Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

AGREGAT REMAJA

Tugas ini disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan komunitas

Dosen Pengampu: Ns. Riadinni Alita, M.Kep., Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh:
1. Triyono 1710711086
2. Tsania Ramadhanti 1710711097
3. Farha farhana 1710711101
4. Niasa Lora Rimar 1710711130

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
ASUHAN KEPERAWATAN
AGREGAT REMAJA

Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama dimana


individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menujumasa dewasa,
biasanya antara usia 13-20 tahun. Batasan usia remajamenurut WHO adalah 12 s/d
24 th Namun jika pada usia remaja sudahmenikah maka ia sudah tergolong dalam
kelompok dewasa. Istilahadolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis
individu,ketika pubertas menunjukan titik di mana reproduksi mungkin dapat
terjadi

Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)

1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider )


Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatanyang
ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakankeperawatan
dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu,keluarga,
kelompok dan masyarakat.2.

2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor )


Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompokdan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisirdalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilakuseperti
yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.Konseling
adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasitatanan psikologis
atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonalyang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnyadiberikan dukungan
emosional dan intelektual

3. Sebagai Panutan (Role Model)


Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baikdalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakattentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh olehmasyarakat.4.

4. Sebagai pembela (Client Advocate)


Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkatkomunitas.
Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan
sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari
hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apayang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungihak-hak klien
(Mubarak, 2005)

5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagaikegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan bebantugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.6.

6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama
dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahliradiologi, dan lain-
lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan
orang lain pada tahap proses keperawatan
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan
di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapatdiberikan
kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.8.

8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)


Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap statuskesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan
data

PROGRAM KESEHATAN ATAU KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA


REMAJA

Kasus
Perawat komunitas melakukan pengkajian di suatu wilayah dan didapatkan
data banyak warga yang suka nongkrong dan mabuk pada malam hari, merokok,
dan menggunakan narkoba. Menurut keterangan kader dan ketua RW, banyak
remaja yang putus sekolah dan menggunakan narkoba. Hal ini diketahui karena
ketua RW pernah menggerebek sebuah rumah kosong yang sedang dipakai pesta
narkoba oleh remaja setempat. Seorang perawat komunitas melakukan pengkajian
di wilayah tersebut dan didapatkan data:
a) Remaja putus sekolah sebanyak 35%
b) Remaja berpacaran sebanyak 30%
c) Sebanyak 10% remaja tidak tahu tentang kesehatan reproduksi
d) Sebanyak 20% remaja belum pernah memeriksakan kesehatan
e) Terdapat 10% remaja yang merokok dan mengkonsumsi alkohol
f) Sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita masalahnya kepada orang
tua
Hasil wawancara perawat dengan remaja menerangkan bahwa mereka lebih
memilih bermain dengan teman-temannya daripada sekolah sehingga sebagian
besar dari mereka putus sekolah. Mereka mengatakan bahwa orang tuanya tidak
peduli dengan mereka, jarang berkomunikasi antar anggota keluarga. Remaja yang
tidak mau merokok akan dibullying oleh teman sebayanya dan tidak dimasukkan
dalam geng mereka. Sehingga mau tidak mau, remaja laki-laki akan mengikuti
kebiasaan teman-temannya tersebut. Bahkan ada di antaranya menggunakan
narkoba.

Data Tambahan :
a) Menurut data puskesmas di wilayah tersebut, hampir setengah dari jumlah
remaja di wilayah tersebut terkena IMS dan kebanyakan remaja putrinya
hamil di luar nikah.
b) Menurut data di kecamatan tersebut, 20% remaja hanya lulusan SMP dan
rata-rata dari mereka menggunakan narkoba.

A. PENGKAJIAN
 Inti Masyarakat
1. Sejarah Lingkungan
Kelurahan A dengan 5 RT dan 2 RW, di wilayah RW 01 dilaporkan
banyak remaja yang suka nongkrong dan mabuk pada malam hari, merokok,
dan menggunakan narkoba. Remaja tersebut suka berkumpul di sebuah
rumah kosong yang ada di wilayah tersebut. Perkumpulan ini mulai
terbentuk semenjak satu tahun lalu, dan jumlah remaja yang suka
menongkrong ini semakin bertambah. Hasil wawancara perawat dengan
remaja menerangkan bahwa mereka lebih memilih bermain dengan teman-
temannya daripada sekolah sehingga sebagian besar dari mereka putus
sekolah. Mereka mengatakan bahwa orang tuanya tidak peduli dengan
mereka. Remaja yang tidak mau merokok akan dibullying oleh teman
sebayanya dan tidak dimasukkan dalam geng mereka. Sehingga mau tidak
mau, remaja laki-laki akan mengikuti kebiasaan teman-temannya tersebut.
Bahkan ada di antaranya menggunakan narkoba.
2. Demografi
Kelurahan A dengan 5 RT dan 2 RW mempunyai jumlah penduduk
1050 jiwa (220KK). Batas wilayah yang dijadikan target pengkajian yaitu
RW 01 didapatkan data bahwa banyak remaja yang suka nongkrong dan
mabuk pada malam hari, merokok, dan menggunakan narkoba
3. Statistic Vital
a. Remaja putus sekolah sebanyak 35%
b. Remaja berpacaran sebanyak 30%
c. Sebanyak 10% remaja tidak tahu tentang kesehatan reproduksi
d. Sebanyak 20% remaja belum pernah memeriksakan kesehatan
e. Terdapat 10% remaja yang merokok dan mengkonsumsi alkohol
f. Sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita masalahnya
kepada orang tua
4. Nilai dan Keyakinan
a. Remaja lebih memilih bermain dengan teman-temannya daripada
sekolah sehingga sebagian besar dari mereka putus sekolah.
b. Remaja mengatakan bahwa orang tuanya tidak peduli dengan
mereka, jarang berkomunikasi antar anggota keluarga.
c. Remaja yang tidak mau merokok akan dibullying oleh teman
sebayanya dan tidak dimasukkan dalam geng mereka. Sehingga mau
tidak mau, remaja laki-laki akan mengikuti kebiasaan teman-
temannya tersebut.

 Penilaian subsistem
1. Lingkungan fisik
Di lingkungan Kelurahan A sebagian besar status kepemilikan
rumah berstatus milik sendiri. Belum terdapatnya lokasi untuk wadah
perkumpulan remaja seperti karang taruna di Kelurahan A. Terdapat sebuah
rumah kosong yang sering dipakai untuk pesta narkoba oleh remaja
setempat.
2. Pelayanan kesehatan
Sarana kesehatan yang paling terdekat adalah puskesmas, sebagian
besar orang tua biasanya membawa remaja de puskesmas jika remaja sakit,
jika ada keadaan yang darurat barulah dibawa ke rumah sakit.
3. Ekonomi
Di Kelurahan A kebanyakan orang tua dari remaja berekonomi
menengah ke bawah. Kedua orang tua kebanyakan bekerja sebagai buruh
pabrik di dekat wilayah tersebut. Sementara sebagian besar remaja masih
bergantung dengan orang tua mereka dalam pemenuhan kebutuhan,
sebagiannya lagi remaja tidak ada kegiatan atau penganguran.
4. Kebijakan dan Pemerintah
Di Kelurahan A para remaja banyak tidak mengikuti dan tidak
berperan serta dalam kelompok organisasi di komunitas mereka. Di
kelurahan A tidak terdapat wadah perkumpulan seperti karang taruna.
5. Komunikasi
i. Orangtua tidak peduli dan jarang berkomunikasi antar anggota
keluarga. Sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita
masalahnya kepada orang tua
ii. Komunikasi dengan teman sebayanya dengan komunikasi verbal
6. Pendidikan
i. Remaja lebih memilih bermain dengan teman temannya daripada
sekolah
ii. Didapatkan data sebanyak 30% remaja putus sekolah

 Persepsi
Remaja yang tidak mau merokok akan dibullying oleh teman
sebayanya dan tidak dimasukkan dalam geng mereka. Sehingga mau tidak
mau, remaja laki-laki akan mengikuti kebiasaan teman-temannya tersebut

B. ANALISA DATA
No. Data Diagnosa Keperawatan
1. Primer : Perilaku Kesehatan
a. Perawat melakukan pengkajian di Cenderung Berisiko
suatu wilayah dan didaptkan data
banyak warga yang suka nongkrong
dan mabuk pada malam hari,
merokok, dan menggunakan narkoba.
b. Menurut keterangan kader dan ketua
RW, banyak remaja yang putus
sekolah dan menggunakan narkoba.
Hal ini diketahui karena ketua RW
pernah menggerebek sebuah rumah
kosong yang sedang dipakai pesta
narkoba oleh remaja setempat.
c. Seorang perawat komunitas
melakukan pengkajian di wilayah
tersebut dan didapatkan data :
• Remaja putus sekolah sebanyak 35%
• Remaja berpacaran sebanyak 30%
• Sebanyak 10% remaja tidak tahu
tentang kesehatan reproduksi
• Sebanyak 20% remaja belum pernah
memeriksakan kesehatan
• Terdapat 10% remaja yang merokok
dan mengkonsumsi alkohol
• Sebagian besar remaja (50%) tidak
suka bercerita masalahnya kepada
orang tua.
d. Hasil wawancara perawat dengan
remaja menerangkan bahwa mereka
lebih memilih bermain dengan teman-
temannya daripada sekolah sehingga
sebagian besar dari mereka putus
sekolah.
e. Mereka mengatakan bahwa orang
tuanya tidak peduli dengan mereka,
jarang berkomunikasi antar anggota
keluarga. Remaja yang tidak mau
merokok akan dibullying oleh teman
sebayanya dan tidak dimasukkan
dalam geng mereka. Sehingga mau
tidak mau, remaja laki-laki akan
mengikuti kebiasaan teman-temannya
tersebut. Bahkan ada di antaranya
menggunakan narkoba.

Sekunder :
1. Menurut data puskesmas di wilayah
tersebut, hampir setengah dari jumlah
remaja di wilayah tersebut terkena
IMS dan kebanyakan remaja putrinya
hamil di luar nikah.
2. Menurut data di kecamatan tersebut,
20% remaja hanya lulusan SMP dan
rata-rata dari mereka menggunakan
narkoba.
2. Primer Defisiensi Kesehatan
1) Remaja putus sekolah sebanyak 35% Komunitas
2) Remaja berpacaran sebanyak 30%
3) Sebagian besar remaja (50%) tidak
suka bercerita masalahnya kepada
orang tua
4) Remaja mengatakan bahwa orang
tuanya tidak peduli dengan mereka
5) Remaja mengatakan jarang
berkomunikasi antar anggota keluarga
6) Remaja sering keluar rumah tanpa izin
ke keluarganya
7) Keluarga memang keras dalam
mendidik anaknya

Sekunder
1. Menurut data puskesmas di wilayah
tersebut, hampir setengah dari jumlah
remaja di wilayah tersebut terkena
IMS dan kebanyakan remaja putrinya
hamil di luar nikah.
2. Menurut data di kecamatan tersebut,
20% remaja hanya lulusan SMP dan
rata-rata dari mereka menggunakan
narkoba
3. Primer Ketidakefektifan
1) Terdapat 10% remaja yang merokok Pemeliharaan kesehatan
dan mengkonsumsi alkohol
2) Sebanyak 20% remaja belum pernah
memeriksakan kesehatan
3) Remaja yang tidak mau merokok akan
dibullying oleh teman sebayanya dan
tidak dimasukkan dalam geng mereka.
Sehingga mau tidak mau, remaja laki-
laki akan mengikuti kebiasaan teman-
temannya tersebut

Sekunder
1) Menurut data puskesmas di wilayah
tersebut, hampir setengah dari jumlah
remaja di wilayah tersebut terkena
IMS dan kebanyakan remaja putrinya
hamil di luar nikah.
C. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Perilaku Kesehatan Prevensi Primer : Prevensi Primer :
Cenderung Perilaku Promosi Pendidikan Kesehatan
Berisiko Kesehatan • Identifikasi
1. Menggunakan faktor internal
perilaku yang atau eksternal
menghindari yang dapat
risiko (skala 2 ke meningkatkan
4) motivasi untuk
2. Melakukan berperilaku
perilaku sehat.
kesehatan secara • Tentukan
rutin (skala 1 ke pengetahuan
3) kesehatan dan
Perilaku Pencarian gaya hidup
Kesehatan perilaku saat ini
1. Mengajukan pada remaja.
pertanyaan- • Bantu individu
pertanyaan yang pada remaja
berhubungan untuk
dengan memperjelas
kesehatan nilai-nilai
(seksual) (skala 1 kesehatan.
ke 4) • Rumuskan tujuan
2. Melakukan dalam program
skrining dini pendidikan
(skala 1 ke 4) kesehatan (HIV
Motivasi dan narkoba)
1. Rencana untuk • Ajarkan strategi
masa depan yang dapat
(skala 3 ke 5) digunakan untuk
2. Mengembangkan monolak perilaku
rencana tindakan yang tidak sehat
(skala 3 ke 5) atau berisiko
daripada
Prevensi Sekunder : memberikan
Kontrol Risiko saran untuk
1. Mencari menghindari atau
informasi mengubah
tentang risiko perilaku (karang
kesehatan (skala taruna, kegiatan
1 ke 4) sosial).
2. Mengidentifikasi
faktor risiko Prevensi Sekunder:
(skala 2 ke 4) Identifikasi Risiko
3. Mengenali • Identifikasi
kemampuan strategi koping
untuk merubah yang
perilaku (skala 2 digunakan/khas.
ke 4) • Instrusikan faktor
4. Memodifikasi risiko dan
gaya hidup untuk rencana untuk
mengurangi mengurangi
risiko (skala 2 ke risiko penyakit
4) HIV.
• Implementasikan
Prevensi Tersier : aktivitas-
Dukungan Sosial aktivitas
1. Jaringan sosial pengurangan
yang membantu risiko.
(skala 1 ke 4) Prevensi Tersier :
2. Kemampuan Dukungan Pengasuhan
untuk (Caregiver Support)
menghubungi • Mengenalkan
orang lain untuk caregiver pada
meminta bantuan kelompok
( skala 2 ke 4) pendukung.
• Mengkaji lebih
lanjut tentang
koping
caregiver.

2. Defisiensi Prevensi Primer Prevensi Primer


Kesehatan Managemen stress Pendidikan kesehatan
Komunitas  Faktor penyebab  Targetkan
stress, dari skala kelompok
2 menjadi skala 4 berisiko tinggi
 Respon perilaku dan rentang usia
terhadap stress, yang akan
dari skala 1 mendapat
menjadi 4 manfaat paling
Membina hubungan besar dari
dalam perawatan pasien pendidikan
(2204) kesehatan
 Terjalinnya  Identifikasi
komunikasi yang faktor internal
baik, skala 2 atau eksternal
menjadi 4 yang dapat
 Hubungan antar meningkatkan
keluarga, skala 2 atau mengurangi
menjadi 4 motivasi untuk
perilaku sehat
Prevensi Sekunder
Kontrol Resiko  Menentukan
 Mencari konteks pribadi
Informasi dan sejarah
tentang risiko sosial-budaya
kesehatan, skala perilaku
2 menjadi 4 kesehatan
Mengenali factor individu,
risiko individu keluarga, atau
masyarakat
Prevensi Tersier  Menentukan
Perilaku Pencarian pengetahuan
Kesehatan kesehatan saat ini
 Melakukan dan perilaku gaya
skrining diri, hidup individu,
skala 2 menjadi 4 keluarga, atau
 Mengajukan kelompok
pertanyaan yang sasaran
berhubungan  Membantu
dengan individu,
kesehatan, skala keluarga, dan
2 menjadi 4 masyarakat
dalam
mengklarifikasi
kepercayaan dan
nilai-nilai
kesehatan
Dukungan Kelompok
 Tentukan tingkat
dan kesesuaian
sistem
pendukung
pasien saat ini
 Gunakan
kelompok
pendukung
selama tahap
transisi untuk
membantu pasien
menyesuaikan
diri dengan gaya
hidup baru
 Tentukan tujuan
kelompok dan
sifat proses
kelompok
 Tentukan tempat
yang paling tepat
untuk pertemuan
kelompok
(misalnya, tatap
muka atau
online)
 Identifikasi
kelompok
berbasis agama
sebagai pilihan
yang tersedia
untuk klien, yang
sesuai
 Buat suasana
yang santai dan
menerima
 Pemberian
Terapi
SEFT(Spiritual,
Emotional,
Freedom
Technique) dan
Terapi
Psychoeducation.

Prevensi Sekunder
Identifikasi Resiko
 Tinjau riwayat
kesehatan masa
lalu dan
dokumen untuk
bukti diagnosa
dan perawatan
medis dan
keperawatan
yang ada atau
sebelumnya
 Tinjau data yang
berasal dari
tindakan
penilaian risiko
rutin
 Menentukan
ketersediaan dan
kualitas sumber
daya (misalnya,
psikologis,
keuangan,
tingkat
pendidikan,
keluarga dan
sosial lainnya,
dan masyarakat)
 Mengidentifikasi
sumber daya
agen untuk
membantu
mengurangi
faktor-faktor
risiko
 Mengidentifikasi
risiko biologis,
lingkungan, dan
perilaku dan
keterkaitannya.
 Menentukan
tingkat fungsi di
masa lalu dan
saat ini

Prevensi Tersier
Konsultasi
 Identifikasi
tujuan untuk
konsultasi
 Kumpulkan data
dan identifikasi
masalah yang
menjadi fokus
konsultasi
 Identifikasi dan
perjelas harapan
semua pihak
yang terlibat
 Berikan
pengetahuan ahli
untuk mereka
yang mencari
bantuan
 Libatkan mereka
yang mencari
bantuan selama
proses konsultasi
 Identifikasi
struktur
akuntabilitas
 Tentukan model
konsultasi yang
tepat untuk
digunakan (mis.,
pembelian model
keahlian, model
konsultasi
proses)
 Mengidentifikasi
harapan biaya,
yang sesuai
 Mengembangkan
kontrak tertulis
untuk
mendefinisikan
perjanjian dan
menghindari
kesalahpahaman
 Mempromosikan
kemampuan
mereka yang
mencari bantuan
untuk maju
dengan lebih
mandiri -direksi
dan tanggung
jawab
3. Ketidakefektifan Prevensi Primer Prevensi Primer
Pemeliharaan Pengetahuan; Memfasilitasi
kesehatan gayahidup sehat. pembelajaran.
 Strategi  Mulai instruksi
mencegah hanya setelah
penyakit, skala 2 pasien
menjadi 4 menunjukkan
 Factor kesiapan untuk
lingkungan yang belajar
mempengaruhi  Tetapkan tujuan
perilaku pembelajaran
kesehatan, skala yang mutual dan
2 menjadi 4 realistis dengan
pasien
Prevensi Sekunder  Identifikasi
Kepatuhan perilaku: tujuan
Aktivitas yang pembelajaran
disarankan dengan jelas dan
 Membahas dalam istilah
aktivitas dengan yang terukur
professional
kesehatan, skala  Sesuaikan
1 menjadi 4. instruksi dengan
 Bersama tingkat
professional pengetahuan dan
kesehatan pemahaman
menetapkan pasien
tujuan aktivitas  Sesuaikan konten
jangka pendek dengan kognitif
yang bisa pasien ,
dicapai, skala 1 psikomotorik,
menjadi 4 dan kemampuan
afektif
Prevensi Tersier  Memberikan
Penggunaan sumber informasi yang
yang ada dikomunitas sesuai dengan
tingkat
perkembangan
 Menyediakan
lingkungan yang
kondusif untuk
pembelajaran
 Mengatur
informasi dalam
urutan logis
 Mengatur
informasi dari
yang sederhana
hingga rumit,
diketahui tidak
diketahui, atau
konkret menjadi
abstrak, jika
sesuai
 Membedakan
Konten “kritis”
dari konten
“diinginkan”
 Menyesuaikan
informasi untuk
mematuhi gaya
hidup dan
rutinitas pasien.
 Pemberian
Terapi SEFT
(Spiritual,
Emotional,
Freedom
Technique) dan
Terapi
Psychoeducation.

Prevensi Sekunder
Manajemen perilaku
 Pertahankan agar
pasien
bertanggung
jawab atas
perilakunya.
 Komunikasikan
harapan bahwa
pasien akan tetap
memegang
kendali.
 Berkonsultasilah
dengan keluarga
untuk
menetapkan
dasar kognitif
pasien.
 Tetapkan batasan
dengan pasien.
 Jangan berdebat
atau berunding
tentang batasan
yang ditetapkan
dengan pasien. -
untuk mengubah
konsistensi
dalam
lingkungan dan
perawatan rutin
 Gunakan
pengulangan
rutinitas
kesehatan secara
konsisten sebagai
cara untuk
membangunnya
 Hindari
gangguan
 Tingkatkan
aktivitas fisik,
sebagaimana
mestinya
 Batasi jumlah
pengasuh
 Gunakan suara
yang lembut dan
berbicara rendah.

Prevensi Tersier
Pengembangan
kesehatan masyarakat.
 Mengidentifikasi
masalah
kesehatan,
kekuatan, dan
prioritas dengan
mitra masyarakat
 Memberikan
peluang untuk
partisipasi oleh
semua segmen
masyarakat
 Membantu
anggota
masyarakat
dalam
meningkatkan
kesadaran akan
masalah dan
masalah
kesehatan
 Terlibat dalam
dialog untuk
mendefinisikan
masalah
kesehatan
masyarakat dan
menyusun
rencana aksi
 Memfasilitasi
implementasi dan
revisi rencana
masyarakat
 Membantu
anggota
masyarakat
dengan
pengembangan
dan pengadaan
sumber daya
 Meningkatkan
jaringan
dukungan
masyarakat
 Mengidentifikasi
dan
mengembangkan
pemimpin
masyarakat
potensial
 Menjaga
komunikasi
terbuka dengan
anggota dan
lembaga
masyarakat
 Memperkuat
kontak antara
individu dan
kelompok untuk
membahas
kepentingan
bersama dan
bersaing untuk
membahas
kepentingan
bersama dan
bersaing

D. Plan of Action
No. Masalah Tindakan Tujuan PJ Tempat Sumber
& Dana
Waktu
1. Merokok 1. Penkes 1. Remaja dan  Ibu  Aula Kas RW
pada mengenai anak-anak Maemu RW dan dana
Remaja bahaya mampu nah dan 01 mahasis
Niasa Rabu wa
merokok mengetahui
 Pak , 20
dan akan bahaya
Rojo Juli
manfaat merokok dan 2020
hidup 2. Timbulnya Tsania  Aula
tanpa kesadaran  Pak Rw
merokok remaja Dedi dan 01
pada mengenai Farha Kami
remaja bahaya  Bu Santi s, 21
dan Tri Juli
dan anak- merokok
2020
anak 3. Menurunny  Pusk
a persentase esma
s
2. Cara remaja yang Ming
mengura merokok gu,
ngi 4. Mendukung 24
Juli
merokok remaja
2020
dengan untuk
kegiatan menceritaka
yang n
positif masalahnya
(olahraga
,
mengaji,
aktif
organisas
i/
komunita
s remaja)
3. Menggal
angkan 1
hari
tanpa
merokok
“Minggu
sehat”
dengan
membuat
Poster
dan stiker
sebagai
penginga
tnya
4. Konselin
g
kesehata
n tentang
merokok

2. Narkoba 1. Penkes 1. Meningkatk  Pak  Aula Kas &


dan Seks NAPZA an Junaedi RW Dana
Bebas pada (Narkotik pengetahuan dan Tri 01. Mahasis
Remaja a, remaja  Pak Sabtu, wa
Psikotrop tentang Bambang 30
ika, dan NAPZA dan dan Tsania Agu
Zat seks bebas 2020
Adiktif) serta  Bu Rita  Aula
dan Seks dampaknya dan Farha RW 01
Bebas pada Remaja  Bu Iis dan Rabu,
kepada 2. Remaja Niasa 4 Sept
Remaja mengetahui 2020
2. Penkes tentang  Aula
tentang kesehatan RW 01
kesehata reproduksi Sabtu,
n 3. Menurunkan 8 Sept
reproduk persentase 2020
si remaja remaja yang  Puskes
3. Cara menggunaka mas
mengura n NAPZA Mingg
ngi dan Seks u9
pemakaia Bebas Sept
n 4. Mendukung 2020
NAPZA remaja
dengan untuk
melakuka menceritaka
n n
kegiatan masalahnya
yang
positif
4. Konselin
g tentang
narkoba

E. EVALUASI
NO. Masalah Implemtasi Evaluasi RTL
1. Merokok pada Rabu, 20 Juli A. Hasil Tetap
Remaja 2020 Pretest : 10% melakukan
09.30 WIB belum mengetahui pendkes
1. Melakukan tentang bahaya dan
pretest rokok. konseling.
mengenai Posttest : 50 % Motivasi
setelah dilakukan orangtua
rokok.
pendkes dan untuk
2. Melakukan konseling rokok lebih
Penkes mengetahuinya peduli
mengenai Terjadi lagi.
bahaya peningkatan
merokok dan setalah pendkes.
manfaat B. Faktor
Pendukung.
hidup tanpa
Ketua RW &
merokok kader mendukung
pada remaja adanya kegiatan
ini.
dan anak- C. Faktor
anak Penghambat
3. Melakukan  Hanya 45%
Konseling remaja yang
hadir
kesehatan
 25 % orangtua
tentang tidak peduli
merokok. terhadap
4. Melakukan kegiatan ini
posttest sehingga
tentang mahasiswa
rokok. sulit untuk
mengumpulkan
Kamis, 21 Juli remaja.

2020
09.00 WIB
1. Melakukan
pretest
mengenai
cara
mengurangi
merokok.
2. Melakukan
pendkes
mengenai
cara
mengurangi
merokok
dengan
kegiatan yang
positif
(olahraga,
mengaji, aktif
organisasi/
komunitas
remaja)
3. Melakukan
posttest
setelah
pendkes.

Minggu, 24 juli
2020
08.00 WIB
Menggalangkan
1 hari tanpa
merokok
“Minggu sehat”
dengan membuat
Poster dan stiker
sebagai
pengingatnya.

2. Narkoba dan Sabtu, 30 D. Hasil  Tetap


Seks Bebas Agustus 2020 Pretest : 10% melakukan
pada Remaja 08.30 WIB belum mengetahui pendkes
1. Melakukan tentang bahaya dan
pretest narkoba dan seks konseling.
mengenai bebas.  Motivasi
narkoba dan Posttest : 45 % orangtua
seks bebas setelah dilakukan untuk lebih
remaja. pendkes dan peduli lagi.
2. Melakukan konseling narkoba
penkes remaja
NAPZA mengetahuinya.
(Narkotika, Terjadi
Psikotropika, peningkatan
dan Zat setalah pendkes.
Adiktif) dan E. Faktor
Seks Bebas Pendukung.
kepada Ketua RW &
Remaja kader mendukung
3. Mengajarkan adanya kegiatan
cara ini.
mengurangi F. Faktor
pemakaian Penghambat
NAPZA  Hanya 45%
dengan remaja yang
melakukan hadir
kegiatan  25 % orangtua
yang positif tidak peduli
terhadap
Rabu, 4 kegiatan ini
September 2020 sehingga
08.30IB mahasiswa
1. Melakukan sulit untuk
penkes mengumpulkan
tentang remaja.
kesehatan
reproduksi
remaja.
2. Melakukan
konseling
tentang
narkoba
3. Melakukan
posttest
mengenai
narkoba dan
seks bebas
remaja.

Anda mungkin juga menyukai