Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI PONDOK PESANTREN STIKES SURYA GLOBAL


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Stase Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh :
KELOMPOK I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
TAHUN 2021

1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIV

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Disahkan “Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus di


Pondok Pesantren STIKes Surya Global Yogyakarta” Guna Memenuhi Tugas Stase
Keperawatan Komunitas Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Surya Global
Yogyakarta Tahun 2021.

Yogyakarta, Februari 2021

Diajukan Oleh:
Mahasiswa
Saifullah Tani (24191349) Fikry Hafizi (24191355)
Papri Atmawati (24191350) Erika Putri Desya (24191356)
Naelatur Rizqiyah (24191351) Yati Wulandari (24191357)
Dwi Mustika Wati (24191352) Fildzah Khalishatul Kamila (24191358)
Nursantri Ms. Sanatu (24191353) Siti Sofiyani (24191359)
Refika Sahara Dewi (24191354) Putri Rizki Hariani (24191360)
Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pengasuh Pondok Pesantren

(Dr. Hj. Arita Murwani, S.Kep., Ns., M.Kep.) (Ust. Sugiyono Al Munawwari S.IP., MM., M.PH)

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan program profesi
ners stase komunitas pada kelompok khusus di Pondok Pesantren STIKes Surya
Global Yogyakarta. Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini dibuat sebagai
syarat menyelesaikan tugas Stase Keperawatan Komunitas Program Pendidikan
Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta Angkatan XXV.
Dalam proses penyelesaian laporan ini banyak pihak yang telah membantu,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
penyusunan laporan ini :
1.
2. Dr. Hj. Arita Murwani, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing
Akademik
3. Ustadzah Nunik Nuraini, selaku Pengasuh Pondok Pesantren
4. Para Ustadzah dan MPKD Pondok Pesantren STIKes Surya Global
5. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan dalam
penyusunan laporan ini.
Dengan motivasi, bantuan dan bimbingan penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan komunitas. Penulis menyadari dalam penulisan laporan
komunitas masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf
dan mohon saran serta kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Kalasan, 24 Maret 2021


Kelompok I

3
BAB I
LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat atau komunitas adalah sebagai bagian dari subyek dan obyek
pelayanan kesehatan perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan
status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal
ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah
dengan melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat
(Anderson, 2014).
Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan,
maka perlunya peran aktif semua pihak didalam masalah kesehatan masyarakat,
penyedia layanan kesehatan, masyarakat, pemerintah dan perusahaan, Sehingga
perlu kerjasama untuk merumuskan dan mengembangkan program kesehatan
masyarakat sesuai karakteristik daerah setempat sehingga tahap perubahan
menuju masyarakat sehat baik mengubah kesadaran dan pengetahuan
masyarakat dan pada akhirnya memiliki self belonging bahwa kesehatan
merupakan milik dan tanggung jawab bersama dan mampu menimbulkan sanksi
sosial bagi anggota masyarakat yang tidak mematuhinya (Anderson, 2014).
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta
meningkatkan kemampuan bekerja sama dengan individu, keluarga dan
kelompok. Maka Mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Angkatan XXIV Kelompok III melaksanakan praktik
klinik keperawatan komunitas di Pedukuhan Glondong, Desa Tirtomartani,
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa mengkaji
setiap keluarga binaan yang ada di Pedukuhan Glondong. Pendekatan secara
4
kelompok dilakukan dengan cara pembentukan kelompok kerja lanjut usia,
memberdayakan kader kesehatan dan memberdayakan karang taruna. Dengan
pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil
yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri
dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan seluruh komponen desa untuk
mengikutsertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Masyarakat diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi
diwilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga
atau masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan
yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Pendekatan ini diterapkan oleh Mahasiswa Ilmu Keperawatan STIKES Surya
Global Yogyakarta Angkatan XXIV Kelompok III Stase Keperawatan
Komunitas dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada masyarakat di
Pedukuhan Glondong, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan pemberdayaan masyarakat
melalui tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, kader kesehatan.
Sehingga melalui pendekatan tersebut dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat seperti pola perilaku hidup bersih, menurunkan angka kesakitan dan
kematian, yang merupakan salah satu program pemerintah untuk mewujudkan
visi Indonesia Sehat 2025.
Dalam Indonesia Sehat 2025 lingkungan strategis pembangunan kesehatan
yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari
kerawanan sosial budaya, polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan. Perilaku masyarakat diharapkan dalam
Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masayarakat sehat dan aman (safe community) (Depkes RI,
2009).

5
Keperawatan kesehatan komunitas menurut American Nurses Association
(2004) didefinisikan sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan dari populasi dengan menintegrasikan keterampilan dan pengetahuan
yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktik yang
dilakukan komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada kelompok tertentu,
berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat periodik (Efendi
dan Makhfudli, 2009).
Misi Upaya Kesehatan di Kabupaten Sleman adalah salah satunya adalah
meningkatkan upaya promotif, preventif dan surveilans melalui pemberdayaan
masyarakat. (Dinkes Sleman, 2011). Maka dari itu dibutuhkan adanya individu
atau kelompok yang mampu menjadi agent perubahan pada masyarakat. Salah
satu bentuk atau upaya menciptakan adanya change agent dalam masyarakat,
khususnya dibidang kesehatan adalah dengan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat, dimana dengan adanya program tersebut diharapkan tenaga
kesehatan dapat menjadi agent perubahan dalam merubah dan menuntun
perilaku kesehatan masyarakat dari kurang atau tidak sehat menuju perilaku
yang sehat, sehingga dapat mencapai misi yang telah ditetapkan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dalam
pembangunan kesehatan yang mandiri dan sehat sesuai dengan sasaran yang
dapat dibedakan adanya pemberdayaan individu, keluarga dan komunitas
masyarakat. Keperawatan komunitas menjadi salah satu praktek keperawatan
yang diimplikasikan untuk pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kesehatan
dan pemeliharaan kesehatan dalam masyarakat dengan memberikan asuhan
keperawatan.
Oleh karena itu kami bermaksud untuk melakukan kegiatan Stase
Keperawatan komunitas yang tujuannya tak lain adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan komunitas di pedukuhan Glondong, Desa Tirtomartani,
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, dimana dalam
menjalankan program pendidikan profesi ners stase keperawatan komunitas ini,
pelaksanakan kegiatan masyarakat berfokus pada upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan diri dari penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(rehabilitative).
B. TUJUAN
6
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan keperawatan komunitas ini adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata mengenai keperawatan kesehatan
komunitas maupun keperawatan kelompok khusus yang bekerjasama
dengan lintas program dan lintas sektoral, khususnya mampu membina
kesehatan komunitas maupun kelompok khusus yang mempunyai
masalah kesehatan di Pedukuhan Glondong, Desa Tirtomartani,
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik lapangan keperawatan komunitas,
mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas di
Pedukuhan Glondong, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan,
Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, bersama masyarakat meliputi:
a. Mengkaji status kesehatan masyarakat keseluruhan melalui
wawancara, observasi maupun membaca literatur yang ada
b. Merumuskan masalah kesehatan masyarakat berdasarkan hasil
pengkajian
c. Merencanakan tindakan keperawatan untuk kelompok khusus yaitu
1) Kelompok ibu hamil dan balita
2) Kelompok usia anak-anak
3) Kelompok usia remaja
4) Kelompok dewasa
5) Kelompok lanjut usia
6) Lingkungan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan
e. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan

7
C. MANFAAT
1. Untuk Mahasiswa STIKes Surya Global Yogyakarta
2. Mampu mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada
masyarakat.
3. Mampu belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas Mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis,
analitis, dan bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat
4. Mampu meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan
hubungan interpersonal.
5. Untuk Masyarakat Pedukuhan Glondong
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah
kesehatan yang dialami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai
upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
d. Memandirikan masyarakat didalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
6. Untuk Institusi Pendidikan STIKes Surya Gobal Yogyakarta
Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktek keperawatan komunitas selanjutnya.

D. SASARAN
E. Masyarakat di Pedukuhan Glondong, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan,
Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.
STRATEGI
F. Strategi yang digunakan dalam penerapan asuhan keperawatan:
1. Penjajakan Umum
a. Pendekatan dan penjelasan program kepada Ketua RT 01, 02, 03, 04, 05,
06, 07, Kepala Dukuh, Ketua Pemuda, kader kesehatan, dan tokoh
masyarakat melalui Musyawarah Masyarakat Dusun I.
b. Orientasi Wilayah
8
2. Pengumpulan data
a. Pengkajian melalui wawancara dan observasi terhadap warga RT 01, 02,
03, 04, 05, 06, 07 di Pedukuhan Glondong, Desa Tirtomartani, Kecamatan
Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta
3. Observasi Lingkungan
4. Identifikasi dan prioritas masalah
5. Perencanaan/ Plan of Action (POA)
6. Pelaksanaan
7. Evaluasi

F. WAKTU PELAKSAANAAN
Waktu pelaksanaan praktek keperawatan kesehatan komunitas dan
keperawatan keluarga dilaksanakan selama 5 minggu, mulai dari tanggal 2
Maret sampai tanggal 4 April 2020 dengan jadwal sebagai berikut:
1. Minggu Pertama penyerahan dan orientasi tempat, pengkajian, analisa data
dan pelaksanaan MMD 1.
2. Minggu kedua pelaksaan MMD II dan penyusunan penanggulangan masalah
3. Minggu ketiga sampai minggu keempat Implementasi (pelaksanaan program)
4. Minggu kelima Evaluasi implementasi, pelaksanaan MMD III, presentasi
laporan dan penarikan.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI KEPERAWATAN KOMUNITAS


Komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang ditentukan oleh
batasbatas wilayah, nilai-nilai, keyakinan dan minat yang sama serta ada
rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu
dan yang lainnya (WHO dalam Harnilawati, 2015). Komunitas adalah
kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu
sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu
lokasi yang sama dengan di bawah pemerintahan yang sama, area atau
lokasi yang sama dimana mereka tinggal dan kelompok sosial yang
mempunyai interest yang sama (Riya dalam Harnilawati, 2015).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok
khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai
yang telah melembaga (Sumijatun dkk dalam Harnilawati, 2015).
Keperawatan komunitas merupakan suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan
lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat lebih tinggi. Keperawatan komunitas yaitu
pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi, dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan yang penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan (Pradley dalam Harnilawati, 2015).
Keperawatan komunitas menurut ANA dalam Wijayaningsih
(2014), adalah suatu sintesa dari praktek kesehatan masyarakat yang
dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.

10
Praktik keperawatan kesehatan komunitas bersifat menyeluruh dengan
tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur
tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga
(nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas,
membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri
serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang
lain (WHO dalam Harnilawati, 2015). Kesatuan yang unik dari praktik
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan pada
pengembangan serta peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri
sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok
khusus atau masyarakat (Ruth B. Freeman dalam Harnilawati, 2015).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu
keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal.

B. PARADIGMA KEPERAWATAN KOMUNITAS


Paradigma keperawatan komunitas terdiri atas empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &
Dawkins dalam Wijayaningsih, 2016). Sebagai sasaran praktek
keperawatan, klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat.
1. Individu sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan
utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat

11
pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan
dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kemandirian
pasien/klien.
2. Keluarga sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan
erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik
secara perorangan maupun bersama-sama di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan manusia yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan
keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:
a) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah
kesehatan di dalam kelompoknya sendiri.
c) Masalah kesehatan di dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota kluarga tersebut.
3. Masyarakat sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antara warga,
diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan
memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan
dalam keperawatan kesehatan komunitas didefinisikan sebagai
kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif.
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada
kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum, ada
empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari

12
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu
lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah,
tanah, iklim dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami
wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor
tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang
lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan
esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
meggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan dalam
bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara
komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan
masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status
kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik,
psikologi, sosial, budaya dan lingkungan spiritual.

C. TUJUAN PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan
langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok di dalam
konteks komunitas serta perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan

13
masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat (Jaji, 2014).
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat
secara menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.

2. Tujuan Khusus
a) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan kelompok
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
c) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
d) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/ rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di
panti dan di masyarakat.
e) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak
lanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
f) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
risiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan di rumah dan di puskesmas.
g) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal

D. SASARAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok yang berisiko tinggi seperti
keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang
tidak terjangkau, termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson dalam Wijayaningsih (2016), sasaran keperawatan komunitas
terdiri dari tiga tingkat yaitu:

14
1. Tingkat Individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil
dan lain-lain) yang dijumpai di poli klinik, puskesmas dengan sasaran
dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu.

2. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan
keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada
anggota keluarga, menciptakan lingkungn yang sehat dan
memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan keluarga. Prioritas pelayanan perawatan kesehatan
masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu :
a) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita
tertentu dengan penyakit kronis yang tidak bisa diintervensi oleh
program, penyakit endemis, penyakit krons tidak menular atau
keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b) Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil
yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (Hb < 8 gr
%) ataupun kurang energi kronis (KEK), keluarga dengan ibu
hamil risiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi,
keluarga dengan balita BGM, keluarga dengan neonatus BBLR,
keluarga dengan usia lanjut, jompo atau keluarga dengan kasus
percobaan bunuh diri.
c) Keluarga dengan tindak lanjut perawatan.
3. Tingkat Komunitas

15
a) Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
b) Pembinaan kelompok khusus.
c) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah.

E. RUANG LINGKUP PERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan komunitas merupakan upaya pelayanan kesehatan
baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif maupun resosialitatif.
Menurut Nurhayati (2014), upaya promotif dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan,
olahraga teratur, rekrreasi dan pendidikan seks. Upaya preventif untuk
mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan
kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium ataupun pemeriksaan dan
pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang
sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit di
rumah, perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari puskesmas atau
rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan
buah dada ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir. Upaya
rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat di rumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta
dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta,
patah tulang dan lain sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita
stroke, batuk efektif pada penderita TB dan lain-lain. Upaya resosialitatif
adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang karena
penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti penderita AIDS, kusta
dan wanita tuna susila.

16
F. PERAN PERAWAT KOMUNITAS (PROVIDER OF NURSING
CARE)
Menurut Wijayaningsih (2016), banyak peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah:
1. Sebagai Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang
memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan
autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah
proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang, di dalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.
2. Sebagai Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat
bicara untuk dirinya. Tugas perawat sebagai pembela klien adalah
bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan.
3. Sebagai Manajemen Kasus (Case Manager)

17
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi
fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien. Perawat
kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban
tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
4. Sebagai Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan
rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap
kesehatan yang optimal. Peran perawat sebagai kolaborator dapat
dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain,
baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi dan lain-lain dalam
kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien
tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan
keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
5. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat mejadi pautan
bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai
dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat
jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
6. Sebagai Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang
merupakan dasar dari praktik keperawatan.
7. Pembawa Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen
pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya
dengan peningkatan dan pemeliharan kesehatan. Pembawa perubahan
adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang
membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada
sistem. Marriner Torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah

18
yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimibing klien melalui fase-fase ini.

G. KONSEP MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh
faktor lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, sosial dan kultural
serta spiritual terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas
terhadap strategi pencegahan, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
dalam upaya mencapai tujuan.

Adapun model-model keperawatan komunitas adalah sebagai berikut


(Makhfudli, 2009):
1. Model Sistem Imogene M. King (1971)
Komunitas merupakan suatu sistem dari subsistem keluarga dan
supra sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Adanya
gangguan atau stressor pada salah satu subsistem akan mempengaruhi
komunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem
pendidikan, dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau
ketidaktahuan.
2. Model Adaptasi C. Roy (1976)
Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi
tujuannya adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan
merubah perilaku maladaptif pada komunitas. Adapun upaya
pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan
kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.
3. Model “Self Care” D. E. Orem (1971)
Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena
tujuan akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga

19
dalam melakukan upaya kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah,
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, merawat anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi
lingkungan yang dapat menunjang kesehatan dan menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan secara cepat.
a) Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus
dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh
individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
keadaan sehat sakit (Orem dalam Wijayaningsih, 2013).

b) Sasaran
1) Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri
secara terapeutik.
2) Menolong klien bergerak ke arah tindakan asuhan mandiri.
3) Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan.
c) Fokus Asuhan Keperawatan
1) Aspek interpersonal: hubungan di dalam keluarga.
2) Aspek sosial: hubungan keluarga dengan masyarakat yang
berada disekitarnya.
3) Aspek prosedural: melatih keterampilan dasar keluarga
sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi.
4) Aspek teknis: mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang
mampu dilakukan keluarga di rumah misalnya: mengompres
dengan bak dan benar.
4. Model “Health Care System” Betty Neuman

20
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu model
health care system. Model konsep ini merupakan model konsep yang
menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada
penekanan penurunan stres dengan cara memperkuat garis
pertahannan diri baik yang bersifat fleksibel, normal maupun resisten
dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin,
2009 dalam Makhfudli, 2009).
Menurut Betty Neuman, tujuan dari asuhan keperawatan adalah
tercapainya keseimbangan sistem klien. Adapun klien sendiri adalah
sistem terbuka (baik individu, keluarga, kelompok dan komunitas)
yang terdiri dari struktur dasar atau faktor kehidupan.
Peran perawat menurut Newman adalah mengidentifikasi
stressor yang meliputi stressor interpersonal dan ekstrapersonal dan
membantu klien untuk berespon terhadap stresor. Kesulitan yang
biasanya dialami bersumber dari stresor intersonal, intrapersonal dan
ekstrapersonal yang ada di lingkungan internal maupun eksternal.
Evaluasi dari Betty Newma adalah pergeseran dari status kesehatan
ketingkat kesehatan yang diharapkan dan adanya kestabilan sistem
klien (Akhmadi, 2014).
Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama
dari paradigma keperawatan yang terkait keperawatan komunitas
adalah sebagai berikut: a) Manusia
Manusia merupakan suatu sistem terbuka yang selalu
mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu
kesatuan dari variabel-variabel fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
b) Lingkungan
Lingkungan meliputi semua faktor internal dan eksternal
atau pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien
c) Sehat
Sehat merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan
kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis

21
sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi
stresor.
d) Keperawatan
Sehat menurut model Newman adalah suatu keseimbangan
biopsiko-sosio-kultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan
klien yaitu fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan
untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus
pada empat intervensi yaitu intervensi yang bersifat promosi
dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan
normal yang terganggu, sedangkan intervensi yang bersifat
kurasi atau rehabilitasi dilakukan apabila garis pertahanan
resisten yang terganggu. Intervensi yang dilakukan terhadap
klien ditujukan pada garis pertahanan yang mengalami gangguan
seperti:
1) Intervensi bersifat promosi untuk gangguan pada garis
pertahanan fleksibel berupa pendidikan kesehatan,
mendemonstrasikan ketrampilan keperawatan dasar yang
dapat dilakukan klien di rumah atau komunitas yang
bertujuan meningkatkan kesehatan.
2) Intervensi bersifat kurasi untuk gangguan pada garis
pertahanan normal.
3) Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan
pada garis pertahanan resisten.

22
Untuk mempertahankan sistem klien dalam keadaan stabil
melalui pengkajian yang aktual, potensial stressor dilanjutkan
dengan melakukan tindakan yang tepat seperti:
1) Prevensi primer: memperkuat garis pertahanan dengan
menekan faktor risiko & cegah stres.
2) Prevensi sekunder: dimulai setelah timbul tanda dan gejala,
untuk memperkuat garis pertahanan normal melalui tujuan
dan intervensi sesuai.
3) Prevensi tersier: dilakukan setelah terapi, memobilisasi klien
untuk cegah penyulit lebih lanjut
Aplikasi model Neuman pada komunitas yaitu sesuai dengan
teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang
merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai

23
pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Sehat menurut Nueman diklasifikasikan dalam delapan
tahapan (Nurhayati, 2014), yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan
sosial.
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak
mengandung harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu
akan kesehatannya dll).
3) Social ill, yaitu secara psikologis dan media baik, tetapi
kurang mampu secara sosial, baik ekonomi maupun interaksi
sosial dengan masyarakat.
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan
kesedihan tanpa alasan.
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa
dan diukur.
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal
daripada menyerah karena mempertahankan agama/
kepercayaan.
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan sosial sakit,
tetapi mempunyai harapan baik.
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psiklogis,
medis dan sosial.
5. Philosophy of Caring dari Jean Watson
Akhmadi (2014), menjelaskan tujuan asuhan keperawatan
menurut Watson adalah memperlakukan klien melalui penggunaan 10
faktor karatif dan berlandaskan pada aspek spiritual transpersonal-
interpersonal. Faktor karatif tersebut adalah:
a) Formasi sistem nilai humanistik dan altruistik.
b) Adanya pengharapan dan keyakinan.
c) Pengembangan kepekaan diri dan orang lain.
d) Pengembangan hubungan kepercayaan dan saling membantu.

24
e) Peningkatan dan penerimaan ekspresi perasaan positif maupun
negatif.
f) Penggunaan metode pemecahan masalah ilmiah secara sistematik
dalam mengambil keputusan.
g) Peningkatan proses belajar mengajar secara internasional.
h) Penyediaan lingkungan yang kondusif.
i) Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
j) Penghargaan terhadap eksistensial fenomenologis.
Pengertian klien sendiri adalah bentuk yang terintegrasi dan
menyatu yang terdiri dari energi psikis yang prima dan universal
(Akhmadi, 2014). Setiap klien memiliki pikiran dan emosi yang
mencerminkan keadaan jiwa pada saat itu dan dapat berubah sesuai
dengan rentang waktu. Peran perawat adalah memberikan bimbingan
pada klien dengan mengajarkan klien tentang perubahan personal
untuk meningkatkan kesehatan, memberi dukungan situasional,
mengajari pemecahan masalah serta mengeditentifikasi koping dan
adaptasi klien.
Fokus dari tindakan adalah adanya masalah interpersonaltranspersonal yang
dialami oleh klien. Intervensi yang diberikan adalah dengan memberikan respon
bahwa klien sebagai individu yang unik, mempersiapkan perasaannya dan
mampu mengenali keunikan orang lain. Di samping itu juga dapat memberikan
bantuan yang membuat klien mencapai dan mempertahankan kesehatan atau
meninggal secara tenang. Evaluasinya adalah kemampuan klien untuk membina
hubungan interpersonal-transpersonal yang harmonis, dinamik dan positif
(Akhmadi, 2014).

25

Anda mungkin juga menyukai