakuasi
pada bulan April ke tempat pengungsian

Debu vulkanik tersembur setinggi 7 km. Erupsi disertai


2019 luncuran awan panas 3,5 km ke arah tenggara dan 3 km ke
arah selatan. Suara gemuruh dapat terdengar sampai ke
pos pengamatan
Tahun Karakteristik Letusan Dampak

3 kali gempa vulkanik dalam dan tektonik jauh, serta dua


2020 kali gempa tektonik lokal

Pada bulan Januari sampai awal Maret sudah


terjadi 37 kali erupsi dengan semburan gas
berwarna putih dan kelabu di kawah puncak,
2021 tingginya sekitar 50-1.000 meter dari puncak
Pada tanggal 2 Maret 2021, mulai pukul 06:42 WIB
terjadi luncuran awan panas dengan jarak 2.000
sampai 5.000 meter ke arah tenggara timur
Dampak Kesehatan
• Umumnya banyak yang mengalami flu, batuk, dan
sakit perut
• Beberapa pengungsi mengalami hipertensi dan anak-
anak dibawah lima tahun banyak yang mengalami
ISPA
• Ditemukan kandungan Pb yang diambil dari sumber
air
Upaya Penanganan yang Dilakukan Pemerintah

Proses
Relokasi Pembangun
Evakuasi dan an
Penyediaan
Pos Komando
Masyara Infrastruktu
kat r Dasar

Himbau Upaya
Penanggula
an ngan
Pemerint Kesehatan
ah
Upaya Penanganan yang Dilakukan Non-Pemerintah

1000 Masker dari


Lembaga Nirlaba, Dompet
Dhuafa

Paket Sembako dari


BNI Syariah

Bantuan Beasiswa
dari Bank Mandiri

Bantuan dari Palang


Merah Indonesia
Rapid Health Assesment
1. Merencanakan Kajian
Mempertimbangkan faktor waktu dan lokasi dalam merumuskan kajian
awal

Waktu Lokasi Jalan yang


menghubungkan tiap desa
Erupsi Gunung Sinabung
masih bisa digunakan
merupakan bencana alam
dengan baik. Daerah yang
yang menimbulkan
terkena bencana Erupsi
kegawatdaruratan maka
Gunung Sinabung:
RHA dilakukan sesegera
Mardinding, Kuta Gugung,
mungkin yaitu beberapa
Si Garang-Garang, Guru
jam setelah peristiwa
Kinayan, Kuta Tengah, Tiga
tersebut terjadi
Pancur, Pintu Besi,
Sukanalu, Berastepu, Jaraya,
Kutarayat.
Menyusun Persiapan
Menentukan jenis informasi yang
01 akan dikumpulkan

Berkoordinasi dengan berbagai


02 pihak terkait

Anggota tim berasal dari


03 multidisiplin

Mengidentifikasi ketua tim dan


04 mendelegasikan tugas

Melaksanakan kegiatan penunjang


05
2. Mengarahkan Kajian
Karakteristik Fasilitas Fasilitas
geografi Umum Pendidikan
Mengumpulkan
Data
Luas wilayah Kab. Aset pendidikan
Sarana jalan yang
Karo yang berada di zona
menghubungkan
2.127,25 km2 dan ancaman pada tahun
setiap desa masih
berpenduduk 2019, terdapat
bisa digunakan
sebanyak kurang beberapa bangunan
dengan baik.
lebih 415.878 jiwa pendidikan umum
Aliran listrik dan
tahun 2019. yang terdampak
telepon terputus
Wilayah Kabupaten seperti Sekolah
sama sekali
Karo terletak di Dasar, Sekolah
Beberapa PAM
dataran tinggi Menengah Pertama,
tercemar
dengan ketinggian Sekolan Menengah
Beberapa sumber
antara 600 sampai Atas, Sekolah
mata air bersih
1.400 meter di atas Menengah Kejuruan,
tercemar
permukaan laut. TK hingga PAUD
Data Fasilitas Kesehatan

Puskesmas
Rumah
Rumah
No Kecamatan Sakit Pustu BPU Poskesdes Jumlah
Rawat Inap Rawat jalan Bersalin
Umum

1 Mardingding - - 1 8 - 5 1 15
2 Laubaleng - - 1 15 - 8 - 24
3 Tigabinanga - - 1 25 - 6 1 33
4 Juhar - - 1 11 - 3 - 15
5 Munte -   1 34 - 2 - 37
6 Kutabuluh - - 1 10 1 2 - 14
7 Payung - - 1 6 - - - 7
8 Tiganderket - - 1 11 - 1 - 13
9 Simpangempat - - 1 11 - 1 2 15
- - 1 14 - 2 5 22
10 Naman teran

- - 1 4 - 1 3 9
11 Merdeka

4 - 1 25 8 17 - 55
12 Kabanjahe

2 - 2 21 9 23 3 60
13 Berastagi

- - 2 19 2 8 6 37
14 Tigapanah

- - 1 3 1 1 - 6
15 Dolat Rayat

- - 1 11 2 5 - 19
16 Merek

- - 1 30 - 8 2 41
17 Barusjahe

6 - 19 258 23 93 23 422
Jumlah
Kebutuhan Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung

Air Bersih

Sarana MCK

Tikar

Selimut

Air Bersih

dan Dewasa

Pakaian Anak

Kebutuhan Perempuan

Popok & Pampers

Susu & Makanan Bayi


Menganalisa Data Bantua
n segera
yang
dibutuh
kan

Mardind
√ - √ √ √ √ √ √ √
ing
Kuta
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Gugung
Si
Garang- √ - √ √ √ √ √ √ √
Garang
Guru
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Kinayan
Kuta
√ - √ √ - √ √ √ √
Tengah
Tiga
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Pancur
Menganalisa Data

Pintu
Besi &
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Suka
Nalu

Beras
√ √ √ √ - √ √ √ √
Tepu

Jeraya √ - √ √ - √ √ √ √
Kuta
√ √ √ √ √ √ √ √ √
rayat
Kebutuhan Alkes dan Obat-obatan
Jenis penyakit akibat dampak Erupsi Gunung Sinabung antara ISPA, Diare, pneunomia, dll. Secara garis
besar obat perbekalan dan alat kesehatan yang dibutuhkan ialah

Kantong Tandu/ Minor surgery Pov. Iodine


Resusitasi kit Emergency kit
mayat stretcher set 10%
Kasa elastic Long spine Ethyl Chlorida
Kasa elastic Collar neck H2O2 Sol
perban borad Spray

Alkohol 70% Tabung Handscoenn Jarum jahit Masker Catgut chromic


oksigen
Kebutuhan
Penampungan

O Berukuran 3 (tiga) meter


persegi per orang O Bahan makanan berupa
O Memiliki persyaratan beras 400 gram per orang
keamanan dan kesehatan per hari atau bahan
O Memiliki aksesibititas makanan pokok lainnya
terhadap fasilitas umum dan bahan lauk pauk
O Menjamin privasi antar O Makanan yang
jenis kelamin dan berbagai disediakan dapur umum
kelompok usia berupa makanan siap saji
sebanyak 2 kali makan
dalam sehari
O Besarnya bantuan
makanan (poin a dan b)
setara dengan 2.100 kilo
kalori (kcal)
O Pangan Untuk balita
Kebutuhan sebagai makanan
Pangan pendamping ASI
Kebutuhan Air Bersih dan Sanitasi

Standar minimal
Standar Standar air
bantuan
Air Bersih minum
sanitasi

Diberikan sejumlah 7
liter pada tiga hari
1 jamban keluarga Menganalisa Data
digunakan maksimal
pertama, selanjutnya 15
Bantuan air minum untuk 20 orang
liter per-orang per hari
diberikan sejumlah 2.5 Jarak jamban keluarga
Jarak terjauh tempat
liter per orang per-hari dan penampung
penampungan
Rasa air minum dapat kotoran sekurang-
sementara dengan
diterima dan kurangnya 30 meter
jamban keluarga adalah
kualitasnya cukup dari sumber air bawah
50 meter
memadai untuk tanah
Jarak terjauh sumber air
diminum tanpa Dasar penampung
dari tempat
menyebabkan risiko kotoran sedekat-
penampungan
kesehatan dekatnya 1,5 meter di
sementara dengan titik
atas air tanah
air terdekat adalah 500
meter
Data Kondisi Fasilitas Umum
dan lingkungan
Erupsi besar terjadi pada tanggal 29 Agustus 2010 dimana status Gunung
Sinabung naik menjadi tingkat IV Awas (level IV) dan mengakibatkan
12.000 jiwa menggungsi
Tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, latusan, dan luncuran
awan panas terus menerus sampai hari berikutnya.
Melakukan Sintesa
Hal ini memaksa tambahan warga yang mengungsi akibat ketakutan,
dan Menarik hingga pengungsi melebihi 20 ribu orang.
Kesimpulan Lokasi pengungsian yang disediakan pemerintah tidak membuat nyaman
buat pengungsi. Pengungsi yang berada di dalam gedung saling himpit-
himpitan. Kondisi ini membuat udara di dalam gedung tidak sehat.
Masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Sinabung kehilangan tempat
tinggal dan mata pencaharian
Pemantauan Gunung Sinabung, menyampaikan tiga erupsi terjadi pada
tanggal 2 Desember 2017 dalam kurun waktu 20 menit
Peta Posko Lokasi Bencana

Melakukan Sintesa
dan Menarik
Kesimpulan
Penyakit yang perlu
diwaspadai

Pelayanan kesehatan
dilakukan di setiap desa,
baik mendirikan posko
Dari hasil pemantauan
kesehatan maupun
terdapat 5 (lima) penyakit
Penyajian data dan memanfaatkan puskesmas
terbanyak yang diderita
Rekomendasi yang masih dapat
pengungs yaitui flu, Infeksi
difungsikan dengan baik
Saluran Pernapasan (ISPA),
myalgia, iritasi mata,
gastritis, hipertensi, alergi,
dan cepalgia

Pelayanan kesehatan,
termasuk rujukan
Penanganan Awal Erupsi
Gunung Sinabung
Introduction
Erupsi gunung sinabung telah terjadi
01 sejak tahun 2010 dan selama 11 tahun
terakhir nyaris tidak pernah absen.

2010 = 12.000 pengungsi,


02 2013 = 15.691 pengungsi
2017 = 7.266 pengungsi

Pengungsi tersebar di di 24 titik


03 pengungsian

Posko Utama/Media Center, KNPI Kab. Karo, Paroki


Kabanjahe Jambur Sempakata, Klasis GBKP, GBKP
04 Kota (Serbaguna), KWK Berastagi (Perempuan), Klasis
Berastagi (laki-laki), Mesjid Istikar Berastagi, Masjid
Agung, Sentrum (PPWG Kabanjahe), GBKP SIMP VI,
Posko Pengamatan, Posko Relawan Nusantara, Kisel
Telkomsel
3 Tingkat Pemetaan potensi bahaya PVMBG
dalam proses evakuasi

KRB 1 KRB 2 KRB 3

Kawasan yang Kawasan yang Kawasan dengan


berpotensi berpotensi potensi bahaya paling
terlanda lahar terlanda awan tinggi, yaitu terlanda
dan hujan abu panas, aliran lava, awan panas, aliran,
guguran lava, dan guguran lava,
lontaran batu lontara batu (pijar),
(pijar) dan hujan hujan abu lebat dan
abu lebat gas beracun
Rute Evakuasi
Skenario 1
Digunakan saat skenario 1
mengalami hambatan
Titik tujuan ialah assembly
point
Bagian Barat daya jarak
tempuh 7,4 KM Menuju titik akhir lapangan
Bagian Utara jarak tempuh Kecepatan kendraan roda 4
7,1 KM 30km/jam
Bagian Timur jarak tempuh Bagian barat daya jarak
6,8 KM tempuh 8,2 KM
Bagian Timur jarak tempuh
8,9 KM
Bagian utara jarak tempuh
11 KM

Rute Evakuasi
Skenario 2
Rute Darurat
• Dikhususkan untuk korban bencana yang
membutuhkan perawatan rumah sakit
• Tujuan : Rumah Sakit Flora, RS. Efarina Etaham,
RSUD Kaban Jahe, RSU Ester Kaban Jahe, Rs
Kusta Lao Simono
• Bagian barat daya, rute darurat menuju RS. Lao
Simono berjarak 15,2 km dan estimasi waktu
30,4 menit.
• Bagian utara, jalur darurat menuju RS. Efarina
Etaham dengan jarak tempuh 24,8 km
• Bagian timur, berjarak 14,6 km menuju RS.
Kaban Jahe
Pemerintah kabupaten Karo selalu menghimbau warganya untuk
tidak berkeliaran di area rawan dan selalu menggunkan masker. TRC
BPBD setempat juga mendirikan pos komando dan dapur umum
untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan penyintas. Untuk
membersihkan Abu vulkanik di jalan, BPBD mengerahkan 6 unit
mobil tanki air dan 1 water canon. Pemerintah juga membagikan
masker dan mendistribusikan air bersih
Penanganan lanjutan (RS Rujukan)

Setelah dilakukan kegiatan berupa penyelamatan dan evakuasi korban,


harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, maka Langkah
penanganan lanjutan adalah dengan melakukan pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Pada kasus ini, semua
desa telah membuat persiapan peralatan P3K di pos evakuasi, pelatihan P3K,
dan persiapan peralatan dapur umum di pos evakuasi. Semua kegiatan
persiapan sepenuhnya tergantung pada komunitas di luar desa seperti aktivis
gereja dan sukarelawan. Pada kondisi darurat, orang-orang menyelamatkan
diri dengan keputusan dan cara mereka sendiri. Beberapa kali ada jemputan
pemerintah untuk mengungsi dengan truk karena penduduk ada yang tetap
berada di zona rentan (merah).
Tahap penyaluran Bantuan Darurat

Bantuan darurat adalah upaya untuk memberikan bantuan dalam bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar dalam bentuk makanan, pakaian, tempat tinggal sementara,
kesehatan, sanitasi, dan air bersih. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah
 mengevakuasi korban dan penyintas
 mencatat korban luka, meninggal, tua dan muda untuk perhitungan bantuan dan
layanan, menyalurkan makanan siap makan
 menyediakan logistik untuk setiap keluarga yang telah dicatat
 mengatur gudang logistic
 menyediakan air bersih untuk mandi, minum, mencuci, memasak, menyediakan
toilet yang memadai dengan jumlah pengungsi
 menyediakan perawatan berkala gratis di puskesmas dan rumah sakit rujukan,
pemerintah menyediakan tenaga medis, peralatan dan obat-obatan
 pemerintah melakukan imunisasi dan vaksinasi untuk mencegah penyakit.
Rumah sakit rujukan bencana erupsi gunung sinabung
Rumah sakit Kabanjahe sudah memiliki tim penanggulangan bencana, namun berdasarkan SK,
tim tersebut masih terkhusus untuk penanganan bencana Gunung Sinabung saja. Berdasarkan hasil
wawancara, hampir semua informan mengetahui bahwa rumah sakit sudah memiliki tim
penanggulangan bencana. Pembentukan tim penanggulangan bencana ini dilakukan setelah bencana
erupsi Gunung Sinabung terjadi pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen hanya
terfokus pada fase bencana dan paska bencana. Tim penanggulangan rumah sakit Kabanjahe masih
sebatas dibentuk dan belum memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang jelas, sehingga
penanganan korban bencana hanya dilakukan dengan menggunakan SOP rutin yang sudah ada.
Secara tertulis belum ada subjek yang disepakati menjadi komandoketika terjadi bencana di RSU
Kabanjahe, sehingga belum jelas kepada siapa alur penyampaian informasi dan pengambilan
keputusan ketika terjadi bencana. Rumah sakit Kabanjahe telah membetuk tim penanggulangan
bencana, namun tim tersebut masih khusus untuk penanganan bencana alam Gunung Sinabung saja,
tidak untuk bencana secara umum. Informan mengatakan bahwa pembentukan tim bencana Gunung
Sinabung karena bencana tersebut yang masih terus terjadi dan masih kurangnya pengetahuan pihak
rumah sakit tentang tim penanggulangan bencana.  (Prima & Meliala, 2017)
Rumah Sakit lapangan Berdaya Tahan

Konsep rumah sakit berdaya tahan yang


dibahas di program BRC ini merupakan kombinasi
dari kemampuan antara rumah sakit dan sumber
daya manusia nya yang siap dan responsif untuk
memenuhi tekanan saat bencana dan dapat
kembali pulih dalam waktu yang tepat. Model
rumah sakit berdaya tahan yang pernah
dikembangkan oleh MERCY Malaysia di Kepulauan
Nias, Sumatera Utara, Indonesia telah dibahas dan
digunakan sebagai kerangka kerja formulasi
perencanaan desain rumah sakit.
Kemampuan rumah sakit tersebut untuk
menyediakan akses yang berbeda khusus untuk
menerima kunjungan korban bencana yang
membutuhkan tindakan dan perawatan kesehatan
turut dibahas. Bagi pasien kritis (K1) yang harus
dioperasi segera akan langsung di kirim ke dewan
bedah dari pusat triase 1 (CPRC). Bagi pasien K2
dan K3, proses observasi akan di lakukan dan akan
mendapatkan perawatan di zona 2 dan 3. Bagi
jenazah akan dikirim langsung ke zona 4. Konsep
rumah sakit berdaya tahan yang dapat
bertransformasi saat kondisi normal ke saat
darurat penting untuk dipahami dan didiskusikan
dengan kemungkinan dampak bencana yang akan
dihadapi untuk menghindari suasana yang tak
terduga oleh pihak rumah sakit.
Rumah Sakit lapangan Berdaya Tahan
Manajemen Pengungsian
RSIH
E
RB
AI
• Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Karo juga telah
menyediakan pos komando (posko) dan dapur umum
untuk memenuhi kebutuhan pangan para masyarakat
yang terdampak erupsi Gunung Sinabung
• Masyarakat sudah direlokasikan ke beberapa hunian
yang telah disiapkan pemerintah, maka kondisi dari
dapur sudah seperti dapur keluarga pada biasanya

• Pemerintah telah menyediakan enam mobil tangki air


untuk kebutuhan minum dan memasak para warga.
Pemerintah juga membuat sistem penyediaan air minum
(SPAM), instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal,
persampahan, penerangan jalan lingkungan, dan penataan
lingkungan
• Panglima kodam (pangdam) I/bukit barisan (BB) membuat PUR
DA UM
sarana fasilitas umum berupa sumur dan mandi, cuci UM
kakus (MCK) untuk memenuhi kebutuhan air bersih
Trauma Healing dan Kelompok Rentan
Kegiatan trauma healing dilakukan oleh :
1. Dinas Sosial
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Pendidikan
4. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
5. Polres Tanah Karo mengadakan kegiatan latihan
bela diri dan pengajian untuk anak-anak dari
pengungsian GBKP Simpang VI dan GSG KNPI

Konsep perlindungan anak juga meliputi


perlindungan terhadap anak yang terlibat
kasus baik sebagai korban maupun
pelaku. Berdasarkan data dari Polsek
Tanah Karo diketahui adanya dua kasus
yang dilaporkan terkait dengan anak-anak
yang menjadi pengungsi, yaitu kasus
pencurian kendaraan bermotor di Posko
GSG KNPI dan pelecehan seksual yang
dilaporkan oleh warga sekitar
pengungsian Jambur Korpri
Penatalaksanaan Korban
Meninggal

Erupsi Gunung Sinabung yang


mengeluarkan lava pijar dan awan panas.
Mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sebanyak
15 orang pada tahun 2014 dan 7 orang pada
tahun 2016 dan ribuan jiwa harus mengungsi
dari rumah ke pos-pos pengungsian
Dikarenakan korban jiwa yang tidak begitu
banyak, maka korban-korban yang ditemukan
segera dibawa ke Rumah Sakit Efarina dan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Adam
Malik Medan untuk mendapatkan perawatan
sebelum akhirnya menghembuskan nafas
terakhir dan dibawa kerumah duka untuk
disemayamkan
Pembahasan Kasus
Pembelajaran Baik (Lesson Learned) Yang Dapat Diperoleh Dari Penanganan Bencana
Penanggulangan Bencana

Relokasi terhadap masyarakat Didirikannya pos komando (posko)


Kabupaten Karo yang terdampak Pemberian bantuan oleh Kemensos
erupsi Gunung Sinabung

Pemerintah telah menyediakan enam Pemerintah membuat program pemulihan pasca


Proses rekontruksi infrastruktur bencana dan pengambilan keputusan dengan
mobil tangki air untuk kebutuhan minum
yang dilakukan oleh mengikutsertakan tokoh agama dan tokoh
dan memasak para warga.
pemerintah masyarakat
Pembelajaran Baik (Lesson Learned) Yang Dapat Diperoleh Dari Penanganan Bencana
Penanggulangan Kesehatan

Pemberian bantuan obat-obatan


Polres Tanah Karo di sekitar tahun oleh Kementerian Kesehatan
2013-2014 dengan mengadakan
kegiatan latihan bela diri dan
pengajian Kegiatan Dinas Kesehatan di pengungsian adalah
posyandu dan pemberian makanan tambahan
Konsep perlindungan anak yang setiap satu bulan sekali
terlibat kasus baik sebagai korban
maupun pelaku
Pembelajaran Baik (Lesson Learned) Yang Dapat Diperoleh Dari Penanganan Bencana
Penanggulangan Kesehatan
Erupsi
Pemantauan kualitas udara, air bersih dan air Telah dibentuknya tim penanggulangan
minum, sanitasi lingkungan dan khusus untuk erupsi Gunung Sinabung di
penanggulangan vektor melalui penyemprotan RS Kabanjahe
di pos penampungan pengungsi

Dimasa Pandemi Covid-19, pemerintah


daerah juga menyediakan Posko Kesehatan di
setiap desa dan kelurahan

Dalam FGD adanya pengungsi yang


menyatakan bahwa mereka mengalami
peningkatan kemampuan komunikasi selama

Sinabung
di pengungsian
Evaluasi Strategi Penanganan
Bencana Erupsi Sinabung
Upaya penanggulan
Penugasan di berbagai bidang
menyesuaikan kebutuhan operasi
a. Surat Keputusan Bupati Karo
tanggap darurat bencana erupsi
tentang Pembentukan Tim
Gunung Sinabung
Penanganan Tanggap Darurat
Bencana Erupsi Gunung
Kelembagaan Sinabung.
b. Surat Keputusan Bupati Karo
tentang Penetapan Status
Tanggap Darurat yang
diperbaharui setiap tiga bulan
sekali.

Perencanaan Legislasi
Dokumen Renops pernah dibuat
oleh Satgas Nasional
Pendampingan Operasi Tanggap
Darurat Erupsi Gunung Sinabung
bersama BNPB saat BPBD
Kabupaten Karo belum terbentuk.
Upaya penanggulan
tidak ada kegiatan peningkatan
kapasitas SDM khususnya bagi
pendataan pengungsi,
BPBD untuk meningkatkan skill
manajemen program, dan
manajemen penanganan
manajemen kasus.
pengungsi

Pengelolaan
sumber daya

Pendanaan Penyelenggaraa
Dana Siap Pakai (DSP) dipahami n
oleh BPBD Kabupaten Karo bahwa
yang berwenang menggunakan
dana tersebut hanya BPBD karena
pertanggungjawabannya ada di
BPBD.
Kendala yang menghambat kinerja dari BNPB

Kurang Koordinasi SDM Faktor Disposisi


Antara unsur-unsur menyebabkan Disposisi pemerintah
pengarah sehingga pekerjaan daerah sebagai
menyebabkan membutuhkan waktu implementor kebijakan
lambatnya pemberian yang lama karena mempengaruhi
bantuan. ketidakseimbangan implementasi.
antara yang dilayani
dengan yang melayani

Sarana dan Prasarana Blum adanya SOP Buruknya Komunikasi


Keterbatasan sarana BPBD Kabupaten Karo Faktor komunikasi yang
dan prasarana belum memiliki sudah terpenuhi tanpa
menghambat Standard Operation di dukung oleh
selesainya pekerjaan Procedure (SOP) disposisi implementor,
yang dilakukan. membuat kebijakan
tidak berjalan. .
1. Pemenuhan hak anak

Kebutuhan
Hidup
Dasar

Evaluasi manajemen Hak Gizi


penanganan pengungsi anak dan Kesehatan
korban bencana gunung
sinabung

Hak Pendidikan

Hak
Pengasuhan

Hak Bermain
Kehidupan
pengungsian dimana
orang dewasa dan
Perkembangan anak-anak tinggal
Psikososial secara bersama-sama
dengan privasi yang
rendah meningkatkan
Evaluasi manajemen probabilitas terjadinya
penanganan pengungsi anak angka kekerasan
Anak-anak yang memiliki seksual baik yang
korban bencana gunung kapasitas psikologis yang
lebih buruk dan tidak
Pelanggaran melibatkan anak
sinabung sebagai pelaku maupun
memiliki lingkungan perlindungan menjadikan anak
keluarga yang mendukung anak. sebagai korban
menunjukkan tingginya
tingkat simtomatologi
terkait stres sepanjang
periode pengungsi dan
berada dalam risiko
khusus untuk
pengembangan psikologis
lebih lanjut
Strategi penanganan bencana yang perlu dilakukan
selain yang sudah dilakukan
Pelatihan / Pendidikan terhadap kegiatan evakuasi mandiri

Pelatihan difokuskan pada tata cara evakuasi mandiri dan


penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan dari latihan ini adalah
untuk mempertegas arus informasi dari petugas lapangan, petugas
teknis, dan masyarakat ke tingkat evakuasi dan penyelamatan korban
bencana. Dengan pelatihan ini terbentuklah kesiapsiagaan tinggi
dalam menghadapi bencana erupsi gunung berapi serta Melakukan
inovasi kegiatan memberdayakan masyarakat untuk melakukan
pelatihan dengan melibatkan kalangan disabilitas, lansia serta
anak-anak. Proses pelatihan yang dapat dijarkan yaitu latihan dasar
Penyelamatan, Evakuasi dan Penanganan pengungsi, sekolah
siaga bencana, simulasi penyelamatan diri bila terjadi erupsi dan
tindakan yang harus dilakukan saat terjadi bencana lainnya (Arisanti
& Nugroho, 2018)
Peraturan Pemetaan

Langkah pertama dalam strategi mitigasi adalah memetakan daerah rawan atau
wilayah yang sangat berbahaya untuk ditinggali oleh masyarakat bahkan sebelum
terjadinya bencana. Saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan
bencana. Peta rawan bencana sangat berguna bagi para pengambil keputusan terutama
dalam mengantisipasi kejadian bencana alam seperti wilayah teraman yang dapat
dihuni oleh warga dengan gunung api (Rahma, Larasati, & Pd, n.d.).
Penyebaran informasi secara inovatif

Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah
Kabupaten / Kota dan Provinsi di seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara pengenalan,
pencegahan, dan penanganan bencana. Pemberian informasi kepada media cetak dan elektronik tentang bencana
merupakan salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan bencana geologi di
suatu wilayah tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi sangat diperlukan
mengingat Indonesia yang sangat luas. Menggunakan media sosial seperti Twitter, Instagram, FB sebagai
salah satu sarana sosialisasi kebencanaan (Fitriani, Zulkarnaen, & Bagianto, 2021)
Peran stakeholder (pemimpin)

pemerintah atau perangkat desa membuat program pemulihan pasca bencana dan
pengambilan keputusan (stakeholder) dalam membuat kebijakan atau keputusan
terkait penanganan Bencana Erupsi. Para tokoh masyarakat harus mempersiapkan
tugas dan tanggung jawab masing-masing organisasi atau pihak yang terlibat (mis.
Gereja, masjid, kelompok pemuda, dll.) selama tanggap darurat. Buat mekanisme
pencarian dan penyelamatan untuk organisasi korban, terutama organisasi dari
komunitas itu sendiri. Kegiatan ini dilakukan oleh mereka yang berani saja. Jika
tidak ada yang berani, tugas ini diserahkan kepada tim BPBD atau SAR. Pelatihan
perlu dilakukan untuk mereka yang bersedia (Lismawaty, Sembiring, & Pinem, 2019)
Perbandingan strategi Manajemen bencana yang
diterapkan oleh pemerintah Jepang

Jepang mengembangkan sistem peringatan dini bencana alam (disaster-


early warning system). Ini dimaksudkan agar semua pihak, mulai dari gugus tugas
siaga bencana (disaster task force unit) supaya bisa merespon dengan cepat, serta
masyarakat yang berpotensi mengalami dampak bencana agar segera
mempersiapkan diri untuk berlindung di tempat yang sudah dipersiapkan. Mereka
juga mendirikan area perlindungan bagi korban terdampak bencana alam, serta
memberikan pelatihan rutin kepada masyarakat sebagai respon cepat atas bencana
alam yang bisa datang kapan saja. Salah satu yang bisa dipelajari pemerintah dan
masyarakat dari Jepang adalah mereka mengembangkan secara terus-menerus
sistem tanggap darurat bencana agar mampu bekerja lebih efektif.
Lanjutan….
Hal penting lainnya agar tercipta masyarakat yang sadar
bencana adalah melalui pendidikan menghadapi bencana
yang diberikan kepada anak-anak sejak usia dini. Bukan
hanya dididik secara fisik dalam evakuasi diri saat bencana,
tetapi juga dididik secara mental dan dilatih secara rutin.
Sistem pendidikan Jepang yang menyiapkan masyarakat dan
anak-anak mereka dalam menghadapi bencana, patut ditiru
oleh Indonesia. Sebagai negara yang cukup sering mengalami
bencana alam, sudah seharusnya Indonesia memasukkan
edukasi bencana masuk dalam kurikulum Pendidikan (Budi
Prihatin, 2018).
KESIMPULAN

Aktivitas Gunung Kondisi Kesehatan


Sinabung

Proses Evakuasi Manajemen Pengungsian

Bekerjasama dengan Tokoh


Agama dan Tokoh Posko Kesehatan COVID-
Masyarakat 19

Relokasi Masyarakat
Rekontruksi Pasca Bencana
Daftar Pustaka
Alamudi. (2020). 10 Tahun Erupsi, Ini 7 Letusan Gunung Sinabung yang Paling Dahsyat.

Andriansyah, A. (2021). Kerugian Akibat Erupsi Sinabung Ditaksir Capai Rp 29 Miliar.

Arisanti, Y., & Nugroho, P. W. (2018). Strategi manajemen bencana di kabupaten Magelang. Berita Kedokteran Masyarakat, 34(5), 12. https://doi.org/10.22146/bkm.37651

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2020). Kejadian Bencana Tahun 2020.

BNPB. (2013). Gema BNBP Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana. Pusat Data, Informasi, Dan Humas BNPB, 4(3), 1–37.

BPBD Sumatera Utara. (2019). Capaian Penanganan Bencana 2019.

BUPATI KARO. (2019). PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA ERUPSI
GUNUNGAPI SINABUNG DIKABUPATEN KARO TAHUN 2018-2019. Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Univrab, 1(1), 2019.

Efendi, R. (2018). Lokasi Pengungsian Korban Sinabung Kini Kosong Melompong.

Efendi, R. (2020). Gerak Cepat Pemerintah Daerah Lakukan Penanganan Pascaerupsi Gunung Sinabung.

Fitriani, I. D., Zulkarnaen, W., & Bagianto, A. (2021). Analisis Manajemen Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bpbd) Terhadap Bencana Alam Erupsi Gunung Tangkuban
Parahu Di Jawa Barat. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 5(1), 91–111.
Daftar Pustaka
Habibie, M. R., Handiani, D. N., & Surmayadi, M. (2019). ANALISIS RUTE EVAKUASI BENCANA AWAN PANAS GUNUNGAPI SINABUNG SUMATERA UTARA ( Evacuation
Routes Analysis of Pyroclastic Flows at Mount Evacuation Routes Analysis of Pyroclastic Flows at Mount Sinabung North. Bulletin Vulkanologi Dan Bencana Geologi, (January
2019), 41–50.

Hasriyani, E. (2018). The Analysis of Emotion Intensity Toward Health Behaviour of the Victims of the Sinabung Volcano Eruption Dissaster in the Unika Evacuation Area in
Kabanjahe, Tanah Karo Regency. 6(2), 51–66.

Huda, A. N., & Fardha, N. M. (2019). Monitoring Deformasi Gunung Sinabung Tahun 2018 Menggunakan Teknik Persistent Scatter Interferometry (PS InSAR) dan Citra Sentinel-1.

Hutapea, A. D., Purba, D. H., Sihombing, R. M., Hariyanto, S., Kartika, L., Siregar, D., … Mukarromah, I. M. (2021). Keperawatan Bencana (R. Watrianthos, Ed.). Yayasan Kita
Menulis.

Indirawati, S. M., & Sembiring, H. (2020a). Jarak Sumber Air Baku Air Minum dari Pusat Erupsi dan Risiko Kesehatan Jarak Sumber Air Baku Air Minum dari Pusat Erupsi dan Risiko
Kesehatan Masyarakat di Wilayah Pasca Erupsi Sinabung. Jurnal Kesehatan Lingkungan Masyarakat, (Oktober). https://doi.org/10.14710/jkli.19.2.103-110

Indirawati, S. M., & Sembiring, H. (2020b). Jarak Sumber Air Baku Air Minum dari Pusat Erupsi dan Risiko Kesehatan Masyarakat di Wilayah Pasca Erupsi Sinabung. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 19(2), 103–110. https://doi.org/10.14710/jkli.19.2.103-110

Indonesia, V. (2021). Sinabung Kembali Erupsi, Luncurkan Awan Panas Belasan Kali.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Upaya Kesehatan bagi Bencana Erupsi Sinabung.

Anda mungkin juga menyukai