Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

MENGGUNAKAN MEDIA PODCAST UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN


DAN SIKAP SISWA TENTANG PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Ida Anggraeni 2311020334
2. Rofiatun Nisha 2311020376
3. Elis Suryani 2311020377
4. Supriyatno 2311020382
5. Yulia Indrawati Halimah 2311020393

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Asuhan Keperawatan Komunitas Sistem Reproduksi’’.
Makalah ini telah disusun semaksimal mungkin dan terimakasih kepada pihak
yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini dan terima kasih banyak kepada Ibu Ns Diyah
Yulistika Handayani, S.Kep,.M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah keperawatan komunitas
II. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam susunan
kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran dari pembaca
mengenai makalah ini agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Purwokerto, 31 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dimana terjadi
pertumbuhan pesat dalam fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-
perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial (Kumalasari, 2012). Pada
periode remaja terjadi pematangan organ dan fungsi termasuk hormon sekunder yang
berdampak terjadinya perubahan fisik dan psikososial yang menimbulkan rasa ingin tahu
yang tinggi pada remaja, sehingga remaja cenderung mencoba hal-hal baru dalam pencarian
jati dirinya tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkan nantinya (Kemenkes RI, 2019).
World Health Organization (WHO) menetapkan batasan usia remaja dalam rentang
usia 10-19 tahun. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) menjelaskan rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah (Kemenkes RI, 2019). Di usia ini remaja sangat rentan terhadap pengaruh
lingkungan sekitarnya.
Jumlah remaja diperkirakan sekitar 18% dari jumlah penduduk dunia atau sekitar 1,2
milyar jiwa (WHO, 2015). Di Indonesia hasil Survei Penduduk Antar Sensus (2015),
menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berusia 15-24 tahun mencapa 16,5% dari total
jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 42.061,2 juta jiwa. Sedangkan di Sumatera Barat
remaja pada tahun 2016 yang berusia 15-19 tahun berjumlah 982.484 orang dari 4.846.909
orang.
Masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja menjadi salah satu faktor
penghambat upaya peningkatan kualitas hidup remaja. Hasil beberapa laporan menyebutkan
banyak remaja sudah terjebak perilaku seksual pranikah dan perilaku reproduksi tidak sehat.
Beberapa penelitian menyebutkan mayoritas remaja melakukan hubungan seks pertama kali
pada umur 15-18 tahun saat di bangku SMA. Perilaku seksual pranikah dipengaruhi
berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar diri remaja (Soetjiningsih, 2008).
Perilaku seksual di kalangan remaja akan memberikan dampak pada kesehatan remaja
diantaranya yaitu pemerkosaan, kehamilan yang tidak diinginkan, Penyakit menular Seksual
(PMS), HIV/AIDS, maraknya kasus aborsi, kematian karna pendarahan, trauma kejiwaan,
selain itu juga dapat menjadi aib bagi keluarga serta bagi masyarakat (Kumalasari, 2012).
Untuk menghindarkan dan meminimalisasikan terjadinya hal tersebut diperlukan
pengetahuan serta sikap remaja terhadap dampak perilaku seksual tersebut (Indriasari dkk,
2020).
Pendidikan kesehatan seksual menjadi sebuah solusi dalam permasalah generasi
millennial. Pendidikan kesehatan seksual yang benar dan tepat akan menjadi payung
terhadap maraknya seks bebas dan seks pranikah yang mengancam masa depan remaja.
Pendidikan kesehatan seksual harus diberikan sejak dini yang merupakan tugas bersama,
karena orang tua dan petugas kesehatan saja tidak cukup (Sebayang & Saragih, 2020).
Terdapat banyak metode yang bisa digunakan dalam pendidikan kesehatan pada remaja,
diantaranya metode ceramah, brainstroming, peer grup, workshop, audiovisual, podcast, dan
sebagainya.
Berdasarkan data-data diatas, maka penulis perlu melakukan implementasi dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa di SMA. Dari latar belakang tersebut penulis
tertarik untuk membuat makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Komunitas Pemberian
Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Podcast untuk Meningkatkan Pengetahuan dan
Sikap Siswa tentang Perilaku Seksual Remaja di SMA.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 31 Oktober 2023 pada pukul 12.00 WIB di SMA
Metode pengkajian oleh penulis adalah wawancara, observasi, dan winshield survey.
Narasumber pengkajian yaitu siswa dan siswi SMA. Komponen pengkajian mengacu pada
teori community as a partner (Anderson & Mc Farlane, 2000 dalam mubarak dkk, 2006)
yang meliputi data inti/core dan 8 subsistem yaitu lingkungan fisik, pendidikan, ekonomi,
transportasi & keamanan, politik & kebijakan, pelayanan kesehatan & pelayanan pelayanan
sosial, komunikasi,dan rekreasi. Gambaran kasus secara jelas dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Data Inti
Klien adalah kelompok remaja putri yang berusia 15-18 tahun di SMA, jumlah
kelompok sebanyak 20 orang . Klien secara keseluruhan beragama Islam dan klien
memiliki adat yang relatif sama. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 31
Oktober 2023 di dapatkan data subjektif : remaja mengatakan belum pernah
mendapatkan informasi tentang peningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,
3 remaja mengatakan mengalami keputihan dan belum mengetahui bagaimana cara
untuk menangani keputihan tersebut. Serta di dapatkan data objektif : remaja sering
bertanya seputar keputihan. Dari 20 remaja yang dikaji ternyata berminat untuk
dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.
2. Delapan Subsistem
Pada saat dilakukan pengkajian remaja mengungkapkan bahwa sudah mulai
memiliki ketertarikan dengan lawan jenis, mudah bergaul dengan teman-teman
sebayanya, namun remaja belum mengetahui batasan-batasan yang harus diperhatikan
dalam bergaul dengan teman sebayanya. Jumlah remaja sebanyak 20 orang. Remaja
mengatakan sudah mendapatkan materi tentang kesehatan reproduksi disekolah tetapi
belum begitu memahami dan mengerti lebih jauh.
Ny D sebagai wali kelas mengatakan keamanan di SMA sudah cukup aman,
keadaan lingkungannya juga cukup ramai karena berbatasan dengan jalan raya akses
jalan menuju kesekolah dan ke pelayanan kesehatan juga sudah memadai. Transportasi
yang digunakan oleh para remaja adalah sepeda motor, namun mayoritas dari remaja
memilih untuk berjalan kaki karena tempat tinggal dominasi di daerah sekitar SMA.
Keadaan jalan menuju pelayanan kesehatan dekat dari jalan raya dan banyak kendaraan
yang berlalulalang.
Belum adanya kebijakan serta upaya pemerintah yang terkait dengan kesehatan
reproduksi remaja untuk remaja di SMA tersebut. Namun, dengan adanya puskesmas
diharapkan remaja dapat sehat jasmani dan rohani, lingkungan yang dapat memberikan
tubuh kembang remaja yang harmonis dan efisien. Belum ada pemberian program
tentang kesehatan reproduksi untuk para remaja khususnya remaja di SMA. Menurut Ny
D sebagai wali kelas, mengharapkan adanya pemberian program tentang kesehatan
reproduksi dari pelayanan kesehatan.
Komuniksi antar remaja mengenai kesehatan reproduksi belum pernah
disampaikan karena remaja di SMA menganggap bahwa kesehatan reproduksi adalah hal
yang dianggap sebagai masalah pribadi dan tidak ingin diketahui orang lain, serta belum
pernah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi di SMA. Ny D sebagai kader
mengatakan untuk mengadakan rekreasi khsusus ke tempat rekreasi belum pernah
dilaksanakan karena mayoritas orang tua remaja sebagai buruh, sebenarnya ingin
mengadakan rekreasi khsusus agar para remaja mempunyai pikiran yang segar karena
kegiatan tidak hanya dilakukan disekitar lingkungan SMA saja.
3. Status Kesehatan Kelompok
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 31 Oktober 2023 angka kesakitan
remaja di SMA didapatkan 3 remaja yang mengalami keputihan namun dari ketiga remaja
tersebut belum ada yang tahu tentang bagaimana 31 Oktober 2023 remaja menyetujui
diadakannya kegiatan penyuluhan, serta adanya minat dan keinginan remaja untuk
meningkatkan pengetahuan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah dilakukan maka
penulis melakukan analisis data yaitu : Data subjektif dari 10 remaja di RW 5 Kelurahan
Mersi setuju untuk diadakan kegiatan penyuluhan, serta siap untuk meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Data objektif yang diperoleh yaitu pada saat
dilakukan pengkajian 10 remaja belum pernah mendapatkan informasi tentang peningkatan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Dari 10 remaja yang dikaji berminat untuk
dilakukan penyuluhan.
Berdasarkan data tersebut penulis menemukan masalah dengan kesiapan
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Selain itu juga di temukan data
yaitu : Data Subjektif 10 remaja mengatakan belum mengetahui tentang bagaimana menjaga
kesehatan reproduksi dengan baik dan benar. Data objektif yang diperoleh pada saat
pengkajian didapatkan 3 remaja yang mengalami keputihan. Berdasarkan data tersebut
penulis menemukan masalah Resiko Gangguan Perilaku Sehat berhubungan dengan kurang
pengalaman tentang kesehatan reproduksi pada remaja di Rw 5 Kelurahan Mersi.
C. RENCANA INTERVENSI
Perencanaan masalah keperawatan defisiensi pengetahuan menurut Wilkinson & Ahern
(2012) adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas selama 3 kali kunjungan.
Pada diagnosa Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan pada Kelompok Remaja Putri tentang
Kesehatan Reproduksi dengan tujuan umum setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 kali kunjungan mampu minat remaja untuk belajar tentang kesehatan reproduksi
meningkat.
NOC : Pengetahuan Promosi Kesehatan (29 April 2017, 30 April 2017). Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan minat untuk belajar remaja meningkat dengan kriteria
hasil remaja mengungkapkan kesiapannya untuk meningkatkan minat remaja belajar, serta
meningkatkan kesiapan remaja untuk belajar. NIC: pengetahuan promosi kesehatan.
Intervensi : 1) kaji minat remaja untuk meningkatkan belajar tentang kesehatan reproduksi,
2) kaji kesiapan remaja untuk meningkatkan minat belajarnya, 3) berikan edukasi tentang
kesehatan reproduksi, serta 4) fasilitasi pembelajaran dengan media yang menarik.
NOC: Perilaku Sehat (1 Mei 2017), setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas
diharapkan perilaku sehat remaja meningkat dengan kriteria hasil, remaja memperlihatkan
perilaku yang sehat serta menunjukan perilaku kepatuhan remaja untuk menjaga kesehatan
reproduksinya. NIC: perilaku sehat. Intervensi: 1) diskusikan dan menetapkan tujuan
dengan remaja untuk selalu menjaga kesehatan reproduksi, 2) anjurkan remaja agar
melakukan kebersihan untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan yang penulis lakukan didasarkan
pada tujuan dan intervensi atau perencanaan yang telah penulis buat meliputi:
NOC: Pengetahuan Promosi Kesehatan
Implementasi: 1) mengkaji minat remaja untuk belajar tentang kesehatan reproduksi, 2)
mengkaji kesiapan remaja untuk meningkatkan minat belajarnya, 3) memberikan edukasi
tentang kesehatan reproduksi, 4) menfasilitasi pembelajaran dengan media yang menarik.
Evaluasi formatif : berdasarkan data yang di dapatkan pada saat pengkajian 10 remaja
mengatakan setuju dengan kegiatan penyuluhan serta berminat untuk datang pada acara
penyuluhan, dan pada saat penyuluhan 10 remaja memahami dan mengerti tentang materi
penyuluhan yang diberikan.
Rencana tindak lanjut: Memotivasi kelompok untuk terus meningkatkan minat belajarnya
serta berikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja. NOC: Perilaku Sehat
Implementasi: 1) mendiskusikan dan menetapkan tujuan dengan remaja untuk selalu
menjaga kesehatan reproduksinya, 2) menganjurkan remaja agar melakukan kebersihan
untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
Evaluasi formatif: 10 remaja mengatakan sepakat untuk menjaga kebersihan serta menjaga
kesehatan reproduksinya dengan selalu mencari informasi tentang bagaimana menjaga
kesehatan reproduksi.
Rencana tindak lanjut: Motivasi dan dukung remaja untuk selalu menjaga kesehatan
reproduksinya serta bantu remaja untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
reproduksi.
E. EVALUASI
Evaluasi sematif dilakukan pada tanggal 1 Mei 2017 setelah dilakukan tidakan
keperawatan selama 3 kali pertemuan dengan data subjektif yang diperoleh 10 remaja
mengatakan antusias dengan diadakannya kegiatan penyuluhan serta telah memahami dan
mengerti materi penyuluhan yang sudah diberikan untuk menambah pengetahuannya
seputar kesehatan reproduksi. Dan data objektif yang didapatkan 10 remaja dapat
mengulang materi penyuluhan yang telah diberikan, dan dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan mengenai kesehatan reproduksi, dari 10 remaja yang diundang selalu datang
untuk mengikuti kegiatan penyuluhan.
Rencana tindak lanjut : motivasi kelompok untuk terus meningkatkan minatnya untuk
belajar serta anjurkan kelompok untuk terus menjaga kesehatan reproduksinya dan
mencari sumber-sumber informasi tentang kesehatan reproduksi.
F. RANCANGAN EDUKASI : MATERI, MEDIA, METODE
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. & McFarlane, J.(2006).Buku Ajar Keperawatan Komunita: Teori dan praktek
(edisi 3).Jakarta:EGC

Achjar, K. A. H. (2012). Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

Arwani, dkk. (2015). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Semarang. Poltekkes Kemenkes
Semarang

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Badan Pusat Statistik (2010). Statistik Daerah Kecamatan Purwokerto Timur.

Purwokerto: Badan Pusat Statistik Purwokerto Timur


Herdman, T. Heather, 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-

2017. Jakarta : EGC.


Jafar, N (2005). Pertumbuhan Remaja. Makasar : Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Hasanuddin
Kumalasari, I dan andhyantoro, I. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa

Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika


Nursalam (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika


Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka

Cipta
Santrock, J.W (2007). Remaja, jilid 2, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga

Widyastuti, Y., Rahmawati, A., dan Purwaningrum, Y.E. 2009. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Fitramaya

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R.,(2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA
Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai