Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 3

 Adelaide Agnes M
 Chelin Agaesta
 Denny Aris Dianto
 Devana Athira Nazla
 Eka Rahman
 Meita Syafutri
 Naysilla Yuninda
 Rifa Anita
 Salsabila Sofia Hakiki
 Shearly Ranusiwi

GEMPA BUMI

Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.
Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng Bumi).

Di indonesia sering kali terjadi gempa bumi, indonesia merupakan pertemuan tiga
buah lempeng tektonik yang membentuk suatu jalur gempa dan jalur volkanisme yang
memberika dampa begitu besar terhadap penyebaran gempa di indonesia. Gempa bumi
datang secara tiba tiba dalam waktu yang singkat yang getaranya dapat menghancurkan
semua yang berada diatasnya, getarannya juga dapat dirasakan oleh sekitarnya. contoh
gempa yang pernah terjadi di indonesia yaitu Aceh pada 1936, 1964, 1967, 1983,
Sumatera Utara pada 1843, 1861, 1873, 1892, Sumatera Barat pada 1904, 1926, 1977,
1979, pernah juga terjadi di Jambi, Bengkulu dan lainnya. (Nur, 2009)

Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika bumi (tektonik), aktivitas gunung api,
akibat meteor jatuh, longsoran (di bawah muka air laut), ledakan bom nuklir dibawah
permukaan. Sebelum kejadian bencana gempa bumi perlu dilakukan persiapan dan
pengetahuan mengenai kebencanaan. Persiapan dan pengetahuan bencana tersebut
meliputi :
1. Perlunya memahami daerah yang kita tinggali merupakan daerah yang dekat
dengan jalur gempa dan gunung api sehingga perlunya sikap waspada dan
kesiapsiagaan. Namun demikian tetap tenang dan hidup wajar seperti biasa.
2. Perlunya mengumpulkan informasi bencana yang diperkirakan terjadi di daerah
tempat tinggal kita dengan menghubungi instansi yang berwenang atau terkait.
3. Perlunya memahami tempat-tempat yang aman dan tempat yang tidak aman
apabila terjadi bencana gempa. Hal ini cukup penting dalam rangka tindakan
penyelamatan diri saat kejadian bencana gempa.
4. Mengaitkan benda-benda berat yang membahayakan ke tempat yang kokoh
sehingga bila terjadi gempa tidak mudah roboh atau jatuh yang dapat
mencelakakan kita.
5. Membuat rencana jalur evakuasi bagi masingmasing anggota keluarga menuju
satu titik tempat aman diluar rumah. Begitupun anggota masyarakat menuju
satu titik tempat aman yang telah disepakati bersama.
6. Melakukan latihan evakuasi bagi anggota keluarga maupun masyarakat untuk
menyelamatkan diri saat kejadian bencana. Hal ini penting untuk membiasakan
melakukan evakuasi dan untuk mengestimasi waktu serta melakukan koordinasi
saat kejadian bencana sebenarnya. (Nur, 2010)

Berdasarkan keenam penyebab gempa bumi ini maka berpotensi akan mengakibatkan
timbulnya korban jiwa mulai dari tertimpa reruntuhan maupun rusaknya bangunan rumah
tinggal mereka. Strategi penanggulangan kerusakan rumah tinggal pasca bencana gempa
bumi pada kawasan permukiman adalah:
1) Penguatan kapasitas warga dan kelompok masyarakat sebagai penanggulangan
bencana dari tahap pra bencana, bencana dan pasca bencana, dibentuknya
kelembagaan masyarakat tanggap bencana sebagai wadah bagi masyarakat dan
kelompok msyarakat untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan pihak eksternal, baik
pemerintah maupun non pemerintah terkait informasi kebencanaan dan
pengelolaannya.
2) Kerjasama dengan pihak terkait yang kompeten untuk mengidentifikasi dan
menganalisis tingkat kesesuaian lahan.
3) Teknologi rumah tahan gempa berdasarkan tingkat kesesuaian lahan.
4) Pengelolaan bencana terpadu dan berkelanjutan secara informasi, teknis dan
administrasi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pada masa pra
bencana, bencana dan pasca bencana. (Sushanti, 2021)

Akibat dari bencana ini, tidak sedikit masyarakat yang menjadi korban ataupun yang
merasakan dampak dari situasi ini. Diantara golongan masyarakat yang paling merasakan
dampak dari bencana gempa ini adalah para anak-anak yang masih perlu untuk diberikan
bimbingan. Anak-anak yang mulanya ceria menjadi murung, yang mulanya suka bermain
menjadi pendiam dan tidak aktif lagi, inilah salah satu dampak terburuk dari bencana
gempa. Trauma psikis yang dialami anak-anak sangat besar pengaruhnya bagi
perkembangan jiwa dan mentalnya sehingga diperlukan penanganan yang khusus dalam
memulihkan kembali jiwa dan mental mereka.
Gempa memiliki ciri khas, beberapa diantaranya yaitu tidak dapat dicegah, peristiwa
yang terjadi secara mendadak, waktu – lokasi – kekuatan terjadinya tidak dapat
diperkirakan secara akurat. Bencana gempa bumi tidak dapat dicegah tetapi dapat
diupayakan untuk meminimalisir dampaknya maka ada dua metode prediksi gempa bumi
yaitu :
1. Prediksi waktu pendek – memprediksi jangka waktu antara fore shock dan
main shock tetapi pada kenyataannya banyak yang tidak berhasil.
2. Prediksi waktu panjang – mempelajari interval gempa bumi sesuai siklusnya.
Penanggulangan gempa bumi melibatkan serangkaian tindakan untuk mengurangi risiko,
merencanakan tanggap darurat, dan memitigasi dampak yang mungkin terjadi. Berikut
adalah beberapa cara penanggulangan gempa bumi:

1. Pembangunan Bangunan Tahan Gempa:


- Menerapkan desain bangunan yang dapat menahan gempa bumi, termasuk
struktur yang elastis dan fleksibel.
- Menggunakan material bangunan yang dapat menyerap dan meredam getaran
gempa.

2. Pemetaan Zona Gempa:


- Identifikasi dan pemetaan zona-zona gempa bumi untuk membantu dalam
perencanaan dan konstruksi infrastruktur yang lebih aman.

3. Evakuasi dan Perencanaan Tanggap Darurat:


- Mengembangkan rencana evakuasi dan tanggap darurat yang jelas untuk
memandu tindakan cepat dan aman selama atau setelah gempa bumi.
- Melibatkan masyarakat dalam latihan evakuasi dan menyediakan tempat
perlindungan darurat.

4. Pendidikan Masyarakat:
- Mengedukasi masyarakat tentang perilaku yang aman selama gempa bumi,
termasuk cara berlindung di bawah meja atau struktur kuat.
- Menyebarkan informasi melalui kampanye penyuluhan dan pelatihan tanggap
darurat.

5. Penguatan Infrastruktur Kritis:


- Memastikan infrastruktur kritis seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas
penting lainnya memiliki standar keamanan gempa yang tinggi.
- Melakukan inspeksi dan pemeliharaan rutin terhadap struktur penting.

6. Early Warning System:


- Mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi untuk memberikan
pemberitahuan dini kepada masyarakat dan memungkinkan waktu untuk
evakuasi.
- Meningkatkan teknologi pemantauan gempa dan pengembangan sistem
peringatan yang lebih efektif.

7. Pengembangan Peraturan dan Kebijakan:


- Menetapkan peraturan dan kebijakan yang mendukung konstruksi aman dan
pemetaan risiko gempa bumi.
- Mendorong adopsi standar keamanan gempa dalam perencanaan perkotaan
dan pembangunan.

8. Kerjasama Internasional:
- Berpartisipasi dalam kerjasama internasional untuk berbagi pengetahuan,
teknologi, dan pengalaman dalam penanggulangan gempa bumi.

9. Penanggulangan gempa bumi melibatkan upaya bersama antara pemerintah, lembaga


penyelidikan, masyarakat, dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang
lebih aman dan tangguh terhadap bencana alam ini.

Sebelum kejadian bencana gempa bumi perlu dilakukan persiapan dan pengetahuan
mengenai kebencanaan. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan pemahaman dan
kesiapsiagaan dalam menghadapai bencana sehingga diharapkan kerugian dan korban
akan dapat dikurangi. Persiapan dan pengetahuan bencana tersebut meliputi:

1. Perlunya memahami daerah yang kita tinggali merupakan daerah yang dekat dengan
jalur gempa dan gunungapi sehingga perlunya sikap siaga dan kesiapsiagaan.
2. Perlunya mengumpulkan informasi bencana yang diperkirakan terjadi di daerah
tempat tinggal kita dengan menghubungi instansi yang berwenang atau terkait.
3. Perlunya memahami tempat-tempat yang aman dan tempat yang tidak aman apabila
terjadi bencana gempa. Hal ini cukup penting dalam rangka tindakan penyelamatan
diri saat kejadian bencana gempa.
4. Mengaitkan benda-benda berat yang membahayakan ke tempat yang kokoh sehingga
bila terjadi gempa tidak mudah roboh atau jatuh yang dapat mencelakakan kita.
5. Membuat rencana jalur evakuasi bagi masing- masing anggota keluarga menuju satu
titik tempat aman diluar rumah. Begitupun anggota masyarakat menuju satu titik
tempat aman yang telah disepakati bersama.
6. Melakukan latihan evakuasi bagi anggota keluarga maupun masyarakat untuk
menyelamatkan diri saat kejadian bencana. Hal ini penting untuk membiasakan
melakukan evakuasi dan koordinasi saat kejadian sebenarnya. (Manalu, 2019)

Setelah bencana terjadi, para pengungsi telah diungsikan ke tempat aman, langkah-
langkah yang dilakukan antara lain:
1. Mengecek anggota keluarga dan sanak saudara kita. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui jumlah yang selamat dan korban jiwa akibat bencana khusunya keluarga
dan sanak saudara kita.
2. Menyiapkan dapur umum (khususnya para wanita). Hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan makanan secara terkoordinasi bagi semua pengungsi.
3. Menyiapkan tenda-tenda darurat atau yang lain untuk berteduh (khususnya kaum
pria). Hal ini dilakukan untuk tempat berteduh dan istirahat sementara yang
terkoordinasi bagi semua pengungsi.
4. Segera menghubungi dan mendatangi posko posko batuan untuk mendapatkan
makanan bergizi, selimut dan obat-obatan,
5. Segera menghubungi dan mendatangi posko. kesehatan untuk memeriksakan diri agar
terhindar dari penyakit yang umum pasca bencana seperti diare, infeksi saluran
pernafasan atas, penyakit kulit, dan penyakit menular lainnya.
6. Melakukan rehabilitasi dan rekontruksi daerah pasca bencana (oleh pemerintah baik
pusat maupun daerah) (Mustofa, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Manalu, H. (2019). Peningkatan Kesiagaan Bencana Gempa Bumi Melalui Metode Drilling. Journal
Keperawatan Galuh .

Mustofa, A. (2010). Gempa Bumi Tsunami dan Mitigasinya. Journal Geografi , 7.

Nur, H. (2009). Gempa Bumi di Indonesia. Journal UNS , 20-22.

Sushanti. (2021). . Strategi Penanggulangan Kerusakan Rumah Tinggal Pasca Bencana Gempa Bumi
Di Kawasan Permukiman. Prosiding Seminar Nasional Planoearth , 17-24.

Anda mungkin juga menyukai