Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI SEKOLAH SDN JETIS 4 KECAMATAN SUKOHARJO


KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun oleh :
1. Putri Perbowo Mukti (P16039)
2. Reni Krismawati (P16040)
3. Reyvaldy David Sukadewanata (P16041)
4. Rindi Puri Cahyaningsih (P16042)
5. Roni Setyawati (P16043)
6. Rumtias Tuti Ningsih (P16044)
7. Rysken Prima Hananingrum (P16045)
8. Serly Oksaini (P16046)
9. Silca Dwi Laras Hambarukmo (P16047)
10. Sonia Aisyah Paramita (P16048)
11. Tiara Nuringtyas Pitaloka (P16049)
12. Triska Putranto (P16050)
13. Wildan Aulia Ahmad (P16051)
14. Yekti Maryanti (P16052)
15. Yuni Pratiwik (P16054)
16. Agilia Ayu Syaridwan (P16055)

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia – Nya seluruh kegiatan “Praktek Keperawatan
Komunitas “di sekolah SDN jetis 4 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo dan penyusunan laporan ini dapat kami selesaikan.

Kegiatan dan penyusunan laporan ini dapat kami selesaikan berkat


adanya bantuan dan bimbingan serta kerjasama yang baik dari beberapa
pihak .oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada yang terhormat :

1. Meri Oktariani, S.kep., Ns., M.kep selaku Ketua Program Studi D3


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Surakarta .
2. Nurul Devi Ardiani, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Koordinator Praktek
Keperawatan Komunitas.
3. Maula Maratus Solihah, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Pembimbing
Akademik Praktek Keperawatan Komunitas.
4. Mulyani selaku pembimbing CI /lahan dari Puskesmas Sukoharjo
5. Sunardi, S.pd selaku kepala sekolah SDN Jetis 4 sukoharjo
6. Seluruh dosen ,staff stikes kusuma husada surakarta yang telah
memberikan bantuan moril kepada kelompok kami .
7. Orangtua kami yang telah memberikan doa restu kepada kami .
8. Teman teman seperjuangan yang telah bekerjasama dalam
menyelesaikan laporan ini .

Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna,untuk itun


kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di waktu
yang akan datang.Besar harapan kami semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya ,pihak Puskesmas Sukoharjo sebagai
bahan tindak lanjut untuk masalah kesehatan di sekolah Kecamatan
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo

04 Januari 2019
Mahasiswa Praktek Komunitas

Kelompok 3
-

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil praktek Asuhan Keperawatan Komunitas dalam konteks


pelayanan kesehatan utama di sekolah SDN Jetis 4 ,kecamata Sukoharji
Kabupaten Sukoharjo, pada tanggal 02-19 Januari 2019, telah mendapatkan
persetujuan pada tanggal 02 Januari 2019.

Pembimbing 1

(Maula Maratus Solihah, S.Kep., Ns., M.Kep)

Mengetahui,
Kaprodi D3 Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
(Meri Oktariani, S.kep., Ns., M.kep)
DAFTAR ISI
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini masyarakat harus mempunyai kepedulian terhadap


kesehatan yang ada di dalam maupun yang ada di luar dirinya
(lingkungannya sekitar). Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai
pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 79
tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa “Kesehatan Sekolah”
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
dalam lingkungan hidup sehat sehingga dapat belajar, tumbuh, dan
berkembang secara harmonis sehingga diharapkan menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah keadaan
individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka,
mencegah timbulnya penyakit, menanggulangi penyakit dan masalah-
masalah kesehatan lain, meningkatkan derajat kesehatan, memanfaatkan
pelayanan kesehatan, mengembangkan, dan menyelenggarakan upaya
kesehatan bersumber masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang harus dilakukan oleh
setiap individu/keluarga/kelompok masyarakat sangat banyak, dimulai dari
bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/keluarga/kelompok
dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam
budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat,
bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya
baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
merupakan bagian dari pelajaran Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan
Rekreasi berdasarkan kurikulum di Sekolah Dasar.
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan peserta didik,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri
mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan
aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum: Memperdayakan setiap peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap peserta didik,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah.
b) peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS di
sekolah.
c) Memandirikan setiap peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah ber PHBS.

C. Manfaat Laporan
1. Manfaat bagi peserta didik
a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkatkan semangat belajar
c. Meningkatkan produktivitas belajar
d. Menurunkan angka absensi karena sakit
2. Manfaat bagi warga sekolah
a. Meningkatnya semangat belajar peserta didik berdampak positif
b. terhadap pencapaian target dan tujuan
c. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh
orangtua
d. Meningkatnya citra sekolah yang positif
3. Manfaat bagi sekolah
a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di
sekolah
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di
sekolah
4. Manfaat bagi masyarakat
a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan
oleh sekolah

D. Tindak Lanjut Kegiatan


Setelah selesai program praktik Komunitas SD Negeri Jetis 4
Sukoharjo diharapakan ada tindak lanjut dari kegiatan yang telah berjalan,
pada kesempatan ini kelompok kami merekomendasikan rencana tindak
lanjut yaitu kerja bakti setiap hari sabtu ,pemasangan poster cuci tangan 6
langkah benar, Pemeriksaan BB dan TB serta kebersihan gigi dan kuku
setiap bulan, mengaktifkan kembali kegiatan gosok gigi,berkolaborasi
dengan pihak puskesmas memberikan pendidikan kesehatan tentang PHBS.

E. Sistematika Penulisan
17

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan praktek


komunitas khusus sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan praktik,manfaat laporan,
tindak lanjut kegiatan dan sistematika penulisan
Bab II : Tinjauan teori pelayanan kesehatan utama, konsep keperawatan
komunitas, peran perawat komunitas, asuhan keperawatan komunitas, teori
perubahan komunitas
Bab III : Aplikasi asuhan keperawatan komunitas SD Negeri Jetis 4 Sukoharjo
yang terdiri dari dari tahap persiapan, tahap pengkajian, tahap pengumpulan data,
tahap analisa data, tahap perumusan diagnosa keperawatan komunitas, tahap
penapisan diagnose keperawatan, tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap
evaluasi, tahap rencana tindak lanjut.
Bab IV : Pembahasan berisi tentang hal – hal yang harus dibahas mulai dari
tahap terdiri dari tahap persiapan, pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
implementasi, dan tahap evaluasi.
Bab V : Penutupan terdiri dari kesimpulan dan saran.
18

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kesehatan Utama

1. Definisi PHC
Pemahaman tentang PHC dapat didefinisikan sebagai berikut,
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan pada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya
yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara
setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup
mandiri dan menentukan nasib sendiri.

2. Tujuan PHC
Apa yang menjadi tujuan umum PHC? Tujuan umum PHC adalah
mendapatkan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat
yang menerima pelayanan, sedangkan yang menjadi tujuan khusus
adalah berikut ini.
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani.
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani.
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani.
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan
sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

3. Fungsi PHC
19

PHC hendaknya harus memenuhi fungsinya sebagai berikut.


a. Pemeliharaan kesehatan.
b. Pencegahan penyakit.
c. Diagnosa dan pengobatan.
d. Pelayanan tindak lanjut.
e. Pemberian sertifikat.
Selanjutnya yang menjadi unsur utama PHC adalah:
a. mencakup upaya-upaya dasar kesehatan;
b. melibatkan peran serta masyarakat;
c. melibatkan kerja sama lintas sektoral.

4. Prinsip Dasar PHC


Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Alta ditetapkan prinsip-
prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai
kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut.
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini, yaitu perawatan
primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan
utama dalam masyarakat yang harus diberikan sama bagi semua
individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan, dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dengan peran serta individu agar berperilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau,
layak, dan diterima budaya masyarakat (misalnya, penggunaan
kulkas untuk vaksin cold storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
20

Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan


maksimal dari lokal, nasional, dan sumber daya yang tersedia
lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses individu dan keluarga
untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan
orangorang di sekitar mereka serta mengembangkan kapasitas untuk
berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa
dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.
Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau
tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah dilakukan di
tingkat lingkungan atau desa karena masalah heterogenitas yang
minim.
e. Kerja sama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh suatu
intervensi hanya pada sektor kesehatan formal. Sektor lain sama
pentingnya dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian
masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya:
pertanian (misalnya, keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya, menyangkut masalah kesehatan yang berlaku, metode
pencegahan dan pengontrolan mereka), perumahan, pekerjaan
umum (misalnya, menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan
sanitasi dasar), pembangunan perdesaan, industri, dan organisasi
masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah daerah,
organisasi-organisasi sukarela, dan sebagainya).

B. Konsep Keprawatan Komunitas


1. Definisi
Komunitas adalah komponen penting dari pengalaman manusia sebagai
bagian dari pengalaman yang saling terkait dengan keluarga, rumah, serta
sebagai ragam budaya dan agama (Ervin, 2002). Keperawatan kesehatan
komunitas adalah area pelayanan keperawatan professional yang di
berikan secara holistic (Bio-psiko-sosial-spiritual) dan difokuskan pada
21

kelompok resiko tinggi yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan


melalui upaya promotif, preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitative dengan melibatkan komunitas sebagai mitra dalam
menyelesaikan masalah ( Hithcock, Scubert & Thomas, 1999; Allender
& Spradley, 2001, Stanhope & Lancaster, 2016).
Praktik keperawatan komunitas adalah sintesis praktik keperawatan
dan praktik kesehatan masyarakat, diaplikasikan dalam meningkatkan
dan pemeliharaan kesehatan masyarakat (populasi), menggunakan ilmu
yang berasal dari keperawatan, sosisal, dan kesehatan masyarakat
(Stanhope & Lancaster, 2016). Lingkup praktik keperawatan komunitas
adalah generalis dan spesialis. Praktik keperawatan generalis bertujuan
memberikan asuhan keperawatan komunitas dasar (basic community)
dengan sasaran individu, keluarga, dan kelompok untuk beberapa espek
keterampilan dasar ( beginning skill). Keperawatan spesialis bertujuan
memberikan asuhan keperawatan komunitas lanjut (Adfanced nursing
community) dengan sasaran kelompok (aregat) dan masyarakat serta
masalah individu dan keluarga yang kompleks.

2. Tujuan
Tujuan keperawatan komunitas adalah mempertahankan system klien
dalam keadaan stabil melalui upaya prevensi primer, sekunder, dan
tresier (Pacala, 2007; Wallace dalam Allender; Rector; & Warner, 2014).
Adapun penjelasan mengenai upaya prevensi tersebut adalah sebagai
berikut

a. Pervensi primer
Prevensi primer ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat yang sehat. Bentuk tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan adalah promosi kesehatan dan perlindungan
spesifikasi agar terhindar dari masalah/penyakit. Contohnya adalah
22

memberikan imunisasi pada balita, pemberian vaksin, serta promosi


kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
b. Prevensi sekunder
prevensi sekunder ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat yang beresiko mengalami masalah kesehatan.
Bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah pelayanan atau
asuhan keperawatan mencakup identivikasi masyarakat atau
kelompok yang beresiko mengalami masalah kesehatan, melakukan
pengulangan masalah kesehatan secara tepat dan cepat, upaya
penemuan penyakit sejak awal (skrining kesehatan), pemeriksaan
kesehatan berkala, serta melakukan rujukan terhadap masyarakat
yang memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.
c. Prevensi Tersier
Prevensi Tresier ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat pada masa pemulihan setelah mengalami masalah
kesehatan. Bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah upaya
rehabilitasi pasca perawatan difasilitas tatanan pelayanan kesehatan
lain untuk mencegah ketidakmampuan, ketidakberdayaan atau
kecacatan lebih lanjut. Contoh tindakan yang dilakukan adalah
melatih rentang pergerakan sendi/ range of motion (ROM) pada
klien pasca stroke, atau melakukan kegiatan pemulihan kesehatan
pasca bencana.
Perawatan komunitas harus dapat memahami tiga upaya
prevensi diatas. Untuk lebih memahami pelaksanaannya berikut
penjelasan konsep keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas)
yang ada di Indonesia.

C. Peran Perawat Komunitas


1. Manager kasus
Jika, berperan sebagai manager, perawat harus mampu mengelola
pelayanan yang berkoordinasi dengan komunitas atau keluarga,
23

penyedia pelayanan kesehatan atau pelayanan sosial yang ada. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan asuhan keperawatan
komunitas. Seyogyanya kualifikasi pendidikan seorang manager kasus
minimal Sarjana Keperawatan. Anda mungkin pernah mengetahui
tentang peran di atas, sebagai manager kasus perawat komunitas harus
dapat berfungsi untuk melakukan tindakan sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi kebutuhan komunitas terhadap pelayanan
kesehatan. Hal ini penting dilakukan agar pelayanan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan komunitas.
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas. Rencana ini
dibuat berdasarkan hasil pengkajian kebutuhan komunitas terhadap
pelayanan kesehatan.
3. Mengoordinasikan aktivitas tim kesehatan multidisiplin sehingga
pelayanan yang diberikan dapat optimal dan tepat sasaran.
4. Menilai kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan
yang telah diberikan. Sebagai manager, hal ini penting untuk
meningkatkan pengelolaan berikutnya.
2. Pelaksana Asuhan keperawatan
Salah satu peran penting perawat adalah memberikan pelayanan
langsung kepada komunitas sesuai dengan kebutuhan komunitas atau
keluarga. Anda dapat mencoba peran ini sesuai dengan tahapan mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan. Sebagai
pelaksana asuhan keperawatan, perawat dapat berfungsi untuk:
1. Melakukan pengkajian secara komprehensif;
2. Menetapkan masalah keperawatan komunitas;
3. Menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan potensi komunitas;
4. Melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup tindakan
mandiri (seperti melakukan perawatan luka, melatih napas dalam
dan batuk efektif, melatih latihan rentang gerak/rom, dan
24

sebagainya), serta tindakan kolaboratif (seperti pemberian obat tbc


dan sebagainya);
5) mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan;
6) mendokumentasikan semua tindakan keperawatan.

3. Pendidik
Jika berperan sebagai pendidik, maka perawat harus mampu menjadi
penyedia informasi kesehatan dan mengajarkan komunitas atau keluarga
tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan komunitas. Peran tersebut
dapat Anda lihat saat perawat melakukan pendidikan kesehatan. Berikut
fungsi yang dapat dijalankan oleh perawat komunitas dalam menjalankan
perannya sebagai pendidik.
1) Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin diketahui oleh
komunitas, ini bisa diketahui saat perawat melakukan pengkajian
komunitas.
2) Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau demonstrasi), dan
materi yang sesuai dengan kebutuhan.
3) Menyusun rencana pendidikan kesehatan.
4) Melaksanakan pendidikan kesehatan.
5) Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang keterampilan yang harus
dimiliki sesuai kebutuhannya.
6) Mendorong keluarga untuk melatih keterampilan yang sudah diajarkan
perawat.
7) Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.

4. Pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela (advocate) dapat dilakukan perawat dengan
mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas dan kompeten. Sikap
perawat yang selalu berupaya meningkatkan kompetensinya agar asuhan
keperawatan komunitas yang diberikan terjaga kualitasnya, merupakan
contoh pelaksanaan peran sebagai pembela (advocate). Bagaimana dengan
25

Anda, apakah juga berkomitmen untuk selalu menjaga kualitas asuhan


keperawatan yang diberikan? Cobalah Anda sejak saat ini terus menjaga
komitmen tersebut. Selain sikap di atas, tindakan lain yang dapat dilakukan
perawat sebagai pembela (advocate) adalah:
1. Menyediakan informasi yang dibutuhkan komunitas atau keluarga untuk
membuat keputusan;
2. Memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil keputusan;
3. Membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga mendapatkan
pelayanan yang terbaik (membangun jejaring kerja);
4. Menghormati hak klien;
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
6. Melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga;
7. Memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang dapat
digunakan;
8. Memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumber
tersebut.

5. Konselor
Perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu
perawat tersebut adalah orang yang memahami (expert) di bidang
keahliannya, dapat dipercaya untuk membantu komunitas atau keluarga
dan mengembangkan koping yang konstruktif dalam penyelesaian
masalah. Perawat juga dapat memberikan berbagai solusi dalam rangka
menetapkan cara yang lebih baik untuk penyelesaian masalah. Memang
tidak semua perawat dapat berperan sebagai konselor, karena
membutuhkan keterampilan khusus, namun demikian yakinlah bila
Anda berusaha meningkatkan kompetensi, maka Anda akan mampu
untuk menjadi seorang konselor. Selamat belajar!

6. Role Model
26

Pelayanan keperawatan komunitas bersifat berkelanjutan dan


berkesinambungan, tentu saja ini menuntut perawat untuk mampu
berinteraksi baik dengan komunitas. Dalam interaksi, ada proses
transformasi perilaku perawat yang dapat dipelajari oleh komunitas atau
keluarga. Proses inilah yang sebenarnya, bahwa perawat sedang
menjalankan perannya sebagai role model (contoh).

7. Penemu Kasus
Peran selanjutnya yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas
adalah melibatkan diri dalam penelusuran kasus di komunitas atau
keluarga, untuk selanjutnya dilakukan kajian apa saja yang dibutuhkan
komunitas. Tentu saja kasus tersebut mungkin membutuhkan intervensi
dari profesi lain atau pelayanan kesehatan yang lebih kompleks, maka
yang dilakukan perawat komunitas adalah segera merujuk klien.

8. Pembaharu
Peran ini membantu komunitas untuk melakukan perubahan ke arah
kehidupan yang lebih sehat. Hal yang dilakukan perawat sebagai
pembaharu adalah sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi kekuatan dan penghambat perubahan. Hal ini
penting dilakukan karena suatu perubahan merupakan suatu hal yang
baru yang membutuhkan dukungan.
2) Membantu pencairan dan memotivasi untuk berubah.
3) Membantu komunitas menginternalisasi perubahan

D. Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
keperawatan professional yang merupakan bagian integral dari proses
keperawatan yang berdasarkan pada ilmu keperawatan, yang ditujukan
langsung kepada masyarakat dengan menekankan pada kelompok resiko
tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
27

upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, serta pengobatan dan


rehabilitas. Proses asuhan keperawatan komunitas adalah metode asuhan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinyu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari
klien individu, keluarga, serta kelompok melalui tahapan pengkajian,
penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, intervensi, dan evaluasi
keperawatan ( Stanhope & Lancaster, 2016).

E. Teori Perubahan Komunitas

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI SEKOLAH

A. TAHAP PERSIAPAN
Kegiatan asuhan keperawatan komunitas dimulai dengan tahap awal dari
semua kegiatan yang akan dilakukan oleh mahasiswa selama melakukan
keperawatan komunitas. Tahap persiapan diawali dengan sosialisasi
mahasiswa dengan siswa yaitu dengan cara pendekatan dengan tokoh sekolah
yaitu kepala sekolah baik formal maupun informal dan perijinan terhadap
kegiatan kelompok di SD Negeri Jetis 4 Sukoharjo. Dalam tahap ini juga
dilakukan penyusunan format pengkajian yang digunakan untuk pengambilan
data komunitas dilingkungan di SD Negeri Jetis 4 Sukoharjo.. Tahap
persiapan ini dimulai tanggal 2 januari 2019.
B. TAHAP PENGKAJIAN

Tahap pengkajian merupakan tahap awal dimulainya kegiatan asuhan


keperawatan komunitas.Pada tahap ini kita melakukan pengkajian data dasar,
data lingkungan fisik dan pengkajian data warga sekolah. Pada data dasar dan
observasi sekitar lingkungan (Windshield Survey) ini dilakukan dengan cara
wawancara dengan tokoh antara lain dengan kepala sekolah, guru, staf
karyawan dan siswa yang ada dilingkungan SD Negeri Jetis 4 Sukoharjo
28

dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah kami persiapkan.


Selain itu kami juga melakukan observasi langsung dilingkungan sekolah
dengan menggunakan pedoman Windshield survey. Hal yang diobservasi
antara lain quesioner, halaman sekolah, kamar mandi, tempat pembuangan
sampah, penampungan air dan pusat pelayanan kesehatan. Metode lain yang
kita gunakan adalah obsevasi partisipasi yang kami lakukan dengan
pengamatan secara langsung terhadap keadaan dan tatanan sosial di SD Negeri
Jetis 4 Sukoharjo, selain itu kami juga menggunakan metode analisa data dan
sekunder dengan melakukan penelusuran data yang ada di SD Negeri Jetis 4
Sukoharjo. Pengkajian ini dimulai tanggal 2 januari 2019, hasil analisa dari
data dasar tersebut dijadikan bahan untuk diskusi pada Musyawarah Sekolah
Mahasiswa melakukan pengkajian dengan membagikan kuesioner
dari siswa diwilayah SD Negeri Jetis 4 Sukoharjo. Berdasarkan hasil yang
diperoleh sudah cukup mewakili. Adapun data yang telah diolah dan disajikan
adalah sebagai berikut:
1. Hasil Windshield Survey di SMP Negeri 1 Kebakkramat
a. Batas wilayah SD Negeri Jetis 4 Sukoharjo
SebelahBarat : Sawah
Sebelah Timur : jalan
Sebelah Utara : Masjid
Sebelah Selatan : Jalan rumah warga
b. Kepadatan pemukiman penduduk dilingkungan SD Negeri
Jetis 4 Sukoharjo termasuk pemukiman padat.
c. Jenis bangunan rumah permanen

d. Jalan utama SD Negeri Jetis 4 Sukoharjo kearah timur beraspal,


jalan menggunakan aspal keadaannya datar.
e. Memiliki pendidikan formal.
f. Pusat pelayanan kesehatan Puskesmas di SD Negeri Jetis 4
Sukoharjo dengan penyuluhan kesehatan, pemberian obat.
g. Transportasi dapat menggunakan kendaraan umum, sepeda.
29

2. Hasil pengkajian data berdasarkan quesioner di SD Negeri Jetis 4


Sukoharjo. Data didapat dari quesioner yang dibagikan kepada 71
siswa dengan pendampingan langsung dengan mahasiswa.

DATA DEMOGRAFI
1. Jumlah siswa : 42 siswa
2. Jumlah guru : 9 orang
3. Jumlah karyawan : 1 orang
4. Umur siswa :8 tahun, 9 tahun, 10 tahun, 11 tahun, 12 tahun
5. Jenis kelamin : Laki-laki : 21 siswa
Perempuan : 21 siswi
6. Agama : Islam : 42 siswa

C. PENGUMPULAN DATA

Bagaimana ventilasi diruang kelas?

5%

BAIK
TIDAK BAIK

95%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi


yang merasa ventilasi diruang kelas baik sebanyak 95% dan tidak baik
5%.
30

Apakah ventilasi dibuka setiap hari?

5%

YA
TIDAK

95%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
ventilasi diruang kelas dibuka setiap hari ya sebanyak 95% dan tidak sebanyak 5%.

Apakah ada polusi ruangan ?

36%
YA
TIDAK
64%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa ada
polusi diruang kelas ya sebanyak 64% dan tidak sebanyak 36%.
31

Apakah udara terasa segar ?

12%

YA
TIDAK

88%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa udara
terassa segar diruang kelas ya sebanyak 88% dan tidak sebanyak 12%.

Apakah ruangan dibersihkan


setiap hari ?

0%
19%
YA
TIDAK TENTU SETIAP HARI
TIDAK PERNAH
81%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
ruangan di bersihkan setiap hari ya sebanyak 81% , tidak tentu sebanyak 19% dan tidak
pernah sebanyak 0%.
32

Apakah ada tempat sampah ?

5%

YA
TIDAK

95%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa ada
tempat sampah ya sebanyak 95% dan tidak sebanyak 5%.

bagaimana kebersihan toilet ?

14%
26%
BERSIH
KURANG BERSIH
TIDAK BERSIH

60%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa toilet
bersih, bersih sebanyak 26% , kurang bersih 60%,dan tidak bersih sebanyak 14%.
33

Apakah air yang tersedia


cukup bersih ?

10%

YA
TIDAK

90%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa air
yang tersedia cukup bersih ya sebanyak 90% dan tidak sebanyak 10%.

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan ya sebanyak 83% dan tidak sebanyak 17%.

Apakah ada kebiasaan mencuci


tangan sebelum makan ?

24%
YA
TIDAK

76%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi siswa yang biasa
cuci tangan 24% dan yang tidak biasa cuci tangan 76%
34

Apakah pernah mendapatkan


informasi tentang masalah
kesehatan?

26%
YA
TIDAK
74%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan ya sebanyak 74% dan tidak sebanyak
26%.

Bagaimana cara memperoleh


informasi kesehatan ?
radio

7%0% sosial media


26%
kunjungan petugas
kesehatan
7%
60% televisi

lainnya

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi bagaimana cara
memperoleh informasi kesehatan radio sebanyak 7%, social media sebanyak 0%,
kunjungan petugass kesehatan 60%, televisi sebanyak 7%, dan lainnya 26%.
35

Berapa jumlah jam tidur setiap hari ?

7%

< 7 JAM
36% 7 - 8 JAM
57%
> 8 JAM

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi jumlah jam tidur
setiap hari <7 jam sebanyak 7%, 7- 8 jam sebanyak 36% dan >8 jam sebanyak 57%.

Apakah siswa melakukan kegiatan


diluar sekolah ?

19%
YA
TIDAK

81%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
melakukan kegiatan di luar sekolah, ya sebanyak 81% dan tidak sebanyak 19%.
36

Bagaimana presepsi siswa tentang


pelayanan kesehatan ?

21%
BAIK
KURANG BAIK

79%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi presepsi siswa
tentang pelayanan kesehatan, baik sebanyak 79% dan kurang baik sebanyak 21%.

Bagaimana presepsi siswa terhadap


pengembangan perawatan diri ?

12%

BAIK
KURANG BAIK

88%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi presepsi sisswa
terhadap penggembangan perawatan diri , baik sebanyak 88% dan kurang baik sebanyak
12%.
37

Berapa kali mencuci rambut dalam


seminggu ?

3% TIDAK PERNAH
19% 19%
1 KALI
2 KALI
26% 3 KALI
33%
> 3 KALI

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
mencuci rambut dalam seminggu, tidak pernah sebanyak 3%, 1 kali seminggu sebanyak
19%, 2 kali seminggu sebanyak 33 %, 3 kali seminggu sebanyak 26% dan >3 minggu
sebanyak 19%.

Apakah pakaian ganti setiap hari ?

7%

YA
TIDAK

93%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
mengganti pakaian setiap hari ya sebanyak 93% dan tidak sebanyak 7%.
38

Apakah kuku pendek ?

26%
YA
TIDAK

74%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang
merasa berkuku pendek sebanyak 74% dan tidak sebanyak 26%.

Berapa kali memotong kuku ?

9% 5%
TIDAK PERNAH
1 KALI
36% 2 KALI
50%
> 2 KALI

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang
merasa tidak pernah memotong kuku sebanyak 5%, memotong kuku 1 kali seminggu
sebanyak 50%, memotong kuku 2 kali seminggu sebanyak 36% dan memotong kuku >2
kali seminggu sebanyak 9%.
39

Apakah siswa melakukan olahraga


secara teratur ?

10%

YA
TIDAK

90%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
melakukan olahraga secara teratur ya sebanyak 90% dan tidak sebanyak 10%.

Berapa menit setiap kali


berolahraga ?

17%
< 10 MENIT
38%
10 - 30 MENIT
> 30 MENIT
45%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi setiap melakukan
olahraga berapa menit, <10 menit sebanyak 17%, 10-30 menit sebanyak 45%, dan >30
menit sebanyak 38%.
40

Apakah merokok disekolah ?

0%

YA
TIDAK

100%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
merokok di sekolah ya sebanyak 0% dan tidak sebanyak 100%.

Apakah menggunakan NAPZA


disekolah ?

0%

YA
TIDAK

100%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
menggunakan NAPZA ya sebanyak 0% dan tidak sebanyak 100%.
41

Apakah siswa membawa bekal


sendiri ?

45% YA
55% TIDAK

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
membawa bekal sendiri ya sebanyak 55% dan tidak sebanyak 45%.

Apakah siswa jajan dikantin ?

0%

YA
TIDAK

100%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa jajan
di kantin ya sebanyak 100% dan tidak sebanyak 0%.
42

Apakah siswa mengkonsumsi


mengandung vitamin dan mineral ?

0%
SELALU
36%
SERING
52% KADANG-KADANG
TIDAK PERNAH
12%

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung vitamin dan mineral, selalu sebanyak
52% , sering sebanyak 12%, kadang- kadang sebanyak 36% dan tidak pernah sebanyak
0%.

Apakah siswa selalu mengukur BB


dan TB setiap bulan ?

7% 10%
SELALU
19% SERING
KADANG-KADANG

64% TIDAK PERNAH

Berdasarkan gambar di atas, dari 42 siswa dan siswi data epidemiologi yang merasa
mengukur BB dan TB setiap bulan, selalu sebnayak 10%, sering sebnayak 19%, kadang-
kadang 64%, dan tidak pernah sebanyak 7%
43

D. ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA
1. Data Subyektif Ketidakefektifan
- Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa pemeliharaan
dan siswi masalah yang sering muncul adalah kesehatan komunitas
flu, diare, pusing, dan batuk. Kelas 3, 4, dan 5. SDN
Data Obyektif Jetis 04 Sukoharjo
- Lokasi sekolahan tepat pinggir jalan raya dan
dekat dengan pabrik yang berpolusi.
- Terlihat lingkungan sekolah kurang bersih
terutama di kamar mandi.
- Sebagian besar siswa-siswi sebelum dan
sesudah makan tidak melakukan cuci tangan.
- Kuku jari tangan terlihat panjang dan kotor
- Berdasarkan hasil kuesioner dari 42 siswa
siswi, 76 % siswa siswi tidak biasa cuci
tangan sebelum makan.
2 Data Subyektif Defisiensi
- Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengetahuan siswa dan
masalah yang sering muncul adalah flu, siswi kelas 3, 4, dan 5
diare, pusing, dan batuk SDN Jetis 04
- Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa Sukoharjo
siswi kelas 7C dan 7D mereka mengatakan
tidak pernah mendapatkan pengetahuan
maupun informasi mengenai apa itu maag
dan pusing
Data Obyektif
-
44

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan komunitas siswa dan siwi
kelas 3, 4, dan 5 SDN Jetis 04 Sukoharjo
2. Defisiensi pengetahuan siswa dan siswi kelas 3, 4, dan 5 SDN Jetis
04 Sukoharjo

F. PERENCANAAN KOMUNITAS

NO. DIAGNOSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS RENCANA


KEPERAWATA KEGIATAN
N KOMUNITAS

1. Ketidakkefektifan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Pendidikan


pemeliharaan tindakan keperawatan tindakan kesehatan dan
kesehatan selama 3 minggu keperawatan pelatihan
komunitas SDN .Diharapkan siswa- selama 3 minggu tentang
Jetis 04 Sukoharjo siswi kelas 3, 4, dan 5 .Siswa-siswi Perilaku Hidup
SDN Jetis 04 dalam kelas 3, 4, dan 5 Bersih Sehat
pemeliharaan SDN Jetis 04 (PHBS )
kesehatan meningkat mampu : 2. Pendidikan
dengan kriteria hasil :  Siswa kesehatan dan
 Siswa mampu mampu pelatihan
menjaga menjaga tentang Cuci
lingkungan yang lingkungan Tangan yang
bersih dan sehat yang bersih benar
(Perilaku Hidup dan sehat 3. Melakukan
Bersih Sehat )  Siswa kerja bakti
mampu sekolah secara
berperilaku rutin
45

hidup bersih
sehat
 Siswa
mampu
melakukan
cuci tangan
secara
2. Defisiensi Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Pendidikan
pengetahuan siswa tindakan tindakan kesehatan tentang
dan siswi kelas 3, 4, keperawatan selama keperawatan flu, diare, batuk
dan 5 SDN Jetis 04 3 minggu , selama 3 minggu . dan demam
Sukoharjo Diharapkan Diharapkan 2. Pendidikan
pengetahuan siswa pengetahuan siswa kesehatan tentang
siswi kelas 3, 4, dan siswi kelas 3, 4, dan perawatan flu,
5 SDN Jetis 04 5 SDN Jetis 04 diare, batuk dan
dengan kriteria hasil mampu : demam
:  Siswa siswi 3. Koordinasi
 Siswa dan siswi mampu dengan guru yang
kelas 3, 4, dan 5 menyebutkan mengampu tentang
SDN Jetis 04 definisi flu, diare, materi flu, diare,
dapat batuk dan demam batuk dan demam
mengetahui  Siswa siswi dalam jadwal
tentang Masalah mampu pembelajaran
flu, diare, batuk menyebutkan
dan demam penyebab dan
pencegahan
flu,diare,
batuk dan demam
46

Anda mungkin juga menyukai