Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2014, remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Sedangkan menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 dalam pasal 1 angka 7, remaja

adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) mengatakan bahwa

rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Pada masa

remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat baik

secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Remaja memiliki sifat keingin

tahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung

berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa melalui pertimbangan

yang matang. Apabila keputusan yang diambilnya tidak tepat, mereka akan

jatuh ke dalam perilaku yang beresiko dan mungkin harus menanggung

akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan

dan psikososial. Kematangan seksual pada usia remaja membuat minat

seksual dan keingin tahuan yang tinggi tentang seksualitas. Perilaku seksual

merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan

untuk medapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.

Menurut Sarwono (2010: 174-175) perilaku seks adalah perilaku yang

didorong oleh hasrat seksual, baik dengan sesama jenis ataupun lawan jenis.

Bentuk dari perilaku seksual bermacam-macam, dari perasaan tertarik


sampai berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Dalam hal ini perilaku seks

diurutkan sebagai berikut : berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi,

berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang

buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas abju memegang alat

kelamin dibalik baju, yang terakhir melaukan senggama.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2013,

tercatat perilaku seksual remaja di Afrika, Bangladesh, India, Nepal,

Yaman, Amerika Latin dan Karibia, sebanyak 40% - 80% perempuan telah

aktif dalam seksualitas pada usia 18 tahun, begitu juga di Uganda, sebanyak

4% laki-laki berusia 10 tahun mengatakan mereka sudah pernah melakukan

hubungan seksual, 10% pada usia 12 tahun, 22% pada usia 14 tahun, dan

64% pada usia 18 tahun.

Di Indonesia hasil survey yang dilakukan oleh BKKBN tahun 2016 pada

remaja SMA di Indonesia sebanyak 6.243 remaja didapatkan sebanyak

mereka telah melakukan 79,5% pegangan tangan, 33,1% berpelukan, 15,0%

berciuman bibir, 4,6% meraba atau memegang, dan 4,0% bersenggama. Di

Jawa Tengah sendiri didapatkan dari 371 remaja, 76,2% pernah pengangan

tangan, 22,8% berpelukan, 8,4% berciuman bibir, 2,4% meraba atau

merangsang, 6,0% bersenggama.

Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Klaten mencatat tiap

bulan jumlah kasus remaja yang hamil sebelum menikah atau MBA

(married by accident) mencapai puluhan pasangan. Perwakilan pejabat dari

Seksi Urusan Agama Islam (Urais) Kemenag Klaten, Kusniah Inti Atmini,
menjelaskan kasus hamil sebelum menikah diketahui saat pasangan

menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum mendaftar menikah. Diketahui

setiap bulannya rata-rata ada 20 kasus kehamilan sebelum menikah, dan

kasus ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan kasus menikah dibawah

umur yang ada di Kabupaten Klaten (Solopos, Kamis Maret 2011).

Dampak dari perilaku seksual pranikah yang tidak terkendali antara lain

kehamilan yang tidak diinginkan dan belum siap secara fisik, mental, social,

dan secara ekonomi yang mengakibatkan calon ibu tersebut merasa tidak

siap unutk hamil dan menjadi seorang ibu, masa depan anak dapat terlantar

dan cenderung melakukan aborsi unutk mengakhiri kehamlannya akibat

dari kurangnya kasih saying yang tulus dan kuat. Selain dari aborsi terdapat

dampak yang lain yaitu munculnya Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti

HIV/AIDS, dan gangguan psikologi. Sebagian besar remaja tidak

menyadari adanya bahaya dari Penyakit Menular Seksual (PMS), bahkan

menganggap bahwa perilaku seksual yang mereka lakukan tidak berlebihan

dan tidak mempunyai dampak apapun terhadap diri mereka (perceived

susceptibility).

Penulis telah melakukan waawancara pada beberapa siswa SMK 1

Klaten pada tanggal 26 Januari 2020. Hasil wawancara didapatkan bahwa

banyak siswa yang melakukan pacaran dan ada beberapa yang hamil diluar

nikah.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “ Study Deskriptif Tentang Perilaku Seksual pada Remaja

Kelas XI di SMK Negeri 1 Klaten”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimanakah perilaku seksual pada remaja kelas IX

di SMK Negeri 1 Klaten?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mendiskripsikan perilaku seksual pada remaja kelas IX di SMK

Negeri 1 Klaten.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik siswa kelas XI SMK Negeri 1

Klaten

b. Untuk mengetahui perilaku seksual siswa kelas XI SMK Negeri 1

Klaten

c. Untuk mengetahui bentuk perilaku seksual siswa kelas XI SMK

Negeri 1 Klaten

d. Untuk medeskripsikan perilaku seksual siswa kelas XI SMK Negeri

1 Klaten berdasarkan karakteristiknya.

e. Untuk mendeskripsikan perilaku seksual siswa kelas XI SMK

Negeri 1 Klaten berdasarkan bentuknya.


D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi penelitian lain yang akan

mengembangkan ilmu khusus yang berkaitan dengan perilaku seksual

pada remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi remaja

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan

remaja mengenai perilaku seksual, sehingga dapat mencegah agar

tidak melakukan perilaku seksual yang beresiko.

b. Bagi masyarakat khususnya orang tua remaja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat khususnya orang tua remaja mengenai perilaku seksual.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk pihak sekolahan sebagai

sumber informasi mengenai perilaku seksual remaja.

d. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam upaya

peningkatan kesehatan reproduksi pada remaja.


E. KEASLIAN PENELITIAN

1. Eridani Khairunnisa, Zahroh Shaluhiyah, Syamsulhuda B.Musthofa

(2019) dengan judul “ Gambaran Perilaku Seks Multipartner Mahasiswa

Dalam Pencegahan Kehamilan Dan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di

Kota Semarang”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Unutk

mendapatkan subjek penelitian, peneliti menggunakan key informant.

Key informant peneliti adalah teman peneliti yang juga termasuk dalam

subjek penelitian. Peneliti juga memiliki criteria inklusi dan eksklusi

unutk pemilihan subjek penelitian. Untuk kriteria inklusi terdiri dari : 1)

Mahasiswa yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi di Kota Semarang,

2) Mahasiswa berjenis kelamin laki-lai dan perempuan, 3) Telah

melakukan hubungan seks lebih dari sekali dan lebih dari satu pasang

(multipartner), tetapi tidak berjualan (ayam kampus), 4) Bersedia

menjadi subjek penelitian, 5) Subjek penelitian berada di Kota

Semarang. Untuk criteria eksklusinya adalah mahasiswa yang melaukan

seks multipartner tetapi tidak termasuk dalam golongan WPS (Wanita

Pekerja Seks) atau dapat disebut non komersial. Berdasarkan penelitian.

Berdasarkan penelitian cara pencegahan IMS yang diketahui responden

cukup baik, karena responden berpendapat bahwa IMS dapat dicegah

dengan menggunakan a;at kontrasepsi (misalnya kondom), menghindari

seks multipartner (perilaku seks bebas), dan tidak berhubungan seksual

apabila partner tidak meyakinkan. Upaya pencegahan yang dilaukan

responden untuk mencegah terjadinya KTD (Kehamilan TIdak


Diinginkan) dan IMS (Infeksi Menular SEksual) adalah menggunakan

kondom ketika melaukan hubungan seksual. Karena menurut mereka

kondom sangat mudah dicari, harga terjangkau, dan aman.

2. Muhammad Darusman, Andrean Nasution, Supriyanto (2019) dengan

judul “ Gambaran Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Di SMK X

Kabupaten Bogor Tahun 2019”. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan jenis penelitian Fenomenologi dan peneliti

menggunakan teknik wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian

adalah seluruh remaja SMK X di Kabupaten Bogor yang berjumlah 83

siswa, sedangkan jumlah sampel yang digunakan yaitu meliputi 10

informant inti dan 5 informant kunci. Berdasarkan penelitian ini

pengetahuan siswa-siswi SMK X Kabupaten Bogor tentang perilau

seksual pranikh pada remaja sebenarnya sudah cukup baik, hanya saja

informan dalam hal ini menjelaskan secra umum saja, tidak terlalu

menjelaskan secara mendalam tentang apa saja yang termasuk kedalam

perbuatan perilau seksual. Peran orangtua dalam hal memberikan contoh

serta tauldan yang baik bagi anaknya dalam hal pencegahan tentang

perilaku seksual pranikah pada remaja di kategorikan cukup baik, hanya

dalam hal ini informan dan orangtua masih jarang membicarakan

tentang perilau seksual karena masih dianggap tabu. Ketaatan beragama

yang ada pada informan dalam hal ini banyak informan yang hanya

mengikuti kegiatan agenda keagamaan yang hanya ada di sekolah.


Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan keasliannya adalah

metode, populasi, dan sampel. Penelitian ini menggunsksn metode survey,

populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 1

Klaten, dan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampel. Tempat

penelitian adalah SMK 1 Klaten.

Anda mungkin juga menyukai