Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI WILAYAH KELAYAN TENGAH RT.17 WILAYAH KERJA PUSKESMAS


KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Komunitas


Pembimbing
Hj. Ruslinawati, Ns., M. Kep
Lukman Harun, Ns., M. Imun
Fitriyani, S.Kep., Ners

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3
1. Eva Herlina, S.Kep : 2014901110024
2. Mutia Rahmah, S.Kep : 2014901110056
3. Muqorrobin Hafiezh, S.Kep : 2014901110055
4. Narita Trimar, S.Kep : 2014901110058
5. Syahri Fadillah, S.Kep : 2014901110087
6. Sasmita Dewi, S.Kep : 2014901110079
7. Septea Wulandari, S.Kep : 2014901110080
8. Salimi, S.Kep : 2014901110078
9. Wahyu Ariadi, S.Kep : 2014901110091
10. Widya Febriana, S.Kep : 2014901110094

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas stase
komunitas. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang asuhan keperawatan komunitas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing akademik dan pembimbing klinik
stase komunitas, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari,
laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Banjarmasin, 07 Januari 2021


Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
1. Tujuan Umum 3
2. Tujuan Khusus4
C. Kegiatan 4
1. Waktu Pelaksanaan 4
2. Lokasi Kegiatan4
3. Kegiatan dan jadwal 4
D. Manfaat Kegiatan 4
1. Untuk Mahasiswa 4
2. Untuk Masyarakat 5
3. Untuk Institusi Pendidikan 5
4. Untuk Profesi Kesehatan Khususnya Keperawatan 5
E. Sistematika Penulisan 5
F. Metodologi Penulisan 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS 7


G. Keperawatan Kesehatan Komunitas 7
H. Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas 8
1. Tujuan 8
2. Fungsi 9
I. Sasaran 9
1. Individu 9
2. Keluarga 10
3. Kelompok Khusus 10
4. Masyarakat 10
J. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas 11
1. Upaya Promotif 11
2. Upaya Preventif 11
3. Upaya Kuratif 11
4. Upaya Rehabilitatif 12

ii
5. Upaya Resosiliatif 12
K. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas 12
L. Prinsip Dasar 13
1. Ilmu Keperawatan 13
2. Ilmu Kesehatan Masyarakat 13
3. Ilmu Sosial 14
M. Model Pendekatan 14
N. Langkah-langkah Proses Keperawatan 15

BAB III LAPORAN ASUHAN KOMUNITAS 27


O. Data Demografi 27
P. Tabulasi Data Penduduk 28
1. Total Distribusi Warga Berdasarkan Umur 28
2. Total Distribusi Warga Berdasarkan Pendidikan 28
3. Total Distribusi KK Berdasarkan Pekerjaan 28
4. Total Distribusi KK Berdasarkan Agama 29
5. Total Distribusi Fasilitas Kesehatan 29
6. Total Distribusi Kader Kesehatan29
7. Total Distribusi fasilitas Umum 29
Q. Data Kesehatan Penduduk 30
1. Kondisi Status Kesehatan Penduduk 30
2. Total Penyakit yang Diderita Penduduk 30
R. Data Sosial Ekonomi 30
1. Penghasilan Rata-rata Perbulan Per KK 30
S. Data Lingkungan Fisik 30
1. Tipe Perumahan 30
2. Status Kepemilikan Rumah 31
3. Jenis Lantai 31
4. Sistem Ventilasi Rumah 31
5. Sistem Pencahayaan Rumah Pada Siang Hari 31
6. Jarak Rumah dengan Tetangga 31
7. Halaman Didepan Rumah 31
8. Pemanfaatan Pekarangan Rumah 32
9. Sumber Air Bersih 32
10. Sistem Pembuangan Kotoran dan Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga 32

iii
11. Hewan Peliharaan 33
T. Kondisi Kesehatan Umum 33
1. Pelayanan Kesehatan 33
2. Pasangan Usia Subur, Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Ibu Menyusui 34
3. Balita 37
4. Remaja 38
5. Lansia 38
U. Penapisan Masalah 40
V. Analisa Data 41
W. Planning Of Action 42
X. Rencana Keperawatan 43
Y. Rencana Kerja 44
Z. Implementasi 46
DAFTAR PUSTAKA 57

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum cita-cita bangsa yang sekaligus merupakan
tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan bangsa Indonesia tersebut adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Pada Tap MPR No.II tahun 1983 tentang GBHN juga dijelaskan bahwa dalam rangka
mempertinggi taraf kesehatan dan kecerdasan rakyat, termasuk gizi juga perlu
ditingkatkan dengan pengembangan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Program
kesehatan nasional ini akan dapat dilaksanakan dengan adanya kerjasama dan
partisipasi masyarakat dan diarahkan terutama pada golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota-kota besar.
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala bidang,
salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai inovasi yang
dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan ini memberikan
dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakikat
pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan dapat
tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat
bersama petugas kesehatan. Hal ini menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban
untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia diberbagai bidang kehidupan
mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang kesehatan.
Dengan berkembangnya paradigma sehat-sakit, saat ini telah terjadi pergeseran,
antara lain perubahan upaya kuratif menjadi upaya preventif dan promotif, dan segi
kegiatan yang pasif menunggu masyarakat berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan

1
2

menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif
dalam upaya peningkatan status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara
lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh
kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan
sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan
kelompok dalam masyarakat.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut di atas perlu diselenggarakan dalam upaya
pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka program pembangunan yang
menyeluruh, terarah, dan terpadu, dengan melalui pendekatan promotif
(peningkatan) kesehatan masyarakat, preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan),
dan rehabilitatif kesehatan masyarakat, sehingga Profesi Ners Stage Komunitas akan
dapat berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan diharapkan, bila
pembangunan kesehatan tersebut telah dilakukan dengan sebenar-benarnya dan
berdasarkan atas Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Profesi Ners Stage Komunitas merupakan pencerminan dari pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang merupakan suatu bentuk kegiatan pengabdian kepada
masyarakat, agar mahasiswa memperoleh pengetahuan secara komprehensif sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan mahasiswa.
Pada Universitas Muhammadiyah Banjarmasin kegiatan ini harus dilakukan oleh
setiap mahasiswa yang telah selesai mengikuti mata ajaran Keperawatan Komunitas
dengan pendekatan pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care).
Stase Komunitas adalah suatu tatanan yang nyata dalam memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menerapkan proses keperawatan kepada keluarga atau
kelompok dan masyarakat, bersama-sama dengan upaya yang dilaksanakan di
puskesmas. Dengan demikian, maka kegiatan komunitas yang dilaksanakan oleh
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Tahun Akademik 2020/2021
berada di wilayah kerja puskesmas dan mengikuti program-program yang akan dan
sedang digarap oleh puskesmas yang bersangkutan.
Melalui Stage komunitas ini merupakan salah satu upaya peningkatan kemampuan
dengan individu, keluarga, dan kelompok ditatanan pelayanan kesehatan komunitas
dengan menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, juga mahasiswa
sebagai calon tenaga kesehatan diharapkan mempunyai pengalaman belajar di
3

lingkup masyarakat khususnya dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang


ditemui selama berada di lapangan/lahan praktek. Selain itu juga, sebagai salah satu
upaya menyiapkan tenaga perawat profesional serta mempunyai potensi keperawatan
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa
Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Banjarmasin kelompok 3
melaksanakan Praktek di RT.17, Kelurahan Kelayan Tengah, Banjarmasin Selatan,
Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.dengan menggunakan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan kelompok dan masyarakat.
Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara memberdayakan kader
kesehatan dan PKK serta mendayagunakan kelompok kader. Dengan pendekatan
masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata
kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui
kerja sama yang baik dengan instansi terkait dan seluruh komponen kota untuk
mengikutsertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Masyarakat diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi di
wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota
keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan
yang sehat, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa mengidentifikasi
populasi dengan risiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk bekerja sama dengan
komunitas dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi perubahan komunitas
dengan penerapan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas.
Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status
kesehatannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stage Komunitas, mahasiswa dapat
memiliki pengalaman dalam memberikan perawatan kesehatan masyarakat
dengan menggunakan metode atau pendekatan proses keperawatan baik terhadap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stage Komunitas, mahasiswa mampu:
a. Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas.
b. Merencanakan intervensi keperawatan kesehatan komunitas berdasarkan
diagnosis kesehatan komunitas dan kebutuhan kesehatan utama dengan
penekanan pada kelompok risiko tinggi (ibu, anak, dan usia lanjut).
c. Melaksanakan keperawatan kesehatan komunitas untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dengan menggunakan sumber yang ada dan potensial
serta menggunakan teknik tepat guna termasuk melakukan rujukan dan
menyusun strategi pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan data yang berhubungan dengan
tindakan keperawatan kesehatan komunitas.
e. Mengevaluasi pelayanan keperawatan kesehatan berdasarkan hasil yang
diharapkan atau kriteria yang telah ditetapkan.
f. Menghayati peranannya sebagai anggota tim kesehatan dan bekerja sama
secara efektif dan efisien.

C. Kegiatan
1. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Profesi Ners Stase Komunitas dimulai dari tanggal 04 - 29 Januari
2021
2. Lokasi Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di RT.17, Kelurahan Kelayan Tengah, Banjarmasin
Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
3. Kegiatan dan Jadwal
Kegiatan terlampir.

D. Manfaat Kegiatan
1. Untuk Mahasiswa
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi mahasiswa, antara lain :
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada
masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan
dan kebidanan komunitas.
5

c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam


menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan hubungan
interpersonal.
2. Untuk Masyarakat
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi masyarakat, antara lain :
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan menyadari
masalah kesehatan serta mengetahui cara penyelesaian masalah yang
dialami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai
upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Untuk Institusi Pendidikan
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi pihak pendidikan, antara lain :
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin khususnya di bidang keperawatan komunitas.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktek keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Untuk Profesi Kesehatan khususnya keperawatan
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi profesi keperawatan, antara lain :
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan terutama di
lingkup keperawatan komunitas.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga
profesi mampu mengembangkannya.
c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan yang komprehensif telah
terwujudkan.

E. Sistematika penulisan
Dalam penyusunan laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini, penulis
menggunakan metodologi pendekatan komprehensif melalui proses Asuhan
Komunitas yang dituangkan dalam beberapa bab yaitu sebagai berikut :
1. Bab pertama, pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan,
manfaat, kegiatan, sistematika penulisan dan metodologi penulisan.
6

2. Bab kedua, tinjauan teoritis yang menguraikan tentang teori-teori terdiri dari :
keperawatan kesehatan komunitas, tujuan dan fungsi keperawatan komunitas,
sasaran, ruang lingkup perawatan kesehatan komunitas, kegiatan praktek
keperawatan komunitas, prinsip dasar, model pendekatan dan langkah-langkah
proses keperawatan.
3. Bab ketiga, asuhan komunitas yang membahas tentang penerapan asuhan
keperawatan dan kebidanan yang meliputi 2 (dua) tahapan yaitu tahap persiapan
dan tahap pelaksanaan yang terdiri dari pengkajian, analisa data, penentuan
masalah kesehatan (penapisan masalah kesehatan, prioritas masalah, planning of
action), perencanaan kegiatan, pelaksanaan, dan evaluasi.
4. Bab keempat, penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

F. Metodologi penulisan
Metode Asuhan Keperawatan Komunitas yang digunakan dalam penulisan laporan
ini adalah melalui suatu kasus yang kemudian melaporkan langsung hasil asuhan
keperawatan yang dilaksanakan pada masyarakat atau komunitas dengan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, analisa data, penapisan masalah,
prioritas masalah, planning of action (POA), perencanaan kegiatan asuhan
komunitas, implementasi/pelaksanaan beserta evaluasi.
8

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Keperawatan Kesehatan Komunitas


Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dengan demikian, pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam
kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.

Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia,


maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang potensi yang ada
pada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,


merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu
klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan
keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan
dan dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses
pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan
Fuerst, 1979) dalam (widagdo, 2016) . Jadi, proses keperawatan komunitas adalah
metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, dinamis, sistematis, kontinu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat yang langkah-langkahnya dimulai dari (1)
pengkajian: pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi tindakan
keperawatan (Wahit, 2005) dalam (Hidayat, 2014)

Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus


yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan kesehatan
komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal dan informal, sangat
diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh
sehingga masyarakat benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan
kesehatan dan keperawatan yang diberikan.

8
9

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar


yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas
secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan menurut American
Nurses Association (ANA, 1980) dalam (Hidayat, 2014) didasarkan pada asumsi :
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan
kesehatan.
3. Keperawatan merupakan sub system pelayanan kesehatan , di mana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu
dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar


mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2. Merupakan bidang khusus keperawatan.
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial
(interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, prevent if, kuratif rehabilitatif dan
resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat.
7. Bekerja secara tim.
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
10. Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.

B. Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas


1. Tujuan
a. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
b. Tujuan khusus
10

Untuk meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan


masyarakat dalam hal :
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan.
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau
keperawatan.
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi puskesmas dalam
menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
10) Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.

2. Fungsi
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dalam kemandiriannya di bidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahannya atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhannya.

C. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
11

1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya
saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk di antaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil; 2) bayi baru lahir; 3) balita; 4)
anak usia sekolah; serta 5) usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, di antaranya adalah: 1) penderita
penyakit menular, seperti: TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya; 2)
penderita dengan penyakit tidak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di antaranya: 1) wanita
tuna susila; 2) kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba; 3) kelompok-
kelompok pekerja tertentu; dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya adalah: 1) panti
werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan
sosial); serta 4) penitipan balita.
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
satu kesatuan sosial dan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama
12

anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,


kebudayaan, perekonomian, politik, maupun kesehatan khususnya.

D. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan, pengobatan
(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah
upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif,
dan resosiliatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan memberikan :
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui
kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas, maupun
kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.
3. Upaya Kuratif
13

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,


kelompok, dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan,
melalui kegiatan :
a. Perawatan orang sakit di rumah (HomeNursing).
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin, dan
nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya,
dilakukan melalui kegiatan :
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,
patah tulang, maupun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC: latihan nafas dan batuk; penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosiliatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga, dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya adalah kelompok-kelompok
yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,
AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna
Susila (WTS), tuna wisma, dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosiliatif
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang
mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah
kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

E. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitasyang dilakukan perawat mempunyai lahan
yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja
perawat, tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai
berikut :
14

1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok


khusus, baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di
perusahaan, di posyandu, di polindes, dan daerah binaan kesehatan masyarakat.
2. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
4. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
5. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih
lanjut.
6. Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian
kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha
pendekatan ilmiah keperawatan.
9. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas.
10. Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
11. Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.
(Hidayat, 2014)

F. Prinsip Dasar
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan,
yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan, dan ilmu sosial (WHO,
1959) dalam (Hidayat, 2014). Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1989). Dengan
demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan masyarakat yaitu :
(1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu kesehatan masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran
serta masyarakat).
1. Ilmu keperawatan
Konsep keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok yang
menjadi paradigma dalam keperawatan, dimana menggambarkan hubungan teori-
teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori tersebut berhubungan
satu dengan lainnya, yaitu : konsep manusia, konsep kesehatan, konsep
15

masyarakat, dan konsep keperawatan. (Christine Ibrahim, 1986) dalam


(Mubarak, 2019)
2. Ilmu kesehatan masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam komunitas
diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat,
dalam melihat perspektif proses terjadinya masalah kesehatan masyarakat yang
erat kaitannya dengan ilmu epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga
masalah tersebut diketahui faktor penyebab dan alternatif pemecahannya.
Termasuk juga diperlukan pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau
Posyandu, dan untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan pengetahuan yang
berkaitan dengan pendidikan kesehatan masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo,
2003) dalam (Widagdo, 2017).

3. Ilmu sosial
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang
perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab akan
berhadapan dengan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Pengetahuan
sosial yang dimaksud adalah ilmu pengembangan dan pengorganisasian
masyarakat, pendekatan edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan
perilaku. Hal ini bisa dirasakan oleh petugas kesehatan saat menjalankan tugas,
peran, dan fungsinya dalam keluarga, kelompok, atau masyarakat dengan
berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, ekonomi, norma, adat
istiadat, dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat.

Dengan memahami pengetahuan ilmu sosial petugas kesehatan masyarakat dapat


melakukan pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif
dalam memelihara kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga
menuju kemandirian (self care), di mana mereka diharapkan dapat mengenal dan
merumuskan masalah kesehatan yang mereka hadapi, memprioritaskan dan
mencari alternatif pemecahan masalah melalui perencanaan bersama, kemudian
melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan perencanaan yang mereka buat
serta menilai hasil yang telah dicapai (Efendi, 2017).

G. Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat yangditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara
keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang
16

dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi


yang dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang dihadapi


individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui
keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam
melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.

Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadap


keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila pembinaan keluarga
berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai memerlukan
tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan
melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut
community approach (Hidayat, 2014).

H. Langkah-langkah Proses Keperawatan


Langkah-langkah dalam proses keperawatan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi, pengumpulan
data, rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes RI).
2. Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina hubungan saling
percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan bersama, merencanakan
tindakan bersama klien, melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana, dan hasil
evaluasi (Freeman).
3. Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
langkah-langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah :
1. Pengkajian
2. Diagnosis keperawatan
3. Perencanaan atau intervensi
4. Pelaksanaan atau implementasi
5. Evaluasi atau penilaian

Langkah-langkah dalam proses keperawatan di atas akan dibahas satu persatu dan lebih
mendalam.
17

1. Pengkajian (assessment)
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau kelompok yang
menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun
spiritual dapat ditentukan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan
masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat adalah :
a. Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok
khusus, masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun
informasi, sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial
ekonomi, dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu, data yang dikumpulkan harus akurat dan dapat dilakukan analisa
data untuk pemecahan masalah.

Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor


lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc
Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas yaitu meliputi demografi,
populasi, nilai-nilai keyakinan, dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya adalah lingkungan fisik,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan
kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi serta rekreasi.

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan objektif. Data
subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan. Sedangkan data objektif
merupakan data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan, dan
pengukuran.

Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian dapat berupa data
primer atau data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh
pengkaji yang dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat
18

dari individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan hasil


pemeriksaan atau pengkajian. Sedangkan data sekunder merupakan data
yang diperoleh dari sumber yang tepercaya misalnya : kelurahan, catatan
riwayat kesehatan klien, atau medical record (Hidayat, 2014).
Ada berbagai cara dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut :
1) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk
tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, maupun
masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan
pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka,
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien
atau keluarga pasien dan selanjutnya hasil wawancara atau anmnesa
dicatat dalam format proses keperawatan.

2) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek
fisik, psikologis, dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis
keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera
dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan.
3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas di mana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka
pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan
diagnosis keperawatan dengan cara : inspeksi (yaitu melakukan
pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang sakit), palpasi
(yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba pada
bagian tubuh yang mengalami gangguan), auskultasi (yaitu pemeriksaan
fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi bagian tubuh
tertentu dan biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop
sebagai alat bantu untuk mendengarkan denyut jantung, bising usus,
suara paru, dan sebagainya), dan perkusi (adalah cara pemeriksaan fisik
yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari telunjuk atau alat
reflexhammer pada bagian tubuh yang diperiksa).

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data


dengan cara sebagai berikut :
19

a) Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara :


(1) Karakteristik demografi
(2) Karakteristik geografi
(3) Karakteristik sosial ekonomi
(4) Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC Farlene
1988).
b) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan Telly.
c) Tabulasi data
d) Interpretasi data

b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan
dari analisa data adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kebutuhan komunitas
2) Menetapkan kekuatan
3) Mengidentifikasi pola respons komunitas
4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun
dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan
pemikiran yang kritis.

Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stresor yang
mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya
dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan. Menurut (Hidayat, 2014)
masalah tersebut terdiri dari: 1) masalah sehat-sakit; 2) karakteristik
populasi; serta 3) karakteristik lingkungan.

c. Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah
dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu,
diperlukan prioritas masalah.
20

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan


perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, di antaranya
adalah :
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumber daya masyarakat
6) Aspek politis

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan


menurut Abraham H. Maslow yaitu sebagai berikut :
1) Keadaan yang mengancam kehidupan
2) Keadaan yang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai


dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas
adalah format penapisan menurut Mueke, dengan format yaitu sebagai
berikut :

Kriteria Penapisan
Tersedia Sumber
Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
Sesuai dengan peran perawat komunitas

Sesuai dengan program pemerintah

Diagnosa
Kemungkinan untuk diatasi

Keperawatan
Sumber daya peralatan

Komunitas
Jumlah yang berisiko

JUMLAH SCORE
Sumber daya tempat
Sumber daya waktu

Sumber daya orang


Sumber daya dana
Minat masyarakat
Besarnya risiko

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih dahulu
ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara
21

keseluruhan dengan mempertimbangkan: 1) masalah spesifik yang


mempengaruhi kesehatan masyarakat; 2) kebijaksanaan nasional dan
wilayah setempat; 3) kemampuan dan sumber daya masyarakat, dan 4)
keterlibatan, partisipasi, dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas :
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya
untuk segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun
waktu tertentu.
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah-masalah yang
menyangkut biaya, sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan
yang mungkin timbul (Efendi, 2017).

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik
yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh
pada saat pengkajian sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin
timbul. Jadi, yang dimaksud dengan diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan
pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian
diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.

Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status


kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin akan
terjadi (potensial). Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat
antara lain : 1) masalah yang ditetapkan dari data umum; b) masalah yang
dianalisa dari kesenjangan pelayanan kesehatan. Diagnosis keperawatan
mengandung komponen utama yaitu sebagai berikut :
1) Problem (masalah)
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang seharusnya terjadi.
2) Etiologi (penyebab)
22

Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat


memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang meliputi:
1) Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2) Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
3) Interaksi perilaku dan lingkungan.
3) Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa atau
serangkaian petunjuk timbulnya suatu masalah.

Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai
berikut :
a. Dengan rumus PES (Problem + Etiologi + Symptom)
b. Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)
Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung dua
komponen tersebut di atas, di samping mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
b. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
c. Partisipasi dan peran serta masyarakat
3. Perencanaan (intervensi) keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana asuhan
keperawatan disusun harus mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan, dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian
tujuan.
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria yaitu sebagai berikut :
1) Berfokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat
23

Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi kriteria yang


mencakup yaitu sebagai berikut :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
T = Tujuan
S = Subjek
P = Predikat
K.1 = Kondisi
K.2 = Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) S = Spesifik
4) M = Measurable atau dapat diukur
5) A = Attainable atau dapat dicapai
6) R = Relevant/Realistic atau sesuai
7) T = Time-Bound atau waktu tertentu
8) S = Sustainable atau berkelanjutan

b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan


Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat
yaitu sebagai berikut :
1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan.
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan
melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini.
4) Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia.
5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan
yang sangat dirasakan masyarakat.
6) Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7) Tindakan harus bersifat realistik.
8) Disusun secara berurutan.
c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
1) Menggunakan kata kerja yang tepat.
2) Dapat dimodifikasikan.
24

3) Bersifat spesifik :
(1) Siapa yang melakukannya ?
(2) Apa yang dilakukan ?
(3) Di mana dilakukan ?
(4) Kapan dilakukan ?
(5) Bagaimana melakukan ?
(6) Frekuensi melakukan ?
4. Pelaksanaan (implementasi) keperawatan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat kesehatan
masyarakat harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya, dalam hal
ini melibatkan pihak Puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Prinsip
yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah sebagai berikut :
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dan berdasarkan iman dan takwa (IMTAQ).

b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
berdasarkan asas kemitraan.
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana
program yang telah disusun.
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten.
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya
dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi
fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi komunitas
organisasi dan partnerships in community.
25

Selain prinsip di atas, prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah :


a. Berdasarkan respons masyarakat.
b. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta
lingkungannya.
d. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
e. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat secara
essential.
f. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
perawatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan yaitu :


a. Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan prasarana
dengan pelayanan kesehatan maupun lintas sektor lainnya.
b. Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat dalam
rangka alih peran.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
d. Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik medis maupun rujukan
kesehatan.

Level pencegahan dalam praktek keperawatan komunitas terdiri atas :


a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat
untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit
dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan
stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi
sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit
sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi optimal dari
ketidakmampuannya (Efendi, 2017)
26

5. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas
dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi
dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan.

Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input) pelaksanaan (proses) dan
hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan
dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi
yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu : a) daya guna;
b) hasil guna; c) kelayakan; serta d) kecukupan. Kegiatan yang dilakukan dalam
penilaian menurut Narul Effendy, 1998 adalah sebagai berikut :
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi


dilakukan dengan melihat respons komunitas terhadap program kesehatan.
Macam evaluasi: (1) formatif dan summatif, (2) input, procces, dan output.
Fokus evaluasi adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses.
c. Efisiensi biaya.
d. Efektivitas kerja.
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka waktu
berapa.
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini :

Keterangan:

: Peran
Masyarakat

: Peran
27

Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulang


masalah kesehatan

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran perawat lebih besar dari
pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
b. Menilai hasil guna, daya guna, dan produktivitas asuhan keperawatan yang
diberikan.
c. Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki
atau menyusun rencana baru dalam proses keperawatan.

Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :


a. Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah menunjukkan
kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari
penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak menunjukkan
perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini
perlu dikaji secara mendalam apakah terdapat problem dalam data, analisis,
diagnosis, tindakan, dan faktor-faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta
28

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan


pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu
melalui proses keperawatan.
BAB 3
LAPORAN ASUHAN KOMUNITAS DALAM PRAKTIK
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS RT. 17 KELURAHAN KELAYAN
TENGAH KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN
KOTA BANJARMASIN
2021

I. Pengkajian
A. Data Demografi

Kelayan Timur adalah salah satu kelurahan di kecamatan banjarmasin selatan. Kota
Banjarmasin. Provinsi Kalimanan Selatan.

Wilayah puskesmas kelayan timur berada disebelah selatan dari wilayah kota
Banjarmasin, dengan luas 1,73 KM3 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan kelayan barat
2. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan tanjung pagar
3. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan kelayan selatan
4. Sebelah timur dengan kelurahan kelayan dalam
Puskesmas kelayan timur terdiri dari dua kelurahan dengan 60 rukun tetangga
yakni:
1. Kelurahan kelayan timur berjumlah 21 RT ( luas wilayah 1,59 km3)
2. Kelurahan kelayan tengah berjumlah 39 RT ( luas wilayah 0,14 km3)
Dalam 2 kelurahan terbagi menjadi rukun warga 60 rukun tetangga.

27
28

B. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
Kebijakan pembangunan kependudukan diarahkan pada peningkatan angka Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Kota Banjarmasin pada tahun 2016 berada pada
urutan 2 dari 13 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan dengan angka
74,94. Sedangkan pada tahun 2019 diperkirakan akan mencapai 75,29.
1. Pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan penduduk tahun 1990-2000 mencapai 1,02% dan tahun
2000-2014 pertumbuhan penduduk mencapai 1,72%.
2. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk Puskesmas Kelayan Timur pada tahun 2011 Kelurahan
Kelayan Timur kepadatan mencapai 4008,24 jiwa/km 2 dan Kelurahan Kelayan
Timur mencapai 46.752,63 jiwa/km2. Luas puskesmas kelayan timur dapat
disimpulkan bahwa termasuk dalam kategori sangat padat.
3. Komposisi Penduduk dan Rasio Tanggungan
Komposisi penduduk menurut umur ini dipengaruhi oleh indikator demografi
yaitu kelahiran, kematian dan imigrasi. Selanjutnya perubahan dalam komposisi
penduduk akan mempengaruhi pola berbagai aspek kehidupan, antara lain
aspek ekonomi, budaya, pendidikan, politik dan lingkungan.
Perubahan komposisi penduduk menurut umur serta rasio beban tanggungan
terlihat pada tabel dibawah ini

Tabel 1 Komposisi penduduk golongan umur dan beban tanggungan


dipuskesmas kelayan timur tahun 2015 sd 2019.
Rasio
Tahun 0 – 14 th 15 – 64 th > 65 th Beban
Tanggungan
2015 8694 16095 1362
2016 8809 16200 1380
2017 9154 16303 1395
2018 5669 17304 1129
2019 7016 16355 1068
Sumber: Badan Pusat Statistik kota Banjarmasin

C. Tabulasi Data Penduduk


Setelah dilakukan wawancara dan observasi pada pengkajian data dari tanggal 05
Januari sampai 07 Januari 2021 didapatkan data sebagai berikut:
Jumlah KK: 110 KK
Jumlah jiwa: 430 Jiwa
29

1. Total Distribusi Warga Berdasarkan Umur

Total Distribusi Warga Berdasarkan Umur


1%
3%2%
4% 12%
5%

6% 11%

7%
10%
7%

7% 9%

8% 9%

5 - 9 Tahun 15 - 19 Tahun 20 - 24 Tahun 35 - 39 Tahun 10 - 14 Tahun 30 - 34 Tahun


25 - 29 Tahun 40 - 44 Tahun 45 - 49 Tahun 0 -4 Tahun 55 - 59 Tahun 50 - 54 Tahun
60 - 64 Tahun 65 - 69 Tahun 70 - 74 Tahun >75 Tahun

Usia Lk P Jumlah Persentase (%)


0-4 16 8 24 6%
5-9 23 27 50 12 %
10-14 21 18 39 9%
15-19 21 26 47 11 %
20-24 26 16 42 10 %
25-29 16 15 31 7%
30-34 19 17 36 8%
35-39 21 19 40 9%
40-44 12 17 29 7%
45-49 14 15 29 7%
50-54 10 7 17 4%
55-59 8 13 22 5%
60-64 5 6 11 3%
65-69 5 3 8 2%
70-74 1 2 3 1%
>75 - 2 2 0%
Jumlah 219 211 430 100 %

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Rt 17 Kelurahan Kelayan


Tengah berdasarkan usia yang terbanyak adalah 5-9 tahun yaitu 50 orang
(12%). Sedangkan usia paling sedikit adalah usia (>75 ) yaitu 2 orang (0%)
dengan persentasi terendah.
30

Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di wilayah RT. 17 yang terbanyak


adalah usia 5-9 tahun. Jadi total jumlah penduduk di Kelurahan Kelayan
Tengah RT 17 yaitu 430 jiwa.
2. Total Distribusi Warga Berdasarkan Pendidikan

Total Distribusi Warga Berdasarkan Pendidikan

0%
11% 1%

12% 34%

20%

21%

SD Sederajat SMA Sederejat SMP Sederajat Tidak/ belum sekolah


Tidak Tamat SD Sederajat Diploma III S1

Pendidikan Lk P Jumlah Persentase (%)


Tidak/Belum Sekolah 27 24 51 12 %
Tidak Tamat SD/Sederajat 24 23 47 11 %
SD/Sederajat 76 72 148 34 %
SMP/Sederajat 44 44 88 20 %
SMA/Sederajat 46 45 91 21 %
Diploma I/II 0 0 0 0%
Diploma III 1 3 4 1%
S1 1 0 1 0%
S2 0 0 0 0%
S3 0 0 0 0%
Jumlah 219 211 430 100 %

Berdasarkan tabel di atas, distribusi penduduk yang paling banyak mempunyai


pendidikan tingkat SD/Sederajat 148 orang (34%), Tingkat SMP/Sederajat 88
orang (20%), Tingkat SMA/Sederajat 91 orang (21%), Tingkat Diploma III 4
orang (1%) dan Tingkat S1 1 orang (0%).
31

3. Total Distribusi KK berdasarkan pekerjaan

Total Distribusi KK Berdasarkan Pekerjaan

0%
Pelajar / Mahasiswa
8% Mengurus Rumah Tangga
10% 1% 26% Belum Bekerja
Lainnya
Buruh
15%
Karyawan Swasta/ BUM / BUMD
Guru/ Dosen
25% PNS
16%

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


Belum Bekerja 71 17%
Mengurus Rumah Tangga 106 25%
Pelajar/Mahasiswa 112 26%
Karyawan Swasta/BUM/BUMD 33 8%
Buruh 42 10%
Guru/Dosen 2 0%
PNS 1 0%
Lainnya 63 15%
Jumlah 430 100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar penduduk belum bekerja yaitu sebesar
71 orang (17%). Sedangkan persentasi pekerjaan terendah adalah PNS yaitu
sebesar 1 orang (0%) dan presentasi pekerjaan buruh yaitu sebesar 42 orang
(10%).
4. Total distribusi KK berdasarkan Agama
32

Total Distribusi KK Berdasarkan Agama

0%
Islam

100%

No Agama Jumlah Persentase (%)


1 Islam 430 100 %
2 Kristen Protestan 0 0%
3 Kristen Katolik 0 0%
4 Hindu 0 0%
5 Budha 0 0%
6 Kong hu cu 0 0%
Total 430 100 %

Berdasarkan tabel di atas mayoritas agama yang dianut oleh penduduk Rt 17


Kelurahan Kuripan adalah Islam yaitu sebanyak 430 orang (100%).
5. Total distribusi fasilitas kesehatan

Total Distribusi Fasilitas Kesehatan

17% 17%
Rumah Sakit
Puskesmas
Bidan Praktek
17% 17% Puskesmas Pembantu
Posyandu Balita
Posyandu Lansia
17% 17%

No Fasilitas Kesehatan Frekuensi %


1 Rumah Sakit 1 17%
2 Puskesmas 1 17%
3 Dokter Praktek 0 0%
4 Bidan Praktek 1 17%
5 Puskesmas Pembantu 1 17%
33

6 POSYANDU Balita 1 17%


7 POSYANDU Lansia 1 17%
8 POSKESDES 0 0%
9 Balai Pengobatan 0 0%
Total 6 100%

Berdasarkan tabel di atas, fasilitas kesehatan yang digunakan yaitu Rumah Sakit
1 (20%), Puskesmas 1 (20%), Bidan Praktek 1 (20%), Puskesmas Pembantu 1
(20%), Posyandu 1 (20%) Poskesdes 1 (20%).

6. Total distribusi kader kesehatan

Total Distribusi Kader Kesehatan

38%

63%

Posyandu Balita Posyandu Lansia

No Kader Kesehatan Aktif % Tidak aktif % Total %

1 POSYANDU Balita 5 100% 0 0% 5 100%

2 POSYANDU Lansia 3 100% 0 0% 3 100%


Total 8 100% 0 0,00% 8 100%

Berdasarkan tabel di atas, kader kesehatan yang masih aktif 5 (100 %), dan kader
kesehatan yang masih aktif 3 (100%).
7. Total distribusi fasilitas umum
34

Total Distribusi Fasilitas Umum

20%

80%

Alat Penerangan Umum Tempat Pembuangan Sampah

No Fasilitas Umum Jumlah Percent %

1 Angkutan Umum 0 0%

2 Saluran Air 0 0%

3 Alat Penerangan Umum 8 89 %

4 Tempat Pembuangan Sampah 1 11 %

5 Lainnya 0 0%

Total 9 100 % 4

Berdasarkan tabel di atas, fasilitas umum yang paling banyak yaitu alat
penerangan umum 8 (89%). Dan tempat pembuangan sampah 1 (11%).

D. Data Kesehatan Penduduk


1. Kondisi Status Kesehatan Penduduk

Kondisi Status Kesehatan Penduduk

12%

88%

Sehat Sakit

No Kondisi Penduduk Jumlah Percent %


1 Sehat 379 88 %
2 Sakit 51 12 %
Total 430 100%

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang sehat 355 orang (88%) dan
jumlah penduduk yang sakit 51 orang (12%).
35

2. Total Penyakit yang diderita penduduk

Total Penyakit yang di Derita Penduduk


Faringitis AkutAsma
Diare 4% 2% Hipertensi
6% 20%
Influenza
6%
Osteoporosis
8%

Kolestrol
18% Asam Urat/ Gout
arthritis
Diabetes Melitus 18%
18%

No Penyakit Jumlah Percent %


1 Influenza 3 6%
2 Asma 1 2%
3 Asam Urat/gout arthritis 9 18%
4 Hipertensi 10 20%
5 Diabetes Melitus 9 18%
6 Diare 3 6%
7 Kolesterol 9 18%
8 Faringitis akut 2 4%
9 Osteoporosis 4 8%
Total 51 100 %

Berdasarkan tabel di atas, penyakit yang paling tinggi di derita penduduk untuk
pertama kali dikaji yaitu penyakit Hipertensi Sebanyak 10 (20%) dan penyakit
yang paling rendah di antaranya penyakit Asma sebanyak 1 (1%).
3. Kegiatan Penduduk RT 17
a. Kegiatan Penduduk di lingkungan RT 17
36

KEGIATAN PENDUDUK DILINGKUNGAN RT 17


Lem fox
10%

Merokok
90%

No Kegiatan di luar Sekolah Percent %


1 Lem fox 10%
2 Merokok 90%
Total 100 %

Berdasarkan tabel di atas, kegiatan penduduk terbanyak di lingkungan


penduduk di RT 17 yaitu merokok sebanyak 90%

E. Data Sosial Ekonomi


1. Penghasilan Rata-rata per bulan per KK

Penghasilan Rata-rata Per bulan Per KK


3% 2%

16%

Rp. 250.000 - Rp. 500.000


> Rp. 1.000.000
Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000
< Rp. 250.000
> Rp. 2000.000

18% 61%

No Penghasilan Jumlah Percent %

1 < Rp. 250.000 3 3%


2 Rp. 250.000 - Rp. 500.000 67 61%
3 Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 18 16%
37

4 > Rp. 1.000.000 20 18%


5 > Rp. 2.000.000 2 2%
Total 110 100 %

Berdasarkan tabel di atas, penghasilan rata-rata per bulan per KK yang paling
besar yaitu Rp. 250.000 – Rp. 500.000 dengan 67 KK (61%).

F. Data Lingkungan Fisik


1. Tipe Perumahan
Tipe Perumahan

Permanen

100%

No Tipe Rumah Jumlah Percent %


1 Permanen 60 100%
2 Semi Permanen 0 0%
3 Tidak Permanen 0 0 %
Total 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas, tipe perumahan semua permanen 60 (100%).

2. Status Kepemilikan Rumah

Status Kepemilikan Rumah

Milik Sendiri

100%

No Kepemilikan Jumlah Percent %


1 Milik Sendiri 60 100%
2 Sewa 0 0%
3 Numpang 0 0%
Total 60 100 %
38

Berdasarkan tabel di atas, status kepemilikan rumah sebagian besar adalah milik
sendiri 60 (100%).
3. Jenis Lantai

Jenis Lantai

Tegel/
Keramik
27%
Papan/ Kayu
Papan/ Kayu Semen
45%
Tegel/ Keramik

Semen
27%

No Lantai Jumlah Percent %


1 Tanah 0 0%
2 Papan/Kayu 30 50%
3 Tegel/Keramik 12 20%
4 Semen 18 30%
5 Bambo 0 0%
Total 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas, jenis lantai sebagian besar adalah papan/kayu 30


rumah (50%)

4. Kondisi Lingkungan Rumah

Kondisi Lingkungan Rumah

Bersih
35%
Kotor
Bersih
Kotor
65%

No Ventilasi Percent %
1 Bersih 35%
2 Kotor 65%
Total 100%
39

Berdasarkan tabel di atas, kondisi lingkungan rumah bersih (35%) dan yang
kotor (65%)
5. Sistem Pencahayaan Rumah Pada Siang hari

Sistem Pencahayaan Rumah Pada Siang Hari


Terang
8%

Gelap
92%

No Pencahayaan Jumlah Percent %


1 Terang 5 1%
2 Gelap 55 99 %
Total 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas, sistem pencahayaan rumah yang terang yaitu 5 (1%)
dan yang gelap 55 (99%)

6. Jarak Rumah dengan Tetangga

Jarak Rumah dengan Tetangga

8%

Bersatu
50%
42% Dekat

Terpisah

No Jarak Rumah Jumlah %


1 Bersatu 30 80 %
2 Dekat 25 15 %
40

3 Terpisah 5 5%
Total 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar jarak rumah dengan tetangga adalah
bersatu 30 (80%).

7. Halaman di depan rumah

Halaman Di depan Rumah

30%
Tidak ada
Ada

70%

No Halaman Jumlah Percent %


1 Ada 3 3%
2 Tidak Ada 57 97%
Total 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar rumah penduduk tidak memilik


halaman rumah 57 (97%).

8. Pemanfaatan Pekarangan Rumah

Pemanfaatan Pekarangan Rumah

5%

Tidak ada
Tanaman

95%

No Pemanfaatan Pekarangan Jumlah Percent %


1 Tanaman 3 5%
2 Kolam (tanaman air, ikan, dll) 0 0%
3 Kandang (sapi, ayam) 0 0%
4 Tidak ada 57 95%
41

Total 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, tidak ada perkarangan rumah penduduk dimanfaatkan


57 (95%).
9. Sumber Air Bersih
a. Sumber Air Untuk Memasak dan Minum

Sumber Air untuk Memasak dan Minum

PDAM

100%

No Sumber Air Jumlah Percent %


1 PDAM 60 100 %
2 Sumur Pompa 0 0%
3 Sumur Gali 0 0%
4 Mata Air 0 0%
5 Sungai 0 0%
6 Danau 0 0%
7 Air hujan 0 0%
8 Air Mineral 0 0%
Total 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar 110 (100%) KK menggunakan


PDAM untuk keperluan memasak dan minum.
b. Sistem Pengolahan Air Minum

Sistem Pengolahan Air Minum

Dimasak

100%

No Pengolahan Jumlah Percent %


1 Dimasak 110 100 %
42

2 Tidak dimasak 0 0%
Total 110 100 %

Berdasarkan tabel di atas, semua 110 (100%) KK pengolahan air minum


adalah dimasak hal ini sesuai dengan syarat kesehatan.
c. Sumber Air Untuk Mandi dan Mencuci

Sumber Air untuk Mandi dan Mencuci

PDAM

100%

No Sumber Air Frekuensi %


1 Air Hujan 0 0%
2 Sumur Pompa 0 0%
3 Sumur Gali 0 0%
4 Mata Air 0 0%
5 Sungai 0 0%
6 Danau 0 0%
7 PDAM 110 100 %
Total 110 100 %

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar 110 (100%) KK RT 17


menggunakan PDAM untuk sumber air untuk mandi dan mencuci.

d. Kondisi Tempat Penampungan Air

Kondisi Tempat Penampungan Air

Terbuka
50% 50% Terpisah

No Kondisi Tempat Percent %

1 Tertutup 50%
43

2 Terbuka 50%
Total 100%

Berdasarkan tabel di atas masih ada kondisi tempat penampungan air yang
terbuka sebanyak 50% sehingga memungkinkan terjadi perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegypti.
e. Tempat Penampungan Sampah

Tempat Penampungan Sampah

Ada

100%

No Penampungan Sementara Jumlah Percent %


1 Ada 1 100 %
2 Tidak Ada/Sembarang 0 0%
Total 1 100 %

Berdasarkan tabel di atas tempat penampungan sampah ada 1 (100%)

10. Sistem Pembuangan Kotoran dan Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga


a. Kebiasaan Keluarga Buang Air Besar

Kebiasaan Keluarga Buang Air Besar

17%

WC Pribadi
WC Umum/ Bersama

83%
44

No Sistem Pembuangan Jumlah Percent %


1 WC Umum/bersama 10 10 %
2 WC Pribadi 100 90 %
3 Sungai 0 0%
4 Sembarang Tempat 0 0%
Total 110 100 %

Berdasarkan tabel di atas, keluarga yang BAB di WC umum/bersama


sebanyak 10 (10%), dan WC pribadi sebanyak 50 (90%).

G. Kondisi Kesehatan Umum


1. Pelayanan Kesehatan
a. Sumber Pendanaan Kesehatan Keluarga (per KK)

Sumber Pendanaan Kesehatan Keluarga (per


KK)

23%
BPJS
Umum

77%

No Bentuk Dana Keluarga Jumlah Percent %


1 BPJS 85 85%
2 JAMKESMAS 0 0%
3 JAMSOSTEK 0 0%
4 Umum 25 25%
Total 110 100%

Berdasarkan tabel di atas, bentuk dana kesehatan keluarga banyak yang


menggunakan BPJS yaitu sebanyak 85 keluarga (85%).
b. Tempat berobat Keluarga
45

Tempat Berobat Keluarga

10% 3%

Puskesmas
Pustu
Rumah Sakit

88%

No Tempat berobat Keluarga Jumlah Percent %


1 Rumah Sakit 3 3%
2 Puskesmas 92 84%
3 Dokter Praktik 0 0%
4 Bidan Praktik 0 0%
5 Puskesmas Pembantu 0 0%
6 POSYANDU 0 0%
7 POSKESDES 0 0%
8 PUSTU 10 9%
Total 110 100 %

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar keluarga berobat ke Puskesmas


yaitu sebanyak 92 keluarga (84%), Rumah Sakit sebanyak 3 keluarga
(3%), PUSTU sebanyak 10 keluarga (9%).
c. Pemanfaatan Sarana Kesehatan

Pemanfaatan Sarana Kesehatan

Ya

100%

No Pemanfaatan Sarana Kesehatan Jumlah Percent %


1 Ya 110 100%
2 Tidak 0 0%
Total 110 100%

Berdasarkan tabel di atas, sudah banyak keluarga yang memanfaatkan


sarana kesehatan yaitu sebanyak 110 keluarga (100%) hal ini sudah sesuai
dengan program pemerintah.
46

2. Pasangan Usia Subur, Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Ibu Menyusui
a. PUS
1) Jumlah Pasangan Usia Subur

Jumlah Pasangan Usia Subur

30%

PUS
Tidak PUS

70%

No PUS Jumlah Percnt %


1 PUS 124 70 %
2 Tidak PUS 54 30 %
Total 178 100 %

Berdasarkan tabel diatas, jumlah pasangan subur yang ada di RT. 17


sebanyak 124 pasangan (70%).
2) PUS yang ikut KB
PUS yang Ikut KB
5%

Ikut KB
Tidak Ikut KB

95%

No PUS Ikut KB Jumlah %


1 Ikut KB 118 95 %
2 Tidak Ikut KB 6 5%
Total 124 100 %

Berdasarkan tabel di atas, PUS mengikuti KB sebanyak 118 pasangan


(95%), sedangkan PUS yang tidak ikut KB sebanyak 6 pasangan
(5%).

3) Jenis Kontrasepsi yang digunakan


47

Jenis Kontrasepsi yang digunakan


1%
8%
8%

PIL
44% Suntik
Kondom
Susuk/ Implant
IUD

39%

No Jenis kontrasepsi Jumlah %


1 IUD 1 1%
2 Suntik 46 39%
3 PIL 52 44%
4 Susuk/Implant 9 8%
5 Kondom 10 8%
Total 118 100 %

Berdasarkan tabel di atas, jenis kontrasepsi yang banyak digunakan


oleh PUS Pil yaitu, sebanyak 52 (44,%) dan menggunakan Suntik
sebanyak 46 (39,%).
b. Ibu Hamil
1) Umur Kehamilan

Umur Kehamilan

10%

Trimester III (7 - 9 Bulan)


Trimester I (1 - 3 Bulan)
30% Trimester II (4 - 6 Bulan)

60%

No Umur Kehimilan Jumlah %


1 Trimester I (1-3 Bulan) 3 30 %
2 Trimester II (4-6 Bulan) 1 10 %
3 Trimester III (7-9 Bulan) 6 60 %
Total 10 100 %

Berdasarkan tabel diatas, dari 10 ibu hamil yang ada diantaranya


trimester I (1-3 Bulan) Sebanyak 3 orang (30%) trimester II (4-6
Bulan) sebanyak 1 orang (10%) dan trimester III (7-9 Bulan)
sebanyak 6 orang (60%).
48

2) Usia Ibu Hamil

Usia Ibu Hamil

20%

20 - 30 Tahun
> 30 Tahun

80%

No Usia Ibu Hamil Jumlah %


1 < 20 tahun 0 0%
2 20-30 tahun 8 80 %
3 >30 tahun 2 20 %
Total 10 100 %

Berdasarkan tabel datas, dari 10 ibu hamil berusia < 20 tahun


sebanyak 0 orang (0%), berusia 20-30 tahun sebanyak 8 orang (80%),
dan >30 tahun sebanyak 2 orang (20%)
3) Ibu Hamil yang pernah keguguran

Ibu Hamil yang Pernah Keguguran

20%

Tidak Pernah
Pernah

80%

No Pernah Keguguran Jumlah %


1 Pernah 2 20 %
2 Tidak Pernah 8 80 %
Total 10 100 %

Berdasarkan tabel diatas, ada 8 (80%) ibu hamil yang tidak pernah
keguguran.
4) Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan Kehamilan

Ya

100%
49

No Pemeriksaan Kehamilan Jumlah %


1 Ya 10 100 %
2 Tidak 0 0%
Total 10 100 %

Berdasarkan tabel di atas, dari sejumlah ibu hamil yang ada,


seluruhnya memeriksakan kehamilannya.
5) Tempat pemeriksaan kehamilan

Tempat Pemeriksaan Kehamilan

Puskesmas

100%

No Tempat Pemeriksaan Jumlah %


1 Dokter 0 0%
2 Bidan 0 0%
3 Dukun 0 0%
4 Puskesmas 10 100 %
5 Rumah Sakit 0 0%
6 Perawat 0 0%
7 Lainnya 0 0%
Total 10 100 %

Berdasarkan tabel diatas, seluruh ibu hamil memeriksakan


kehamilannya ke Puskesmas.
6) Imunisasi TT

Imunitas TT

Lengkap

100%
50

No Imunisasi TT Jumlah %
1 Lengkap 10 100.0%
2 Tidak Lengkap 0 0%
Total 10 100.00%

Berdasarkan tabel diatas, dari 10 Orang ibu hamil diantaranya telah


lengkap imunisasi TT, Hal ini sudah sesuai dengan program
pemerintah tentang kesehatan ibu hamil.
c. Persalinan
1) Penolong persalinan terakhir

Penolong Persalinan Terakhir

Bidan

100%

No Penolong Persalinan Jumlah %


1 Dokter 0 0%
2 Bidan 3 100 %
Total 3 100 %

Berdasarkan tabel diatas, penolong persalinan terakhir yaitu bidan


Sebanyak 3 orang (100%), Hal ini sudah sesuai dengan program
pemerintah tentang kesehatan ibu hamil dan penolong persalinan.
d. Ibu Menyusui
1) Lama menyusui

Lama Menyusui

11%

>12 bulan
0 - 6 bulan
0 - 12 bulan
33% 56%

No Lama Menyusui Jumlah %


1 < 1 bulan 0 0%
2 0 - 6 bulan 3 30%
3 0 - 12 bulan 2 20%
4 > 12 bulan 5 50%
Total 10 100 %
51

Berdasarkan tabel diatas, persentase terbanyak adalah ibu dengan


lama menyusui >12 bulan, hal ini sudah sesuai dengan program KIA
dari pemerintah namun sebagian masih belum menerapkan program
KIA.

3. BALITA
a. Imunisasi balita

Imunisasi Balita

25%

Ya
Tidak

75%

No Imunisasi Jumlah %
1 Ya 18 75 %
2 Tidak 6 25 %
Total 24 100 %

Berdasarkan tabel diatas, terdapat balita yang di imunisasi sebanyak 18


(75%) dan balita yang tidak di imunisasi sebanyak 6 (25%)
b. Kelengkapan imunisasi

Kelengkapan Imunisasi

Lengkap

100%

No Imunisasi Jumlah %
1 Lengkap 18 100 %
2 Tidak Lengkap 0 0%
Total 18 100 %

Berdasarkan tabel diatas, tidak ada bayi yang imunisasinya belum


lengkap.
52

c. Kepemilikan KMS
Kepemilikan KMS

Ya

100%

No Imunisasi Jumlah %
1 Ya 18 100 %
2 Tidak 0 0%
Total 18 100 %

Berdasarkan tabel diatas, semua anak yang diimunisasi memiliki kartu


KMS, yaitu sebanyak 18 anak (100%).

4. Remaja
a. Kegiatan Remaja di lingkungan

Kegiatan Remaja di lingkungan

43%
Merokok
Napza

57%

No Kegiatan di luar Sekolah Percent %


1 Napza 7%
2 Merokok 93 %
Total 100 %

Berdasarkan tabel di atas, kegiatan remaja yang terbanyak adalah


merokok 93%.
53

5. LANSIA
a. Keluhan LANSIA
Keluhan Lansia

36%

Ya
Tidak Ada

64%

No Keluhan LANSIA Jumlah Percent %


1 Ya 36 78%
2 Tidak Ada 10 22%
Total 46 100%

Berdasarkan tabel di atas, masih cukup banyak lansia yang mempunyai


keluhan fisik yaitu sebanyak 36 orang (78%).
b. Jenis Penyakit yang di derita lansia

Jenis Penyakit yang Diderita Lansia


9%

11% 29%

Hipertensi
Asam Urat/ gout arthritis
Kolesterol
Osteoporosis
Influenza
Asma

26%

26%

No Penyakit Jumlah %
1. Influenza 3 8%
2. Asma 1 3%
3. TBC 0 0%
4. Hipertensi 10 28%
5. Jantung 0 0%
6. Asam Urat/gout arthritis 9 25%
7. Osteoporosis 4 11%
8. Katarak 0 0%
10. Kolesterol 9 25%
Total 36 100 %
54

Berdasarkan tabel di atas, penyakit yang paling tinggi di derita penduduk


(Lansia) untuk pertama kali dikaji yaitu penyakit Hipertensi 10 (28%).

c. Penanganan penyakit lansia

Pelayanan Penyakit Lansia

Puskesmas

100%

No Penanganan Penyakit LANSIA Jumlah %


1 Puskesmas 36 100 %
2 Diobati sendiri 0 0%
Total 36 100 %

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar lainnya sebanyak 36 (100%)


penanganan penyakit pada lansia adalah ke sarana kesehatan.
55

H. Penapisan Masalah
KRITERIA
NO MASALAH KESEHATAN TOTAL PRIORITAS
A B C D E F G H I J K
MASALAH
1. Merokok 5 5 5 4 2 2 4 4 2 3 5 41 1. Lingkungan
2. Napza 5 5 4 2 2 4 3 3 3 3 1 35 2. Merokok
3. Lingkungan 5 5 5 5 4 4 3 3 3 3 4 44 3. Lem fox
4. Hipertensi 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 33 4. Hipertensi

Keterangan Pembobotan : A = Risiko terjadi G = Tempat


1 Sangat rendah B = Risiko Parah H = Waktu
2 Rendah C = Potensial untuk pendidikan kesehatan I = Dana
3 Cukup D = Minat Masyarakat J = Fasilitas
4 Tinggi E = Mungkin Diatasi K = Sumber daya orang
5 Sangat tinggi F = Sesuai dengan program pemerintah
56

I. Analisa Data

No Data Subyektif Data Objektif Masalah Kesehatan


1  Sebagian warga setempat 1. Pada saat dilakukan survei tampak sampah Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat
mengatakan bahwa di wilayah berserakan dilingkungan sekitar dan tempat lingkungan yang kurang bersih seperti (DBD, Ispa
kelayan tengah rt 17 hanya sampah yang ada di RT 17 tersebut hanya dan Malaria) Di Desa Kelayan Tengah RT 17
memiliki satu tempat terdapat 1 saja. berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan
pembuangan sampah 2. Sebagian tempat bak penampungan terbuka kesadaran masyarakat tentang akibat lingkungan
 Sebagian warga mengatakan tanpa penutup dan terdapat jentik-jentik yang kurang bersih
memiliki tempat penampungan 3. Pada saat melakukan survey hanya 5 rumah
air masih terbuka dan sebagian warga yang tidak berdempetan dan cahaya
sudah menutup tempat dalam rumah cukup terang, sedangkan sisanya
penampungan airnya sehingga rumah warga sangat tampak gelap karena
berisiko terjadi terlihat kaca kebanyakan berwarna gelap dan
perkembangbiakan nyamuk terlihat rumah warga berdempetan
Aedes Aegypti.
 Warga mengatakan ventilasi
pencahayaan dirumah kurang
karena dari rumah satu ke rumah
lainnya berdempetan.

2  Sebagian warga setempat  Data jumlah masyarakat dari anak-anak, remaja, Perilaku kesehatan cenderung beresiko
57

mengatakan bahwa di wilayah dewasa, maupun lansia yang merokok ada 183 berhubungan dengan kurangnya dukungan sosial
kelayan tengah rt 17 banyak orang di wilayah kelayan tengah rt 17.
masyarakat yang merokok baik
itu anak-anak, remaja, dewasa,  Masyarakat di wilayah itu pada saat ada anak-
maupun lansia. anak atau remaja merokok mereka membiarkan
 Warga mengatakan bahwa saja tanpa menegur.
masyarakat di wilayah kelayan  Saat dilakukan wawancara terhadap 4 orang
tengah rt 17 juga tidak yang dewasa tentang merokok mereka
mempedulikan dengan keadaan mengatakan Sudah merokok sejak dari remaja
di lingkungan sekitar. Saat dilakukan wawancara terhadap 4 orang
 Saat ditanya ketua RT yang dewasa tentang merokok mereka
mengatakan 90% anak-anak, mengatakan sudah merokok sejak dari remaja
remaja, dan dan orang dewasa di
sana merokok
58

J. Planning Of Action (Poa) Asuhan Komunitas Kelompok 3 Di Kelurahan Kelayan Tengah Rt 17


WAKTU Hari /Tanggal/bulan/ PENANGGUNG
NO JENIS KEGIATAN SASARAN TEMPAT
PELAKSANAAN Tahun JAWAB
Ketua RT
1 MMD 1 Di tempat Pak RT 11.00 WITA Selasa, 5 Januari 2021 Kelompok 3
Kader
Puskesmas
Ketua RT Di rumah RT dan kader Selasa - Kamis, 5-7
2 Pengkajian Masyarakat 11.00- 14. 00 WITA Kelompok 3
Kader Januari 2021
Warga
Kelompok Posko Kelompok Rabu - Kamis, 6-7 Kelompok 3
3 Tabulasi Data Pengkajian Tidak terkaji
Januari 2021

Ketua RT Kelompok 3
6 MMD 2 Di tempat Pak RT 10.00 WITA Kamis , 7 Januari 2021
Kader

Tokoh Agama
Pendidikan Kesehatan Tokoh Masyarakat Minggu , 17 Januari
7 Mushola RT 17 10.00 WITA Kelompok 3
( Lingkungan dan Napza ) Ketua RT 2021
Kader
Ketua RT,
8 Gotong Royong Wilayah RT 17 07.00 WITA Minggu, 17 Januari 2021 Kelompok 3
Kader, Warga
9 Evakuasi korban banjir Warga Posko masing-masing 08.00 WITA Selasa, 19 Januari 2021 Kelompok 3
59

K. Rencana Keperawatan

Diagnosa STRATEGI RENCANA EVALAUSI


No. TUM TUK SUMBER TEMPAT PJ
Keperawatan INTERVENSI KEGIATAN KRITERIA STANDAR
1. Resiko  Perilaku 1. Memahami Mengumpulkan Dilakukan - Masyarakat - Masayarakat Tenaga Mushola Kelompok 3
terjadinya promosi resiko dari masyarakat desa penyuluhan mampu mampu kesehatan, Pak RT 17
peningkatan
kesehatan perilaku dalam setiap kesehatan memahami dan memahami RT, Kader,
penyakit
akibat  Status membuang kegiatan yang tentang mampu resiko dari Masyarakat
lingkungan kenyaman : sampah diadakan dampak dan menangani perilaku desa kelayan
yang kurang
lingkungan sembarangan resiko dari masalah atau membuang tengah RT 17
bersih seperti
(DBD, Ispa  Status 2. Memahami perilaku resiko dari sampah
dan Malaria) kesehatan gejala-gejala apa membuang perilaku sembarangan
Di Desa
komunitas saja yang timbul sampah membuang - Masayarakat
Kelayan
Tengah RT 17 Kriteria hasil : akibat dari sembarangan sampah mampu
berhubungan 1. Memonitor membuang serta sembaranga memahami hal-
dengan sampah bagaimana - masyakat hal yang dapat
lingkungan
kurangnya
pengetahuan terkait dengan sembarangan cara mengetahui dan menimbulkan
dan kesadaran resiko 3. Mengerti hal- memilah mampu gejala dan
masyarakat hal yang harus sampah memahami resiko dari
membuang
tentang akibat
sampah dilakukan dalam kering dan bagaimana cara perilaku
lingkungan
yang kurang sembarangan mencegah sampah memilah membuang
bersih 2. Terkontrol atau timbulnya gejala basah. sampah kering - Masyarakat
terjaganya dan resiko dari dan sampah mampu
kebersihan perilaku Dilakukan basah yang memahami
lingkungan membuang kegiatan benar cara mengatasi
60

sampah gotong masalah atau


3. Tidak adanya sembarangan royong dampak dari
sampah yang 4. Mengetahui membersihk perilaku
berserakan cara mengatasi an membuang
disekitar masalah atau lingkungan. sampah
halaman rumah dampak dari sembarangan
seperti (dijalan, perilaku serta
genangan air, membuang mengetahui
dll). sampah dan memahami
4. Terkontrolnya sembarangan serta cara bagaimana
bau-bau an mengetahui dan memilah
disekitar memahami cara sampah kering
halaman rumah bagaimana dan sampah
seperti bau memilah sampah basah
( sampah, kering dan - Masyarakat
genangan air, sampah basah mengetahui
dll) cara
5. Menyesuaikan memanfaatkan
dengan standar sampah kering
kesehatan / dan sampah
kebersihan
lingkungan.
2. Perilaku  Perilaku 1. Memahami Mengumpulkan Dilakukan - Masyarakat - Masayarakat Tenaga Mushola Kelompok 3
kesehatan berhenti bahaya dari masyarakat desa penyuluhan mampu mampu kesehatan, Pak RT 17
cenderung merokok merokok memahami dan memahami
dalam setiap kesehatan RT, Kader
beresiko  Perilaku 2. Memahami mampu bahaya
berhubungan promosi hal-hal apa kegiatan yang tentang menangani merokok
dengan kesehatan saja yang bahaya gejala merokok - Masayarakat
61

Kurangnya Kriteria Hasil : dapat diadakan merokok mampu


dukungan 1. Membangun menimbukan memahami hal-
sosial gejala dari hal yang dapat
strategi yang
merokok menimbulkan
efektif untuk 3. Mengerti hal- gejala merokok
berhenti hal yang harus - Masyarakat
dilakukan mampu
merokok
dalam memahami
2. Mengikuti mencegah cara mencegah
strategi berhenti timbulnya dan menagani
gejala dan bahaya dari
merokok yang
bahaya dari merokok
telah dipilih merokok - Masyarakat
3. Menggunakan 4. Mengetahui mengetahui
sumber-sumber cara mengatasi cara dalam
masalah mengatasi
komunitas yang merokok masalah
ada merokok
4. Berpartipasi
dalam
konseling
5. Melakukan
perilaku
kesehatan
secara rutin
6. Menggunakan
dukungan sosial
untuk
meningkatkan
kesehatan
45

L. Rencana Kerja (Poa) Asuhan Keperawatan Komunitas

No. Masalah Tujuan Rencana kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ


1 Resiko terjadinya 1. Masyarakat 1. Penyuluhan 1. Masyarakat Minggu, 14 Penyuluhan: Kelompok 3 Mahasiswa
peningkatan penyakit akibat dapat merubah kepada Desa Kelayan Januari 2021 Mushola RT Keperawatan
lingkungan yang kurang kebiasaan masyarakat Tengah RT 17 jam 07.00 17 Ners UMB
bersih seperti (DBD, Ispa hidup yang tentang resiko 2. KADER WITA
dan Malaria) Di Desa sehat dan dari 3. Ketua RT 17 Gotong
Kelayan Tengah RT 17 dapat membuang royong:
berhubungan dengan mengurangi sampah lingkungan
kurangnya pengetahuan dan kebiasaan sembarangan RT.17 dan
kesadaran masyarakat perilaku 2. Penyuluhan rumah warga
tentang akibat lingkungan membuang kepada masing-
yang kurang bersih sampah masyarakat masing
sembarangan tentang
bagaimana
cara memilah
sampah kering
dan sampah
basah
3. Penyuluhan
kepada
46

masyarakat
tentang cara
memanfaatkan
sampah kering
dan sampah
4. Gotong royong
bersama
RT.17, kader
dan warga
2 Perilaku kesehatan 1. Masyarakat 1. Penyuluhan 1. KADER Minggu, 14 Mushola RT Kelompok 3 Mahasiswa
cenderung beresiko dapat merubah kepada 2. Ketua RT 17 Januari 2021 17 Keperawatan
kebiasaan masyarakat
berhubungan dengan jam 07.00 Ners UMB
hidup yang tentang bahaya
Kurangnya dukungan sosial sehat dan Merokok WITA
dapat 2. Penyuluhan
mengurangi kepada
kebiasaan masyarakat
merokok tentang bahaya
merokok bagi
kesehatan
3. Penyuluhan
kepada
masyarakat
tentang cara
mengatasi
masalah
47

merokok
4. Penyuluhan
kepada
masyarakat
tentang Covid-
19

M. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Tanggal Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi


1. Resiko terjadinya 07 Januari 2021 1. Penyuluhan tentang resiko dari Evaluasi struktur
peningkatan penyakit akibat perilaku membuang sampah a. Rencana penyuluhan telah dilakukan pada hari
48

lingkungan yang kurang sembarangan dan tentang bagaimana yang sudah ditentukan sebelumnya
bersih seperti (DBD, Ispa dan cara memilah serta mengolah sampah b. Materi penyuluhan serta leaflet telah dipersiapkan
Malaria) Di Desa Kelayan kering dan sampah basah 1 hari sebelum persiapan pelaksanaan kegiatan
Tengah RT 17 berhubungan 2. Gotong royong bersama RT. 17, c. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada
dengan kurangnya kader, dan warga dengan masyarakat RT 17 wilayah kelayan tengah
pengetahuan dan kesadaran memperhatikan protokol kesehatan d. Fasilitas gotong royong telah dipersiapkan
masyarakat tentang akibat sebelum kegiatan dimulai
lingkungan yang kurang e. Kegiatan gotong royong dilaksanakan dengan
bersih memperhatikan protokol kesehatan yaitu waktu
kurang dari 2 jam dan warga membersihkan
disekitar rumah masing-masing dan hanya
mahasiswa bersama kader dan RT 17 yang
berkeliling

Evaluasi Proses
1) Acara berjalan lancar
2) 85% peserta yang aktif bertanya terhadap materi
penyuluhan
3) Penyuluhan dilaksanakan dimushola RT 17
wilayah kelayan tengah
4) Kegiatan gotong royong berjalan lancar
49

Evaluasi Hasil
1) Warga RT 17 wilayah kelayan tengah dapat
memahami tentang materi bahaya merokok yang
diberikan oleh mahasiswa
2) Warga RT 17 wilayah kelayan tengah dapat
mengetahui dampak dari bahaya merokok
sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya
3) Lingkungan RT 17 menjadi bersih
2. Perilaku kesehatan cenderung 07 Januari 2021 1. Penyuluhan tentang bahaya merokok Evaluasi struktur
beresiko berhubungan a. Rencana penyuluhan telah dilakukan pada hari
dengan Kurangnya dukungan yang sudah ditentukan sebelumnya
b. Materi penyuluhan serta leaflet telah dipersiapkan
sosial
1 hari sebelum persiapan pelaksanaan kegiatan
c. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada
masyarakat RT 17 wilayah kelayan tengah

Evaluasi Proses
1) Acara berjalan lancar
2) 85% peserta yang aktif bertanya terhadap materi
penyuluhan
3) Penyuluhan dilaksanakan dimushola RT 17
wilayah kelayan tengah
50

Evaluasi Hasil
1) Warga RT 17 wilayah kelayan tengah dapat
memahami tentang materi bahaya merokok yang
diberikan oleh mahasiswa
2) Warga RT 17 wilayah kelayan tengah dapat
mengetahui dampak dari bahaya merokok
sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2016). Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. (2016). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Efendi F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Notoatmodjo S. (2014) . Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta: Jakarta.
Poerwanto, (2005). Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Sulastomo. (2013). Manajemen Kesehatan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Trihono. (2015). Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. CV Sagung Seto:
Jakarta.

57

Anda mungkin juga menyukai