Anda di halaman 1dari 36

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN

PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS DUA DI


SMA NEGERI 8 BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan guna memenuhi sebagai syarat memperoleh
gelar sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FIRDA SAFITRI
17070078

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD
ARSYAD AL BANJARI BANJARMASIN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan baik secara fisik, psikologi maupun intelektual. Sifat khas

remaja yang memiliki rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan

dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko tanpa pertimbangan

yang matang. Satu diantara permasalahan yang terjadi pada masa remaja

adalah perilaku seks pranikah. Perilaku seksual pranikah merupakan salah

satu akibat dari pergaulan bebas. Permasalahan ini cenderung dilakukan oleh

kelompok remaja tengah dan remaja akhir. Remaka tengah (15-18 tahun)

merupakan masa-masa ingin mencari identitas diri, tertarik dengan lawan

jenis, timbul perasaan cinta dan mulai berkhayal mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan seksual. Remaja akhir (19-21 tahun) merupakan remaja

yang mengungkapkan kebebasan diri dan mewujudkan perasaan cinta yang

dirasakannya (Untari, 2017).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa

dewasa, meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa, yang meliputi berbagai perubahan, baik dalam hal

fisik, kognitif, psikologis, spiritual, maupun sosial dan ekonomi (Berck,

2012). Remaja merupakan sumber daya manusia (SDM) yang paling

potensial sebagai tunas dan penerus bagi bangsa. Menurut WHO satu dari

lima manusia yang hidup di dunia ini adalah remaja (Usia 10-19 tahun) dan

1
85% berada di negara berkembang (Ali, 2009). Masa remaja perlu

diperhatikan secara serius agar dapat menjadi manusia yang mempunyai daya

guna yang berarti bagi suatu bangsa serta dapat meningkatkan kualitas dan

kemampuannya yang maksimal (Aritonang, 2015).

Remaja adalah kelompok usia rentan terhadap perilaku berisiko,

termasuk perilaku seks pranikah, karena pada masa remaja terjadi berbagai

perubahan baik secara fisik yaitu pematangan organ reproduksi, perubahan

emosi yang menyebabkan perubahan sikap dan tingkah laku serta pola pikir

remaja serta perubahan sosial. Masa remaja menjadi rentan terlibat dalam

perilaku berisiko termasuk perilaku seks pranikah.

Menurut penelitian-penelitian lain di Indonesia juga memperkuat

gambaran adanya peningkatan kasus perilaku seksual remaja, seperti

penelitian yang dilakukan Sedanayana (2015) dalam Alwi et al (2021)

kepada para siswa SMA di salah satu kecamatan di Kabupaten

Buileleng dengan mengambil sampel 26 orang dari 57 orang siswa

didapatkan bahwa 20% remaja telah melakukan hubungan seks sejak

umur 15 tahun dan 80% pada umur 16 tahun.

Berdasarkan hasil survei SDKI 2012 KRR menyatakan bahwa sekitar

9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja menyatakan pernah melakukan hubungan

seksual pranikah, sedangkan hasil SKRRI 2007 menunjukkan bahwa sekitar

7% atau sekitar 3 juta remaja. Sehingga selama periode tahun 2007 sampai

2012 terjadi peningkatan kasus remaja yang melakukan hubungan seksual

pranikah sebanyak 2,3%. (KEMENKES, 2012).

2
Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku

yang bermacam macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan

tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di

atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas

baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama

(Sarwono,2010).

Remaja yang kurang mengetahui tentang perilaku seks pra nikah,

maka akan sangat mungkin jika membuat mereka salah dalam bersikap dan

kemudian mempunyai perilaku terhadap seksualitas. Penting adanya

penanaman peningkatan pengetahuan terkait seks pra-nikah kepada remaja

guna menghindari perilaku yang dapat menyebabkan diri seseorang beresiko

ke hal yang negatif.

Lingkungan sangat berpengarauh terhadap kehidupan anak,

lingkungan yang baik akan berpengaruh baik terhadap perkembangan anak,

lingkungan yang tidak baik akan berpengaruh negative dan berbahaya

terhadap perkembangan anak. Salah satu bahaya dari lingkungan adalah

perilaku seks pranikah pada remaja. Banyak orang tua membebaskan anak

untuk bermain bebas di luar rumah seperti rumah tetangga, rumah keluarga

dan rumah teman sebaya (Tutut Cusniyah 2015). selain ada dampak positif

dari teman sebaya, beberapa ahli menekankan pengaruh negatif dari teman

sebaya pada perkembangan remaja. Remaja yang mengalami penolakan dan

pengabaian oleh teman sebaya memunculkan perasaan kesepian atau

permusuhan yang dihubungkan dengan kesehatan mental dan problem

3
kejahatan. Teman sebaya dapat mengenalkan remaja pada alkohol, narkoba,

kenakalan, dan berbagai bentuk perilaku maladaptive (Santrock, 2003).

Kurangnya pengetahuan tentang seks pada remaja, menyebabkan

terjadinya peningkatan perilaku seksual remaja. Seharusnya pengetahuan

tentang seks sudah diberikan kepada mereka sejak dini, baik melalui

pendidikan formal maupun informal dengan memberikan sex education. Hal

ini penting agar mereka dapat memahami masalah-masalah seks sejak dini

dan dampak-dampak yang ditimbulkannya. Namun, fenomena yang ada

dalam masyarakat indonesia masih menganggap bahwa membicarakan seks

merupakan hal yang tabu dan vulgar, serta akan mendorong remaja untuk

untuk melakukan hubungan seks. Pengetahuan remaja tentang seks

dilingkungan sangat penting sebagai salah satu alternatif yang dapat ditempuh

untuk memperbaiki pemahaman dan perilaku seksual remaja, apalagi secara

biologis, remaja siap dan ingin mengetahui, namun mereka kurang

mengetahui tentang seks (Usfinit 2017).

Hasil studi pendahuluan dengan tanya jawab singkat dengan guru BK

disekolah SMA Negeri 8 Banjarmasin menyatakan bahwa setiap tahun

terdapat 1-2 orang yang berhenti dan keluar dari sekolah dengan alasan lebih

memilih untuk menikah muda. Seperti pada data ditahun 2019 – 2020

terdapat 3 siswa yang memilih untuk berhenti sekolah karna lebih memilih

untuk menikah muda dengan alasan tidak mempunyai biaya lagi untuk

sekolah, karna permintaan orang tua yang melihat anaknya berpacaran terlalu

intim dan ada juga karna keinginan sendiri akibat sudah lama berpacaran.

4
Guru BK mengatakan adanya sekitar 10-15% kasus pacaran yang ketauan

bermesraan dilingkungan sekolah. Hal ini mengacu pada perilaku seksual

pranikah di SMA Negri 8 Banjarmasin.

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas sehingga peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Penegtahuan dan

lingkungan dengan prilaku seksual pranikah pada siswa kelas 2 di SMA

Negeri 8 Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (2012),

komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KRR),

menunjukkan bahwa secara nasional terjadi peningkatan angka remaja

yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan dengan

data hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007.

Berdasarkan hasil survei SDKI 2012 KRR menyatakan bahwa sekitar

9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja menyatakan pernah melakukan hubungan

seksual pranikah, sedangkan hasil SKRRI 2007 menunjukkan bahwa

sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja. Sehingga selama periode tahun 2007

sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja yang melakukan hubungan

seksual pranikah sebanyak 2,3%.

5
2. Pertanyaan Masalah

a. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seks

pranikah pada siswa kelas dua SMA Negri 8 Banjarmasin?

b. Apakah ada hubungan lingkungan dengan perilaku seks pranikah pada

siswa kelas dua di SMA Negri 8 Banjarmasin?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi perilaku seks pranikah pada siswa kelas dua di

SMA Negri 8 Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku seksual

pranikah pada remaja SMA Negri 8 Banjarmasin?

b. Untuk mengetahui hubungan lingkungan terhadap perilaku seksual

pranikah pada remaja SMA Negri 8 Banjarmasin?

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

remaja tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual

pranikah.

b. Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan menjadi pengalaman

berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian

6
yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah

pada remaja sma.

c. Bagi Sekolah

Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

masukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan

dengan Perilaku seksual pranikah

d. Bagi Kampus

Bagi universitas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

penambahan ilmu pengetahuan, khususnya bagi fakultas kesehatan

masyarakat serta menjadi bahan bacaan di perpustakaan Universitas dan

dapat memberikan referensi bagi mahasiswa lain.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Perbandingan keaslian penelitian dengan peneliti lain

NO Judul Metode Penelitian Hasil Variabel


1 Analisis Jenis penelitian ini Hasil penelitian Variabel yang
Tingkat adalah penelitian menunjukkan ada digunakan yaitu

Pengetahuan kuantitatif dengan hubungan antara tingkat


tingkat pengetahuan,
dan Lingkungan pendekatan cros-
pengetahuan dan lingkungan
Pergaulan sectional dengan
lingkungan pergaulan dan
dengan Perilaku melakukan uji
pergaulan dengan perilaku seks
Remaja Tentang hubungan antara
perilaku remaja pranikah pada
Seks Pranikah variabel di SMA
tentang seks remaja
(Asnuddin Muhammadiyah pranikah.
2020) Pangkajene. Jumlah

7
sampel pada penelitian
ini adalah 34
responden
2 Hubungan Jenis penelitian ini Tidak terdapat Variabel
Faktor personal adalah kuantitatif hubungan yang terikat
dan faktor dengan pendekatan bermakna antara penelitian
pengetahuan
lingkungan cross sectional. Perilaku
kesehatan
pergaulan Sampel berjumlah 46 seksual
reproduksi serta
terhadap responden, teknik sedangkan
terdapat
perilaku seksual pengambilan sampel variabel
hubungan
dikalangan secara accidental bebasnya
bermakna sikap
peserta didik di sampling, dan efikasi diri faktor personal
smkn 2 kota pengumpulan data dan lingkungan dan faktor
padang tahun menggunakan pergaulan dengan lingkungan
2019 ( Annisa kuesioner. Pengolahan perilaku seksual pergaulan
Melianriza data dilakukan secara pranikah remaja.

2019) univariat dan


bivariate. Analisis
data dengan uji Chi-
square
3 Hubungan Jenis Penelitian ini Pada penelitian Variabel
Perilaku seksual adalah kuantitatif ini dapat terikat pada
Remaja dengan dengan desain metode disimpulkan penelitian ini
lingkungan di komparatif bahwa adalah perilaku
SMK X dan pendekatan cross- terdapat seksual remaja
pekanbaru sectional. hubungan yang di SMK X
(Nike puspita Penelitian signifikan pekanbaru
Alwi dkk, 2021) ini dilakukan di SMK antara sedangkan
X Pekanbaru, dengan lingkungan variabel bebas
jumlah responden dengan pada penelitian

8
sebanyak 152 orang. perilaku ini adalah
seksual pada hubungan dan
siswa di SMK lingkungan
X Pekanbaru
4 Hubungan Jenis Penelitian ini Tidak ada Variabel
pengetahuan adalah kuantitatif hubungan terikat pada
dengan perilaku dengan desain cross antara penelitian ini
seksual sectional. Jumlah pengetahuan adalah Seksual
pranikah sampel penelitian dengan perilaku pranikah
berisiko sebanyak 90 seksual sedangkan
kehamilan tidak responden yang dipilih pranikah variabel bebas
diinginkan menggunakan berisiko pada penelitian
(KTD) pada probability sampling Kehamilan ini adalah
mahasiswa dengan jenis stratified Tidak pengetahuan
prodi kesehatan random sampling. Diinginkan dan kehamilan
masyarakat (KTD) pada tidak di
Universitas mahasiswa inginkan
muhammadiyah Prodi S1 (KTD)
Kalimantan Kesehatan
Timur (Parizkia Masyarakat
Anggri Universitas
Wahyuni dkk, Muhammadiyah
2020) Kalimantan
Timur dengan
nilai pvalue
(0.879) > α
(0.05).

9
5 Faktor-faktor Penelitian ini Hasil penelitian Variabel
yang menggunakan survey menunjukan , terikat
berhubungan analitik dengan ada hubungan penelitian ini
dengan perilaku pendekatan rancangan antara adalah perilaku
seksual studi cross sectional pengetahuan seks pranikah
pranikah pada sampel diambil secara dengan perilaku sedangkan
remaja smkn 3 propotional random seksual variabel
kabupaten sampling sebanyak 64 pranikah pada bebasnya
lebong (Ruri Responden. remaja. faktor-faktor
Maiseptya Sari yang
dkk, 2020) berhubungan
dengan
perilaku
seksual
pranikah

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum Tentang Seksual Pranikah

a. Pengertian Seksual Pranikah

Menurut Sarwono (2013), seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan

remaja tanpa adanya ikatan pernikahan. Remaja melakukan berbagai macam perilaku

seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari

berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba

bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse), perilaku seksual

pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang

merugikan remaja itu sendiri.

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara

lakilaki dengan perempuan. Definisi lain mengatakan bahwa perilaku seks adalah segala

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama

jenis mulai dari tingkah laku yang dilakukannya dengan sentuhan, ciuman (kissing)

berciuman belum menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan

memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama

(necking) dan bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling

menggesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama (petting) dan

yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan di luar hubungan pernikahan

(Mutadin, 2002).

11
b. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual

pranikah yaitu: adanya dorongan biologis, pemberian fasilitas (termasuk uang) pada

remaja secara berlebihan, pergeseran nilai-nilai moral dan etika di masyarakat, serta

kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk

melakukan hubungan seks pranikah (Aryani, 2010). Dalam kenyataan kebanyakan

penyimpangan perilaku seksual pranikah pada umumnya dapat terpengaruh dari faktor

eksternal dan internal (Diana 2016)

Menurut Sarwono (2013) Hal-Hal yang yang berpengaruh terhadap perilaku

perilaku seks bebas pada remaja adalah sebagai

berikut :

a. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri yang

mengalami perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual.

Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku

seksual tertentu.

b. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri remaja. Faktor eksternal ini

biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari

lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, pacar, teknologi, dan norma agama.

c. Bentuk-bentuk perilaku seksual

Menurut Sarwono (2002), beberapa bentuk dari perilaku seks yaitu:

a) Kissing: saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong

oleh hasrat seksual,

b) Necking: bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin, biasanya

dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral seks pada

12
alat kelamin tetapi belum bersenggama,

c) Petting: bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesek

gesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama,

d) intercourse: mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh diluar pernikahan.

Perilaku seksual berdasarkan nilai risiko terhadap dampak negatifnya terbagi

menjadi dua yaitu:

a) Tidak berisiko Perilaku seksual Tidak berisiko meliputi berbicara mengenai seks,

berbagi fantasi, ciuman bibir pada pipi, sentuhan, dan oral sex dengan penghalang

lateks.

b) Berisiko Perilaku seksual berisiko terdiri dari tiga bagian, yaitu agak berisiko,

berisiko tinggi, dan berbahaya. Perilaku seksual agak berisiko mencakup ciuman

bibir, petting, anal sex maupun berhubungan seks dengan menggunakan lateks

(kondom). Perilaku seksual berisiko tinggi meliputi petting dan oral sex tanpa

penghalang lateks serta masturbasi pada kulit lecet atau luka (adiktif). Perilaku

seksual berbahaya yaitu melakukan anal sex maupun hubungan seksual tanpa

menggunakan penghalang lateks (Irma, 2017).

d. Dampak seks bebas secara psikologis

Bagi manusia, seks lebih dari sekedar kebutuhan lahiriah. Hubungan seks dapat

menciptakan dimensi emosional yang melibatkan kepribadian, pikiran, dan perasaan.

Itulah sebabnya keintiman seksual berpotensi memiliki konsekuensi emosional yang

kuat.

13
Adapun bahaya seks bebas pada psikologis manusia menurut (Wisnubrata,

2020) meliputi:

1) Munculnya kekhawatiran akan kehamilan dan penyakit seksual

Bagi pelaku seks bebas, ketakutan hamil di luar nikah atau tertular penyakit

seksual adalah sumber stres utama yang tidak dapat dihindarkan. Merasa menyesal

dan bersalah Beberapa pelaku seks bebas sering merasa menyesal dan bersalah

karena dalam hati nuraninya, perilaku tersebut dianggap salah dan terlarang untuk

dilakukan.

2) Memengaruhi perkembangan karakter

Ketika seseorang, apalagi anak muda, memperlakukan orang lain sebagai

objek seksual untuk kepuasaan semata, orang tersebut akan kehilangan rasa

hormat pada dirinya sendiri. Mereka kemudian akan terbiasa untuk tidak

membedakan mana yang benar dan salah, demi mendapatkan kesenangan

pribadinya. Sulit memiliki hubungan yang serius Hubungan singkat yang tercipta

dari seks bebas kerap menimbulkan kesulitan untuk mempercayai hubungan di

masa depan pada pelakunya.

3) Depresi

Suatu penelitian karya Psikolog Martha Waller mengungkapkan bahwa

remaja yang melakukan perilaku berisiko, seperti seks bebas, memakai narkoba,

dan minum alkohol, adalah kelompok yang paling mungkin mengalami depresi

dibandingkan dengan yang tidak melakukannya.

4) Kehamilan di usia muda

Jika tidak dilakukan dengan menggunakan pengaman, seks bebas bisa

menyebabkan kehamilan di usia muda. Kehamilan di usia muda memiliki risiko

14
yang lebih tinggi untuk mengalami tekanan darah tinggi, anemia, kelahiran

prematur, berat badan lahir rendah, dan mengalami depresi pascapersalinan.

Semua dampak buruk di atas dapat dicegah dengan sebisa mungkin menghindari

seks bebas atau hanya dengan satu pasangan saja. Selain itu, selalu utamakan

keamanan dalam hubungan seks, seperti setia pada satu pasangan, menggunakan

kondom untuk mencegah risiko penularan infeksi menular seksual dan kehamilan

yang tidak diinginkan, serta hindari konsumsi alkohol dan narkoba dalam

hubungan seksual.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia yakni, indra pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan

dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia didapat melalui mata dan

telinga.Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu pendidikan,

informasi/media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia

(Rukman, 2019).

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2012)

mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah

dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan yang paling

rendah. Mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain

15
mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan suatu materi secara benar.

Misalnya, seorang siswa mampu menyebutkan bentuk bullying secara benar yakni

bullying verbal, fisik dan psikologis. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang

tahu sesuatu dapat menggunakan sebuah pertanyaan misalnya : apa dampak yang

ditimbulkan jika seseorang melakukan bullying, apa saja bentuk perilaku bullying,

bagaimana upaya pencegahan bullying di sekolah.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

hanya dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan

secara benar tentang objek yang telah diketahui tersebut. Misalnya orang memahami

cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan sekedar menyebutkan 3M (

mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus bisa menjelaskan mengapa harus

menutup, menguras, dan sebagainya.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

Misalnya orang yang telah paham tentang proses perencanaan pogram ditempat ia

bekerja atau dimana saja.

d) Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi

atau objek tertentu ke dalam komponen yang terdapat dalam suatu masalah dan

berkaitan satu sama lain. Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis,

apabila orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu. Misalnya, dapat

16
membedakan antara bullying dan school bullying, dapat membuat diagram (flow

chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu ke dalam bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat meringkas

suatu cerita dengan menggunakan bahasa sendiri, dapat membuat kesimpulan tentang

artikel yang telah dibaca atau didengar.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya,

seorang guru dapat menilai atau menentukan siswanya yang rajin atau tidak, seorang

ibu yang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, seorang bidan yang

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dan

sebagainya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Mubarak (2011) ada

tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :

a) Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin mudah menerima informasi.

17
b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk

memenuhi kebutuhan setiap hari. Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai tenaga medis akan lebih

mengerti mengenai penyakit dan pengelolaanya daripada non tenaga medis.

c) Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Dengan

bertambahnya umur individu, daya tangkap dan pola pikir seseorang akan lebih

berkembang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

d) Minat

Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Minat

menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni, sehingga seseorang

memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam

e) Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang pada masa

lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman seseorang, semakin bertambah

pengetahuan yang didapatkan.

f) Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada didalam lingkungan tersebut.

18
g) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan lebih luas umumnya semakin mudah informasi semakin cepat

memperoleh pengetahuan yang baru.

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

a. Baik apabila subjek mampu, menjawab dengan benar 80%-100% dari seluruh

pertanyaan.

b. Cukup apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50%-79% dari seluruh

pertanyaan.

c. Kurang apabila subjek mampu menjawab dengan benar 0%-49% dari seluruh

pertanyaan

Satu diantara faktor penyebab terjadinya penyimpangan perilaku seksual pada

remaja yaitu pengetahuan. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja

amat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya, adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual pranikah yaitu antara lain hubungan orang tua, tekanan

negatif teman sebaya, eksposur media pornografi, serta media informasi seperti paparan

media massa baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (tv,vcd,

internet) mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsungpada remaja untuk

melakukan hubungan seksual pranikah (Desy, 2015).

C. Tinjauan Umum Tentang Lingkungan Dengan Prilaku Seksual Pranikah

1. Pengertian Lingkungan

Lingkungan atau lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi,

termasuk di dalamnya manusia dan tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang

dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan

19
manusia dan jasad-jasad hidup lainnya (Haryanto, 2018).

Lingkungan pergaulan adalah tempat berkembangnya perilaku terhadap kebiasaan

yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan berpengaruh pada

perkembangan jiwa seseorang. Hal-hal yang tidak baik yang diterimanya dalam interaksi

menjadi hal yang biasa baginya (Istiqomah, 2016)

Menurut Triwibowo, 2015 Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau

tindakan seseorang dalam melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan

kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah

tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh

interaksi manusia dengan lingungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap,

dan tindakan.

Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau

seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam

yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang

terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan

bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung. Perilaku manusia

khususnya dibagi menjadi dua, yaitu: Perilaku tertutup, perilaku yang hanya dapat

dimengerti dengan menggunakan alat bantu atau metode tertentu, misalnya berpikir, sedih,

berkhayal, dan sebagainya. Perilaku terbuka, perilaku yang secara langsung dapat diketahui

maknanya.

20
2. Ciri – Ciri Perilaku Manusia

Dalam buku Pengantar Psikologi untuk Kebidanan (2021) karya Puspita Puji dan

teman-teman, ciri-ciri perilaku manusia, sebagai berikut:

a) Kepekaan sosial

Kemampuan manusia untuk menmyesuaikan dengan pasangan, harapan orang

lain, dan lingkungan sekitarnya. Contohnya, perilaku seseorang ketika menjenguk

orang sakit berbeda ketika menghadiri sebuah pesta.

b) Kelangsungan perilaku

Suatu perilaku sekarang merupakan sebuah kelanjutan dari perilaku

sebelumnya. Terjadinya perilaku karena ada kesinambungan. Perilaku manusia tidak

akan pernah berhenti dalam suatu waktu sampai manusia meninggal.

c) Orientasi pada tugas

Setiap perilaku yang dilakukan oleh manusia selalu memiliki tujuan atau

berorientasi pada sebuah pekerjaan.

d) Usaha dan perjuangan

Setiap manusia yang hidup pastinya memiliki cita-cita yang akan

diperjuangkan. Sehingga manusia akan memperjuangkan mimpi dan cita-citanya agar

terwujud.

e) Manusia adalah individu yang unik

Setiap manusia memiliki ciri-ciri, sifat, watak, dan kepribadian yang berbeda-

beda, serta menjadikan manusia menjadi pribadi yang unik. Terlebih memiliki

pengalaman dan masa lalunya sendiri-sendiri.

21
3. Proses Pembentukan Perilaku

Menurut Abraham Maslow, perilaku manusia dipengaruhi oleh tingkat

kebutuhannya atau hierarki kebutuhan dasar. Terdapat lima level kebutuhan dasar manusia,

yaitu:

a) Kebutuhan fisiologis, kebutuhan makan, minum, tidur, pakaian, dan lainnya.

b) Kebutuhan akan rasa aman, keamanan, stabilitas, keteraturan, dan lain-lain.

c) Kebutuhan sosial, kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang, afeksi, keluarga, relasi,

dan sebagainya.

d) Kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan pencapaian status, tanggung jawab, reputasi,

dan lainnya.

e) Kebutuhan akan aktualisasi diri, kebutuhan untuk pengembangan diri, pemenuhan

ideologi, dan lain-lain (Subaidi & Muzairoh, 2019).

4. Lingkungan Seksual Pranikah

Lingkungan adalah Semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan

aktifitasnya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi

kelangsungan hidup serta kesejahteraan hidup dan jasad renik lainnya (Darsono, 1995).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi seksual pranikah antara lain :

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya pendidikan agama

yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian

yang diperoleh sang anak dari keluarganya, cukup tidaknya keteladanan yang diterima

sang anak dari orang tuanya. Jika tidak maka anak akan mencari tempat pelarian dijalan-

jalan serta tempat yang tidak mendidik mereka (Prisma, 2013).

22
2) Lingkungan Teman Sebaya

Lingkungan pertemanan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga

berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi

remaja tersebut tekanan dari teman-temannya dirasakan lebih kuat dari pada pacarnya

sendiri (Prihartini, 2002).

D. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian teori diatas, maka dapat dibuat kerangka Teori pada gambar

berikut:

Faktor Predisposisi

1. Pengetahuan
2. Gaya Berpacaran

Faktor Pemungkin

1. Smartphone Seksual
2. Penggunaan uang Pranikah
berlebihan
3. Penggunaan media
sosial

Faktor Penguat

1. Norma keluarga
2. Norma agama

Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo 2003

23
E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu kepada teori yang diungkapkan oleh Aryani (2010) ada

beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku seksual pranikah. Namun pada

penelitian ini variabel yang diteliti hanya faktor pengetahuan dan lingkungan. Pada kerangka

konsep ini terdiri dari variabel Dependent dan variable independen. Variabel independent

terdiri dari dari pengetahuan dan lingkungan. Hubungan antara variable tersebut digambarkan

dalam bagan berikut:

VARIABEL INDEPENDENT VARIABEL DEPENDENT

Pengetahuan

Seksual Pranikah

Lingkungan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian ini antara lain

1. Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja SMA 8

Banjarmasin

2. Ada hubungan lingkungan terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja SMA 8

Banjarmasin

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey analitik.

Penelitian ini menggunakan cross sectional karena pada rancangan penelitian ini variable

independent dan dependen akan diamati dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo,2010 dalam

putra, 2011)

Penelitian ini menjelaskan tentang Hubungan pengetahuan dan lingkungan dengan

perilaku seksual pranikah pada siswa kelas dua SMA 8 Banjarmasin tahun 2021.

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2016:135). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua siswa SMA 8 Banjarmasin Kelas XI yaitu sebanyak 313 siswa

Laki-laki dan Perempuan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili keseluruhan populasi. Besar sampel penelitian ini adalah ditentukan

dengan menggunakan.

25
Rumus Nursalam (2003) sebagai berikut :

Rumus Slovin ( Notoatmodjo, 2005 )

N
n=
1+ N (d2 )

313
=
1 + 313 (0,1)

313
=
1 + 3,13

= 313

4,13

= 75,7 = 76 Responden

Keterangan :

N = Besar Populasi

N = Besar Sampel

D = Tingkat Kepercayaan 10% = 0,1

Tabel 1.1

Data siswa kelas dua SMA Negeri 8 Banjarmasin tahun 2021

Jenis Kelamin Sampel

Kelas Jumlah Laki - Laki Perempuan L P

XI IPA 1 36 16 20 4 4

XI IPA 2 36 14 22 4 4

XI IPA 3 35 15 21 4 4

XI IPA 4 35 15 20 4 4

26
XI IPS 1 34 19 15 4 4

XI IPS 2 33 19 14 4 4

XI IPS 3 35 20 14 4 4

XI IPS 4 34 21 14 4 4

XI IPS 5 34 18 16 4 4

Jumlah 313 157 156 72

Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut, maka banyaknya populasi yang digunakan dalam

penelitian sebanyak 313 siswa yang diambil dari jumlah semua siswa kelas XI IPA ada 4

kelas dan XI IPS ada 5 kelas.

3. Teknik Sampling

Dalam mengambil sampel sebuah penelitian, dibutuhkan adanya suatu teknik yang

harus digunakan oleh setiap peneliti. Terkait dengan hal ini, Sugiyono (2016:82)

berpendapat bahwa teknik sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi dua, yaitu

Probability Sampling dan Non- Probability Sampling.

a) Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel.

b) Non Probability Sampling

Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan peneliti adalah teknik

proportional random samples yaitu pengambilan sampel secara random atau acak hal

27
ini berarti setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Dapat dinyatakan bahwa besarnya sampel

sebanyak 76 siswa.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

dikirim secara online atau menggunakan google form yang berkaitan dengan pengetahuan,

Lingkungan, dan perilaku tentang seks pranikah yang diisi oleh responden langsung (Junita,

2018).

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang lain dimiliki oleh kelompok lain yaitu.

1. Variabel bebas (independent)

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian adalah semua faktor yang berpengaruh

terhadap pengetahuan dan lingkungan remaja.

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku seksual pranikah siswa kelas 2 SMA

8 Banjarmasin tahun 2021.

28
E. Definisi Operasional

Penelitian ini memerlukan suatu definisi operasional agar penelitian dilapangan

berjalan dengan lancar. Adapun definisi operasional yang diteliti adalah sebagai berikut:

Definisi Operasional
No Variabel Instrumen Hasil Ukur Skala

Variabel Dependent
1 Perilaku Seks Hubungan seksual Kuesioner 1. Positif : Nominal
Pranikah yang dilakukan ≥ 50%
remaja tanpa adanya 2. Negatif :
ikatan pernikahan. < 50%
(Azwar 2011)

Variabel Independent

1 Pengetahuan Hasil pemahaman Kuesioner 1. Baik : Ordinal


Siswa siswa yang 80% -100%
diperoleh dari 2. Cukup :
melihat, membaca 50% -79%
serta pengalaman 3. Kurang :
tentang 0% - 49%
perubahan organ (Arikunto,
seksual dan 2006)
perilaku seksual.
2 Lingkungan Lingkungan Kuesioner 1. Positif : Nominal
adalah sebagai ≥ 50%
pendidikan utama
2. Negatif :
dan pertama bagi
anak serta < 50%
memegang (Azwar 2011)
peranan penting
dan berpengaruh
bagi pendidikan
anak. Lingkungan

29
yang dimaksud
adalah
lingkungan
keluarga, dan
teman sebaya.
F. Teknik Pengumpulan Dan Pengolahan Data

1. Teknik Pengumpulan

Untuk mengumpulkan data mengenai objek penelitian digunakan metode

pengumpulan data survei. Untuk memperoleh data yang akurat melalui survei kepada siswa

SMA Negri 8 Banjarmasin yang menjadi objek penelitian menggunakan kuesioner yang

dibuat dalam bentuk google form yang disebarkan kepada responden yang menjadi sampel

penelitian.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, untuk melihat

data kuantitatif yang mengukur pengetahuan, lingkungan keluarga serta lingkungan teman

sebaya siswa Kelas Dua SMA Negeri 8 Banjarmasin terhadap perilaku seks pranikah. Cara

pengolahan data yang diperoleh dengan melalui :

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner

yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah

terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi

kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban

responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Peneliti Memberikan

kode pada :

30
1) Perilaku seksual pranikah : Positif ≥ 50%

Negatif < 50%

2) Pengetahuan : Baik 80% -100%

Cukup 50% -79%

Kurang 0% - 49%

3) Lingkungan : Positif ≥ 50%

Negatif < 50%

c. Scoring

Memberikan score atau bobot pada setiap jawaban dari pertanyaan kuesioner.

d. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner

responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

e. Entry data

Memasukkan data untuk diolah memakai program komputer untuk dianalisis.

1. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentasi dari

setiap variabel independent dan dependent yang dikehendaki dari tabel distribusi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2010 p.183). Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square, uji Chi-

square digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau

lebih kelas dimana datanya berbentuk kategorik (Sugiyono 2010:38). Alasan

mengambil uji Chi-square Untuk mencari hubungan variabel pengetahuan dan

31
lingkungan dengan perilaku seks pranikah.

Syarat di mana uji Chi-square dapat digunakan (Igo Cahya Negara&Agung

Prabowo 2018) Yaitu :

1. Tidak ada sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count

(F0) sebesar 0 (Nol); 2.

2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 sel saja yang

memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”) kurang dari 5;

3.

3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah sel dengan

frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

G. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan mulai Juni 2021 sampai dengan Juli 2021 di SMA

Negri 8 Banjarmasin tahun 2021.

2. Tempat Peneliti

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Banjarmasin yang beralamat di Jl.

SMAN 8, Alalak Tengah, Kec. Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan

70125.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2009. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi).

Aritonang, I. 2015.Gizi Ibu dan Anak. Yogyakarta: LeutikaPrio

Aryani, 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika

Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena.

Berck, E.L. 2012. Dari Prenatal Sampai Remaja. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Berk, E.L. 2012. Development Through The Lifespan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Darsono, Valentinus. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Penerbitan Universitas

Atma Jaya.

Deardorff, J. et al. 2007. Puberty and Gender Interact to Predict Social Anxiety Symptoms in

Early Adolescence. Journal of Adolescence Health, 41, PP 102-104. Elsevier

Departemen Kesehatan RI.2012. Modul Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Depkes.

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Diana Margareta 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas remaja.

Jember : universitas jember

Elmubarok, Z. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Fanchaurt, M. 2010. Agama dan Seksualitas. Jakarta: Jalasutra.

Feist. 2016. Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika

Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modeling Edisi 3 Metode Alternatif dengan Partial Least

Square (PLS). Semarang: Badan Penerbit Universitas Indonesia.

Glanz et al. 2010 Social Cognitive Theory. University of Twente.

Hawari. 2011. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta : balai penerbit FKUI

Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medik
33
Hurlock. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hurlock. 2012. Perkembangan Anak, jilid 2. Jakarta: Erlangga

Igo Cahya Negara&Agung Prabowo, 2018. Penggunaan uji square untuk

mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan umur terhadap pengetahuan

penasun mengenai HIV-AID.Jakarta: Universitas Jenderal Soedirman

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ratna, W. 2010. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan Dalam Perspektif Ilmu

Keperawatan. Jogjakarta: Pustaka Rihama.

Ririn Darmasiha , Noor Alis Setiyadib dkk 2011. Kajian Perilaku Sex Pranikah

Remaja SMA Di Surakarta. Magelang : Fakultas Ilmu kesehatan (UMS)

rukman, rukman, Avianti, N dkk, (2019). Pengaruh Faktor Internal Dan

Eksternal Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung,

Sarwono, S. W. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Gravindo Persada

Subaidi & Muazaroh. 2019. Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham

Maslow.

Yogyakarta: Pondok Pesantren AL-ASHFA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. BKKBN.

(2013). Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

dan Mahasiswa (Pik Remaja/Mahasiswa). Jakarta : Erlangga.

Santrock (2003) John W. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam.

34
Jakarta: Erlangga

Tim SDKI. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi 2017

Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: BKKBN Indonesia

Tutut Cusniyah. 2015. Pengaruh lingkungan terhadap tumbuh kembang anak

yang berhadapan dengan hukum (ABH). Yogyakarta:Universitas Negeri

Malang

Untari. 2017. Analisis faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah.

Surabaya: Universitas Airlangga.

Unfinit, Farida, dkk, (2017). Hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang

seks dengan perilaku seksual pada remaja di SMA kristen setia budi

malang. Malang:Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

35

Anda mungkin juga menyukai