Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi informasi telah

menyentuh hampir semua bidang kehidupan manusia. Media komunikasi visual

dan audio telah sedemikian majunya, sehingga arus informasi menjadikan dunia

seakan begitu dekat dan sempit. Arus informasi dari suatu tempat ketempat lain

sudah tidak dapat dicegah. Bersamaan dengan itu media komunikasi yang

merupakan penyampaian pesan semakin dominan menentukan corak dan warna

manusia baik individu maupun sebagai makhluk sosial. Kemajuan teknologi telah

mengubah pikiran remaja. Perubahan pola pikir remaja juga disertai dengan

perubahan perilaku remaja Remaja sekarang begitu mudah mengiyakan ajakan

lawan jenis untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah dengan alasan

karena sudah saling suka dan saling mencintai satu sama lain. Rahima (2020)

menyatakan bahwa pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih

sangat rendah hal ini dibuktikan dengan 50% remaja mengalami penyakit

HIV/AIDS dan 60% remaja mengakui telah melakukan hubungan seks.

Informasi yang salah tentang seks dapat mengakibatkan pengetahuan dan

persepsi seseorang mengenai seluk beluk seks itu sendiri menjadi salah. Hal ini

menjadi salah satu indikator meningkatnya perilaku seks bebas di kalangan

remaja. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya dibanding

tidak tahu sama sekali, dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti tidak

berbahaya. Survei yang dilakukan oleh WHO di beberapa negara yang


memperlihatkan adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan

permasalahan seks bebas remaja (Wijayanti, 2007).

Negara Indonesia ada sekitar 4,5% remaja laki- laki dan 0,7% remaja

perempuan usia 15 – 19 tahun yang mengaku pernah melakukan seks pranikah.

Menurut Pakar seks juga spesialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian

Nugraha di Jakarta mengungkapkan sekitar 20% - 30% Remaja mengaku pernah

melakukan hubungan seks. Sejalan dengan penelitian safitri dkk. (2022) yang

mengatakan bahwa Pandangan seks bebas dikalangan remaja yang dimaksud

informan beragam. Kebanyakan informan mengungkapkan bahwa seks bebas

atau seks sebelum menikah itu salah namun ada yang tetap melakukannya karena

penasaran, ada juga yang karena sudah kettagihan dan bahkan ada yang

mengatakan klo hal itu wajar-wajar saja klo suka sama suka. Perilaku seks bebas

tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan.Ancaman pola hidup

seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan berkembang

semakin menjadi sebuah kebiasaan yang umum di lakukan (Yuliana, 2019).

Pada penelitian Hidayah (2013) Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar

sikap seks pranikah sebelum diberikan pendidikan seks paling banyak dalam

kategori sikap seks pranikah belum diberikan seks paling banyak dalam kategori

sangat tidak setuju sebanyak 31 responden (86,1%). Sikap seksual pranikah

sebelum diberikan pendidikan seks paling banyak dalam kategori sangat tidak

setuju sebnayak 33 responden (91,7%) sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan seks terhadap sikap seks

pranikah. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumaryati (2012)
bahwa tingkat pengetahuan dan sikap remaja terdapat perbedaan sebelum

diberikan penyuluhan dan sesudah diberikan penyuluhan, dengan hasil

pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan yaitu 16 (22,5%) meningkat setelah

diberikan penyuluhan yaitu 33 (46,5%). Sedangkan sikapnegatif didapatkan

peningkatan sebelum dilakukan penyuluhan yaitu 38 (53,5%) menjadi 30

(42,3%).

Bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk memfasilitasi

perkembangan konseli agar mampu mengaktualisasikan potensi dirinya atau

mencapai perkembangan secara optimal. Fasilitasi dimaksudkan sebagai upaya

memperlancar proses perkembangan konseli, karena secara kodrati setiap

manusia berpotensi tumbuh dan berkembang untuk mencapai kemandirian secara

optimal. Ismanto (2022) melakukan penelitian untuk mengentaskan perilaku seks

bebas remaja melalui bimbingan dan konseling dengan memfasilitasi siswa agar

dapat berkembang optimal. Bentuk fasilitasi mengembangkan siswa melalaui

empat komponen layanan yaitu layanan dasar, responsif, peminatan perencanaan

individual dan dukungan sistem. Strategi layanan bimbingan dan konseling yang

Heri Saptadi Ismanto dapat digunakan dalam mereduksi sikap negatif siswa

adalah layanan dasar seperti bimbingann klasikal, bimbingan kelompok dan

pengembangan media inovatif.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Sinlin dkk (2020)

didapatkan bahwa adanya perubahan sikap dan pemahaman siswa sebelum dan

setelah diberikan layanan informasi. dari 31 orang siswa yang ada di kelas VIII 4

yang memiliki pemahaman akibat bahaya perilaku seks bebas yang sedang. Hal
ini ditandai dengan skor Pretest yang termasuk kategori sedang. Pemahaman

tentang akibat bahaya perilaku seks bebas sudah seharusnya diberikan kepada

remaja yang masuk pada masa dewasa. Seperti yang telah disebutkan pada suatu

penelitian bahwa remaja membutuhkan informasi tentang pemahaman akibat

bahaya perilaku seks bebas. Pada penelitian ini, siswa yang memiliki pemahaman

dengan kategori sedang diberikan layanan informasi tentang pemahaman akibat

bahaya perilaku seks bebas selama beberapa kali tatap muka. Pemberian layanan

informasi bertujuan untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan

pengetahuan tentang bahaya akibata perilak seks bebas serta sikap tegas untuk

menolak adanya perilaku seks bebas pada peserta didik.

Berdasarkan apa yang telah di uraiakan diatas dan fakta yang telah dilihat

dilapangan maka penulisterdorong untuk mengadakan penelitian “pengaruh

konseling sex terhadap tingkat pengetahuan remaja putri di desa soro”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalahnya adalah

“Apakah Pengaruh Konseling Sex terhadap tingkat pengetahuan remaja putri di

desa Soro?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan penelitian

adalah “untuk mengetahui pengaruh Konseling Sex terhadap tingkat pengetahuan

remaja putri di desa soro”


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Skripsi ini dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah wawasan

dan pengetahuan berkaitan dengan konseling sex

2. Bagi diri sendiri

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu

pengetahuan dalam bidang konseling sex

3. Bagi instansi pelayanan rumah sakit

Memberikan data bagi institusi pelayanan kesehatan dan dapat

digunakan dalam memberikan edukasi bagi remaja dalam hal sex

bebas

4. Bagi instansi pendidikan

Sebagai referensi bahan bacaa untuk menambah wawasan bagi

mahasiswa kebidanan, khusus yang berkaitan dengan konseling sex

bebas
DAFTAR PUSTAKA

Rahima, Raja, H. 2020. Pemahaman Remaja tentang Bahaya Seks Bebas dan
Pernikahan Dini di Desa Kualu Nenas Kampar Riau. Educational Guidance
and Counseling Development Jounal, Vol. 3, No. 2
Wijayanti, T. 2007. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Seks
Bebas Pada Remaja di SMAN 2 Ngulik Sleman. http://digilib.unimus.ac.id.
Diakses 20 Oktober 2014
Hidayat, A. (2013). Riset keperawatan dan tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba medic
Yuliana, D. N. (2019). GAMBARAN SIKAP REMAJA TERHADAP SEKS
BEBAS PADA SISWA SMPN 3 KALIPURO. Majalah Kesehatan
Masyarakat Aceh (MaKMA), 2(1), 51–58.
Safitri, E., Een K., Yusriani. 2022. Persepsi seks bebas dikalangan remaja kota
bima Nusa Tenggara Barat Indonesia. Journal Of muslim Community
Healt(JMCH), 3(2), 35- 49.
Ismanto, H. S. 2022. Konseling Islami Untuk perilaku sex Beresiko. Indonesian
Journal Of guidance and conseling:theory and Aplication, 11(2), 83- 93.
Sinlik, I Wayan. D. Afifatus. S. 2020. Pengaruh Layanan Informasi Dengan
Media Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) Terhadap Pemahaman
Siswa Tentang Dampak Perilaku Seks Bebaspada Siswa Kelas Viii 4 Di
Smp N 3 Kota Bengkulu. Jurnal Ilmia BK, 3(2), 173- 181.

Anda mungkin juga menyukai