Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DISASTER MANAGEMENT

Kewaspadaan Bencana
Dosen :Nova Maulana S.kep.,Ns, M.kep

Di Susun Oleh kelompok 2:

Kelas A/KP/ V

1. Novia Galih Pamungkas 04.14.3864


2. Noviana Mulianingsih 04.14.3865

KONSENTRASI INTENSIF CARE UNIT


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Kewaspadaan Bencana yang
merupakan salah satu tugas akhir terstruktur dari mata kuliah disaster management.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1 Dosen mata kuliah disaster management
2 Keluarga dari kami yang telah memberikan berbagai semangat dan dukungan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi masyarakat Indonesia secara umum terutama para mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.

Yogyakarta, 25 oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kewaspadaan/kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
B. Penilaian resiko bencana
C. Menyusuan rencana darurat bencana
BAB III PENUTUP
D. Kesimpulan
E. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana merupakan kejadian yang tiba-tiba atau musibah yang besar yang
menganggu susunan dasar dan fungsi normal dari suatu masyarakat (atau komunitas).
Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang menimbulkan korban dan atau kerusakan
atau kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan yang penting atau sarana
kehidupan pada satu skala yang brada diluar kapasitas normal dari komunitas-komunitas
yang terlanda untuk mengatasinya.
Bencana kadang kala juga dapat menggambarkan situasi bencana besar dimana
pola-pola normal khidupan (atau ekosistim) teah terganggu dan intervensi-intervensi
darurat dan luar biasa diperlukan untuk menyelamatkan dan mengamankan kehidupan
manusia dan atau lingkungan. Bencana-bencana sering dikategorikan sesuai dengan
penyebab-penyebab yang dirasakan dan kecepatan dampak.
Bencana alam merupakan peristiwa luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan
luar biasa pula bagi yang mengalaminya. Bencana alam juga tidak hanya menimbulkan
luka atau cedera fisik, tetapi juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan.
Hilangnya harta benda dan nyawa dari orang-orang yang dicintainya, membuat sebagian
korban bencana alam mengalami stress atau gangguan kejiwaan. Hal tersebut sangat
berbahaya terutama bagi anak-anak yang dapat terganggu perkembangan jiwanya.
Mengingat dampak yang luar biasa terebut, maka penanggulangan bencana alam
harus dilakukan dengan menggunakan prinsip dan cara yang tepat. Selain itu,
penanggulangan bencana alam juga harus menyeluruh tidak hanya pada saat terjadi
bencana tetapi pencegahan sebelum terjadi bencana dan rehabilitas serta rekonstruksi
setelah terjadi bencana.
B. Rumusan masalah
a. Apa yang di maksud dengan kewaspadaan/kesiapsiagaan menghadapi bencana?
b. Apa yang dimaksud dengan resiko rawan bencana?
c. Apa yang di maksud dengan penyusunan rencana darurat?

C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kewaspadaan/kesiapsiagaan menghadapi
bencana, resiko rawan bencana,dan penyusunan rencana darurat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kewaspadaan/kesiapsiagaan bencana
Pengertian kesiapsiagaan berdasarkan UU RI No. 24 Tahun 2007, International
Federation Red Cross (IFCR) dan UN-ISDR (United Nation-International Strategy for
Disaster Reduction) yaitu: Segala upaya untuk menghadapi situasi darurat serta
mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan saat itu. Hal ini bertujuan
agar masyarakat memiliki persiapan yang baik saat menghadapi bencana (IFRC, 2000).
Segala upaya untuk menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan saat itu (UU RI No.24 Tahun 2007).
Pengetahuan dan kapasitas yang dikembangkan oleh pemerintah, profesional
kebencanaan, komunitas dan individu untuk secara efektif mengantisipasi, merespon dan
mengatasi kejadian bencana (UN-ISDR, 2007).
Kesiapsiagaan bisa diartikan sebagai: Kesiapan masyarakat di semua lapisan
untuk mengenali ancaman yang ada di sekitarnya serta mempunyai mekanisme dan cara
untuk menghadapi bencana. Kesiapsiagaan dilakukan tahapan PB dan bertujuan untuk
membangun kapasitas yang diperlukan untuk secara efektif mampu mengelola segala
macam keadaan kedaruratan dan menjembatani masa transisi dari respon ke pemulihan
yang berkelanjutan (Nugroho, 2012). persiapan yang baik saat menghadapi bencana
(IFRC, 2000).
Tujuan kewaspadaan/kesiapsiagaan bencana untuk meminimalkan korban jiwa
dan kerusakan sarana-sarana umum. Kesiapsiagaan bencana meliputi upaya mengurangi
tingkat resiko, formulasi Rencana Darurat Bencana (Disasters Plan), pengolahan sumber
daya masyarakat, pelatihan warga di lokasi bencana ( Deutsche Humanitare, 2015).
Upaya kesiapsiagaan bencana meliputi: penyiapan sarana dan prasarana
kesehatan, penyiapan dana operasional, pembentukan tim reaksi cepat (brigade siaga
bencana), pengembangan sistem peringatan dini, penyebaran informasi masalah
kesehatan akibat bencana, upaya penyelamatan, cara menolong, rencana bantuan, cara
bertahan sebelum bantuan datang (Pusat Kajian Pembangunan Kesehatan SekJen Depkes,
2009).
Unsur kegiatan PRB (Pengurangan Resiko Bencana) dalam hal kesiapsiagaan
menghadapi bencana sebagai berikut:
1. Keperluan untuk keadaan darurat, seperti barang pasokan kebutuhan dasar untuk
darurat bencana
2. Pengetahuan tentang prosedur tetap dalam keadaan darurat yang meliputi:
Lokasi evakuasi, jalur ke lokasi evakuasi, papan tanda menuju lokasi
evakuasi, dan peta jalan menuju lokasi evakuasi serta komponen evakuasi
lainnya
Perlengkapan dan fasilitas di lokasi evakuasi
Prosedur evakuasi pada saat bencana
Tim SAR
Sistem keamanan pada saat bencana
Layanan medis di lokasi evakuasi
Kendaraan transportasi menuju lokasi evakuasi
Sarana mandi, cuci, kakus (MCK) di lokasi evakuasi
Air bersih di lokasi evakuasi
Makanan di lokasi evakuasi
Pertolongan pertama, pengobatan darurat dan obat-obatan penting di lokasi
evakuasi
3. Peringatan dini yang meliputi:
Pengelolaan peringatan dini
Pengamatan gejala bencana secara sederhana
Penyebaran informasi peringatan dini
Ketersediaan alat penyebaran informasi peringatan dini (telepon, radio baterai,
handy talky)
Uji coba dan latihan sistem peringatan dini
4. Manajemen informasi bencana yang meliputi:
Sistem informasi yang mudah diakses, dimengerti dan disebarluaskan dimana
informasinya akurat, tepat waktu, dapat dipercaya dan mudah dikomunikasikan
Informasi penting terkini berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana, seperti daftar
nama, alamat, nomor telepon orang-orang penting dan keluarga, lembaga, Kantor
Polisi, Tim SAR, Palang Merah, Rumah Sakit, Pemadam Kebakaran, relawan
yang bisa dihubungi pada saat bencana
Geladi atau Simulasi (simulation), khususnya tentang peringatan dini dan
evakuasi yang dilakukan secara berkala dan rutin di lapangan untuk menguji
tingkat kesiapsiagaan dan membiasakan diri para petugas dan masyarakat (Pusat
Kajian Pembangunan Kesehatan SekJen Depkes, 2009).
B. Penilaian resiko rawan bencana
Definisi Suatu metodologi untuk menentukkan proses dan keadaan risiko melalui
analisis potensi bahaya (hazards) dan evaluasi kondisi kini dari kerentanan yang dapat
berpotensi membahayakan orang, harta, kehidupan, dan lingkungan tempat tinggal. (ISDR
Living withRisk, 2004)
Identifikasi Risiko (Risk identification) Merupakan analisis menyeluruh terhadap
kerentanan, lokasi, daya rusak dan intensitas bahaya. Aktivitas dalam identifikasi risiko
bencana :
Pengumpulan data bahaya dan pemetaan (frekuensi, besaran, dan lokasi)
Penilaian kerentanan (populasi dan asset yang terpapar)
Penilaian kapasitas dan sumber daya
Penilaian risiko (probabilitas dari kerugian yang diharapkan)
Definisi Operasional
Risiko (Risk) : Besarnya kemungkinan bencana akan terjadi
Penilaian Risiko (Risk Assessment) : Evaluasi thd semua unsur yg berhubungan dengan
pengenalan bahaya serta dampaknya
Bahaya (Hazard;) : Faktor-faktor yang dapat mengganggu kehidupan manusia
Kerentanan (Vulnerability): Kondisi dalam masyarakat yang menggambarkan
ketidakmampuan untuk menanggulangi masalah kedaruratan
Lingkup Kegiatan
Pengumpulan, pengolahan dan analisa data
Penetapan variabel penilaian risiko
Pelaksanaan penilaian risiko
Langkah-Langkah
Pembuatan Peta Rawan : melengkapi peta topografi, kota, sungai, danau, gunung
berapi
Ancaman : penambangan, pabrik(kebocoran pipa), Banjir , gunung meletus, longsor
dan industry.
Kerentanan dengan melengkapi rawan ancaman dengan kerentanan masyarakat :
1) Data demografi (jumlah bayi dan balita)
2) Sarana dan prasarana kesehatan (puskesmas, rumah sakit, rumah sakit jiwa)
3) Ketenagaan kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan dll)
4) Data cakupan yankes (imunisasi ,KIA, gizi)
Menetapkan jenis bahaya dan variable
Kelompok jenis Bahaya
1) Tsunami
2) Gempa bumi
3) Letusan gunung berapi
4) Angin puyuh
5) Banjir
6) Tanah longsor
7) Kebakaran hutan
8) Kekeringan
9) KLB penyakit menular
10) Kecelakaan transportasi/industri
11) Konflik dg kekerasan
Menetapkan variabel
Karakteristik bahaya, manajemen
Frekuensi :Suatu bahaya/ancaman seberapa sering terjadi
Intensitas : Diukur dari kekuatan dan kecepatan secara
Karakteristik bahaya
Dampak : Pengukuran seberapa besar akibat terhadap kehidupan rutin
Keluasan :Luasnya daerah yg terkena
Komponen uluran waktu: Rentang waktu peringatan gejala awal-hingga terjadinya
dan lamanya proses bencana berlangsung
Kerentanan
1) Fisik
Kekuatan struktur bangunan fisik (lokasi, bentuk, material, konstruksi,
pemeliharaannya)
Sistem transportasi dan telekomunikasi (akses jalan, sarana angkutan, jaringan
komunikasi dll)
2) Sosial
Meliputi unsur demografi (proporsi kel. rentan, status kesehatan, budaya, status sosek
dll)
3) Ekonomi
Meliputi dampak primer (kerugian langsung) dan sekunder (tidak langsung)
Penetapan cara penilaian
1) Jenis bahaya/ancaman
2) Penilaian sesuai dengan kelompok variabel
3) Berdasarkan data, pengalaman dan taksiran
4) Saling terkait satu sama lain
5) Nilai berkisar antara 1 s/d 3
1 = risiko terendah
2 = risiko sedang
3 = risiko tertinggi
6) Penilaian berdasarkan :
Untuk penilaian manajemen dinilai dengan skala yang berbalik
1 = kemampuan tinggi
2 = kemampuan sedang
3 = kemampuan rendah
penilaian
No Variable Gempa bumi Banjir Kerusuhan
1 Bahaya
Frekuensi
Intensitas
Dampak
Keluasan
Uluran waktu
Total

2 Kerentanan
Fisik
Social
Ekonomi
Total
3 Manajemen
Kebijakan
Kesiapsiagaan
Total
Nilai

Menetapkan hasil luarannya


Masing-masing komponen yg ada di beri nilai untuk masing-masing jenis bahaya
1. Kemudian nilai tsb dijumlahkan
2. Karakteristik bahaya, nilai dijumlah
3. Kerentanan, nilai dijumlah
4. Manajemen, nilai dijumlah
5. Setelah didapat nilai masing-masing variabel, kemudian nilai tersebut dijumlahkan
(nilai karakteristik bahaya+ kerentanan +manajemen)
Keluaran
Ancaman/bencana (event) dengan nilai tertinggi merupakan yg harus diprioritaskan

C. Menyusuan rencana darurat bencana


Proses penyusunan rencana operasi darurat bencana merupakan tahapan penting
dalam penanganan darurat bencana yang perlu mendapat perhatian agar operasi darurat
bencana dapat diselenggarakan secara efektif yang berlaku untuk status siaga darurat,
tanggap darurat dan transisi darurat ke pemulihan.
Dalam Rencana Operasi ditetapkan tujuan, tindakan-tindakan taktis/teknis dan
manejerial serta inventarisasi potensi sumberdaya yang ada, sehingga Komandan Darurat
Bencana beserta seluruh jajarannya dan organisasi yang terkait dapat melaksanakan
penanganan darurat bencana.
Proses penyusunan rencana operasi terdiri dari tahapan-tahapan, yang merupakan
suatu siklus perencanaan operasi dan merupakan prosedur tetap dalam penyusunan rencana
operasi, yaitu:
a. Tindakan Awal
b. Penetapan Tujuan dan Sasaran
c. Rapat Rencana Taktis
d. Persiapan Rapat Rencana Operasi
e. Rapat Rencana Operasi
f. Penetapan Rencana Operasi
g. Rapat Penjelasan Rencana Operasi
h. Pelaksanaan dan Pengakhiran
Proses perencanaan dilaksanakan untuk menghasilkan rencana operasi darurat
bencana yang dapat diimplementasikan secara efektif. Rencana Operasi atau Rencana
Tindakan disiapkan oleh Kepala Bidang Perencanaan. Bidang-Bidang lain serta organisasi
terkait memberikan

a. Tindakan Awal
1. Mengaktifkan rencana kontinjensi yang terkait yang disesuaikan dengan kondisi
bencana yang terjadi.
2. Pada status siaga darurat, rencana tindakan operasi darurat bencana didasarkan atas
asumsi kejadian dan pembuatan skenario sesuai dengan jenis bencana yang akan
dihadapi.
3. Tindakan operasi setelah bencana terjadi, yaitu pada status tanggap darurat bencana
dan status transisi darurat ke pemulihan, diawali dengan analisis keadaan darurat
bencana termasuk mengkaji kejadian dan perkembangan kejadian bencana atas dasar
masukan dari:
a. Informasi umum kejadian awal, yang dapat bersumber dari pemerintah daerah,
instansi/lembaga, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
b. Informasi resmi yang berasal dari sumber-sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan kewenangannya, seperti Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG), Badan Geologi Departemen Eenergi Sumber Daya Mineral
(ESDM), Departemen Pekerjaan Umum (PU), Departemen Kehutanan, dan
Departemen Pertanian.
c. Informasi dari TRC yang ditugaskan baik oleh BNPB maupun oleh BPBD yang
meliputi :
1) Cakupan lokasi bencana
2) Jumlah korban bencana
3) Kerusakan prasarana dan sarana
4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan
5) Kemampuan sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan
6) Upaya-upaya yang telah dilakukan
7) Kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi
4. Kepala Bidang Perencanaan menuangkan semua informasi kejadian awal ke dalam
Formulir Informasi Bencana (Formulir 1a-1d, Lampiran 03-06), yang memuat
informasi mengenai:
a. Sketsa/peta darurat bencana, peta sumberdaya dan peta evakuasi
b. Permintaan bantuan sumberdaya yang dibutuhkan
c. Sumber bantuan sumberdaya (BNPB/BPBD, instansi/lembaga, dunia usaha dan
masyarakat)
d. Lokasi tujuan bantuan
e. Ringkasan tindakan operasi
f. Ringkasan bantuan sumberdaya
5. Formulir Informasi Bencana ditujukan untuk memberikan informasi dasar kepada
Komandan dan seluruh Staf Komando dan Staf Umum Komando Darurat Bencana
mengenai situasi bencana dan kebutuhan bantuan sumberdaya yang diperlukan
dalam penanganan darurat bencana.
6. Informasi Bencana didistribusikan kepada Staf Komando dan Staf Umum Komando.

b. Penetapan Tujuan dan Sasaran


1. Dengan adanya analisis kejadian awal dan informasi mengenai kebutuhan bantuan,
tahapan proses perencanaan selanjutnya adalah menetapkan Tujuan dan Sasaran
yang akan dicapai dalam operasi.
2. Komandan Komando Darurat Bencana memberikan arahan mengenai tujuan dan
sasaran umum operasi; menetapkan strategi umum, kebijakan, batasan anggaran dan
hukum dalam mencapai tujuan dan sasaran operasi.
3. Tujuan dan Sasaran Operasi dalam garis besar meliputi tindakan-tindakan untuk:
a. Penyelamatan dan evakuasi korban bencana
b. Pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana
c. Penyediaan dan distribusi personil, logistik dan peralatan
d. Perlindungan kelompok rentan
e. Pemulihan dengan segera fungsi sarana dan prasarana vital
4. Tujuan dan Sasaran operasi dapat diurai dalam bentuk yang lebih khusus dan
spesifik, antara lain:
a. Pertolongan darurat untuk mengantisipasi meluasnya dampak bencana
b. Evakuasi korban
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi
d. Penyediaan sandang dan pangan
e. Pelayanan kesehatan
f. Penyediaan hunian sementara korban
g. Tindakan aksi untuk mengatasi sumber bencana, seperti:
Pemadaman kebakaran hutan dan lahan serta bencana asap termasuk tindakan
mengisolasi sumber api/asap dan tindakan pengeboman air dari udara.
Penanggulangan bencana kekeringan dengan penyediaan sistem air bersih dan air
minum serta kecukupan pangan.
Pencarian dan penyisiran lokasi akibat bom.
Pemasangan bronjong dan karung pasir untuk penahan tanah longsor/tanggul
(bencana banjir).
h. Pemulihan darurat sarana dan prasarana supaya dapat berfungsi kembali, antara lain:
Jalan dan jembatan yang terputus
Menyingkirkan tanah longsor yang menutup jalan dan jembatan
Tanggul yang jebol
Sarana komunikasi
Penyelamatan lingkungan.
5. Setelah pembahasan, tujuan dan sasaran operasi dituliskan ke dalam formulir Tujuan
Operasi (Formulir 2, Lampiran-08), dan kemudian didistribusikan kepada Kepala
Bidang Perencanaan, Kepala Bidang Operasi, Kepala Humas dan Perwakilan
Instansi/Lembaga agar semua pihak terkait mengetahui strategi yang digunakan
untuk Rencana Operasi periode akan datang.
6. Kepala Bidang Operasi harus menyatakan bahwa Tujuan Operasi dipahami dan
dapat dilaksanakan.
7. Tujuan dan Sasaran Operasi harus dibuat jelas dan terukur agar pada siklus operasi
selanjutnya jajaran Komando dapat mengetahui tindakan operasi yang sudah berhasil
dicapai dalam satu shif operasi.
8. Tujuan dan Sasaran Operasi harus dapat dicapai dengan mempertimbangkan
ketersediaan personil, logistik dan peralatan pada shif operasi tersebut.
9. Tujuan dan Sasaran Operasi harus cukup fleksibel dan memberikan ruang bagi
Kepala Bidang Operasi untuk mencapai solusi operasi yang optimal.
c. Rapat Rencana Taktis
1. Rapat Rencana Taktis (Teknis) Operasi bertujuan untuk:
Menentukan strategi cara pencapaian tujuan dan sasaran operasi darurat bencana
yang telah ditetapkan.
Mengalokasikan bantuan sumberdaya, baik personil, logistik dan peralatan sebagai
tindakan taktis operasi darurat bencana.
Menyiapkan sistem monitoring operasi sebagai alat untuk mengoreksi atau
menyesuaikan rencana taktis yang telah ditetapkan apabila perkembangan lapangan
membutuhkan.
2. Komandan darurat bencana dapat menunjuk Kepala Bidang Perencanaan menyiapkan
dan memimpin Rapat Taktis Operasi.
3. Informasi Awal bencana (Formulir 1a-1d, Lampiran 03-06) dibahas dalam Rapat
Rencana Taktis oleh Komandan bersama-sama dengan Kepala Bidang Perencanaan,
Kepala Bidang Operasi dan pejabat terkait.
4. Kepala Bidang Operasi memberikan usulan mengenai rencana pengerahan
sumberdaya dalam rangka menunjang tujuan dan sasaran operasi yag telah ditetapkan
oleh Komandan.
5. Kepala Bidang Operasi menentukan garis pengendalian lokasi bencana sesuai dengan
kewenangannya dengan memperhatikan batasan geografis tertentu untuk operasi
darurat pada hari berikutnya.
6. Setelah Rapat Rencana Taktis, Kepala Bidang Operasi melengkapi formulir Rencana
Kebutuhan bantuan sumberdaya (Formulir 9, Lampiran 21).
7. Formulir 9 (Rencana Kebutuhan) digunakan untuk mengkomunikasikan kebutuhan
sumberdaya (a.l. personil, logistik dan peralatan) kepada seluruh jajaran organisasi
terkait.
8. Formulir 9 digunakan oleh Bidang Logistik dan Peralatan Komando Darurat Bencana
sebagai dasar permintaan dan pengadaan bantuan logistik dan peralatan.
d. Persiapan Rapat Rencana Operasi
Persiapan Rapat Rencana Operasi dilakukan oleh Bidang Perencanaan dan bertujuan untuk:
1. Menentukan periode operasi
2. Menyiapkan peta-peta ukuran besar
3. Menyiapkan formulir-formulir (Formulir 1-10)
4. Memaparkan matriks rencana kebutuhan (Formulir 9)
5. Menyiapkan informasi mengenai status situasi bencana dan perkembangannya
e. Rapat Rencana Operasi
Rapat Rencana Operasi dipimpin oleh Kepala Bidang Perencanaan,yang meliputi aktifitas:
1. Pembahasan secara singkat status dan perkembangan bencana berdasarkan informasi
dari:
TRC
Formulir Informasi Bencana (Formulir 1a-1d)
Pemantauan dari lapangan
Laporan lainnya
2. Kepala Bidang Operasi menetapkan alokasi bantuan sumberdaya kepada masing-masing
BPBD/Satkorlak PB/Satlak PB atau tim/kelompok untuk menjalankan tugas sesuai
dengan kebutuhannya.
3. Kepala Bidang Perencanaan mengidentifikasi sumberdaya yang dibutuhkan berdasarkan
rencana kebutuhan yang dibuat oleh Kepala Bidang Operasi.
4. Kepala Bidang Perencanaan memastikan, bahwa Rencana Operasi Udara (Formulir 10)
telah disiapkan oleh Kepala Bidang Operasi. Rencana Operasi Udara memuat penugasan
bantuan sumberdaya melalui udara dengan menyebutkan jenis dan jumlah pesawat yang
dialokasikan serta tujuan/lokasi bantuan dan penerima bantuan.
5. Kepala Bidang Operasi bersama-sama dengan Kepala Kepala Bidang Perencanaan dan
Bidang Logistik menetapkan fasilitas-fasilitas di lokasi bencana yang diperlukan untuk
melaksanakan penanganan bantuan, seperti di staging area dan shelter.
6. Mentukan dukungan-dukungan lainnya, seperti: Jaring Komunikasi yang diperlukan
untuk mengkoordinasikan operasi (Formulir 5), dukungan Rencana Medis (Formulir 6),
dan dukungan Keselamatan serta Transportasi petugas operasi
7. Melengkapi Rencana Operasi yang memuat penetapan rencana tindakan operasi, yang
terdiri dari:
a. Penetapan tujuan dan sasaran operasi
b. Penetapan struktur dan susunan pejabat organisasi Komando
c. Penugasan
d. Peta Lokasi Bencana
e. Penetapan alokasi jaring komunikasi
f. Rencana dukungan medis
g. Rencana Transportasi/Operasi Udara
8. Kepala Bidang Perencanaan menentukan kebutuhan jenis formulir pendukung untuk
setiap Rencana Operasi/Tindakan Operasi.
F. Penetapan Rencana Operasi
1. Kepala Bidang Perencanaan bertanggung jawab untuk memeriksa, bahwa Rencana
Operasi sudah lengkap dan akurat :
a. Melengkapi lampiran rencana operasi (formulir-formulir pendukung) dan memastikan
bahwa setiap formulir sudah disetujui oleh pejabat terkait.
b. Memastikan bahwa Rencana Operasi telah disetujui oleh Komandan.
c. Rencana Operasi dituangkan dalam bentuk Form 8 beserta semua dokumen
pendukung sebagai lampiran.
2. Formulir 8 mengenai Rencana Operasi Tanggap Darurat terdapat pada Lampiran-18
s/d 20.

G. Rapat Penjelasan Rencana Operasi


Rapat penjelasan rencana operasi terdiri dari aktifitas sebagai berikut:
1. Dokumen Rencana Operasi dibagikan kepada seluruh personil terkait.
2. Penjelasan operasi darurat bencana dilakukan oleh Kepala Bidang Perencanaan.
3. Penjelasan status darurat bencana dilakukan dengan berorientasi pada peta bencana.
4. Menyampaikan laporan terakhir dari ramalan cuaca.
5. Melengkapi data-data yang kurang.
6. Tanya-Jawab.

H. Pelaksanaan dan Pengakhiran


1. Dokumen Rencana Operasi yang telah ditetapkan, yang berlaku untuk periode operasi
tertentu, didistribusikan kepada seluruh Kepala Seksi di jajaran Bidang Operasi
Komando Darurat Bencana untuk dilaksanakan di lapangan.
2. Pelaksanaan Rencana Operasi dipimpin oleh Kepala Bidang Operasi.
3. Pelaksanaan Rencana Operasi harus dimonitor dan dievaluasi pada setiap tahapan
pengembangan dan implementasinya.
4. Kepala Bidang Operasi dapat melakukan koreksi dan penyesuaian terhadap
pelaksanaan Rencana Operasi sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lapangan.
5. Seluruh Kepala Bidang Komando Darurat Bencana harus memantau perkembangan
operasi darurat bencana di lapangan.
6. Sebagai masukan untuk penetapan Tujuan dan Sasaran Operasi untuk periode operasi
selanjutnya, semua Kepala Bidang memberikan rekomendasi kepada Komandan
Darurat Bencana berdasarkan informasi dan umpan balik dari lapangan.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian kesiapsiagaan berdasarkan UU RI No. 24 Tahun 2007, International
Federation Red Cross (IFCR) dan UN-ISDR (United Nation-International Strategy for
Disaster Reduction) yaitu:
Identifikasi Risiko (Risk identification) Merupakan analisis menyeluruh terhadap
kerentanan, lokasi, daya rusak dan intensitas bahaya. Aktivitas dalam identifikasi risiko
bencana :
Pengumpulan data bahaya dan pemetaan (frekuensi, besaran, dan lokasi)
Penilaian kerentanan (populasi dan asset yang terpapar)
Penilaian kapasitas dan sumber daya
Penilaian risiko (probabilitas dari kerugian yang diharapkan)
Proses penyusunan rencana operasi terdiri dari tahapan-tahapan, yang merupakan
suatu siklus perencanaan operasi dan merupakan prosedur tetap dalam penyusunan rencana
operasi, yaitu:
Tindakan Awal
Penetapan Tujuan dan Sasaran
Rapat Rencana Taktis
Persiapan Rapat Rencana Operasi
Rapat Rencana Operasi
Penetapan Rencana Operasi
Rapat Penjelasan Rencana Operasi

Pelaksanaan dan Pengakhiran


B. Saran
Diharapkan masyarakat agar bisa menerapkan kewaspadaan dalam bencana

Daftar Pustaka

Nature and Type of Disasters. Hospital Preparedness for Emergencies &


Disasters.IndonesianHospital Association. Participan Manual. Jakarta 2003.

Disaster Risk Management. Hospital Preparedness for Emergencies &


Disasters.Indonesian Hospital Association. Participan Manual. Jakarta 2003.

Risk Management Planning. Hospital Preparedness for Emergencies &


Disasters.Indonesian Hospital Association. Participan Manual. Jakarta 2003.

Risk awareness and assessment. Living with risk A global review of disaster reduction
initiative.International Strategy for Disaster Reduction.

kurt Hollenstein : Natural hazards, risk analysis and management, disaster and
emergency management research. Swiss Federal Institute of Technology Zurich.

Anda mungkin juga menyukai