Anda di halaman 1dari 100

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk di dunia 18% atau sekitar 1,2 milyar jiwa adalah merupakan
remaja (WHO, 2015). Sedangkan di Indonesia jumlah remaja adalah
44.079.486 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2020). Menurut WHO, dikatakan
remaja pada usia 10 – 19 tahun, sedangkan menurut Permenkes RI nomor 25
Tahun 2014, remaja adalah penduduk Indonesia dengan usia 10 – 18 tahun.
Sementara itu menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) remaja adalah mereka yang berusia 1 - 24 tahun yang
belum menikah.

Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini
merupakan masa pubertas dimana terjadi perubahan yang cepat pada
kematangan fisik seperti perubahan tubuh dan hormonal, dimana hormon ini
mempengaruhi remaja untuk bereksploitasi. Kondisi ini membuat remaja
terdorong untuk mencoba hal-hal baru yang sifatnya menantang, bahkan untuk
hal-hal yang terlarang sekalipun (dr. Nurussakinah daulay M.Psi et all, 2020).

Remaja ingin mencari jati diri dan identitas baru yang berbeda dari
sebelumnya. Oleh karena itu mereka cenderung ingin mencoba-coba sesuatu
yang baru. Proses pencarian identitas baru ini jika tidak dibimbing dengan
baik akan menjadi berbagai permasalahan. Beberapa masalah yang dihadapi
remaja di Indonesia antara lain tingginya angka pemakai narkoba dikalangan
remaja, adanya seks bebas dikalangan remaja yang belum menikah, hingga
munculnya angka kejadian kasus HIV/ AIDS pada remaja (Fitria Novita Sari,
2020).

Faktor predisposisi yang mempengaruhi prilaku seseorang diantaranya adalah


pengetahuan dan persepsi menurut Lawrence Green. Persepsi diperlukan dalam

1
suatu usaha untuk mengemukakan tanggapan, pendapat, dan pandangan terhadap
sesuatu yang nantinya dapat memberikan pengaruh pada tingkah laku berikut
pengambilan keputusan seseorang. Jika pengetahuan remaja tentang seks bebas
baik maka akan mempengaruhi persespi remaja tentang seks bebas itu sendiri.
Jika persepsi remaja tentang seks bebas itu positif berarti akan mempengaruhi
niat remaja untuk tidak melakuka seks bebas (Elin Eria Putri, dkk, 2021).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh, jika tidak diobati virus ini akan berkembang
menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom). Populasi terinfeksi
HIV terbesar di dunia adalah di benua Afrika (25,7 juta orang), kemudian di
Asia Tenggara (3,8 juta), dan di Amerika (3,5 juta). Sedangkan yang
terendah ada di Pasifik Barat sebanyak 1,9 juta orang. Tingginya populasi
orang terinfeksi HIV di Asia Tenggara mengharuskan Indonesia untuk lebih
waspada terhadap penyebaran dan penularan virus ini (UNAIDS, 2019).

Penyebaran HIV di Indonesia memiliki dua pola setelah masuk pada tahun
1987 sampai dengan tahun 1996. Pada awalnya hanya muncul pada
kelompok homoseksual. Pada tahun 1990, model penyebarannya melalui
hubungan seks heteroseksual. Presentase terbesar pengidap HIV Aids
ditemukan pada kelompok usia 15-49 tahun sebesar 82,9%, sedangkan
kecendrungan cara penularan yang paling banyak adalah melalui hubungan
seksual beresiko sebesar 95,7%, yang terbagi dari heteroseksual 62,6% dan
pria homoseksual/ biseksual 33,1% (Natal Kristiono dan Indri Astuti,
2019).

Penyakit HIV AIDS tidak hanya menyerang orang dewasa tetapi juga
remaja. Dari data UNICEF tahun 2021, sekitar 1,71 juta remaja yang
berusia 10-19 tahun hidup dengan virus HIV, sekitar 5% dari semua
penderita HIV adalah remaja (UNICEF, 2021).

Data dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 1.188 anak positif HIV

7
berdasarkan periode Januari-Juni 2022. Paling banyak adalah pada usia 15-
19 tahun sebanyak 741 orang atau sekitar 3,3% yang terinfeksi HIV (IDAI,
2022).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun


2022, Kalimantan Selatan mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebesar
458 kasus. Banjarmasin merupakan kota tertinggi dengan penderita
mencapai 242 kasus di tahun 2017 disusul Kabupaten Hulu Sungai Selatan
sebesar 148 kasus ditahun 2020 serta Kabupaten Banjar pada tahun 2019
yang mencapai 61 kasus (Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan, 2022).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar pertahun 2022
kasus HIV meningkat menjadi 71 kasus, usia >50 tahun 5 orang, usia 25-49
tahun 56 orang, usia 20-24 tahun 15 orang, usia 15-19 tahun 2 orang, usia <
4 tahun 3 orang. Dari sekian pasien yang terinfeksi HIV tersebut dilaporkan
bahwa terdapat 1 orang remaja berusia 15-19 tahun berjenis kelamin laki-
laki terinfeksi virus HIV di wilayah kerja UPTD Puskesmas Aluh-Aluh.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Aluh-


Aluh kelas XII sebanyak 10 orang didapatkan bahwa 4 orang memiliki
pengetahuan tentang HIV/AIDS cukup, 3 orang kurang, 3 orang lagi
memiliki pengetahuan baik. Untuk kuisioner persepsi didapatkan hasil 6
orang sdh berpacaran dan pernah berciuman dan meraba area sensitif, 1
orang berpacaran jarak jauh dan hanya bertukar kabar melalui media sosial,
sisanya belum pernah berpacaran. Dari 10 orang remaja hanya 3 yang
belum berpacaran. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terkait pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan persepsi
seks bebas pada siswa SMA Negeri 1 Aluh-Aluh Tahun 2023.

1.2 Rumusan Masalah

8
Apakah ada Hubungan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS dengan
Persepsi Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Aluh-Aluh Tahun 2023

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
remaja tentang HIV/AIDS dengan persepsi seks bebas pada siswa
SMA Negeri 1 Aluh-Aluh Tahun 2023.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada
siswa SMA Negeri 1 Aluh-Aluh.
1.3.2.2 Mengidentifikasi persepsi seks bebas pada siswa SMA Negeri
1 Aluh-Aluh.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS remaja
dengan persepsi seks bebas pada siswa SMA Negeri 1 Aluh-
Aluh.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah perpustakaan baru di prodi S1 Keperawatan yang
dapat dijadikan tambahan dalam rangka peningkatan preventif dan
promotif kualitas dan pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi Program
Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
khususnya mengenai hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS
dengan persepsi seks bebas pada usia remaja.
1.4.2 Bagi UPTD Puskesmas Aluh-Aluh
Penelitian Ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai acuan
dalam rangka meningkatkan program pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada penderita HIV/AIDS khususnya dalam hal promotif dan
preventif serta sebagai acuan dalam perencanaan program yang akan
datang.

9
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan (SMA Negeri 1 Aluh-Aluh)
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk anak didik
agar terhindar dari perilaku seks bebas supaya tidak terjerumus pada
penyakit HIV/AIDS
1.4.4 Bagi Peneliti
Hasil penilitian ini dijadikan sebagai penambahan wawasan ilmu bagi
peneliti, sarana pembelajaran dan dijadikan sebagai salah satu sumber
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Penelitian Terkait


Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah :
1.5.1 Jurnal Keperawatan Jiwa (JKI), Volume 9 No.1 Hal 161-170, Februari
2021 yang berjudul “Persepsi remaja tentang seks pranikah di Sekolah
Menengah Atas”. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif
dengan teknik cluster sampling dan menggunakan online survey.
Didapatkan hasil uji validitas > 0,361 dan reliabilitas cronbach alfa
0,783 degan 320 remaja kelas X-XI-XII di 7 SMA dengan hasil
persepsi remaja sebagian mendukung untuk tidak melakukan seks
pranikah.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah


peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional dengan random sampling, melalui pembagian kuesioner
secara langsung dan hasil uji stattistik menggunakan spareman rank.
1.5.2 Jurnal Wahana Konseling (JUANG), Volume 5 No.1 Maret 2022 yang
berjudul “ Perbedaan Persepsi Terhadap Perilaku Seks Bebas antara
Remaja yang Tinggal di Daerah Wisata Karaoke Bandungan dengan
Bergas Kidul”. Penelitian ini menggunakan causal comparative untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terkait, dengan
pengumpulan data melalui wawancara, hasil penelitian dianalisis

10
menggunakan Uji Mann Withney dibantu Program IBM Statistic SPSS
25.0. dengan hasil ada perbedaan yang signifikan persepsi terhadap
perilaku seks bebas antara remaja yang tinggal di Daerah Wisata
karaoke Bandungan dengan Bergas Kidul.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah
peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional dengan random sampling, melalui pembagian kuesioner
secara langsung dan hasil uji stattistik menggunakan spareman rank.

1.5.3 Jurnal Medika Udayana (JMU), Volume 11, No.11 November 2022
yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Persepsi terhadap Perilaku
Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja di Sekolah Menengah Atas”.
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional, melalui pembagian kuesioner secara online dengan
menggunakan google form. Hasil penelitian dianalisis menggunakan
Program IBM Statistic SPSS 21.0. Hasil penelitian terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dan persepsi serta antara
pengetahuan dan perilaku, namun tidak ada hubungan antara persepsi
dan perilaku.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah


peneliti menggunakan teknik random sampling, melalui pembagian
kuesioner secara langsung dan hasil uji stattistik menggunakan
spareman rank.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

11
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengetahuan
2.1.1.1 Definisi pengetahuan
Pengetahuan dalah pemahaman atau informasi tentang subjek
yang didapatkan melalui pengalaman maupun studi yang
diketahui baik oleh satu orang atau oleh orang-orang pada
umumnya (Cambridge, 2020).

Pengetahuan adalah informasi, pemahaman, dan keterampilan


yang diperoleh melalui pendidikan atau pengalaman (Oxford,
2020).

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah


orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui
panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap
obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan dan
Dewi, 2018).

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan


proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai
faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa
sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya

12
(Made & Anggraini, 2022).

2.1.1.2 Jenis pengetahuan


Jenis pengetahuan menurut Budiman & Riyanto (2013)
sebagai berikut:
a. Pengetahuan implisit, yaitu pengetahuan yang masih
tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi
faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan
pribadi, perspektif, dan prinsip.
b. Pengetahuan eksplisit, yaitu pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa
dalam wujud perilaku kesehatan.

2.1.1.3 Tingkat pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan terdiri dari enam
tingkatan yaitu:
a. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Berisikan kemampuan untuk
mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta,
gagasan, pola, urutan, metedologi, prinsip dasar dan
sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)

2
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari secara benar pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Merupakan hal yang menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada
f. Evaluasi (evaluation)
Merupakan hal yang berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek penelitian. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteris yang ada.

2.1.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


a. Faktor internal
Faktor internal menurut Nursalam (2011) dalam A.
Wawan dan Dewi M (2018) adalah sebagai berikut :
1. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Dari segi
kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa
akan lebih dipercaya daripada yang kurang dewasa.

3
Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin
bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki.
3. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-
cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai suatu
keselamatan dan kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin
pendidikan yang kurang akan mengahambat
perkembangan sikap seseorang.
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah jangka waktu orang sudah berkerja
pada suatu organisasi, lembaga dan sebagainya, yang
dihitung sejak pertama kali berkerja. Semakin lama
seseorang bekerja maka semakin banyak pengalaman
yang didapat saat menjalankan masa kerja sehingga
semakin bertambah pula pengetahuan seseorang dari
pengalaman yang telah dialaminya.

b. Faktor eksternal
Faktor eksternal menurut Nursalam (2011) dalam A.
Wawan dan Dewi M (2018) adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2. Sosial Budaya
Suatu sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

4
informasi. Kebudayaan dimana kita hidup dan
dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pengetahuan kita.
2.1.1.5 Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Cahyati (2021) membagi menjadi 2 cara untuk
memperoleh suatu pengetahuan, antara lain:
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.
1. Cara coba salah (Trial and Error)
Dilakukan dengan mencoba beberapa kemungkinan yang
dapat menyelesaikan suatu masalah sampai
ditemukannya cara yang tepat untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
2. Cara kekuasaan.
Dilakukan dengan campur tangan seorang pemimpin
baik formal maupun informal, seorang pemimpin ini
memiliki kekuasaan atau otoritas dalam membuktikan
suatu kebenaran untuk memperoleh suatu pengetahuan.
b. Berdasarkan pengalaman pribadi.
Tahap ini dilakukan dengan cara mengingat dan mengulang
pengalaman pribadi untuk memecahkan masalah yang
sedang dihadapi sekarang berdasarkan pengalaman masa
lalu.
c. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan.
Cara ini dikemukakan oleh Francis Bacon pada tahun
1561– 1626, yang sekarang ini sebagai suatu pedoman
untuk melakukan penelitian ilmiah.
2.1.1.6 Cara mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau pengisian angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur (Notoatmojo, 2010). Cara mengukur
tingkat pengetahuan yaitu dengan memberikan pertanyaan-

5
pertanyaan kemudian dilakukan penilaian tingkat
pengetahuan menggunakan skala Guttman dengan dua
alternatif jawaban (Sugiyono, 2015), yaitu :
1). Benar : diberikan nilai 1
2). Salah : diberikan nilai 0

Untuk mengukur tingkat pengetahuan atau kemampuan


individu, dapat menggunakan rumus Guttman sebagai berikut:
Kriteria skor penilaian tingkat pengetahuan dibedakan
menjadi tiga kategori (Nursalam, 2011), yang dijabarkan
sebagai berikut :
1. Baik : hasil presentase 76-100% dari jawaban yang benar
2. Cukup : hasil presentase 56-75% dari jawaban yang benar
3. Kurang : hasil presentase <56 dari jawaban yang benar
Pengukuran pengetahuan menurut (Arikunto, 2010) dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang akan di ukur dari responden, adapun
jenis pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Pertanyaan subjektif
Pertanyaan subjektif menggunakan jenis pertanyaan essay
digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor
subjektif dari penilai, sehingga hasilnya akan berbeda dari
setiap penilai dari waktu kewaktu.
b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple
choise) dengan jawaban betul atau salah dan pertanyaaan
menjodohkan dapat dinilai secara pas oleh penilai.
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikategorikan
menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
1) Pengetahuan dikatakan baik apabila responden dapat

6
menjawab 76-100% jawaban benar dari total jawaban
pertanyaaan.
2) Pengetahuan dikatakan cukup apabila responden dapat
menjawab 56-75% jawaban benar dari total jawaban
pertanyaan.
3) Pengetahuan dikatakan kurang apabila responden dapat
menjawab <56% jawaban benar dari total jawaban
pertanyaan (Arikunto, 2010).

Rumus yang dipakai untuk menghitung presentase dari


jawaban yang diperoleh dari kuisioner (Arikunto, 2013),
yaitu:
𝜌= 𝑓
x 100 %
𝑛

Keterangan:
ρ = skor pengetahuan
f = frekuensi jawaban benar
n = jumlah soal / pertanyaan

2. Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja merupakan fase antara masa kanak-kanak dan dewasa dalam
rentang usia antara 10 hingga 19 tahun (WHO,2022). Sedangkan pada
Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.25, remaja merupakan penduduk
dalam rentang usia antara 10 hingga 18 tahun. Remaja merupakan masa
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang telah meliputi
semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis
dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan

7
dari anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,
perubahan psikologi, dan perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013).

Menurut Monks (2008) remaja merupakan masa transisi dari anak-anak


hingga dewasa. Fase remaja tersebut mencerminkan cara berfikir
remaja masih dalam koridor berpikir konkret, kondisi ini disebabkan
pada masa ini terjadi suatu proses pendewasaan pada diri remaja. Masa
tersebut berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun, dengan pembagian
sebagai berikut:
a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent)umur 15-18 tahun
c. Remaja terakhir umur (late adolescent 18-21 tahun.

2.2.2. Perkembangan Remaja


Berdasarkan proses penyesuaian menuju kedewasaan, ada 3 tahap
perkembangan remaja menurut Soetjiningsih (2010):
a. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun
Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-perubahan yang
terjadi pada tubuhnya sendiri dan yang akan menyertai perubahan-
perubahan itu, mereka pengembangkan pikiran-pikiran baru sehingga,
cepat tertarik pada lawan jenis, mudah terangsang secara erotis, dengan
dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah akan berfantasi erotik.
b. Remaja madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun
Tahap ini remaja membutuhkan kawan-kawan, remaja senang jika
banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan mencintai pada
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya,
selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu
memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimis atau pesimistis, idealitas atau materialis, dan sebagainya.
c. Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun
Tahap ini merupakan dimana masa konsulidasi menuju periode

8
dewasa. Hal ini dan ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu:
1. Minat makin yang akan mantap terhadap fungsi intelek.
2. Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain
dan dalam pengalaman-penglaman baru
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu mencari perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan dan kepentingan diri sendiri dengan orang
lain.
5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (privateself)
masyarakat umum (Sarwono, 2010).

2.3. HIV AIDS


2.3.1 Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrom) adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh
manusia setelah sistem kekebalannya dirusak oleh virus yang disebut
HIV (Spiritia, 2016).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus golongan RNA
yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
menyebabkan AIDS. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrom)
adalah disebut acquired (diperoleh) karena hanya akan menderita jika
terinfeksi HIV, Immunodeficiency berarti menyebabkan rusaknya sistem
kekebalan tubuh, disebut Syndrome karena di tahun-tahun sebelum HIV
ditemukan dan dikenali sebagai penyebab AIDS kita mengenali
sejumlah gejala dan komplikasi, termasuk infeksi dan kanker yang
terjadi pada orang yang mempunyai faktor-faktor risiko umum (Dewi
Purnamawati,2016).
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu spektrum
penyakit yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh yang meliputi infeksi
primer, dengan atau tanpa sindrom akut, stadium asimptomatik, hingga

9
stadium lanjut. Acquired Immunodeficiency Syndrom(AIDS) diartikan
sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV, dan
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Fauci et all, 2019).

2.3.2. Tanda dan Gejala HIV/AIDS


Tanda dan gejala HIV sangat bervariasi tergantung dengan tahapan
infeksi yang diderita. Berikut adalah tanda dan gejala HIV :
a. Individu yang terkena HIV jarang sekali merasakan dan
menunjukkan timbulnya suatu tanda dan gejala infeksi. Jika ada
gejala yang timbul biasanya seperti flu biasa, bercak kemerahan pada
kulit, sakit kepala, ruam-ruam dan sakit tenggorokan.
b. Jika sistem kekebalan tubuhnya semakin menurun akibat infeksi
tersebut maka akan timbul tanda-tanda dan gejala lain seperti
kelenjar getah bening bengkak, penurunan berat badan, demam,
diare dan batuk Selain itu juga ada tanda dan gejala yang timbul
yaitu mual, muntah dan sariawan.
c. Ketika penderita masuk tahap kronis maka akan muncul gejala yang
khas dan lebih parah. Gejala yang muncul seperti sariawan yang
banyak, bercak keputihan pada mulut, gejala herpes zooster,
ketombe, keputihan yang parah dan gangguan psiskis. Gejala lain
yang muncul adalah tidak bisa makan, candidiasis dan kanker servik.
d. Pada tahapan lanjutan, penderita HIV akan kehilangan berat badan,
jumlah virus terus meningkat, jumlah limfosit CD4+ menurun
hingga <200 sel/ul. Pada keadaan ini dinyatakan AIDS.
e. Pada tahapan akhir menunjukkan perkembangan infeksi opurtunistik
seperti meningitis, mycobacteruim avium dan penurunan sistem
imum. Jika tidak melakukan pengobatan maka akan terjadi
perkembangan penyakit berat seperti TBC, meningitis kriptokokus,
kanker seperti limfoma dan sarkoma Kaposi (Musyarrofah, 2017).

10
2.3.3. Etiologi HIV/ AIDS
HIV/ AIDS menular melalui:
1. Cairan genital
Cairan genital (sperma, lendir vagina) memiliki jumlah virus yang
tinggi dan cukup banyak untuk memungkinkan penularan. Oleh
karnanya hubungan seksual yang beresiko dapat menularkan HIV.
Semua jenis hubungan seksual misalnya kontak seksual genital,
kontak seksual oral dan anal dapat menularkan HIV. Secara
statistik kemungkinan penularan lewat cairan sperma dan vagina
berkisar antara 0,1% - 1% (jauh dibawah resiko penularan HIV
melalui tranfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan
HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman.
Hubungan seksual anal (lewat dubur) paling beresiko menularkan
HIV/AIDS karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah
terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV/AIDS
lebih mudah masuk ke aliran darah.
2. Darah
Penularan melalui darah dapat terjadi melalui transfusi darah dan
produknya (plasma, trombosis) dan perilaku menyuntik yang tidak
aman pada pengguna napza suntik/ penggunaan jarum suntik secara
bergantian bersama-sama. Pada transplantasi organ yang tercemar
virus HIV juga dapat menularkan HIV pada penerima donor.
3. Dari ibu ke bayinya
Hal ini terjadi selama dalam kandungan melalui placenta yang
terinfeksi, melalui cairan genital saat persalinan dan saat menyusui
melalui pemberian ASI. Penularan ini dimungkinkan dari seorang
ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina,
kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan
dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar
hingga 25 - 40%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV
positif kemungkinan ada 3 - 4 bayi yang lahir dengan HIV positif.

11
Ibu yang terinfeksi HIV/AIDS disarankan tidak menyusui anak
mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat
terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama
bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin.
Cairan tubuh yang tidak menularkan HIV/AIDS yaitu keringat, air
mata, air liur/ludah, air kencing/urine. HIV/AIDS tidak ditularkan
melalui bersenggolan, berjabat tangan, bersentuhan dengan atau
menggunakan pakaian bekas penderita HIV, hidup serumah dengan
ODHA, berciuman, makanan atau minuman bersama, berenang
bersama, gigitan nyamuk, sabun mandi, penggunaan toilet bersama.
Perilaku beresiko yang dapat menularkan virus HIV/AIDS adalah
seperti berganti – ganti pasangan seksual (seks bebas), berganti – ganti
(berbagi) jarum suntik dan alat lainnya yang kontak dengan darah dan
cairan tubuh dengan orang lain, lelaki seks lelaki, wanita penjaja
seksual langsung atau tidak langsung (Dewi Purnamawati, 2016).

2.3.4 Pencegahan HIV/ AIDS


Pencegahan HIV/AIDS dilakukan dengan menggunakan 5 konsep
“ABCDE”, yaitu:
1. A (Abstinence)
Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang
belum menikah.
2. B (Be faithful)
Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-
ganti pasangan).
3. C (Condom)
Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
4. D (Drug No)
Dilarang menggunakan narkoba
5. E (Education)

12
Pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara
penularan, pencegahan dan pengobatannya. E dapat juga
Equipment artinya pakai alat – alat yang bersih, steril, sekali pakai
tidak bergantian seperti alat cukur, jepit kuku dan lainnya (Dewi
Purnamawati, 2016).

2.3.5 Penatalaksanaan HIV/AIDS


Penatalaksanaan infeksi HIV adalah dengan pemberian obat
antiretroviral (ARV). Hingga saat ini belum ada obat untuk
menyembuhkan infeksi HIV. ARV yang digunakan bertujuan untuk
mencegah morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan HIV.
Pemberian terapi ARV dapat menekan viral load hingga kadar yang
tidak terdeteksi (virus tersupresi). Supresi virus dapat meningkatkan
fungsi imun dan kualitas hidup secara keseluruhan, menurunkan
risiko komplikasi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
dan non-AIDS, serta memperpanjang kesintasan pasien. Selain itu,
terapi ARV dapat mengurangi risiko penularan HIV. Terapi ARV
harus diberikan kepada semua pasien dengan infeksi HIV tanpa
melihat stadium klinis dan nilai CD4 (Putri Kumala Sari, 2022)

Selain dengan pengobatan, ODHA juga memerlukan dukungan dan


perhatian agar mereka memiliki semangat untuk tetap hidup dan
berani berinteraksi dengan masyarakat sekitar tanpa merasa
dikucilkan atau didiskrimnasikan. Dalam hal ini Komisi
Penanggulangan Aids (KPA) membentuk LSM. Dimana dalam LSM
ini ODHA yang menjadi anggotanya menerima dukungan dari
pengelola/konselor. Dukungan yang diterima dapat berupa dukungan
emosional, informasi bahkan instrumen. ODHA akan mendapatkan
informasi bagaimana menangani kondisi psikologisnya terkait
dengan penyakit dialaminya, ODHA juga akan mendapatkan
penerimaan, dorongan, dan empati. ODHA juga akan mendapat hal-

13
hal yang diperlukannya dari seorang konselor atau pengelola.
Berbagai dukungan ini akan dapat mengarahkan ODHA pada
perasaan berarti atau kepantasan hidup. Selain itu, ODHA yang
bergabung dalam suatu organisasi masyarakat atau LSM biasanya
akan melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain
melakukan ceramah atau penyuluhan tentang hal-hal yang terkait
dengan HIV/AIDS, memperjuangkan hak-hak anggota, menjadi
relawan pendamping ODHA yang lain dan sebagainya.
Dukungan dan perhatian ini dapat menumbuhkan harapan hidup
yang lebih lama serta menghilangkan kecemasan bagi ODHA.
Adanya dukungan dari orang-orang seperti keluarga, pasangan,
teman baik teman sesama penderita maupun teman yang bukan
penderita, konselor, dan dokter yang berupa dukungan emosional,
dukungan informasi, dukungan instrumental, dan penilaian diri akan
memberikan pengalaman kepada ODHA bahwa dirinya dicintai,
diperhatikan, dan disayangi. Hal ini dapat menuntun ODHA pada
suatu keyakinan bahwa dirinya masih berarti bagi orang-orang
terdekatnya. Selanjutnya pengalaman tersebut akan dapat
menyadarkan ODHA bahwa dirinya masih pantas untuk hidup
meskipun menderita HIV/AIDS.

2.4. PERSEPSI
2.4.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat imdividu mengatur dan
menginterpretasikan kesn-kesan sensoris mereka guna memberikan
arti bagi lingkungan mereka (Robbins, Stephen P, 2007). Perilaku
individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang
kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri (Kelley, H. 1972).
Stimulus diperoleh dari proses penginderaan dunia luar atau dunia
nyata, misalnya tentang objek-objek, peristiwa, hubungan-hubungan

14
antar gejala, dan stimulus ini diproses otak yang akhirnya disebut
kognisi.
Kemampuan manusia untuk membedakan, mengelompokkan
kemudian, memfokuskan pikiran kepada suatu hal dan untuk
menginterpretasikannya disebut persepsi. Pembentukan persepsi
berlangsung ketika seseorang menerima stimulus dari lingkungannya.
Dan stimulus itu diterima melalui panca indra dan diolah melalui
proses berpikir oleh otak, untuk kemudian membentuk suatu
pemahaman (Sarwo, Sarlito, W., 2012).
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
inderawi (Lucy dan Adi, 2016).
2.4.2 Macam-Macam Persepsi
Bentuk-bentuk persepsi yaitu melalui alat indra pendengaran,
penciuman, pengecapan dan kulit atau perasa. Sedangkan menurut
irwanto dikutip oleh Ahmad Fikri Amar di dalam buku psikologi
dakwah yaitu:
1. Persepsi Positif
Persepsi positif adalah persepsi yang menggambarkan semua
pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan
yang diteruskan sebagai upaya untuk menggunakannya. Ini akan
diteruskan melalui keaktifan atau penerimaan dan mendukung dari
hal yang dilihat atau dipersepsikan.
2. Persepsi Negatif
Persepsi negatif adalah yang menggambarkan segala pengetahuan
(tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang tidak
selaras dengan objek yang dipersepsi. Hal itu akan diteruskan
denagn kepasifan atau menolak atau menentang terhadap objek
yang dipersepsikan (Ahmad Fikri Amar dalam Pegi Aryando,
2022).

15
2.4.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor
yang mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian (attention), faktor
fungsional dan faktor struktural. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
1. Perhatian (Attention)
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli
menjadi menonjol di dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah.
2. Faktor fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal lain termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor personal.
Persepsi bukan ditentukan oleh stimulinya, akan tetapi persepsi itu
sangat ditentukan oleh karakteristik orang yang merespon stimuli
tersebut. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi ini
lazimnya disebut sebagai kerangka rujukan (frame of reference).
3. Faktor Struktural
Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan
efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para
psikolog Gestalt merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat
struktural. Prinsip-prinsip ini selanjutnya disebut dengan teori
Gesalt. Menurut teori gesalt, bila kita mempersepsi sesuatu kita
mempersepinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat
bagian- bagiannya lalu menghimpunnya (Markus Utomo Sukendar
dalam Imran, 2022).

2.4.4 Pengorganisasian Persepsi


Ada empat hal yang menjadi bahan pembicaraan para ahli terkait
dengan pengorganisasian persepsi. Pengorganisasian persepsi itu
adalah:

16
1. Persepsi Bentuk
Pada persepsi bentuk yang dipersepsikan adalah bentuk objek,
demikian pula persepsi auditif seperti suara juga dikaitkan dengan
bentuk obek/bendanya, dan hal yang paling fundamental dalam
pemahaman persepsi bentuk adalah pengenalan mengenai wujud
figur (Figure) dan Latar (Ground). Wujud (Figure) adalah
objek/bnetuk yang menonjol, sedangkan Ground adalah latar
belakang dari wujud tersebut.
2. Persepsi Kedalam Visual Mata
Persepsi kedalam visual mata sebagai alat penginderaan mempunyai
keistimewaan yang luar biasa, karena sebgai alat sensoris dua
dimensi ia dapat melihat lingkungan secara tiga dimensi. Hal ini
dapat terjadi karena kita dapat mengolah informasi visual (cues) dua
dimensi menjadi tiga dimensi. Dalam melihat jarak dan kedalaman
(depth and distance) visual, dua jawaban muncul dalam kaitan
penggunaan kedua mata kita.
3. Kestabilan pada Persepsi
Input sensorik yang diterima oleh pancaindera tidaklah selalu tetap
dan stabil, karena dunia kita adalah dunia yang dinamis. Tetapi pada
sisi yang lain, kestabilan pada persepsi dapat membantu seseorang
agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam kaitan dengan
kestabilan (konstansi) ini kita mengenal adanya:
a) Kestabilan Ukuran (Size Constancy)
Semakin jauh objek dari retina maka semakin kecil objek ini
terlihat. Karena adanya size contancy maka kita dapat
membedakan ilusi yang muncul dengan pemahaman kita
mengenai objek tersebut.
b) Kestabilan warna/cahaya (Brighteness Costancy)
Semakin jauh objek dari retina maka semakin kecil objek ini
terlihat. Karena adanya size contancy maka kita dapat

17
membedakan ilusi yang muncul dengan pemahaman kita
mengenai objek tersebut.
c) Kestabilan Gerak (Movement Costancy)
Cepat atau lambatnya gerak suatu objek dapat mempengaruhi
persepsi tentang objek tersebut. Tetapi dengan mengetahui prinsip
movement costancy maka kita dapat menalarkan bahwa bentuk
objek tersebut tidak berubah.
4. Persepsi Gerak
Dilihat dari gerakan suatu objek maka ada dua jenis persepsi
yang dapat terjadi:
a. Real Motion
Gerakan yang kita lihat terjadi karena objek yang kita amati
benar-benar bergerak.
b. Apparent Motio,
Objek terlihat bergerak meskipun sebenarnya objek tersebut tidak
bergerak (Imran, 2022)

2.5. SEKS BEBAS


2.5.1 Pengertian Seks Bebas
Pengertian seks bebas menurut Kartono (1977) merupakan perilaku
yang didorong oleh hasrat seksual, kebutuhan tersebut menjadi lebih
bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan
bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat.
Menurut Desmita (2012) pengertian seks bebas adalah segala cara
mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari
kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai
melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai
dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang
seksual.

18
Nevid (1995) mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah
hubungan seks antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan
selama ada ketertarikan secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan yang harus
dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis
mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu
kebutuhan yang bersifat instinktif ini biasanya akan sukar untuk
dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama dorongan seks.
Lebih lanjut menurut Wicaksono seks bebas juga diartikan sebagai
hubungan seksual tanpa ikatan pada yang menyebabkan berganti-ganti
pasangan. Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat
disimpulkan pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama
jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan mulai dari necking,
petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma
tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara
umum.

2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Seks Bebas


Penyimpangan perilaku yang terjadi pada remaja pada umumnya
dapat terpengaruh dari faktor internal dan faktor eksternal. Menurut
Sarwono (2013:187) hal-hal yang berpengaruh terhadap perilaku seks
bebas pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri remaja
itu sendiri yang mengalami perubahan-perubahan hormonal yang
meningkatkan hasrat seksual. Peningkatan hasrat seksual ini
membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual
tertentu. Faktor internal ini biasanya juga merupakan faktor
genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor
yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh
keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua
orang tuanya dan bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat

19
kedua orang tuanya. Terkadang seorang individu terutama
mendapatkan pergolakan dalam dirinya itu karena disebabkan
oleh kesulitan upayanya dalam memenuhi tuntutan yang ada di
sekitarnya.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
remaja. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang
berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan
terkecilnya, yakni keluarga, teman, pacar, teknologi, dan norma
agama. Berikut penjelasan faktor eksternal remaja :
1) Penyaluran hasrat seksual tidak dapat segera dilakukan
karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara
hukum karena adanya undang- undang tentang perkawinan
yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun
untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena
norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan
yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
2) Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama yang
berlaku melarang perilaku seksual yang bisa mendorong
remaja melakukan senggama, seperti berpegangan tangan,
berciuman, sendirian dengan pasangan ditempat yang sepi,
bahkan melakukan hubungan seks sebelum menikah. Untuk
remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat
kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan
tersebut.
3) Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh
karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan
seksual melalui teknologi yang canggih (seperti VCD,
internet, majalah, TV, video) dan semakin menjadi tidak
terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin
tahu dan ingin mencoba-coba serta meniru dengan apa yang

20
dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada
umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara
lengkap dari orang tuanya akan meniru apa yang dilihat atau
didengarnya dari media massa.
4) Orang tua, anak kurang mendapatkan kasih sayang dan
perhatian orang tua, maka apa yang amat dibutuhkannya itu
terpaksa dicari di luar rumah seperti di dalam kelompok
kawan-kawannya. Ada pula orang tua yang terlalu sayang
kepada anak (over affection) sehingga segala tingkah lakunya
dibiarkan saja, anak dapat berbuat sekehendak hatinya,
termasuk perbuatan-perbuatan yang negatif dan adapun yang
sebaliknya orang tua justru mengekang anaknya. Kehidupan
keluarga yang tidak harmonis, ketidaktahuan orang tua
maupun sikap yang masih menabukan pembicaraan seks
dengan anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan
anak tentang masalah ini akibatnya pengetahuan remaja
tentang seksualitas sangat kurang. Peran orang tua dalam
pendidikan anak sangatlah penting, terutama pemberian
pengetahuan tentang seksualitas.
5) Pengaruh teman dalam perilaku seksual remaja memang
menjadi salah satu faktor penyebabnya. Remaja lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya karena
dianggap memiliki pemikiran dan nasib yang sama. Dalam
usia remaja biasanya mereka memiliki ciri khas tersendiri
antar teman sebayanya dan tidak heran jika remaja mudah
terpengaruh oleh teman sebayanya.
6) Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan
pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita
(berpacaran) dalam masyarakat.

2.5.3 Bentuk-Bentuk Seks Bebas

21
Beberapa bentuk perilaku seks bebas menurut Sarwono adalah :
1. Kissing
Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang
didorong oleh hasrat seksual.
2. Necking
Bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin, biasanya
dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan
oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama.
3. Petting
Bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan
menggesek-gesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum
bersenggama
4. Intercourse
Melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh di luar pernikahan
5. Oral–genital seks
Aktivitas menikmati organ seksual melalui mulut. Tipe hubungan
seksual modeloral-genitalini merupakan alternative aktifitas
seksual yang dianggap aman oleh remaja masa kini.
6. Frenc kiss
Berciuman dengan bibir ditutup merupakan ciuman yang umum
dilakukan (Fitria Novita Sari, 2020).

Desmita mengemukakan berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti


berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual. Bentuk-
bentuk perilaku seks bebas antaralain:
1. Petting
Upaya untuk membangkitkan dorongan seksual antara jenis kelamin
dengan tanpa melakukan tindakan intercourse.
2. Oral–genital seks
Aktivitas menikmati organ seksual melalui mulut. Tipe hubungan
seksual model oral-genital ini merupakan alternative aktifitas seksual

22
yang dianggap aman oleh remaja masa kini.
3. Sexual intercourse
Aktivitas melakukan senggama (Muhammad Hamka, dkk 2020).

Menurut Jamaluddin bentuk-bentuk Seks Bebas dikalangan pelajar


antara lain:
1. Berciuman, didefinisikan sebagai suatu tindakan saling menempelkan
bibir ke pipi atau bibir ke bibir, sampai saling menempelkan lidah
sehingga dapat menimbulkan rangsangan seksual antara keduanya.
2. Bercumbu, adalah tindakan yang sudah dianggap rawan yang
cenderung menyebabkan suatu rangsangan akan melakukan hubungan
seksual dimana pasangan ini sudah memegang atau meremas
payudara, baik melalui pakaian atau secara langsung.
3. Berhubungan badan, yaitu melakukan hubungan seksual, atau terjadi
kontak seksual.
4. Bergandengan tangan, yaitu perilaku seksual yang terbatas pada pergi
berdua atau bersama dan saling bergandengan tangan saja, belum
sampai pada tingkat yang lebih dari bergandengan tangan seperti
berciuman atau lainnya (La Ode Aan Sanjaya dkk, 2018)

Dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk perilaku seks bebas remaja


bermacam-macam mulai dari berpegangan tangan, berkencan, berciuman,
bercumbu, sampai dengan melakukan hubungan seksual. Mereka
menganggap perilaku itu bukan suatu permasalahan malah menjadi sebuah
keinginan untuk menuangkan kasih sayang terhadap pasangannya.

2.5.4 Dampak Seks Bebas


Adapun dampak yang bisa didapatkan dari seks bebas ialah terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan, Infeksi Menular Seksual (IMS) yang salah
satunya ialah HIV/AIDS, dan aborsi dengan segala risiko baik itu risiko
fisik, risiko psikis, risiko sosial dan risiko ekonomi.

23
Dampak dari bahaya seks bebas tersebut diantaranya:
a) Menciptakan kenangan buruk bagi remaja yang melakukannya
dikarenakan hujatan dari masyarakat yang akan berdampak bukan saja
pada remaja itu sendiri akan tetapi keluarga juga ikut menanggung aib
dari hasil perbuatan tersebut dan menjadi beban mental yang sangat
berat bagi keluarga.
b) Kehamilan yang tidak diharapkan, kehamilan yang terjadi akibat seks
pranikah bukan saja mendatangkan malapetaka bagi bayi yang
dikandungnya juga menjadi beban mental yang sangat berat bagi
ibunya mengigat kandungan tidak bisa di sembunyikan, dan dalam
keadaan kalut seperti ini biasanya terjadi depresi, terlebih lagi jika
sang pacar pergi tanpa rasa tanggungjawab.
c ) Pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi.
d) Penyebaran penyakit terutama penyakit menular seksual (PMS).

Berkembangnya penyakit menular seksual dikalangan remaja, dengan


frekuensi penderita penyakit menular seksual yang tertinggi antara usia
15 – 24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan
kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena
PMS, HIV dan AIDS. Perilaku seks bebas dapat mengakibatkan
penularan PMS dan HIV- AIDS, kehamilan di luar nikah dan aborsi tidak
aman. Penderita HIV- AIDS dilaporkan Depkes pada September 2000
sebagian besar berusia di bawah 20 tahun yang tertular melalui
hubungan seks tidak aman dan penggunaan jarum suntik yang terinfeksi
karena bergantian (Siti Nuraflah, 2019).

2.6 KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Pengetahuan tentang Persesi


Seks Bebas
HIV/AIDS

24
2.7 HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan remaja
tentang HIV/AIDS dengan persepsi seks bebas pada siswa SMA Negeri 1
Aluh-Auh.

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
Cross Sectional yaitu pengumpulan data dilakukan sekaligus pada waktu
yang sama (Supriati, 2020).

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel Independent/ Variabel Bebas
Variabel independen (bebas) penelitian ini adalah pengetahuan tentang
HIV AIDS
3.2.2 Variabel Dependent/ Terikat
Variabel dependent (terikatnya) adalah persepsi seks bebas.

25
2

3.3 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional
Independen Pemahaman Responden Kuesioner Ordinal - Baik:
:Pengetahua responden mengetahui 76-100%
n tentang tentang HIV tentang HIV - Cukup:
HIV AIDS AIDS AIDS meliputi: 56-75%
Pengertian, - Kurang:
Tanda dan < 55%
gejala,
Penularan dan
Pencegahan
HIV AIDS
Dependent: Pengalaman Responden Kuesioner Ordinal - Baik:
Persepsi tentang mempersepsikan 40-52
Seks Bebas objek, seks bebas - Cukup:
peristiwa seperti, 27-39
atau pegangan - Kurang:
hubungan- tangan, ciuman, 13-26
hubungan meraba
yang payudara,
diperoleh berpelukan,
dengan bercumbu
menyimpul mesra,
kan berhubungan
informasi badan
dan
menafsirkan
pesan

2
3

3.4 Populasi, Sampel dan Sampling


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA Negeri 1
Aluh-Aluh tahun 2023 sebanyak 288 orang
3.4.2 Sampel
Adapun penelitian ini menggunakan rumus slovin karena dalam
penarikan sampel jumlahnya harus representative agar hasil
penelitian dapat digeneralisasikan, kemudian dapat dilakukan dengan
rumus dan penghitungannya menjadi sederhana. Rumus Slovin
untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut:

n=

Keterangan:
n= ukuran sampel/jumlah responden
N= ukuran populasi
e= presentase kelonggaran kesalahan pengambilan sampel
yang masih bisa ditolelir, e = 0,1
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 288 orang, presentase
kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil
penghitungannya dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian.
Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan penghitungan
sebagai berikut:
n= N
1+N (e)2
n= 288
1 + 288(0,1)2
n= 288
3,88
n = 74,2268041237 dibulatkan menjadi 74

3
4

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 74


responden, ditambahkan dengan 10% kemungkinan drop-out
sejumlah 8 responden, sehingga total sampel adalah 82 responden.
3.4.3 Sampling
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
kriteria tertentu yang dikehendaki peneliti yang sesuai dengan tujuan
dan masalah penelitian.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


3.5.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri Aluh-Aluh.
3.5.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai dengan Juli 2023.
3.6 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan berupa angket atau
kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan. Sebelum digunakan,
kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas, dan
setelah itu disebarkan untuk mendapatkan sejumlah pernyataan dari tiap
pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan dan persepsi seks bebas
siswa SMA Negeri 1 Aluh-Aluh.
3.6.1 Karakteristik responden
Kuesioner yang berkaitan dengan data karakteristik responden yaitu
terdiri terdiri dari pernyataan yang menanyakan tanggal lahir, jenis
kelamin, dan kelas.
3.6.2 Instrumen Penelitian Pengetahuan
Terdiri dari definisi, penyebab, tanda dan gejala, penularan, dan
pencegahan HIV AIDS. Setiap pertanyaan memiliki 2 pilihan jawaban
dengan kriteria benar dan salah.
Skor penilaian berdasarkan rentang sebagai berikut:

4
5

Persentase = SD (Skor Didapat) x 100


SM (Skor Maksimal)
Skor maksimal adalah = jumlah jawaban tertinggi x jumlah
pertanyaan (1 x 12) = 12
Setelah didapatkan nilai persentase, maka dikategorikan sebagai
berikut:
a. Baik apabila memiliki presentase 76-100%
b. Cukup apabila memiliki presentase 56-75%
c. Kurang apabila memiliki presentase < 55%

3.6.3 Instrumen Penelitian Persepsi Seks Bebas


Terdiri dari 13 pernyataan tentang persepsi seks bebas. Terdiri dari
pernyataan negatif dan pernyataan positif. Setiap pernyataan memiliki 4
pilihan jawaban dengan kriteria setuju, tidak setuju, sangat setuju dan
sangat tidak setuju. Pada pernyataan negatif: Sangat setuju diberi nilai
1, Setuju diberi nilai 2, Tidak Setuju diberi nilai 3, dan Sangat Tidak
Setuju diberi nilai 4. Sedangkan pada pernyataan positif: Sangat Setuju
diberi nilai 4, Setuju diberi nilai 3, Tidak Setuju diberi nilai 2 dan
Sangat Tidak Setuju diberi nilai 1.

3.6.4 Uji validitas dan reliabilitas


3.6.4.1 Uji Validitas
Pada penelitian ini telah dilakukan uji validitas di MAN 5
Banjar 10 orang responden. Nilai r tabel dimana df = N-
2=10 dengan signifikansi 0,05 yaitu 0,549 dengan
kuesioner tingkat pengetahuan sebanyak 30 item
pertanyaan dan kuesioner persepsi seks bebas sebanyak 20
item pertanyaan. Kuesioner yang sudah dilakukan uji
validitas, diolah menggunakan bantuan komputer
menggunakan uji korelasi product moment. Adapun hasil r

5
6

hitung seluruh pertanyaan pengetahuan yaitu dengan


rentang 0,652 - 0,978, perpernyataan persepsi seks bebas
yaitu dengan rentang 0,520 – 0,889 dengan demikian
dapat dikatakan semua item pertanyaan valid.

3.6.4.2 Uji Reliabilitas


Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
koefisien Cronbach Alpha dengan menggunakan bantuan
program statistik komputer. Menurut Sujarweni, 2014 uji
reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap
seluruh butir pertanyaan, jika nilai alpha > 0,60 maka butir
pertanyaan tersebut dinyatakan reliable.

Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan pada seluruh


item pertanyaan kuesioner pengetahuan ini didapatkan
nilai alpha = 0,975 yaitu > 0,60 dan untuk kuiesioner
persepsi seks bebas didapatkan nilai alpha = 0,925 yaitu >
0,60 maka dengan demikian dapat dikatakan seluruh item
pertanyaan dalam kuesioner tentang pengetahuan dan
persepsi seks bebas ini reliabel untuk dipakai dalam
penelitian.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer,
merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh secara langsung di
lapangan oleh peneliti (Hidayat, 2014). Data yang digunakan bersifat
kuantitatif dengan menggunakan kuesioner meliputi karakteristik responden,
kuesioner pengetahuan dan kuesioner persepsi seks bebas. Data sekunder
merupakan data yang dikumpulkan sebagai data pelengkap yang
mendukung dalam penelitian ini. Data sekunder merupakan data yang
didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, SMA Negeri 1 Aluh-Aluh

6
7

dan Puskesmas Aluh-Aluh. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Aluh-


Aluh, dengan prosedur sebagai berikut:
3.7.1 Tahap persiapan
3.7.1.1 Penelitian ini dilakukan setelah melalui prosedur etical
clearance dan mendapatkan surat pernyataan telah
melalui uji etik dari komisi etik Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin pada tanggal 30 Mei 2023
No: 385/UMB/KE/V/2023
3.7.1.2 Setelah dari komisi etik selanjutnya peneliti meminta
surat izin dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
pada tanggal 6 Juni 2023 No: 292.140/UM
BJM/FKIK/A.1/VI/2023 tentang pengambilan data
penelitian di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Aluh-Aluh
Kabupaten Banjar. Permintaan izin penelitian ini
melalui surat yang ditujukan kepada Kesbangpol dan
Kepala Dinas Pendidikan Kab.Banjar, Kepala Sekolah
SMA Negeri 1 Aluh-Aluh, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Banjar, Kepala UPTD Puskesmas Aluh-Aluh
akan disampaikan sendiri oleh peneliti.
3.7.1.3 Peneliti mendapatkan surat balasan berupa surat izin
penelitian dari Kesbangpol pada tanggal 9 Juni 2023
No:200.1.3/598-II/KESBANGPOL/2023 untuk diserahkan
ke Puskesmas Aluh-Aluh dan SMA Negeri 1 Aluh-Aluh.
3.7.1.4 Kepala Puskesmas Aluh-Aluh mengarahkan untuk peneliti
melapor ke pengelola program HIV. Kemudian Peneliti
menyerahkan surat izin penelitian dari KESBANGPOL ke
SMA Negeri 1.
3.7.1.5 Setelah menyerahkan surat izin penelitian dari
KESBANGPOL, peneliti mendapat surat balasan dari Pihak
SMA Negeri 1 Aluh-Aluh dengan Nomor:

7
8

158/421.3_SMA.1/VI/2023, kemudian peneliti


melaksanakan penelitian.

3.8 Tahap Pelaksanaan


3.8.1 Peneliti meminta izin terlebih dahulu kepada Kepala
Sekolah SMA Negeri 1 Aluh-Aluh untuk melakukan
penelitian tersebut.
3.8.2 Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum
memberikan penjelasan mengenai penelitian yang
dilakukan.
3.8.3 Memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan
prosedur penelitian yang dilaksanakan kepada responden
3.8.4 Peneliti mengidentifikasi klien-klien yang akan menjadi
responden yang memenuhi kriteria inklusi
3.8.5 Membagikan lembar kuesioner kepada responden
penelitian.
3.8.6 Meminta responden untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden setelah menyetujui
sebagai partisipan dalam penelitian yang dilakukan
3.8.7 Setelah kuesioner dijawab semua kemudian peneliti
mengecek kembali jawaban dari responden, apabila ada
jawaban yang tidak terjawab, maka peneliti menyerahkan
kembali kuesioner kepada responden untuk mengisi
kembali sampai terjawab semua kuesionernya.
3.8.8 Setelah selesai peneliti meminta izin untuk pamit dan
mengucapkan terima kasih kepada responden atas
keterlibatannya dalam penelitian.

3.9 Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan setelah semua kuesioner diisi oleh subjek
penelitian.

8
9

3.8.1 Editing
Peneliti melakukan penilaian kelengkapan isian, kejelasan dan
kesesuaian data yang didapat sesuai dengan data yang
digunakan.
3.8.2 Coding
Peneliti memberikan kode pada setiap variable data untuk
mempermudah dalam pengolahan data dan analisa data. Peneliti
melakukan pengkodean terhadap data ke program komputer
sebagai usaha untuk menyederhanakan data.
3.8.2.1 Karakteristik responden
a. Kelas yaitu: X IPS1 = 1, X IPS2 = 2, X IPS3 = 3, X
MIPA = 4, XI IPS1 = 5, XI IPS2 = 6, XI MIPA1 = 7,
XI MIPA2 = 8, XII IPS 1 = 9, XII IPS 2 = 10, XII
MIPA 1 = 11, XII MIPA12 = 12.
b. Jenis kelamin yaitu laki-laki = 1 dan perempuan = 2.
c. Umur yaitu 15 tahun = 1, 16 tahun = 2, dan 17 tahun =
3 18 tahun = 4
3.8.2.2 Pengetahuan yaitu untuk pertanyaan Negatif Benar = 0,
Salah = 1, untuk pertanyaan Positif Benar = 1, Salah = 0.
3.8.2.3 Persepsi Seks Bebas yaitu untuk pertanyaan Negatif, Setuju
= 1, Tidak Setuju = 2, Sangat Setuju = 3, Sangat Tidak
Setuju = 4, sedangkan untuk pertanyaan Positif, Setuju = 4,
Tidak Setuju = 3, Sangat Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju =
0.
3.8.3 Data entri
Peneliti memasukan data semua variabel untuk diproses sebagai
anaisa data. Kegiatan memproses data menggunakan komputer
dengan program SPSS.
3.8.4 Tabulasi data

9
10

Peneliti memasukan hasil dalam bentuk kode ke dalam tabel


untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang
diperoleh.
3.8.5 Cleaning
Data yang telah dimasukan dalam software di cek kembali apakah
sudah lengkap atau belum, kode yang dimasukan sudah sesuai atau
belum apabila data telah lengkap dan sesuai maka selanjutnya data
siap untuk dianalisis dengan menggunakan Spearman Rank.

3.9 Teknik Analisis Data


3.9.1 Analisa Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui karakteristik
responden (umur, jenis kelamin,kelas) di SMA Negeri 1 Aluh-Aluh.
Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan persentase.
3.9.2 Analisa Bivariat
Setelah dilakukan analisis univariat maka akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan
untuk analisis bivariat. Analisis bivariat adalah analisa untuk melihat
hubungan antara dua variabel yaitu hubungan pengetahuan
HIV/AIDS dengan persepsi seks bebas.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen terhadap


variabel independen maka dilakukan uji statistik, adapun uji statistik
yang digunakan dengan data berskala ordinal yaitu uji non
parametrik yaitu uji Spearman Rank. Nilai p value akan
dibandingkan dengan α 0,05. Dimana derajat kemaknaan apabila
nilai p value ≤ α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

10
11

Secara kuantitatif hubungan kekuatan antara dua variabel dapat


dibagi 4 kategori menurut Colton berdasarkan nilai signifikansi atau
koefisien korelasi yang dihasilkan.

Tabel 3.2 Kekuatan Hubungan Dua Variabel


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,25 Sangat Rendah
0,26-0,50 Sedang
0,51-0,75 Kuat
0,76-1,00 Sangat kuat atau
sempurna

Arah hubungan dua variabel, arah korelasi Spearman berada diantara


-1≤ s.d ≤ 1, bila nilai korelasi = 0, berarti tidak ada hubungannya
antara variabel independen dan dependen. Jika arah nilai korelasi =
arah hubungan positif bila variabel independen semakin baik maka
variabel dependen semakin baik atau sebaliknya. Arah hubungan
negatif bila variabel independen semakin baik maka variabel
dependen semakin kurang atau sebaliknya.

3.10 Etika Penelitian


Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti sudah lulus uji etik dan
mendapatkan sertifikat layak penelitian dari komite etik Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin pada tanggal 30 Mei 2023
No: 385/UMB/KE/V/2023 dan permohonan ijin kepada KESBANGPOL
Kabupaten Banjar dan Kepala Puskesmas Aluh-Aluh serta Kepala Sekolah
SMA Negeri 1 Aluh-Aluh. Setelah
mendapatkan persetujuan maka penelitian ini dilakukan dengan
menekankan prinsip etik dalam penelitian. Yang mengacu pada Komisi Etik
Penelitian Kesehatan (KNEPK), yaitu :

11
12

3.10.1 Prinsip menghargai harkat dan martabat manusia (respect for


person)
Prinsip ini merupakan penghormatan kepada harkat dan martabat
manusia sebagai pribadi (personal) yang memiliki kebebasan
berkehendak atau memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara
pribadi atas keputusannya.
3.10.2 Prinsip berbuat baik (beneficience) dan tidak merugikan (non-
maleficience)
Dalam penelitian ini peneliti berbuat baik kepada semua responden
dan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
responden.
3.10.3 Prinsip keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan demi tercapainya kesamaan derajat dan
keadilan terhadap orang lainyang menjunjung prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Peneliti tidak menbeda-bedakan antara responden
yang satu dengan yang lainnya. Peneliti menghormati dan
memberikan hak yang sama kepada responden.
3.10.4 Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
peneliti dengan memberikan lembar persetujuan (Hidayat, 2014).
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden (Hidayat,
2012). Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Subjek bersedia,
maka harus menandatangani lembar persetujuan. Beberapa informasi
yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain:
partisipasi pasien, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah
yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah
dihubungi dan lain-lain.
3.10.5 Anonymity (tanpa nama)

12
13

Memberikan jaminan dalam penggunaan responden penelitian


dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan
(Hidayat, 2012).

3.10.6 Kerahasiaan (confidentiality)


Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa
nama (anonimity) dan rahasia (confidentiality).

13
14

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Aluh-Aluh, pada Bulan Mei
Tahun 2023. Sekolah ini terletak di wilayah Desa Bunipah, Kecamatan
Aluh-Aluh Kabupaten Banjar yang berada di koordinat Garis Lintang: -
3.461 dan Garis Bujur: 114.5585.

Sekolah ini berdiri sejak tahun 2007, milik Pemerintah Daerah. Izin
Operasional sekolah pada tanggal 26 Februari 2007 dengan NO:
06/MN/Disdik/2007.
4.1.1.1 Visi
Visi SMA Negeri 1 Aluh-Aluh yaitu terwujudnya lulusan yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bermoral, berkualitas, unggul dalam Iptek dan berwawasan
lingkungan.
4.1.1.2 Misi
Misi SMA Negeri 1 Aluh-Aluh yaitu:
- Meningkatkan Imtaq dengan pembinaan kegiatan yang
bersifat kompetitif, cerdas, berakhlak mulia dan
berkepribadian Indonesia.
- Meningkatkan prestasi denan pembelajaran kreatif,
inovatif, responsif dan berwawasan lingkungan.
- Mengoptimalkan pelaksanaan 8K secara produktif, efektif
dan efesien guna menciptakan suasana lingkungan sekolah
yang rindang dan hijau.

14
15

- Melengkapi sarana penunjang dalam pembelajaran dan


peningkatan teknologi yang ramah lingkungan.
- Mendorong penggunaan Iptek tepat guna dengan
memanfaatkan sumber daya alam sekitar
- Peduli dan peka terhadap keadaan lingkungan di sekitarnya
untuk menumbuhkan keinginan kuat untul memelihara dan
melestarikan lingkungan.

4.1.1.3 Prasarana Sekolah


SMA Negeri 1 Aluh-Aluh terdiri dari
a. Kelas XI MIPA 1
b. Kelas XI MIPA 2
c. Kelas XII IPS 1
d. Kelas XII IPS 2
e. Kelas XII IPS 3
f. Kelas XII MIPA
g. Laboratorium Biologi
h. Laboratorium Fisika
i. Laboratorium Komputer
j. Ruang OSIS
k. Ruang BP/BK
l. Ruang Guru
m. Ruang Ibadah
n. Ruang Kepala Sekolah
o. Ruang Perpustakaan
p. Ruang TU
q. Ruang UKS

4.1.1.4 Ketenagaan
Jumlah Ketenagaan pada Sekolah SMA Negeri 1 Aluh-Aluh
adalah 32 orang. Terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah, 1 orang

15
16

Wakil Kepala Sekolah, 3 orang guru Matematika, 2 orang guru


Bahasa Inggris, 3 orang guru IPA, 3 orang guru Sejarah, 3
orang guru Bahasa Indonsia, 2 orang guru PPKN, 2 orang guru
Agama Islam, 2 orang guru BP/BK, 3 orang guru Olahraga, 2
orang guru Geografi, 2 orang guru Kimia, 2 orang guru
Ekonomi, 2 orang guru Fisika, 3 tenaga Administrasi Sekolah,
2 penjaga sekolah dan 1 orang tukang kebun.

4.2 Hasil Analisis Data


Hasil dari penelitian mengenai hubungan pengetahuan remaja tentang
HIV/AIDS dengan persepsi seks bebas pada siswa SMA Negeri 1 Aluh-Aluh.

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis


kelamin dan kelas
4.2.1.1 Karakteristik Jenis Kelamin

Karakteristik responden dalam penelitian berdasarkan jenis


kelamin. Karakteristik jenis kelamin yang menjadi responden
saat pembagian kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1 adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


No.
Lansia (n) (%)

1. Laki-laki 39 52,7

2. Perempuan 35 47,3

Total 74 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2023


Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden
terbanyak adalah Laki-laki, yaitu sebanyak 39 orang dengan
presentasi 52,7%.

16
17

4.2.1.2 Karakteristik Usia


Karakteristik Usia yang menjadi responden saat pembagian
kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.2 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Usia Responden

Frekuensi Persentase
No. Usia
(n) (%)

1. 15 Tahun 7 9,5

2. 16 Tahun 27 36,5

3. 17 Tahun 29 39,2

4. 18 Tahun 11 14,9

Total 74 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2023


Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden
yang paling sedikit adalah berusia 15 tahun yaitu 7 orang
dengan presentasi 9,5 % dan jumlah responden yang paling
banyak adalah siswa yang berusia 17 tahun yaitu 29 orang
dengan presentasi 39,2%

4.2.1.3 Karakteristik Kelas


Karakteristik responden berdasarkan Kelas yang menjadi
responden pada saat melakukan pengambilan sampel dapat
dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Pendidikan Responden

Frekuensi Persentase
No. Pendidikan
(n) (%)

1. Kelas X IPS 1 6 8,1

17
18

2. Kelas X IPS 2 6 8,1

3. Kelas X IPS 3 5 6,8

4. Kelas X MIPA 6 8,1

5. Kelas XI IPS 1 6 8,1

6. Kelas XI IPS 2 6 8,1

7. Kelas XI MIPA 1 6 8,1

8. Kelas XI MIPA 2 7 9,5

9. Kelas XII IPS 1 6 8,1

10. Kelas XII IPS 2 6 8,1

11. Kelas XII MIPA 6 8,1


1

12. Kelas XII MIPA 8 10,8


2

Total 74 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang


paling sedikit adalah kelas X IPS 3 yaitu sebanyak 5 orang
dengan presentasi 6,8%, sedangkan yang paling banyak adalah
kelas XII MIPA 2 yaitu 8 orang dengan presentasi 10,8.

4.2.2 Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan data distribusi


frekuensi masing-masing variabel, yaitu variabel independen
(Pengetahuan HIV AIDS) dan variabel dependen (Persepsi Seks
Bebas).

18
19

4.2.1.1 Pengetahuan Remaja tentang HIV AIDS

Tabel 4.4 Pengetahuan Remaja tentang HIV AIDS

Jumlah
No. Kategori
N %

1 Kurang Baik 3 4,1

2 Cukup Baik 52 70.3

3 Baik 19 25,7

Jumlah 74 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah


responden paling sedikit adalah dengan pengetahuan kurang
baik yaitu 3 orang dengan presentasi 4,1%, dan responden
terbanyak adalah dengan pengetahuan cukup baik yaitu
sebanyak 52 responden dengan presentasi 70,3%.

4.2.1.2 Persepsi Seks Bebas


Tabel 4.5 Tabel Persepsi Seks Bebas Siwa SMA Negeri 1
Aluh-Aluh Tahun 2023

Jumlah
No. Kategori
N %

1 Kurang Baik 3 4,1

2 Cukup Baik 40 54,1

3 Baik 31 41,9

Jumlah 74 100

19
20

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah


responden paling sedikit adalah dengan persepsi seks bebas
kurang yaitu 3 orang dengan presentasi 4,1% dan yang
terbanyak adalah persepsi seks bebas cukup baik sebanyak 40
responden dengan presentasi 54,1%.

4.2.2 Analisis Bivariat


Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen (Pengetahuan) dan variabel dependen (Persepsi Seks
Bebas).

Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan Remaja SMA Negeri 1 Aluh-Aluh


tentang HIV AIDS dengan Persepsi Seks Bebas Tahun 2023

N Pengetahua Persepsi Seks Bebas Jumlah


o n
Kurang Cukup Baik N %
Baik

N % N % N %

1. Kurang 1 1,4 1 1,4 1 1,4 3 4,1


Baik

2. Cukup Baik 2 2,7 39 52,7 11 14,9 52 70,3

3. Baik 0 0 0 0 19 25,7 19 25,7

3 4,1 40 54,1 31 42 74 100

ρ Value = 0,000 < α (0.05)

r = 0,647

20
21

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa responden dengan


pengetahuan paling sedikit adalah pengetahuan kurang yaitu 3 orang
dengan presentasi 4,1%, dan yang terbanyak adalah pengetahuan cukup
baik, yaitu sebanyak 52 orang dengan presentasi 70,3%. Sedangkan
Responden dengan persepsi seks bebas paling sedikit adalah dengan
persepsi seks bebas kurang baik, yaitu 3 orang dengan presentasi 4,1%,
dan untuk persepsi seks bebas paling banyak adalah cukup baik yaitu
berjumlah 40 orang dengan presentasi 54,1%.

Hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan


remaja tentang HIV/AIDS dengan persepsi seks bebas. Selain itu dari
hasil analisis statistik juga didapat nilai korelasi sebesar 0,000 yang
merupakan lebih kecil dari 0,05 sebagai taraf yang telah ditentukan (p
value < α) yang artinya adanya hubungan yang kuat ke arah hubungan
positif artinya semakin baik pengetahuan tentang HIV/AIDS semakin
baik persepsi seks bebas.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS
Hasil pengukuran pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa SMA
Negeri 1 Aluh-Aluh Tahun 2023 yang disajikan pada tabel 4.3 terlihat
bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan
pengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 52 responden dengan
presentasi 70,3%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMA PIRI 1


Yogyakarta yang berjudul tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS pada
Siswa SMA 1 Yogyakarta Tahun 2019 sebagian responden juga masuk

21
22

kategori cukup dengan jumlah 41 responden dengan presentasi 55,4%.


Hal ini dikarenakan siswa hanya mendapat informasi dari guru BK dan
belum mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS dari mata pelajaran.

Penelitian lain yang di lakukan di kelas XI SMK N 1 Bawen Kabupaten


Semarang Tahun 2019 juga menunjukkan kategori cukup dengan
jumlah 43 responden dari 105 responden dengan presentasi 49,9 %, hal
ini karena siswa SMK 1 Bawen juga pernah diberikan informasi
mengenai HIV/AIDS dari tenaga kesehatan.

Menurut Oxford (2020) pengetahuan adalah informasi, pemahaman


dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan atau pengalaman.
Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden mengenai
HIV/AIDS. Menurut Nursalam dalam A. Wawan dan Dewi M (2018)
faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur,
pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah
cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai suatu keselamatan dan kebahagiaan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
mengahambat perkembangan sikap seseorang. Pendidikan adalah upaya
untuk mendapatkan pengetahuan, sehingga terjadi pemahaman yang
meningkat. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah menerima hal-
hal baru. Ditinjau dari tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang, dimana konsep pendidikan adalah suatu proses
belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan
perkembangan/perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan
matang pada individu, kelompok, masyarakat.

22
23

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa


dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. Dalam konsep perkembangan
remaja, fase ini merupakan fase dimana mereka memiliki
perkembangan yang lebih matang dimana terjadi perubahan pola pikir
dari anak-anak yang cenderung berpikir kongkrit menuju pola pikir
formal operasional pada remaja. Oleh karena itu menurut peneliti,
dengan adanya perubahan pola pikir pada usia remaja tersebut
menyebabkan remaja mampu untuk menyerap dan menganalisa
berbagai informasi yang diperoleh baik secara formal maupun non
formal secara baik.

Berdasarkan hasil penelitian diatas menurut peneliti siswa SMA Negeri


1 Aluh-Aluh memiliki pengetahuan yang cukup baik dikarenakan siswa
sudah mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS dari pihak sekolah
melalui penyuluhan dari tenaga kesehatan yang diberikan oleh
Puskesmas Aluh-Aluh pada Tahun 2022. Informasi tentang HIV/AIDS
sebaiknya didapatkan dari mata pelajaran untuk para siswa, agar siswa
dapat mengenal lebih awal mengenai HIV/AIDS sehingga siswa dapat
mengetahui penyebab dan cara pencegahan lebih dini. Sehingga
pemahaman dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik lagi.

4.3.2 Persepsi Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Aluh-Aluh


Hasil pengukuran persepsi seks bebas pada siswa SMA Negeri 1 Aluh-
Aluh Tahun 2023 yang disajikan pada tabel 4.4 terlihat bahwa jumlah
responden yang paling banyak adalah responden dengan persepsi
cukup baik yaitu sebanyak 40 responden dengan presentasi 54,1%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ummi


Resa Lesmana dkk (2019) tentang hubungan pengetahuan dengan
persepsi remaja tentang seks pranikah di SMKN 3 Kota Bengkulu

23
24

dimana didapatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan


dengan persepsi remaja tentang seks pranikah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan remaja SMK Negeri 3
Kota Bengkulu tentang hubungan seks pranikah maka persepsi remaja
semakin negatif terhadap hubungan seks pranikah.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Putu Nandika Tungga Yudanti


Mahardani (2021), tentang hubungan pengetahuan dan persepsi
terhadap pencegahan HIV/AIDS pada remaja di Sekolah Menengah
Atas, dimana hasil dari penelitian tersebut ditemukan bahwa distribusi
pengetahuan siswa SMA terkait HIV/AIDS mayoritas tergolong baik
dan cukup dengan tingkat persepsi mayoritas positif dan tingkat
perilaku pencegahan yang positif. Pengetahuan didefinisikan sebagai
hasil dari tahu, dimana proses mengetahui terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan kepada suatu objek melalui panca indra
manusia. Definisi ini sangat erat kaitannya dengan persepsi, dimana
dalam persepsi terjadi suatu proses pengamatan yang didasarkan oleh
pengetahuan dalam proses interpretasi terhadap suatu stimulus.
Sehingga dapat disimpulkan semakin baik pengetahuan tentang seks
bebas akan semakin negatif persepsinya pada seks bebas.

Seks bebas merupakan aktifitas yang dilakukan oleh sepasang manusia


(lawan jenis maupun sesama jenis), mulai dari berpegangan tangan,
meraba area sensitif, pelukan, ciuman sampai pada berhubungan badan.
Perilaku itu dianggap bukan suatu permasalahan malah menjadi sebuah
keinginan untuk menuangkan kasih sayang terhadap pasangannya.
Penyimpangan perilaku yang terjadi pada remaja pada umumnya dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor intenal
meliputi dari dalam diri sendiri yang terkadang mengalami perubahan
hormonal yang meningkatkan hasrat seksual. Adapun faktor eksternal
yang meliputi pengaruh dari luar seperti dari keluarga, teman, pacar
tekhnologi dan norma agama.

Adanya persepsi yang baik dari siswa adalah karena mereka memiliki
pandangan bahwa seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan apalagi
untuk dilakukan. Selain itu lingkungan sosial, adat istiadat di

24
25

lingkungan masyarakat yang masih kuat, agama serta norma yang


berlaku dimasyarakat juga turut mempengaruhi terjadinya seks bebas.

Proses persespi ada 3 tahap diantaranya seleksi, organisasi dan


interpretasi. Seleksi adalah tahap pertama dalam proses perspsi, dimana
kita merubah rangsangan lingkungan menjadi pengalaman yang
bermakna. Dalam kehidupan seharai-hari seseorang dihadapkan dengan
begitu banyak informasi. Karena seluruh informasi di dunia mencakup
segalanya serta rangsangan yang tak terhitung jumlahnya, panca indera
secara bersamaan menunggu untuk diproses. Oleh karena itu, seseorang
hanya memahami sebagian informasi dari lingkungan melalui proses
selektif. Tahap kedua adalah organisasi, karena setelah memilih
informasi dari dunia luar, kita perlu mengaturnya dengan cara tertentu
dengan menemukan pola-pola tertentu yang bermakna. Tahap ini
dilakukan dengan cara mengkategorikan benda atau orang, disebut juga
kategorisasi, pada tahap persepsi ini peristiwa atau objek sosial dan
fisik yang kita temui akan segera memiliki bentuk, warna, tekstur,
ukuran dan lain-lain. Tahap ketiga yaitu interpretasi, hal ini mengacu
pada proses pelekatan makna pada rangsangan yang dipilih. Setelah
rangsangan yang dipilih dikategorikan ke dalam pola terstruktur dan
stabil, seseorang akan mencoba memahami pola-pola tersebut dengan
memberikan makna yang berbeda-beda. Misalnya di negara barat
berciuman dan berpelukan didepan umum adalah cara untuk
mengatakan “halo” sedang dibeberapa negara lain masih dianggap seks
bebas (Qiong, 2017).

Hal di atas sejalan dengan pemaparan berdasarkan Supriatna, persepsi


dapat digambarkan sebagai pandangan kira tentang dunia di sekitar
kita. Perbedaan cara pandang dapat terjadi antara dua orang dengan
motif dan keadaan yang sama. Hal ini dapat terjadi karena setiap orang
memiliki proses sendiri dalam memilih, mengatur dan menafsirkan
rangsangan yang diterimanya, yang dipengaruhi oleh kebutuhan, nilai
dan harapan setiap orang. Jadi perbedaan proses pada tahap ini dapat
dimaklumi, karena pada dasarnya setiap orang memiliki cara berpikir
yang berbeda-beda (Herlinawati, dkk.2020).

Persepsi terhadap seks bebas adalah respon remaja terhadap perilaku


dan aktifitas fisik seseorang yang didorong oleh hasrat seksual dan

25
26

menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan yang dilakukan


sendiri maupun melibatkan orang lain diluar ikatan pernikahan setelah
mengetahui informasi dan pemberitaan dalam wujud suatu orientasi
atau kecenderungan dalam bertindak. Pemikiran remaja pada seks
bebas biasanya muncul dengan adanya pengetahuan yang didapatkan
secara positif, baik di sekolah, media sosial, maupun orang tua.
Persepsi akan membentuk pandangan remaja tentang hal yang diyakini
dan nantinya didukung dalam intensi atau niat akan direalisasikan
berupa tindakan nyata. Bila persepsi remaja tentang seks bebas negatif
berarti akan mempengaruhi niat remaja untuk tidak melakukan seks
beresiko/ seks bebas (Tenkoranga dkk dalam Nadya Prakasita dkk,
2022)

Adanya hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan persepsi seks


bebas didukung pula karena siswa memperoleh pendidikan tentang
kesehatan reproduksi di sekolah. Sehingga dengan pengetahuan yang
mereka dapatkan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan
akhirnya akan menyebabkan siswa berpersepsi sesuai dengan
pengetahuan yang mereka dapatkan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas menurut peneliti siswa SMA Negeri


1 Aluh-Aluh memiliki persepsi cukup baik karena siswa sudah
memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di sekolah dan
memperoleh pengetahuan tentang seks bebas dari tenaga kesehatan, hal
ini juga dikarenakan pendidikan yang sudah mereka peroleh dari
keluarga terutama karena masih kentalnya norma spiritual yang ada di
Desa Aluh-Aluh Besar.

4.3.3 Hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan persepsi


seks bebas pada siswa SMA Negeri 1 Aluh-Aluh
Hasil pengukuran tabulasi silang pengetahuan remaja tentang
HIV/AIDS dengan persepsi seks bebas pada siswa SMA Negeri 1
Aluh-Aluh Tahun 2023 yang disajikan pada tabel 4.5 terlihat bahwa
jumlah responden dengan pengetahuan cukup baik yaitu 52 responden
dengan presentasi 70,3% artinya ada hubungan pengetahuan dengan

26
27

persepsi seks bebas. Hal ini ditunjukan dengan hasil statistik dengan
menggunakan uji Spearman Rank didapatkan nilai signifikan sebesar
0,000 yang artinya lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 dan nilai
korelasi sebesar 0,647 yang artinya adanya hubungan kekuatan sedang
antar variabel dengan arah hubungan positif artinya semakin tinggi
pengetahuan semakin baik persepsi seseorang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Rahmawati
dan Cantika Hardiyantari P (2018). Dari 45 sampel 25 responden
memiliki pengetahuan baik dengan sikap positif pada seks bebas
sebanyak 32 responden, artinya tidak mendukung sikap seks bebas. Dan
hasil uji hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan
dengan sikap remaja tentang sikap seks bebas.

Penelitian lain yang dilakukan Ummi Resa Lesmana, dkk (2019). Dari
75 responden sebanyak 31 responden masuk kategori pengetahuan
cukup baik, dan 43 responden memiliki persepsi negatif tentang seks
pranikah. Hasil uji chi square didapatkan hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dan persepsi remaja tentang seks pranikah.

Semakin baik pengetahuan semakin negatif persepsi remaja terhadap


seks bebas. Persepsi remaja tentang seks bebas akan terbentuk melalui
pengetahuan dan paparan sumber informasi lainnya yang mereka
dapatkan baik dari media sosial, orang tua maupun sumber lainnya.
Persepsi remaja yang negatif tentang hubungan seks bebas berarti akan
mempengaruhi niat remaja untuk tidak melakukan seks bebas.

Berdasarkan hasil penelitian diatas menurut peneliti, pengetahuan dapat


menjadikan seseorang memilki kesadaran sehingga seseorang akan
berpersepsi sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

27
28

4.4 Implikasi Penelitian dalam Keperawatan


Tingkat pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS sangat penting dilakukan
karena tindakan ini merupakan langkah awal dalam upaya pencegahan
terjadinya perilaku seks bebas sehingga siswa dapat terhindar dari penyakit
HIV/AIDS.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengetahuan remaja pada HIV/AIDS yang paling banyak adalalah
dengan kategori cukup baik .
5.1.2 Persepsi seks bebas siswa SMA Negei 1 Aluh-Aluh yang paling
banyak adalah dengan kategori cukup baik.
5.1.3 Hasil analisis yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan remaja
dengan persepsi seks bebas siswa SMA Negei 1 Aluh-Aluh dengan
hasil uji statistik Spearman Rank didapatkan nilai signifikan yakni
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 sebagai taraf yang telah
ditentukan (p value < α), artinya tingkat hubungan kuat ke arah
positif, semakin tinggi pengetahuan semakin baik persepsi
seseorang.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan terutama mahasiswa tentang
HIV/AIDS pada remaja.
5.2.2 Bagi UPTD. Puskesmas Aluh-Aluh

28
29

Diharapkan kepada pihak puskesmas untuk melakukan


pemeriksaan HIV secara berkala ke sekolah-sekolah dengan
sasarannya adalah guru dan murid.

5.2.3 Peneliti Institusi Pendidikan (SMA Negeri 1 Aluh-Aluh)

Diharapkan sekolah selalu membuka pintu untuk pelayanan


kesehatan pertama terkait kegiatan yang membangun kesehatan
untuk remaja

29
5.2.4 Peneliti lain

Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini lebih lanjut dengan


meneliti faktor-faktor resiko terjadinya HIV pada remaja.

Lampiran 1

LEMBAR INFORMASI UNTUK RESPONDEN

Perkenalkan nama saya Nur Rahmadani. Saya adalah


mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin yang sedang melaksanakan
penelitian skripsi menggunakan kuesioner.

Penelitian ini dengan judul "Hubungan Tingkat


Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS dengan
Perilaku Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Aluh-
Aluh Tahun 2023 ", bertujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
perilaku seks bebas.

Peneliti mengajak Siswa/Siswi untuk ikut serta dalam


penelitian. Identitas pribadi sebagai responden akan
dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya
digunakan untuk penelitian ini. Keikutsertaan Siswa/Siswi
dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Siswa/Siswi
berhak untuk mengikuti atau tidak mengikuti penelitian ini
dan berhak mengundurkan diri selama berlangsungnya
penelitian tanpa sanksi apapun atau konsekuesni buruk

2
dikemudian hari. Selanjutnya, saya memohon kesediaan
Siswa/Siswi mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apa
adanya.

Apabila ada hal yang kurang Siswa/Siswi pahami,


silahkan bertanya langsung dengan peneliti. Terima kasih
atas kesediaan Siswa/Siswi meluangkan waktu untuk
menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-


benarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.

H
o
r
m
a
t

s
a
y
a
,

P
e
n
e
l

3
i
t
i

N
ur
Rahma
dani

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

4
Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

No. Hp :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan yang diberikan


oleh peneliti, tentang penelitian yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS
dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1
Aluh-Aluh”.

Dengan ini menyatakan bersedia/tidak bersedia


(coret salah satu) ikut terlibat sebagai responden, dengan
catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk
apapun berhak membatalkan persetujuan ini. Saya percaya
apa yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.

Aluh-
Aluh, ........................ 2023

Responden

(....................
.................)

5
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN
REMAJATENTANG HIV/AIDS
DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA
SMA NEGERI 1 ALUH-ALUH
TAHUN 2023

6
Kuesioner ini digunakan sebagai keperluan penelitian skripsi tentang Hubungan Tingkat Pengetahu
tentang HIV/AIDS dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Aluh-Aluh oleh Nur
mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. S
kesediaan Saudara/I untuk menjawab hal-hal yang berhubungan dengan HIV/AIDS dibawah ini.
menjaga kerahasiaan jawaban dari Saudara/I pada kuesioner ini. Terimakasih atas kesediaannya.

A. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


1. Mohon memberi tanda ceklis (√ ) pada jawaban yang
Saudara/I anggap paling sesuai.
2. Isilah kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya sebab jawaban
kamu terjamin kerahasiannnya dan tidak akan disebarluaskan.
3. Setelah mengisi kuesioner ini mohon Saudara/I dapat
memberikan kembali kepada yang menyerahkan kuesioner ini
pertama kali
4. Jawaban kamu tidak akan mempengaruhi nilai kamu dan
nama baik sekolah kamu.
5. Tidak dibenarkan bertanya kepada teman, hanya
diperbolehkan bertanya pada yang membagikan kuesioner.

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Kode Responden :
2. Kelas :
3. Tanggal Lahir :
4. Jenis Kelamin 1. Laki – laki 2.
Perempuan

A. PENGETAHUAN REMAJA TENTANG


HIV/AIDS
Berilah tanda (√) pada kolom huruf (B) apabila pernyataan
dibawah ini “Benar” dan pada kolom huruf (S) apabila
pernyataan “Salah”.
No Pertanyaan B S

1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang


menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
2. HIV menular melalui perpindahan virus HIV dari darah dan

7
atau cairan sperma atau vagina seorang penderita HIV
kepada orang lain

3. Air susu ibu yang terinfeksi HIV tidak dapat menularkan


virus HIV ke bayinya

4. Berjabat tangan dengan penderita HIV dapat menularkan


virus HIV

5. Gigitan nyamuk dapat menularkan virus HIV

6. Hubungan seksual menggunakan kondom dapat menularkan


virus HIV

7. Makan atau minum menggunakan peralatan yang sama


dengan penderita HIV dapat menularkan virus HIV

8. Menggunakan jarum suntik bergantian dengan penderita


HIV dapat menularkan virus HIV

9. Berciuman dan berenang bersama dapat menularkan virus


HIV

10. Cairan tubuh seperti keringat, air liur, air mata, air kencing
dapat menularkan HIV/AIDS

11. Berganti/ berbagi jarum suntik bersama-sama adalah


perilaku beresiko yang tidak dapat menularkan virus
HIV/AIDS

12. Tidak menggunakan narkoba adalah cara mencegah


penularan HIV/ AIDS

B. PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA


Berilah tanda (√) pada kolom SS jika Sangat Setuju, S jika Setuju, TS
jika Tidak Setuju,

STS jika Sangat Tidak Setuju.


No Pertanyaan SS S TS STS

1. Tidak perlu menghalangi seorang teman yang aktif dalam


seks bebas

8
2. Berpegangan tangan dengan pasangan merupakan hal yang
romantis
3. Melakukan ciuman bibir dapat mempererat hubungan
dalam berpacaran
4. Meraba payudara pasangan adalah hal yang wajar
5. Tidak boleh melakukan seks bebas dengan sesama jenis
kelamin
6. Berpelukan dapat mempererat rasa kasih dan sayang
dalam berpacaran
7. Melakukan seks bebas dapat mempererat hubungan dalam
berpacaran
8. Melakukan seks bebas dengan berganti pasangan dapat
mengenal perilaku pasangan dengan baik
9. Seks bebas tidak mengganggu proses belajar maka boleh
dilakukan
10. Seks bebas dapat dilakukan jika kita dewasa

11. Sebagai remaja era milenial harus beranggapan bahwa


keperawanan tidak menjadi hal penting
12. Bercumbu mesra sampai dengan meraba area sensitif
pasangan tidak termasuk perilaku seks bebas
13. Saya menolak berhubungan badan dengan pacar saya
meskipun dia mengancam atau memukul saya

Lampiran 4

9
10
Lampiran 5

11
12
Lampiran 6

13
14
Lampiran 7

15
Lampiran 8

16
17
18
Lampiran 9

19
20
Lampiran 10

21
22
23
Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 Total
P1 Pearson Correlation 1 .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1,000** 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.00 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P2 Pearson Correlation .327 1 -.524 .218 .218 -.218 .218 -.509 -,764* .218 .218 -.509 .327 .327 .327 -.509 .327 .218 .218 .218 .218.218 .048 .327 -.218 .218 .327 .218 -.509 -.048 .361
Sig. (2-tailed) .356 .120 .545 .545 .545 .545 .133 .010 .545 .545 .133 .356 .356 .356 .133 .356 .545 .545 .545 .545.545 .896 .356 .545 .545 .356 .545 .133 .896 .305
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P3 Pearson Correlation -.327 -.524 1 -.218 -.218 .218 -.218 .509 .218 -.218 -.218 -.218 -.327 -.327 -.327 .509 -.327 -.218 -.218 -.218 -.218-.218 -.048 -.327 .218 -.218 -.327 -.218 .509 -.429 -.427
Sig. (2-tailed) .356 .120 .545 .545 .545 .545 .133 .545 .545 .545 .545 .356 .356 .356 .133 .356 .545 .545 .545 .545.545 .896 .356 .545 .545 .356 .545 .133 .217 .219
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P4 Pearson Correlation ,667* .218 -.218 1 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 1,000* -.111 -.111 ,667* ,667* ,667* -.111 ,667* -.111 -.111 -.111 1,000** -,667* -.509 ,667* -.167 -.111 ,667* -.111 -.111 .509 ,652*
*

Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 .645 .645 .760 .760 .645 0.000 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 0.000 .035 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P5 Pearson Correlation .250 .218 -.218 .167 1 .250 .167 -,667 * .250 .167 .167 .167 .250 .250 .250 -,667 .250 .167 .167 .167 .167.375 .218 .250 -.375 .167 .250 .167 -,667 * .327 .376
*

Sig. (2-tailed) .486 .545 .545 .645 .486 .645 .035 .486 .645 .645 .645 .486 .486 .486 .035 .486 .645 .645 .645 .645.286 .545 .486 .286 .645 .486 .645 .035 .356 .284
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P6 Pearson Correlation -.250 -.218 .218 -.167 .250 1 ,667* -.167 .375 -.167 -.167 -.167 -.250 -.250 -.250 -.167 -.250 -.167 -.167 ,667* -.167.250 .327 -.250 -.250 -.167 -.250 -.167 -.167 -.327 -.226
Sig. (2-tailed) .486 .545 .545 .645 .486 .035 .645 .286 .645 .645 .645 .486 .486 .486 .645 .486 .645 .645 .035 .645.486 .356 .486 .486 .645 .486 .645 .645 .356 .531
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P7 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 ,667 * 1 -.111 -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 1,000 ** -.111.167 .218 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .035 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 0.000 .760.645 .545 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P8 Pearson Correlation -.167 -.509 .509 -.111 -,667* -.167 -.111 1 -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 1,000* -.167 -.111 -.111 -.111 -.111 -,667* -.509 -.167 ,667* -.111 -.167 -.111 1,000** -.218 -.351
*

Sig. (2-tailed) .645 .133 .133 .760 .035 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 0.00 .645 .760 .760 .760 .760.035 .133 .645 .035 .760 .645 .760 0.000 .545 .320
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P9 Pearson Correlation -.250 -,764* .218 -.167 .250 .375 -.167 -.167 1 -.167 -.167 ,667* -.250 -.250 -.250 -.167 -.250 -.167 -.167 -.167 -.167.250 .327 -.250 -.250 -.167 -.250 -.167 -.167 .218 -.150
Sig. (2-tailed) .486 .010 .545 .645 .486 .286 .645 .645 .645 .645 .035 .486 .486 .486 .645 .486 .645 .645 .645 .645.486 .356 .486 .486 .645 .486 .645 .645 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P10 Pearson Correlation ,667* .218 -.218 1,000** .167 -.167 -.111 -.111 -.167 1 -.111 -.111 ,667* ,667* ,667* -.111 ,667* -.111 -.111 -.111 1,000** -,667* -.509 ,667* -.167 -.111 ,667* -.111 -.111 .509 ,652*
Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 0.000 .645 .645 .760 .760 .645 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 0.000 .035 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P11 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1 -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.111.167 .218 -.167 -.167 1,000** -.167 1,000** -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 0.000 .760 .760.645 .545 .645 .645 0.000 .645 0.000 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P12 Pearson Correlation -.167 -.509 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 ,667 * -.111 -.111 1 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 -.111 -.111.167 .218 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 .509 -.050
Sig. (2-tailed) .645 .133 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .035 .760 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .760.645 .545 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .133 .891
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P13 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1 1,000** 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P14 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.00 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P15 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1,000** 1 -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.00 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P16 Pearson Correlation -.167 -.509 .509 -.111 -,667* -.167 -.111 1,000** -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 1 -.167 -.111 -.111 -.111 -.111 -,667* -.509 -.167 ,667* -.111 -.167 -.111 1,000** -.218 -.351
Sig. (2-tailed) .645 .133 .133 .760 .035 .645 .760 0.000 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 .645 .760 .760 .760 .760.035 .133 .645 .035 .760 .645 .760 0.000 .545 .320
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P17 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1,000** 1,000** -.167 1 ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.00 0.000 0.000 .645 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P18 Pearson Correlation ,667* .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 -.111 -.111 ,667* ,667* ,667* -.111 ,667* 1 -.111 -.111 -.111.167 -.509 ,667* -.167 -.111 ,667* -.111 -.111 .509 ,652*

24
Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 .645 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P19 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1,000 **
-.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1 -.111 -.111 .167 .218 -.167 -.167 1,000 **
-.167 1,000 **
-.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 0.000 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .545 .645 .645 0.000 .645 0.000 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P20 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 ,667* 1,000** -.111 -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 1 -.111 .167 .218 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .035 0.000 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .545 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P21 Pearson Correlation ,667 .218
*
-.218 1,000 .167
**
-.167 -.111 -.111 -.167 1,000 -.111
**
-.111 *
,667 ,667 *
,667 *
-.111 ,667 *
-.111 -.111 -.111 1 -,667 *
-.509 ,667 *
-.167 -.111 ,667 *
-.111 -.111 .509 ,652*
Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 0.000 .645 .645 .760 .760 .645 0.000 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 .035 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P22 Pearson Correlation -.375 .218 -.218 -,667* .375 .250 .167 -,667* .250 -,667* .167 .167 -.375 -.375 -.375 -,667* -.375 .167 .167 .167 -,667* 1 ,764* -.375 -.375 .167 -.375 .167 -,667* -.218 -.226
Sig. (2-tailed) .286 .545 .545 .035 .286 .486 .645 .035 .486 .035 .645 .645 .286 .286 .286 .035 .286 .645 .645 .645 .035 .010 .286 .286 .645 .286 .645 .035 .545 .531
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P23 Pearson Correlation -,764 .048
*
-.048 -.509 .218 .327 .218 -.509 .327 -.509 .218 .218 *
-,764 -,764 *
-,764 *
-.509 -,764 *
-.509 .218 .218 -.509 ,764 *
1 -,764 *
-.218 .218 -,764 *
.218 -.509 -.524 -.624
Sig. (2-tailed) .010 .896 .896 .133 .545 .356 .545 .133 .356 .133 .545 .545 .010 .010 .010 .133 .010 .133 .545 .545 .133 .010 .010 .545 .545 .010 .545 .133 .120 .054
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P24 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000** 1,000** 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1 -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.000 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035 .286 .010 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P25 Pearson Correlation -.250 -.218 .218 -.167 -.375 -.250 -.167 ,667* -.250 -.167 -.167 -.167 -.250 -.250 -.250 ,667* -.250 -.167 -.167 -.167 -.167 -.375 -.218 -.250 1 -.167 -.250 -.167 ,667* -.327 -.376
Sig. (2-tailed) .486 .545 .545 .645 .286 .486 .645 .035 .486 .645 .645 .645 .486 .486 .486 .035 .486 .645 .645 .645 .645 .286 .545 .486 .645 .486 .645 .035 .356 .284
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P26 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.111 .167 .218 -.167 -.167 1 -.167 1,000** -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 0.000 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 0.000 .760 .760 .645 .545 .645 .645 .645 0.000 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P27 Pearson Correlation 1,000 .327
**
-.327 ,667 .250
*
-.250 -.167 -.167 -.250 ,667 -.167
*
-.167 **
1,000 1,000 **
1,000 **
-.167 1,000 **
,667 *
-.167 -.167 ,667 *
-.375 -,764 *
1,000 **
-.250 -.167 1 -.167 -.167 ,764 *
,978**
Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.000 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035 .286 .010 0.000 .486 .645 .645 .645 .010 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P28 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.111 .167 .218 -.167 -.167 1,000** -.167 1 -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 0.000 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 0.000 .760 .760 .645 .545 .645 .645 0.000 .645 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P29 Pearson Correlation -.167 -.509 .509 -.111 -,667* -.167 -.111 1,000** -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 1,000 -.167
**
-.111 -.111 -.111 -.111 -,667 *
-.509 -.167 ,667 *
-.111 -.167 -.111 1 -.218 -.351
Sig. (2-tailed) .645 .133 .133 .760 .035 .645 .760 0.000 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 0.000 .645 .760 .760 .760 .760 .035 .133 .645 .035 .760 .645 .760 .545 .320
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P30 Pearson Correlation ,764* -.048 -.429 .509 .327 -.327 -.218 -.218 .218 .509 -.218 .509 ,764* ,764* ,764* -.218 ,764* .509 -.218 -.218 .509 -.218 -.524 ,764* -.327 -.218 ,764* -.218 -.218 1 ,821**
Sig. (2-tailed) .010 .896 .217 .133 .356 .356 .545 .545 .545 .133 .545 .133 .010 .010 .010 .545 .010 .133 .545 .545 .133 .545 .120 .010 .356 .545 .010 .545 .545 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Total Pearson Correlation ,978** .361 -.427 ,652* .376 -.226 -.150 -.351 -.150 ,652* -.150 -.050 ,978** ,978** ,978** -.351 ,978** ,652* -.150 -.150 ,652* -.226 -.624 ,978** -.376 -.150 ,978** -.150 -.351 ,821** 1
Sig. (2-tailed) .000 .305 .219 .041 .284 .531 .678 .320 .678 .041 .678 .891 .000 .000 .000 .320 .000 .041 .678 .678 .041 .531 .054 .000 .284 .678 .000 .678 .320 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

25
Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 .645 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** ** **
P19 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1,000 -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1 -.111 -.111 .167 .218 -.167 -.167 1,000 -.167 1,000 -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 0.000 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .545 .645 .645 0.000 .645 0.000 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P20 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 ,667* 1,000* -.111 -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 1 -.111 .167 .218 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 -.218 -.150
*

Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .035 0.000 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .545 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * * * * * * * * *
P21 Pearson Correlation ,667 .218 -.218 1,000 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 1,000 -.111 -.111 ,667 ,667 ,667 -.111 ,667 -.111 -.111 -.111 1 -,667 -.509 ,667 -.167 -.111 ,667 -.111 -.111 .509 ,652*
* *

Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 0.000 .645 .645 .760 .760 .645 0.000 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 .035 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P22 Pearson Correlation -.375 .218 -.218 -,667* .375 .250 .167 -,667* .250 -,667* .167 .167 -.375 -.375 -.375 -,667* -.375 .167 .167 .167 -,667* 1 ,764* -.375 -.375 .167 -.375 .167 -,667* -.218 -.226
Sig. (2-tailed) .286 .545 .545 .035 .286 .486 .645 .035 .486 .035 .645 .645 .286 .286 .286 .035 .286 .645 .645 .645 .035 .010 .286 .286 .645 .286 .645 .035 .545 .531
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P23 Pearson Correlation -,764* .048 -.048 -.509 .218 .327 .218 -.509 .327 -.509 .218 .218 -,764* -,764* -,764* -.509 -,764* -.509 .218 .218 -.509 ,764* 1 -,764* -.218 .218 -,764* .218 -.509 -.524 -.624
Sig. (2-tailed) .010 .896 .896 .133 .545 .356 .545 .133 .356 .133 .545 .545 .010 .010 .010 .133 .010 .133 .545 .545 .133 .010 .010 .545 .545 .010 .545 .133 .120 .054
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P24 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1,000** 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1 -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.000 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035 .286 .010 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * *
P25 Pearson Correlation -.250 -.218 .218 -.167 -.375 -.250 -.167 ,667 -.250 -.167 -.167 -.167 -.250 -.250 -.250 ,667 -.250 -.167 -.167 -.167 -.167 -.375 -.218 -.250 1 -.167 -.250 -.167 ,667 -.327 -.376
Sig. (2-tailed) .486 .545 .545 .645 .286 .486 .645 .035 .486 .645 .645 .645 .486 .486 .486 .035 .486 .645 .645 .645 .645 .286 .545 .486 .645 .486 .645 .035 .356 .284
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P26 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.111 .167 .218 -.167 -.167 1 -.167 1,000** -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 0.000 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 0.000 .760 .760 .645 .545 .645 .645 .645 0.000 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P27 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1,000** 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1 -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.000 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035 .286 .010 0.000 .486 .645 .645 .645 .010 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** ** **
P28 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1,000 -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1,000 -.111 -.111 .167 .218 -.167 -.167 1,000 -.167 1 -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 0.000 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 0.000 .760 .760 .645 .545 .645 .645 0.000 .645 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P29 Pearson Correlation -.167 -.509 .509 -.111 -,667* -.167 -.111 1,000** -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 1,000* -.167 -.111 -.111 -.111 -.111 -,667* -.509 -.167 ,667* -.111 -.167 -.111 1 -.218 -.351
*

Sig. (2-tailed) .645 .133 .133 .760 .035 .645 .760 0.000 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 0.000 .645 .760 .760 .760 .760 .035 .133 .645 .035 .760 .645 .760 .545 .320
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * * * * * *
P30 Pearson Correlation ,764 -.048 -.429 .509 .327 -.327 -.218 -.218 .218 .509 -.218 .509 ,764 ,764 ,764 -.218 ,764 .509 -.218 -.218 .509 -.218 -.524 ,764 -.327 -.218 ,764 -.218 -.218 1 ,821**
Sig. (2-tailed) .010 .896 .217 .133 .356 .356 .545 .545 .545 .133 .545 .133 .010 .010 .010 .545 .010 .133 .545 .545 .133 .545 .120 .010 .356 .545 .010 .545 .545 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Total Pearson Correlation ,978** .361 -.427 ,652* .376 -.226 -.150 -.351 -.150 ,652* -.150 -.050 ,978* ,978** ,978** -.351 ,978** ,652* -.150 -.150 ,652* -.226 -.624 ,978** -.376 -.150 ,978** -.150 -.351 ,821** 1
*

Sig. (2-tailed) .000 .305 .219 .041 .284 .531 .678 .320 .678 .041 .678 .891 .000 .000 .000 .320 .000 .041 .678 .678 .041 .531 .054 .000 .284 .678 .000 .678 .320 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

9
Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100,0

Excludeda 0 0,0

Total 10 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,975 12

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's


Scale Variance if Item Total Alpha if Item
Scale Mean if Item Deleted Deleted Correlation Deleted

P1 9,10 14,322 ,989 ,969

P4 9,00 15,778 ,708 ,976

P10 9,00 15,778 ,708 ,976

P13 9,10 14,322 ,989 ,969

P14 9,10 14,322 ,989 ,969

P15 9,10 14,322 ,989 ,969

P17 9,10 14,322 ,989 ,969

P18 9,00 16,222 ,523 ,979

P21 9,00 15,778 ,708 ,976

P24 9,10 14,322 ,989 ,969

P27 9,10 14,322 ,989 ,969

P30 9,20 14,622 ,758 ,976

9
10
Lampiran Hasil Uji Validitas Persepsi Sex Bebas
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 Total
P1 Pearson Correlation 1 .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1,000** 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.00 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P2 Pearson Correlation .327 1 -.524 .218 .218 -.218 .218 -.509 -,764* .218 .218 -.509 .327 .327 .327 -.509 .327 .218 .218 .218 .218.218 .048 .327 -.218 .218 .327 .218 -.509 -.048 .361
Sig. (2-tailed) .356 .120 .545 .545 .545 .545 .133 .010 .545 .545 .133 .356 .356 .356 .133 .356 .545 .545 .545 .545.545 .896 .356 .545 .545 .356 .545 .133 .896 .305
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P3 Pearson Correlation -.327 -.524 1 -.218 -.218 .218 -.218 .509 .218 -.218 -.218 -.218 -.327 -.327 -.327 .509 -.327 -.218 -.218 -.218 -.218-.218 -.048 -.327 .218 -.218 -.327 -.218 .509 -.429 -.427
Sig. (2-tailed) .356 .120 .545 .545 .545 .545 .133 .545 .545 .545 .545 .356 .356 .356 .133 .356 .545 .545 .545 .545.545 .896 .356 .545 .545 .356 .545 .133 .217 .219
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P4 Pearson Correlation ,667* .218 -.218 1 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 1,000* -.111 -.111 ,667* ,667* ,667* -.111 ,667* -.111 -.111 -.111 1,000** -,667* -.509 ,667* -.167 -.111 ,667* -.111 -.111 .509 ,652*
*

Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 .645 .645 .760 .760 .645 0.000 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 0.000 .035 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P5 Pearson Correlation .250 .218 -.218 .167 1 .250 .167 -,667 * .250 .167 .167 .167 .250 .250 .250 -,667 .250 .167 .167 .167 .167.375 .218 .250 -.375 .167 .250 .167 -,667 * .327 .376
*

Sig. (2-tailed) .486 .545 .545 .645 .486 .645 .035 .486 .645 .645 .645 .486 .486 .486 .035 .486 .645 .645 .645 .645.286 .545 .486 .286 .645 .486 .645 .035 .356 .284
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P6 Pearson Correlation -.250 -.218 .218 -.167 .250 1 ,667* -.167 .375 -.167 -.167 -.167 -.250 -.250 -.250 -.167 -.250 -.167 -.167 ,667* -.167.250 .327 -.250 -.250 -.167 -.250 -.167 -.167 -.327 -.226
Sig. (2-tailed) .486 .545 .545 .645 .486 .035 .645 .286 .645 .645 .645 .486 .486 .486 .645 .486 .645 .645 .035 .645.486 .356 .486 .486 .645 .486 .645 .645 .356 .531
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P7 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 ,667 * 1 -.111 -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 1,000 ** -.111.167 .218 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .035 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 0.000 .760.645 .545 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P8 Pearson Correlation -.167 -.509 .509 -.111 -,667* -.167 -.111 1 -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 1,000* -.167 -.111 -.111 -.111 -.111 -,667* -.509 -.167 ,667* -.111 -.167 -.111 1,000** -.218 -.351
*

Sig. (2-tailed) .645 .133 .133 .760 .035 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 0.00 .645 .760 .760 .760 .760.035 .133 .645 .035 .760 .645 .760 0.000 .545 .320
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P9 Pearson Correlation -.250 -,764* .218 -.167 .250 .375 -.167 -.167 1 -.167 -.167 ,667* -.250 -.250 -.250 -.167 -.250 -.167 -.167 -.167 -.167.250 .327 -.250 -.250 -.167 -.250 -.167 -.167 .218 -.150
Sig. (2-tailed) .486 .010 .545 .645 .486 .286 .645 .645 .645 .645 .035 .486 .486 .486 .645 .486 .645 .645 .645 .645.486 .356 .486 .486 .645 .486 .645 .645 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P10 Pearson Correlation ,667* .218 -.218 1,000** .167 -.167 -.111 -.111 -.167 1 -.111 -.111 ,667* ,667* ,667* -.111 ,667* -.111 -.111 -.111 1,000** -,667* -.509 ,667* -.167 -.111 ,667* -.111 -.111 .509 ,652*
Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 0.000 .645 .645 .760 .760 .645 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 0.000 .035 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P11 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1 -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.111.167 .218 -.167 -.167 1,000** -.167 1,000** -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 0.000 .760 .760.645 .545 .645 .645 0.000 .645 0.000 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P12 Pearson Correlation -.167 -.509 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 ,667 * -.111 -.111 1 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 -.111 -.111.167 .218 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 .509 -.050
Sig. (2-tailed) .645 .133 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .035 .760 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .760.645 .545 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .133 .891
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P13 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1 1,000** 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P14 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.00 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P15 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1,000** 1 -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.00 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P16 Pearson Correlation -.167 -.509 .509 -.111 -,667* -.167 -.111 1,000** -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 1 -.167 -.111 -.111 -.111 -.111 -,667* -.509 -.167 ,667* -.111 -.167 -.111 1,000** -.218 -.351
Sig. (2-tailed) .645 .133 .133 .760 .035 .645 .760 0.000 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 .645 .760 .760 .760 .760.035 .133 .645 .035 .760 .645 .760 0.000 .545 .320
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P17 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000* 1,000** 1,000** -.167 1 ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1,000** -.167 -.167 ,764* ,978**
*

Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.00 0.000 0.000 .645 .035 .645 .645 .035.286 .010 0.000 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1010 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P18 Pearson Correlation ,667* .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 -.111 -.111 ,667* ,667* ,667* -.111 ,667* 1 -.111 -.111 -.111.167 -.509 ,667* -.167 -.111 ,667* -.111 -.111 .509 ,652*

11
Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 .645 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P19 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1 -.111 -.111 .167 .218 -.167 -.167 1,000** -.167 1,000** -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 0.000 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .545 .645 .645 0.000 .645 0.000 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P20 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 ,667 *
1,000 -.111
** -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 1 -.111 .167 .218 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .035 0.000 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .760 .645 .545 .645 .645 .760 .645 .760 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P21 Pearson Correlation ,667* .218 -.218 1,000** .167 -.167 -.111 -.111 -.167 1,000** -.111 -.111 ,667* ,667* ,667* -.111 ,667* -.111 -.111 -.111 1 -,667* -.509 ,667* -.167 -.111 ,667* -.111 -.111 .509 ,652*
Sig. (2-tailed) .035 .545 .545 0.000 .645 .645 .760 .760 .645 0.000 .760 .760 .035 .035 .035 .760 .035 .760 .760 .760 .035 .133 .035 .645 .760 .035 .760 .760 .133 .041
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P22 Pearson Correlation -.375 .218 -.218 -,667* .375 .250 .167 -,667* .250 -,667* .167 .167 -.375 -.375 -.375 -,667* -.375 .167 .167 .167 -,667* 1 ,764* -.375 -.375 .167 -.375 .167 -,667* -.218 -.226
Sig. (2-tailed) .286 .545 .545 .035 .286 .486 .645 .035 .486 .035 .645 .645 .286 .286 .286 .035 .286 .645 .645 .645 .035 .010 .286 .286 .645 .286 .645 .035 .545 .531
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P23 Pearson Correlation -,764* .048 -.048 -.509 .218 .327 .218 -.509 .327 -.509 .218 .218 -,764* -,764* -,764* -.509 -,764* -.509 .218 .218 -.509 ,764* 1 -,764* -.218 .218 -,764* .218 -.509 -.524 -.624
Sig. (2-tailed) .010 .896 .896 .133 .545 .356 .545 .133 .356 .133 .545 .545 .010 .010 .010 .133 .010 .133 .545 .545 .133 .010 .010 .545 .545 .010 .545 .133 .120 .054
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P24 Pearson Correlation 1,000 .327
**
-.327 ,667 .250
*
-.250 -.167 -.167 -.250 ,667 -.167
*
-.167 **
1,000 1,000 **
1,000 **
-.167 1,000 **
,667 *
-.167 -.167 ,667 *
-.375 -,764 *
1 -.250 -.167 1,000 **
-.167 -.167 ,764 *
,978**
Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.000 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035 .286 .010 .486 .645 0.000 .645 .645 .010 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P25 Pearson Correlation -.250 -.218 .218 -.167 -.375 -.250 -.167 ,667* -.250 -.167 -.167 -.167 -.250 -.250 -.250 ,667* -.250 -.167 -.167 -.167 -.167 -.375 -.218 -.250 1 -.167 -.250 -.167 ,667* -.327 -.376
Sig. (2-tailed) .486 .545 .545 .645 .286 .486 .645 .035 .486 .645 .645 .645 .486 .486 .486 .035 .486 .645 .645 .645 .645 .286 .545 .486 .645 .486 .645 .035 .356 .284
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P26 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1,000 **
-.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1,000 **
-.111 -.111 .167 .218 -.167 -.167 1 -.167 1,000 **
-.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 0.000 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 0.000 .760 .760 .645 .545 .645 .645 .645 0.000 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P27 Pearson Correlation 1,000** .327 -.327 ,667* .250 -.250 -.167 -.167 -.250 ,667* -.167 -.167 1,000** 1,000** 1,000** -.167 1,000** ,667* -.167 -.167 ,667* -.375 -,764* 1,000** -.250 -.167 1 -.167 -.167 ,764* ,978**
Sig. (2-tailed) 0.000 .356 .356 .035 .486 .486 .645 .645 .486 .035 .645 .645 0.000 0.000 0.000 .645 0.000 .035 .645 .645 .035 .286 .010 0.000 .486 .645 .645 .645 .010 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P28 Pearson Correlation -.167 .218 -.218 -.111 .167 -.167 -.111 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.167 -.167 -.167 -.111 -.167 -.111 1,000** -.111 -.111 .167 .218 -.167 -.167 1,000** -.167 1 -.111 -.218 -.150
Sig. (2-tailed) .645 .545 .545 .760 .645 .645 .760 .760 .645 .760 0.000 .760 .645 .645 .645 .760 .645 .760 0.000 .760 .760 .645 .545 .645 .645 0.000 .645 .760 .545 .678
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P29 Pearson Correlation -.167 -.509 .509 -.111 -,667* -.167 -.111 1,000** -.167 -.111 -.111 -.111 -.167 -.167 -.167 1,000** -.167 -.111 -.111 -.111 -.111 -,667* -.509 -.167 ,667* -.111 -.167 -.111 1 -.218 -.351
Sig. (2-tailed) .645 .133 .133 .760 .035 .645 .760 0.000 .645 .760 .760 .760 .645 .645 .645 0.000 .645 .760 .760 .760 .760 .035 .133 .645 .035 .760 .645 .760 .545 .320
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P30 Pearson Correlation ,764 -.048
* -.429 .509 .327 -.327 -.218 -.218 .218 .509 -.218 .509 *
,764 ,764 *
,764 * -.218 ,764* .509 -.218 -.218 .509 -.218 -.524 ,764 * -.327 -.218 ,764 * -.218 -.218 1 ,821**
Sig. (2-tailed) .010 .896 .217 .133 .356 .356 .545 .545 .545 .133 .545 .133 .010 .010 .010 .545 .010 .133 .545 .545 .133 .545 .120 .010 .356 .545 .010 .545 .545 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Total Pearson Correlation ,978** .361 -.427 ,652* .376 -.226 -.150 -.351 -.150 ,652* -.150 -.050 ,978** ,978** ,978** -.351 ,978** ,652* -.150 -.150 ,652* -.226 -.624 ,978** -.376 -.150 ,978** -.150 -.351 ,821** 1
Sig. (2-tailed) .000 .305 .219 .041 .284 .531 .678 .320 .678 .041 .678 .891 .000 .000 .000 .320 .000 .041 .678 .678 .041 .531 .054 .000 .284 .678 .000 .678 .320 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

9
2

Reliability

Reliability Statistics

Cronbach'
s Alpha N of Items

,925 13

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's


Scale Mean if Item Scale Variance if Item Total Alpha if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

P2 44,20 26,844 ,959 ,911

P3 44,30 24,900 ,930 ,908

P4 44,20 26,844 ,959 ,911

P6 44,10 28,989 ,597 ,922

P7 44,40 25,600 ,807 ,914

P8 44,50 27,611 ,328 ,944

P9 44,10 28,989 ,597 ,922

P10 44,20 26,844 ,959 ,911

P11 44,10 28,989 ,597 ,922

P12 44,20 26,844 ,959 ,911

P13 44,00 29,778 ,580 ,924

P15 44,20 26,844 ,959 ,911

P16 44,30 26,233 ,476 ,936


3

Lampiran Hasil Uji Spearman rho


4

Frequencies

Statistics

Kelas Umur Jenis Kat Pengetahuan Kat Persepsi


Kelamin HIV/AIDS Sex Bebas

Valid 74 74 74 74 74
N
Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid Kelas X IPS 1 6 8,1 8,1 8,1

Kelas X IPS 2 6 8,1 8,1 16,2

Kelas X IPS 3 5 6,8 6,8 23,0

Kelas X MIPA 6 8,1 8,1 31,1

Kelas XI IPS 1 6 8,1 8,1 39,2

Kelas XI IPS 2 6 8,1 8,1 47,3

Kelas XI MIPA 1 6 8,1 8,1 55,4

Kelas XI MIPA 2 7 9,5 9,5 64,9

Kelas XII IPS 1 6 8,1 8,1 73,0

Kelas XII IPS 2 6 8,1 8,1 81,1


5

Kelas XII MIPA 1 6 8,1 8,1 89,2

Kelas XII MIPA 2 8 10,8 10,8 100,0

Total 74 100,0 100,0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

15 Tahun 7 9,5 9,5 9,5

16 Tahun 27 36,5 36,5 45,9

Valid 17 Tahun 29 39,2 39,2 85,1

18 Tahun 11 14,9 14,9 100,0

Total 74 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid Laki-laki 39 52,7 52,7 52,7

Perempuan 35 47,3 47,3 100,0


6

Total 74 100,0 100,0

Kat Pengetahuan HIV/AIDS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang 3 4,1 4,1 4,1

Cukup 52 70,3 70,3 74,3


Valid
Baik 19 25,7 25,7 100,0

Total 74 100,0 100,0

Kat Persepsi Sex Bebas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang 3 4,1 4,1 4,1

Cukup 40 54,1 54,1 58,1


Valid
Baik 31 41,9 41,9 100,0

Total 74 100,0 100,0

Crosstabs
7

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kat Pengetahuan HIV/AIDS *


74 100,0% 0 0,0% 74 100,0%
Kat Persepsi Sex Bebas

Kat Pengetahuan HIV/AIDS * Kat Persepsi Sex Bebas Crosstabulation

Kat Persepsi Sex Bebas Total

Kurang Cukup Baik

Kat Pengetahuan Kurang Count 1 1 1 3


HIV/AIDS
% within Kat Pengetahuan 33,3% 33,3% 33,3% 100,0%
HIV/AIDS
8

% within Kat Persepsi Sex


33,3% 2,5% 3,2% 4,1%
Bebas

% of Total 1,4% 1,4% 1,4% 4,1%

Count 2 39 11 52

% within Kat Pengetahuan


3,8% 75,0% 21,2% 100,0%
HIV/AIDS
Cukup
% within Kat Persepsi Sex
66,7% 97,5% 35,5% 70,3%
Bebas

% of Total 2,7% 52,7% 14,9% 70,3%

Count 0 0 19 19

% within Kat Pengetahuan


0,0% 0,0% 100,0% 100,0%
HIV/AIDS
Baik
% within Kat Persepsi Sex
0,0% 0,0% 61,3% 25,7%
Bebas

% of Total 0,0% 0,0% 25,7% 25,7%

Count 3 40 31 74

% within Kat Pengetahuan


4,1% 54,1% 41,9% 100,0%
HIV/AIDS
Total
% within Kat Persepsi Sex
100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Bebas

% of Total 4,1% 54,1% 41,9% 100,0%

Nonparametric Correlations

Correlations
9

Kat Pengetahuan Kat Persepsi Sex


HIV/AIDS Bebas

Correlation Coefficient 1,000 ,647**

Kat Pengetahuan HIV/AIDS Sig. (2-tailed) . ,000

N 74 74
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,647** 1,000

Kat Persepsi Sex Bebas Sig. (2-tailed) ,000 .

N 74 74

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 15

DOKUMENTASI PEMBAGIAN KUESIONER UNTUK PENELITIAN


10
11
12
13

Anda mungkin juga menyukai