PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
baik di universitas, institute, atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di
perguruan tinggi disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa
tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai pelajar di sebuah perguruan tinggi hanyalah
pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratife (Bagus, 2008)
Seorang mahasiswa dilihat dari usia dan secara psikologis sudah tergolong
sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Sehingga tidak ada alasan untuk
menyalahkan orang lain selain dirinya sendiri. Walaupun demikian, masih banyak
mahasiswa yang tidak mampu lepas dari gejolak hasrat dan birahinya, hal ini dapat
dilihat dari hasil Survey Kesehatan Remaja Indonesia (SKRRI) bahwa dari laki-laki
berusia 15-24 tahun belum menikah sekitar 29,6 % menyatakan bahwa perilaku seks
boleh dilakukan jika pasangan tersebut akan menikah dan 26,5 % menyatakan bahwa
perilaku seks boleh dilakukan jika pasangan tersebut saling mencintai. Di satu sisi
perkembangan seksual itu muncul sebagai bagian dari proses pertumbuhan yang
harus mereka jalani. Namun, di sisi lain, penyaluran hasrat seksual yang belum
berperan terhadap perkembangan remaja. Adanya sikap yang salah dari lingkungan
keluarga dan sosial budaya yang menganggap seksualitas adalah sesuatu yang
dianggap tabu untuk dibicarakan secara terbuka hal ini menjadi salah satu penyebab
terjadinya perilaku seks bebas. Seks bebas merupakan fenomena sosial yang
menonjol akhir-akhir ini. Tingginya aktifitas pergaulan bebas memacu remaja untuk
benar, serta lingkungan yang tidak baik maka remaja akan terjerumus pada prilaku
dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak
aman dan I dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborasi tidak aman. Di wilayah Asia
diantaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Perkiraan jumlah aborsi di
Indonesia setiap tahunnya cukup beragam. Hull, Sarwono dan Wdyantoro (1993)
aborsi per 100 kehamilan. Sedangkan sebuah studi yang diselenggarakan oleh pusat
diantara Survey Kesehatan Remaja Indonesia (SKRRI) 2002 – 2003 yang dilakukan
BPS menyebutkan laki-laki 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah
melakukan hubungan sexual sebanyak 57,5% dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak
43,8%. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah memiliki teman
tahun belum menikah yang memilki teman pernah melakukan hubungan seksual
sebanyak 42,3 persen, adapun bentuk aktivitas seks yang mereka lakukan (dihitung
dari yang sudah pernah pacaran) 2,28% sudah melakukan hubungan intim, 0,57%
sudah melakukan salah satu dari petting, anal sex, oral seks. Ciuman bibir sudah
dilakukan oleh 13,12% responden yang sudah pernah pacaran, ciuman kening/pipi
(26,24%), masturbasi dilakukan oleh 51,63% laki-laki dan pada perempuan 3,32%
(SKRRI, 2002).
Sementara itu menurut survey yang dilakukan oleh Centra Cita Remaja
Rafflesia (CCRR) kota Bengkulu tahun 2008 menunjukkan bahwa perilaku remaja
sebagai berikut; 53% telah melakukan cium pipi dalam pacaran, 23% melakukan
cium leher, 21% mengaku telah melakukan raba-rabaan dalam pacaran, dan 9%
mahasiswa pada empat perguruan tinggi yang berorientasikan kesehatan yakni Stikes
Trimandiri Sakti, Akkes Sapta Bakti, Stikes Bakti Husada dan Stikes Dehasen, dari
keempat sekolah tinggi tersebut hanya informan dari Stikes Dehasen mengaku
pernah melakukan hubungan seks dan selebihnya mengaku belum pernah melakukan
hubungan seks.
merupakan salah satu dari beberapa perguruan tinggi yang ada di kota Bengkulu,
berada di lokasi yang strategis dan kooperatif. Di Stikes Dehasen tersedia fasilitas
yang mendukung penelitian yaitu tersedianya fasilitas internet dan kemudahan dalam
mendapatkan data dan informasi – informasi yang aktual. Stikes Dehasen memiliki
keragaman mahasiswa, hal ini dapat tercermin dari asal daerah dan latar belakang
pendidikan mereka yang berbeda. Mahasiswa Stikes Dehasen berasal dari berbagai
daerah yang ada di provinsi Bengkulu seperti Muko-Muko, Bengkulu Selatan, Kaur,
Bengkulu Tengah, Lebong, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kepahyang dan Kota
Bengkulu sendiri, sementara itu latar belakang pendidikan mereka berasal dari
SLTA sederajat.
Stikes Dehasen memilki program studi (prodi) sebanyak 3 prodi yaitu prodi D
jumlah mahasiswa 352 orang yang terbagi atas 246 orang untuk D3 keperawatan, 25
mahasiswa rata-rata 17-24 tahun yang dalam fase perkembangan manusia adalah fase
remaja akhir. Dari data bagian kemahasiswaan Stikes Dehasen yang penulis dapatkan
pada tahun 2006 terdapat 2 orang mahasiswa cuti untuk menikah dengan berbagai
alasan diantaranya hamil di luar nikah, tahun 2007 sebanyak 6 orang, tahun 2008
sebanyak 6 orang dan 2009 sebanyak 6 orang. Dari hasil survey awal yang dilakukan
orang (20%) cium pipi dan kening, 2 orang (20%) pegangan tangan. Berdasarkan
data di atas penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Tingkat Pengetahuan Seks
Dari uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara Pengetahuan Seks Dengan Perilaku
C. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
hasen
Bengkulu.
pada mahasiswa.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi akademik
perilaku mahasiswa yang ada dalam kalangan kampus Stikes Dehasen dan
jadi bahan rujukan dalam membimbing mahasiswa untuk menjadi berper-
E. KEASLIAN PENELITIAN
perilaku seksual remaja SMUN2 kelas 11 kota Bengkulu tahun 2007 den-
sual remaja.
Perbedaan dengan penelitian ini dalah tempat penelitian dan sasaran dari
TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep pengetahuan
1. Defenisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
dan diperoleh oleh manusia melalui pengamatan inderawi atau akal budi.
Untuk mengetahui benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat
1. Pendidikan.
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
seseorang.
4. Lingkungan.
5. Pengalaman.
6. Usia.
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
usia ini.
1. Perilaku
(Notoatmodjo,2003)
bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar, perilaku juga merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan, dan yang
dapat mempengaruhi perilaku antara lain ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat
kepribadian
Sementara itu menurut Coni asriza (2009) factor yang dapat mempengaruhi
perilaku adalah:
a. Jenis ras
gelap
tertutup.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian
c. Sifat fisik
Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya,
d. Sifat kepribadian
Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis
e. Bakat bawaan
Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta
B.M, 1960)
f. intelegensi
2. Seksual
seksual, masturbasi, onani. Ada juga yang dilakukan pada orang lain
(Rahman, 1999)
tindakan apa yang dirasakan erotik oleh individu. Ungkapan ini bervariasi
oleh :
c. Tabu / larangan
berkembang lebih lanjut pada tingkat yang lain seperti berciuman dan
lengkap, jika hal ini kurang mendapat pengarahan dari orang tua maka
diketahui.
benar.
c. Status gizi
menjadi lebih dini. Kesenjangan antara umur haid pertama dan umur
yang sangat sulit untuk diseleksi. Hal ini menjadi suatu ancaman bagi
remaja karena remaja sering kali menganggap segala hal yang berasal
dari negara maju perlu dicontoh karena dianggap lebih baik termasuk
berikut:
a. Masturbasi
b. Petting
intercourse.
c. Oral-genital seks
d. Sexual intercourse
nikmat, menyenangkan, indah, intim dan puas. Pada sisi lain muncul
bersalah.
1. Pengertian Mahasiswa
sering juga disebut sebagai golongan intelektual muda yang penuh bakat
dan potensi. Posisi yang demikian ini sudah tentu bersifat sementara
dengan 21 tahun. Masa remaja ini dibagi menjadi dua, yaitu masa remaja
awal usia 13-18 tahun dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Hurlock,
sekitar usia 12 tahun. Pada remaja awal khususnya bagi remaja putri
dengan lawan jenis atau berpotensi aktif secara seksual, terutama remaja
putri akan lebih sensitif dorongan seksualnya dan memiliki rasa ingin
tanggung jawab di kampus pun lebih banyak tidak peduli akan kondisi
yang terjadi, apabila tidak terjadi kasus besar dan tidak menjadi berita
2. Fungsi mahasiswa
pengetahuan
akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi
mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu:
kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini
akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu,
tantangan masa depan. Dalam hal insan akademis sebagai orang yang
3. Peran mahasiswa
bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula
generasi-generasi sebelumnya.
jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar
mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah
bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu haruslah bersumber dari suatu
yang berasal dari orang lain yang merupakan kelompok ferefensi, seperti
pengetahuan remaja tentang seks tidak lengkap, dimana para remaja hanya
dampak yang akan muncul akibat perilaku seks tersebut. Hal ini justru
mendorong gairah seks tidak dapat dikendalikan, yang pada gilirannya akan
menjurus pada senggama. Untuk itu perlu adanya pendidikan seks bagi
sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha
yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang
mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tua. Oleh karena itu remaja
dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik
suatu hal yang tabu untuk di bicarakan secara terbuka. Sudah saatnya
pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang
(Zainun, 2002)
akan bertindak, menimbang dan meneliti apakah hal tersebut boleh atau
F. Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Baik
Perilaku sek relative kurang baik
Independen Dependen
Definisi Operasional
a. Variable independen
Cukup 55-75 %
Kurang < 55 %
Skala : Ordinal
a. Populasi
sebanyak 9 orang.
b. Sampel
Notoatmodjo (2003).
n= N ket:
1+ N (d)2 n = sampel
N = populasi
d2= derajat keprcayaan 95 %
n= 352 = 187 orang
1+352 (0,05) 2
Dari hasil perhitungan rumus diatas didapat besar sampel 187 orang,
sebagai berikut :
n1= N1
N (n)
Ket:
n = besar sampel
N = populasi
n1 = sub sampel
Tinakat II D3 keperawaan 96 51
Tingkat I S1 keperawatan 43 23
Tingkat II S1 Keperawatan 38 20
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
1. Editing
atau belum
2. Coding
3. Tabulating
4. Entri
komputer.
5. Cleaning data
c. Analisa data
1. Analisa univariat
P= f X 100%
n
Keterangan :
2. Analisa bivariat
Λ2 = Σ (fo-fh)2
fh
Keterangan:
Λ2 = Chi-Kuadrat
bentuk table 3 x 2
kurang baik
kurang baik
kurang baik
Uji hipotesis
2. Bila ρ > 0,05 Ho diterima maka Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan
Arikunto(1999)
BAB 1V
A. Hasil penelitian
1. Jalannya penelitian
nomor absen ke dalam wadah dan diambil secara acak, untuk menjamin
ini memiliki kelemahan yaitu pada pemberian nilai pada setiap jawaban
diberikan nilai yang sama pada setiap jawaban yakni satu poin setiap
a. Analisis Univarat
seksual relatif baik dan perilaku seksual yang relatif kurang baik.
pengetahuan seks cukup, hal ini kemungkinan dapat terjadi karena beberapa
Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Notoadmodjo (2003) yang
usia. Hal senada juga diungkapkan oleh Pratiwi (2004) yang mengatakan
banyak remaja mengetahuai tentang seks akan tetapi factor budaya yang
hubungan seks tetapi tidak mengetahui dampak yang akan muncul akibat
seksual yang dikatakan kurang baik dari 116 orang tersebut antara lain
seksual yang dikatakan relative baik dari 71 orang tersebut antara lain
mengatakan bahwa perilaku seksual pada remaja yang tidak wajar antara lain
melakukan aborsi. Perilaku seksual pada remaja dapat dikatakan masih dalam
batas wajar bila mereka hanya melakukan pegangan tangan dan pergi berduan
(Trisnaningsih,2007)
yang cukup dan kurang, sedang Mahasiswa yang berperilaku baik rata-rata
seseorang.
Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukan oleh pratiwi (2004) yang
mengatakan pengetahuan yang setengah justru mendorong gairah seks tidak
dibuatnya tingkah laku seksual yang dapat menjurus pada senggama, hal itu
pendidikan langsung, yaitu orang tua dan guru sekolah kurang siap untuk
pengarahan dari orang tua maka pengendalian perilaku seks akan sulit.
75,716 dengan ρ=0,00 ini artinya ada hubungan yang bermakna antara
orang tua.
Pendidikan seks diberikan bertujuan untuk memberikan pengetahuan
yang benar kepada anak dan menyiapkannnya untuk beradaptasi secara baik
bahwa meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada
dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai
informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka
beluk seksual dari orang tua. Oleh karena itu remaja mencari atau
tanggung jawab di kampus lebih banyak tidak peduli akan kondisi yang
terjadi, apabila tidak terjadi kasus besar dan tidak menjadi berita besar,
(Krisanto, 2008)
BAB V
A. kesimpulan
B. Saran
1. Bagi akademik
serta dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan landasan dasar bagi
ORGANISASI PENELITIAN
Jabatan : Pembimbing I
Alamat :-
Jabatan : Pembimbing II
Alamat :-
2. Peneliti
NIM : 072426093
A. Jalannya penelitian
Bengkulu pada tanggal 2 s.d 5 Agustus 2010. Penelitian ini bertujuan untuk
kesimpulan.
B. Hasil penelitian
1. Analisis univariat
tiga kelompok yaitu kurang, cukup, baik dan pendidikan menjadi dua
mendukung. Adapun hasil dari pengolahan data dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan perawat dalam upaya pencegahan
infeksi nasokomial di ruang rawat inap B2 RSUD Dr, M. Yunus
Bengkulu 2010
No Tingkat pendidikan Frekuensi Persen
1 Rendah 29 72,5
2 Tinggi 11 27,5
Total 40 100%
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 40 responden terdapat 29 responden
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi sikap perawat dalam upaya pencegahan infeksi
nasokomial di ruang rawt inap B2 RSUD Dr, M. Yunus Bengkulu 2010
No Sikap perawat frequensi Persen
1 Tidak mendukung 19 47,5
2 Mendukung 21 52,5
Total 40 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 40 reponden terdapat 19 responden
statistic Chi Square (X2) adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pencegahan infeksi
nasokomial
Pengetahuan Sikap perawat Total X2 P C
Tidak Mendukung F %
mendukun
F % F %
Kurang 10 90,9 1 9,1 11 100 12,063 0,002 0,481
Cukup 6 37,5 10 62,5 16 100
Baik 3 23,1 10 76,9 13 100
Total 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Tabel 4.5
Hubungan pendidikan perawat dalam upaya pencegahan infeksi
nasokomial
pengetahuan Sikap perawat Total X2 P C
Tidak Mendukung F %
mendukun
F % F %
Renadah 18 62,1 11 37,9 29 100 6,977 0,008 0,428
Tinggi 1 9,1 10 90,9 11 100
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
nasokomual
seseorang tentang satu objek mengandung dua aspek positif dan negatif,
kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap makin
tepat untuk klien agar tercapai pelayanan yang bermutu, (Sarjito, 2009)
2. Tingkat pendidikan perawat dengan sikap perawat dalam upaya
kepada klien, sikap yang baik dari perawat akan memberikan pelayanan
yang lebih baik untuk klien. Begitu pula dengan sikap perawat dalam
(Hermawan, 2008)
BAB V
A. Kesimpulan
didapat kesimpulan
rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.Yunus Bengkulu sebagian
inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu sebagian besar
mendukung (52,5%).
B. Saran
1. Tempat penelitian
Halaman
HALAMAN JUDUL………………...…………………..…………… i
PERNYATAAN PERSETUJUAN……….……………………..…... ii
ABSTRAK………………………..….…..………………………….... iii
KATA PENGANTAR…………………..………………………...….. iv
DAFTAR ISI………….……………......……………………………... v
DAFTAR TABEL………,……………......……………………….….. vi
DAFTAR BAGAN….………………………...……………………... .vii
DAFTAR LAMPIRAN….……………...………………………….… iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………….. 1
B. Rumusan masalah………………………………………………. 2
C. Tujuan penelitian……………………………………………..… 5
D. Manfaat penelitian……………………………………………… 5
E. Keaslian penelitian…………………………………………..…. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep pengetahuan……………..………………………..…… 7
B. Konsep perilaku seksual………………………………………... 13
C. Konsep mahasiswa……………...……………………………… 21
D. Hubungan tingkat pengetahuan………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 41
LAMPIRAN