Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupaun pendanaan
dan sarana prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang
dapat mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana
alam. Karena itu mobilisasi sumber daya menjadi faktor yang krusial. Mobilisasi
sumber daya keluarga meliputi adanya anggota keluarga yang terlihat dalam
pelatihan kesiapsiagaan bencana, adanya keterampulan yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan, adamya alokasi dana atau tabungan keluarga untuk menghadapi
bencana, serta adanya kesepakatan keluarga untuk memantau peralatan dan
perlengkapan siaga bencana secara regular.
a. Menyiapkan tas siaga berisi berbagai keperluan dana dokumen penting seperti
ijazah, setifikat tanah, BPKB, buku nikah, obat-obatan, dan senter. Tas siaga
tersebut disimpan pada tempat yang mudah dijangkau sehingga ketika
bencana dating tiba-tiba dan hharus meninggalkan rumah maka barang-barang
tersebut dapat dibawa dengan mudah dan cepat.
b. Naikkan alat-alat listrik, barang keluarga berharga, buku dan barang
yangmudah rusak bila terkena air ke tempat yang tinggi (meleihi ketinggian
maksimum air)
c. Mempelajari peta daerah rawan bencana
d. Mempelajari lokasi aman dan jalur aman untuk melakukan evakuasi jika
terjadi bencana.
e. Mempelajari P3K untuk menlong diri sendiri atau korban seandainya ada
cedera.
f. Menempatkan kunci rumah ditempat yang aman, mudah diambil dan
diketahui oleh semua anggota keluarga.
g. Menulis nomor-nomor telepn penting sperti nomor polisi,
PAM,PLN,PMI,LSM, Pemadam kebakaran dan menyimpannnya kedalan
memori handphone atau dalam catatan penting lainnya.
h. Menempatkan handphone dan alat tanda bahaya ditempat yang mudah
dijangkau ketika menyelamatkan diri.
i. Pemasangan tanda bahaya, yakni jalur-jalur yang tidak digunakan pada saat
bencana.
1. Pengetahuan
Menurut Notoatmoodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).
Pengetahuan adalah ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam bentuk konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun dan dapat
merencanakan, dapat meringkaskan terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Bencana itu adalah suatu kutukan atas dosa dan kesalahan yang telah
diperbuat, sehingga seseorang harus menerima bahwa itu sebagai takdir akibat
perbuatannya. Sehingga tidak perlu lagi berusaha untuk mengambil langkah
langkah pencegahan atau penanggulangannya (Bakornas PB, 2007).
1. Menerima (receiving).
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap berita
bencana yaitu terlihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap berita.
2. Merespon (responding).
3. Menghargai (valuing).
2.5.3. Pendidikan
Menurut Undang-Undang l No. 23 tahun 2003, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
2.5.4. Keluarga