Anda di halaman 1dari 67

PENGARUH FILM DUA GARIS BIRU TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN

REPRODUKSI SISWA/SISWI KELAS X DI SMAN 2 GERUNG

PROPOSAL

Disusun Oleh:

INTAN SAPIRAH

018013546

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)MATARAM

MATARAM

2022
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL

PENGARUH FILM DUA GARIS BIRU TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN

REPRODUKSI SISWA/SISWI KELAS X DI SMAN 2 GERUNG

Disusun Oleh:

INTAN SAPIRAH

018.01.3546

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Pembimbing utama Pembimbing pendamping

Ns.Endah Sulistyani,M.Kep,Sp.Kep.An Ns.Nurul Ilmi,M.Pd

Penguji

Ns. Febriati Astuti, M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan

yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

“Pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi Siswa/Siswi Kelas X Di Sman 2 Gerung” sebagai salah

satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan pendidikan S-1

Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Mataram. Selama penyusunan proposal ini, penulis banyak

mendapat dukungan, bimbingan dan motivasi dari berbagai

pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih terutama kepada:

1. H. Hadi Suryatno, SE., M.Kes., Ketua Yayasan Al-Amin

Mataram.

2. Dr. Chairun Nasirin, M.Pd., MARS. Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

3. Ns. Endah Sulistiyani, M.Kep., Sp. Kep., An, Wakil ketua

I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram dan

selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan

waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan proposal ini.

4. I Made Eka Santosa, S.Kp.,M.Kes., Wakil Ketua II Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

5. Ns. Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kep. Wakil Ketua III

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

ii
6. Ns. Suhartiningsih, M.Kes. Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Mataram dan

7. Ns. Febriati Astuti, M.Kep Dosen Penguji yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan

dan pengarahan dalam peyusunan proposal ini.

8. Ns. Nurul Ilmi, M.Pd Dosen Pembimbing pendamping yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam peyusunan proposal ini.

9. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan kasih

sayang, semangat dan nasehat dalam mencapai kesuksesan.

10. Sahabat saya yang sudah membantu saya dalam proses

mengerjakan proposal ini.

Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan

satu persatu, Penulis menyadari bahwa penyusunan

proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk kesempurnaan proposal ini, Akhir kata

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan

proposal ini.

Mataram, 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................
Lembar Pengesahan.........................................i
Kata Pengantar...........................................ii
Daftar Isi...............................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................ 1
A. Latar Belakang..................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................... 6
C. Tujuan............................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................. 7
E. Keaslian Penelitian................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................. 10


A. Remaja............................................. 10
B. Kesehatan Reproduksi............................... 21
C. Pengetahuan........................................ 36
D. Penyuluhan Kesehatan............................... 37
E. Konsep Film........................................ 46
F. Kerangka Konsep.................................... 48
G. Hipotesis.......................................... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................... 50


A. Subjek Penelitian.................................. 50
B. Populasi Dan Sampel Penelitian..................... 50
C. Teknik Sampling.................................... 51
D. Rancangan Peneltian................................ 51
E. Teknik Pengumpulan Data............................ 52
F. Teknik Pengolahabn Data............................ 54
G. Identifikasi Variabel.............................. 57
H. Rencana Analisa Data............................... 58
I. Kerangka Kerja..................................... 59

DAFTAR PUSTAKA.......................................... 61

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-

kanak yang tergantung menuju masa dewasa. (Tukiran

2011). Menurut World Health Organization (WHO), remaja

adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun

dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum

menikah.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016

menyebutkan bahwa ada sekitar 12 juta remaja perempuan

yang berumur 15-19 tahun di negara berkembang mengalami

kehamilan setiap tahunnya dan hampir setengah dari

kehamilan tersebut (49%) merupakan kehamilan yang tidak

diinginkan. Kehamilan tidak dinginkan ini adalah salah

satu dampak dari perilaku seksual pranikah (Ranni et

al., 2020).

Remaja dengan permasalahan pengetahuan kesehatan

reproduksi yang terjadi pada saat ini sangat kompleks

hal ini di tunjukan pada hasil SDKI 2012 mengetahui

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum

memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja

1
2

perempuan dan 31,2 % remaja laki laki usia 15-19 tahun

mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali

berhubungan seksual (SDKI 2012).

Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin

seseorang ke arah perilaku seksual yang rasional dan

bertanggung jawab serta dapat membantu membuat keputusan

pribadi yang penting khususnya tentang seksualitas.

Sebaliknya pengetahuan seksual yang salah dapat

mengakibatkan kesalahan persepsi tentang seksualitas

sehingga selanjutnya akan menimbulkan perilkau seksual

yang salah dengan segala akibatnya. Informasi yang salah

menyebabkan pengertian dan presepsi masyarakat

khususnya remaja tentang hubungan seks menjadi salah

(Sasaki et al., 2019).

Pendidikan seks merupakan upaya pengajaran,

penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah

seksual, diantaranya yaitu informasi tentang

pengetahuan fungsi organ reproduksi, mencegah agar anak

tidak menjadi korban pelecehan seksual, mencegah anak

mencoba-coba hal yang seharusnya belum boleh mereka

lakukan dan dapat mencegah terjadinya penyimpangan

seksual pada anak (Ratnasari & Alias, 2016).

Pada tahun 2019 industri film Indonesia merilis film

berjudul “Dua Garis Biru” film yang disutradarai oleh

Ginatri S. Noer memberikan gambaran tentang kehamilan

di luar nikah atau kehamilan tidak diinginkan yang


3

terjadi pada remaja masa kini. Ada fakta menarik yakni

film Dua Garis Biru menjadi salah satu film yang diputar

pada Festival Film London. Patrick Tantra (Direktur

Festival Film Indonesia London) menyampaikan bahwa

festival ini merupakan rangkaian peringatan 70 Tahun

Hubungan Diplomatik Indonesia–Inggris (Antara;

Kustiani, 2019). Penayangan film ini diharapkan mampu

menciptakan ruang diskusi terhadap berbagai persoalan

yang terjadi di Indonesia. Salah satunya terkait

pergaulan bebas yang menyebabkan kehamilan tidak

diinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sebuah pesan

yang disampaikan melalui film mampu mengajak audience

untuk berdiskusi. Diskusi yang dimaksudkan yakni terkait

pesan yang disampaikan, pesan yang diterima dan

keterkaitannya dengan lingkungan sosial saat ini.

Film ini berisi tentang sepasang remaja yang menjalin

hubungan asmara pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sepasang kekasih ini kemudian terjerumus pergaulan bebas

sehingga mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan. Film

menjadi salah satu persoalan remaja yang kini juga

menjadi perhatian setiap kalangan. Pemerintah berharap

dengan adanya film ini mampu memberikan kesadaran bagi

para remaja ketika mereka menjalin hubungan asmara tanpa

adanya batasan. Hal ini dapat menimbulkan kehamilan

tidak diinginkan diusia mudanya sehingga remaja harus

mengorbankan mimpi serta cita-cita yang telah dirancang.


4

Film ini juga menjadi salah satu bentuk kampanye BKKBN

dalam membahas isu kehamilan tidak diinginkan (Arifin,

2019). Isu ini menjadi hal yang ingin diangkat karena

masih terdapat beberapa remaja yang kurang memahami

resiko tentang kehamilan tidak diinginkan, dampak bagi

perempuan yang mengalami kehamilan tidak diinginkan.

Di tahun 2017 tingkat kehamilan yang tidak diinginkan

pada usia 15-19 tahun telah mencapai 16,4 % sedangkan

pada usia 20-24 tahun mencapai 8% (Lidwina, 2019). Data

tersebut mendukung bahwa pada usia remaja sangat rentan

mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Berdasarkan

data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak (KEMENPPPA), pada tahun 2018, sekitar

39,92 % perempuan yang berusia 10-17 tahun telah menikah

pada usia 16 tahun (KEMENPPPA, 2020).

Berdasarkan data dari UNICEF, tahun 2018 sekitar

0,56% perempuan yang berumur 20-24 telah berstatus kawin

atau hidup bersama sebelum umur 15 Tahun (UNICEF

INDONESIA, 2020). Diperkirakan kurang lebih ada

1.220.900 anak perempuan yang telah menikah sebelum

berumur 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

penurunan pada presentase perempuan yang telah menikah

di usia 18 tahun. Akan tetapi, jumlah itu masih

tergolong tinggi karena jumlah remaja yang telah menikah

pada usia dini cukup banyak. Kehamilan tidak diinginkan


5

bisa menjadi salah satu faktor dari menikah pada usia

dini.

Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Lombok Barat pernikahan dini yang terjadi pada

remaja usia 15-19 tahun perempuan sebanyak 295 orang

sedangkan laki-laki sebanyak 75 orang pada tahun 2020.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan

oleh calon peneliti didapatkan hasil bahwa siswa-siswi

di SMAN 2 Gerung belum pernah terpapar penyuluhan

kesehatan reproduksi, banyak yang belum mengetahui

kesehatan reproduksi dan wawancara juga dilakukan kepada

guru BK dengan hasil wawancara di SMAN 2 Gerung belum

pernah diadakan penyuluhan kesehatan reproduksi, serta

angka murid yang menikah dini tergolong tinggi setiap

tahunnya dengan jumlah 7 kasus selama 1 tahun terakhir.

Data lainnya didapatkan jumlah keseluruhan siswa kelas

X di SMAN 2 Gerung yaitu 60 orang di bagi dalam tiga

kelas yaitu X mipa 1,2 dan x ips. Peneliti memilih kelas

X untuk dijadikan responden penelitian dikarnakan

presentasi murid yang menikah pada kelas X lebih tinggi

dari kelas XI dan XII pada satu Tahun terkhir yakni

Tahun 2021.

Berdasarkan fenomena yang dijelaskan di atas, calon

peneliti tertarik untuk mengetahui “Pengaruh Film Dua

Garis Biru Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Siswa/siswi kelas X di SMAN 2 Gerung”.


6

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan

diatas, calon peneliti tertarik untuk Mengetahui

“Pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas X Di SMAN 2 Gerung”.

C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh film Dua Garis Biru

terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi siswa

kelas X di SMAN 2 Gerung.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan kesehatan

reproduksi sebelum diberikan edukasi melalui

film Dua Garis Biru pada siswa kelas X di

SMAN 2 Gerung

b. Mengidentifikasi pengetahuan kesehatan

reproduksi sesudah diberikan edukasi melalui

film Dua Garis Biru pada siswa kelas X di

SMAN 2 Gerung.

c. Menganalisa pengaruh film Dua Garis Biru

terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi

siswa kelas X di SMAN 2 Gerung


7

D. Manfaat penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan peneliti

berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

a. Instansi kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan

sebagai tambahan informasi bagi para akademisi dan

praktis yang terkait dengan ilmu perilaku dan

promosi kesehatan serta dapat di jadikan sebagai

bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi SMAN 2 Gerung

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebgai

pedoman pada siswa kelas x di SMAN 2 Gerung,

memberi informasi yang tepat dan positif tentang

kesehatan reproduksi remaja.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk dapat

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai

Pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi dan dapat menjadi pengalaman

nyata bagi peneliti dalam hal pelayanan kesehatan

reproduksi remaja.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya

dan rekomendasi untuk mengembangkan penelitian

dengan membandingkan efektivitas media lain.


8

E. Keaslian penelitian

Tabel 1.1 keaslian penelitian :

No Nama Judul Desain Hasil


Peneliti Penelitian Penelitian
1. Wahyuratri Pengaruh Desain Ada perbedaan
Sukmanings Film Pendek kuasi tingkat
ih 2018 Melalui Peer eksperimen pengetahuan,
Educator dengan sikap, praktik,
Terhadap rancangan perubahan sikap
Perilaku Nonequival dan perubahan
Remaja SMA ent praktik remaja
Terkait Control SMA terkait
Kesehatan Group kesehatan
Reproduksi Design. reproduksi
Dikota setelah diberikan
Semarang media antara
kelompok
perlakuan dan
kelompok tanpa
perlakuan.
2. Benita Pengaruh Penelitian Hasil penelitian
2012 Penyuluhan menggunaka penyuluhan
Terhadap n berpengaruh
Tingkat rancangan terhadap tingkat
Pengetahuan quasi pengetahuan
Kesehatan experiment kesehatan
Reproduksi al one reproduksi remaja
Pada Remaja group siswa SMP Kristen
Siswa SMP pretest- Gergaji.
Kristen posttest
Gergaji design
Semarang
9

3. Tiza Indah Pengaruh penelitian Berdasarkan hasil


Asnita Pendidikan kuantitati penelitian yag
2021 Kesehatan f teah dilakukan
Melalui menggunaka didapatkan ada
Media Video n metode Pengaruh
Animasi Pre Pendidikan
Terhadap Eksperimen Kesehatan Melalui
Pengetahuan tal One Media Video
Dan Sikap Grup Animasi Terhadap
Remaja Pre Test Pengetahuan Dan
Tentang Seks dan Post Sikap Remaja
Pranikah Test Tentang Seks
Dismp Negeri Design Pranikah Dismp
14 Kota Negeri 14 Kota
Bengkulu Bengkulu.
4 Intan Pengaruh Penelitian
Sapirah Film Dua Pre
2022 Garis Biru experiment
Terhadap al dengan
Pengetahuan design one
Kesehatan grup pre-
Reproduksi test dan
Siswa/Siswi post-test
Kelas X Di
SMAN 2
Gerung
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

a. Pengertian

Remaja adalah suatu masa dimana seseorang

berkembang pada saat pertama kali menunjukkan

pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia

mencapai kemantangan, individu akan mengalami

perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

anak-anak menuju dewasa, dan terjadi peralihan

dari ketergantungan sosial ekonomi keadaan yang

relative mandiri (Sarwono, 2012).

Masa remaja merupakan masa individu mengalami

perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menuju dewasa. Remaja atau adolescence

ini terjadi pada rentang usia 11 sampai 20 tahun,

remaja dibagi menjadi 3 fase yaitu; masa remaja awal

atau dini usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan

usia 14-17 tahun dan masa remaja lanjut usia 18-21

tahun (Dewi et al., 2015).

b. Fase Remaja

Fase Remaja Menurut WHO, remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja

adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan

10
11

menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan

belum menikah. Masa remaja adalah masa peralihan

atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa.

Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan

dan perkembangan baik itu fisik maupun mental.

Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam

tahapan berikut ini :

a. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)

Fase ini merupakan salah satu fase dimana

perilaku remaja cenderung negatif. Fase yang

sukar untuk hubungan komunikasi antara anak

dengan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi

tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan-

perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat

menyebabkan perubahan suasana hati yang tak

terduga. Remaja menunjukkan peningkatan

reflektif tentang diri mereka yang berubah dan

meningkat berkenaan dengan apa yang orang

pikirkan tentang mereka.

b. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)

Pada fase reamaja awal banyak perubahan

yang dialami oleh remaja, Ketidakseimbangan dan

ketidakstabilan dalam mengatur emosi yang

dialami. Mencari jati diri karena statusnya pada

usianya tidak jelas. Pola-pola hubungan sosial


12

mulai berubah. Menyerupai orang dewasa muda,

remaja sering merasa berhak untuk membuat

keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini,

pencapaian kemandirian dan identitas sangat

menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan

idealistis dan semakin banyak waktu diluangkan

diluar keluarga.

c. Remaja Lanjut (18-20 atau 21 tahun)

Remaja pada fase ini ingin menjadi pusat

perhatian, lebih menonjolkan sifatnya yang

berbeda dengan remaja awal, idealis, mempunyai

cita-cita tinggi, mempunyai energi yang besar,

berusaha memantapkan identitas diri, dan ingin

mencapai ketidaktergantungan emosional.

c. Karakteristik Perkembangan Remaja

Pada masa remaja terjadi perkembangan-

perkembangan yang digunakan dalam menuju masa

dewasa. Perkembagan yang dialami oleh remaja yaitu

perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, 9

perkembang moral, perkembangan sosial dan

perkembangan spiritual (Wong, 2013).

d. Perkembangan Fisik pada Remaja

Masa remaja diawali dengan masa pubertas,

yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik

(meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh

dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis


13

(kematangan organ-organ seksual) (Retnowati,

2011).

Di dalam masa pubertas akan terjadi

pertumbuhan karakteristik seks sekunder dan

dicapainya kemampuan reproduksi seks. Perubahan

fisik yang menyertai perkembangan pubertas adalah

sebagai akibat langsung atau tidak langsung dari

maturasi hipotalamus, stimulasi organ seks dan

sekresi steroid seks. Pertumbuhan fisik yang

meningkat disertai pertumbuhan payudara

(thelarche) dan perubahan rambut ketiak dan pubis

(adrenarche atau pubarche) sebagai akibat dari

meningkatnya produksi androgen adrenal dan terjadi

rata-rata pada umur 7-8 tahun. Pubertas adalah

masa perkembangan fisiologik (biologik dan fisik)

setelah terjadinya reproduksi seks pertama kali,

yang merupakan stadium dari adolesen, dimulai pada

umur 9-10 untuk perempuan Amerika Serikat (Anwar,

2011).

Perubahan tubuh ini disertai dengan

perkembangan bertahap dari karakteristik seksual

primer dan karakteristik seksual sekunder.

Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan

organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik

seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk

tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada


14

remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi

pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis,

pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada

remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah

pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut

pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti

di dada, di kaki, kumis dan sebagainya (Retnowati,

2011).

e. Masalah kenakalan Remaja

Adapun secara rincinya bentuk dari masalah

kenakalan remaja lain seperti:

1) Bullying

Fenomena Bullying kerap terjadi di negara

kita. Hal ini sering terjadi di masa SMP dan

SMA. Sampai-sampai terdapat film Indonesia yang

mengangkat tema tentang bullying. Remaja yang

suka membully biasanya mereka yang merasa sok

berkuasa di sekolah tersebut. Mereka membully

anak-anak yang dianggap lemah seperti anak

miskin, anak cupu dan lain-lain. Selain itu

karena adanya unsur iri dari pihak si pembully,

misalnya iri karena dia lebih pintar atau lebih

cantik. Kasus bullying ini jangan pernah

dianggap sepele karena banyak korban yang jadi

trauma, baik trauma fisik maupun batin, Bahkan

ada yang sampai bunuh diri. Maka disinilah


15

peran guru dituntut untuk memantau siswa dan

siswinya yang mungkin mendapatkan perlakuan

buruk dari teman-temannya yang suka membully.

Hendaknya setiap sekolah membuat peraturan

tentang larangan membuat geng atau kelompok yang

berdasarkan status sosial, seperti geng si kaya

dan lain-lain (Resdati, Rizka Hasanah, 2021).

2) Tawuran Antar-Pelajar

Tawuran antar-pelajar sepertinya sudah

menjadi suatu tradisi yang turun temurun

dikalangan para remaja. Berikut ini ada satu

contoh kasus perkelahian antar pelajar

(tawuran) yang terjadi di Kecamatan Wera. Salah

satu sekolah yang sering melakukan aksi tawuran

yakni SMA Negeri 1 Wera bahkan mereka sampai

melibatkan orang kampung. Pihak satu berasal

dari Desa Tawali dan pihak lainnya berasal dari

Desa Nanga Wera. Aksi tawuran tersebut berujung

pada pemblokiran jalan lintas Wera Bima yang

dilakukan oleh keluarga korban yang berasal dari

Desa Nanga Wera. (Ridwan & Kader, 2019)

Berdasarkan kasus di atas, tawuran biasanya

terjadi antar sekolah yang saling berselisih.

Tawuran ini terjadi karena adanya rasa iri dan

dendam pada diri sekelompok remaja. Juga karena

remaja yang masih labil sehingga mudah


16

terpancing emosi apabila geng ataupun

sekolahnya dihina, dengan tujuan ingin

menjunjung solidaritas sekolahnya tapi malah

membawa celaka. Tawuran antar pelajar tentunya

banyak memberikan dampak buruk, baik bagi remaja

itu sendiri, sekolah maupun masyarakat. Seperti

mencoreng nama baik sekolah, rusaknya fasilitas

umum serta akibat yang fatal ialah apabila ada

remaja yang cedera dan tewas akibat tawuran

tersebut. Sebab pelajar yang ikut tawuran

biasanya selalu membawa, kayu, batu serta

benda-benda tajam seperti pisau, celurit dan

lain-lain. Tawuran yang menyebabkan adanya

korban yang meninggal itu termasuk pada tindakan

criminal.

3) Balapan Liar

Balapan liar merupakan salah satu tindakan

kenakalan remaja yang meresahkan masyarakat.

Bagaimana tidak, balapan liar ini dapat

mengganggu kenyamanan kendaraan lain di jalan.

Suaranya yang bising juga membuat masyarakat

jadi terganggu. Balapan liar biasanya dilakukan

oleh anak-anak kalangan remaja. Mereka

melakukan balapan liar ada yang memang

karena hobi dan ada juga karena taruhan.

Balapan liar ini termasuk ke dalam tindak


17

kejahatan dan ada hukum pidananya sebab dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan serta

mengganggu kenyamanan masyarakat. Balapan liar

tidak akan lepas dari yang namanya geng motor.

Geng motor sebagai suatu komunitas yang memiliki

tujuan yang sama namun hubungannya cenderung

bersifat negatif bahkan sampai melakukan

tindakan anarkis yang salah satu pendorongnya

ialah karena adanya anggapan atau keyakinan

bersama (Burlian, 2016). Remaja zaman sekarang

tidak merasa bahwa tindakan balapan liar mereka

itu dapat mengganggu kenyamanan masyarakat,

namun lain halnya mereka merasa itu suatu

kebanggaan bagi diri mereka.

4) Penyalahgunaan Narkoba

Salah satu persoalan yang amat berkaitan

dengan meningkatnya kenakalan remaja adalah

masalah penyalahgunaan narkotika (mariyuana,

heroin, morfin, kokain, barbiturates).

Sosialisasi mengenai narkoba sudah sering

diadakan sesuai dengan program anti narkoba

untuk pelajar/sekolah serta dukungan terhadap

peraturan perundangan No 35 Tahun 2009 tentang

narkotika, tetapi penggunanya setiap tahun

semakin meningkat. Penelitian BNN (Badan

Narkotika Nasional) di tahun 2013 dalam Jurnal


18

P4GN 2013 membuktikkan bahwa penyalahgunaan

narkoba sesuai tingkat pendidikan didominasi

oleh tingkat Sekolah Menengah Atas. Pernyataan

ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Vikiat Ika Maharti mengungkapakan bahwa

mayoritas penyalahgunaan narkoba adalah pada

usia remaja dengan umur berkisar antara 15-19

tahun. Hasil penelitian Vikiat memberikan

gambaran bahwa yang menawarkan narkoba lebi

banyak di kalangan teman, di tempat kerja, di

luar rumah, dan teman di sekitar rumah.

Tingginya perilaku dan sikap pendukung

penyalahgunaan narkoba, memudahkan seseorang

terpuruk dalam penyalahgunaan narkoba.

5) Merokok dan Minum-minuman Keras

Kebiasaan merokok dan minum-minuman keras

sudah biasa dan sudah bukan hal yang lumrah

dilakukan oleh para remaja yang ada di kelurahan

ini, bahkan hampir setiap hari kegiatan ini

mereka lakukan dan yang lebih memprihatinkan

lagi, hal ini dilakukan bukan hanya para remaja

Pria tetapi banyak juga para remaja wanita yang

sudah sering melakukan hal ini.

6) Seks Bebas dan kehamilan Usia Dini

Seks bebas tidak lagi menjadi hal yang

ditakutkan dan tidak lagi menjadi sesuatu yang


19

Tabu dikalangan masyarakat. Permasalahan

pergaulan bebas telah menjadi hal yang menjamur

di Negara kita. Berdasarkan penelitian di Desa

Masaloka Kabupaten Bomabana yang dahulunya

sangat menjunjung tinggi yang namanya rasa malu

dan hal-hal yang dianggap Tabu. Namun sekarang

pergaulan bebas hanya dianggap sebagai suatu hal

yang biasa, tidak lagi menjadi sesuatu yang Tabu

di kalangan masyarakat. Misalnya saja seperti

fenomena pacaran di kalangan pelajar yang tidak

lagi malu untuk dipertontonkan, seperti

berpelukan, berpegangan tangan dan berdua-

duaan. Selain itu kasus pelajar yang hamil di

luar nikah juga sudah terjadi di Desa Masaloka

sehingga menyebabkan mereka jadi putus sekolah.

(Suhaida, Hos, & Upe, 2018).

Seks bebas kerap terjadi pada anak-anak

remaja yang masih sekolah. Berawal dari pacaran

akhirnya merusak masa depan. Gaya pacaran

anak-anak remaja saat ini sungguh sangat

memprihatinkan, melebihi pasangan suami istri.

Karena terbuai oleh kesenangan sesaat mereka

seolah-olah melupakan bagaimana dampaknya di

kemudian hari. Belum lagi orang tua dan keluarga

yang harus menanggung malu atas perbuatan bodoh

mereka. Oleh karena itu, perlu ditanamkan


20

nilai moral dan agama pada anak-anak remaja

agar mereka tidak terjerumus pada perbuatan yang

sangat-sangat dilarang baik oleh agama,

masyarakat serta negara.

B. Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Pengertian

Menurut WHO (2014) kesehatan reproduksi

adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit

kecacata, dalam segala aspek yang berhubungan

dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Dengan demikian kesehatan reproduksi dapat

diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana

manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta

mampu menjalani fungsi dan proses reproduksinya

secara sehat dan aman, termasuk mendapatkan

keturunan yang sehat. Kesehatan reproduksi adalah

keadaan sejahtera baik fisik, mental dan sosial

yang utuh (tidak semata–mata bebas dari penyakit

dan kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan

dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan

prosesnya (Depkes, 2003). Sedangkan kesehatan

reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi

yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini


21

tidak semata-mata bebas dari penyakit dan

kecacatan namun juga sehat secara fisik, mental

dan sosial kultur (BKKBN, 2008).

b. Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja

1) Pertumbuhan remaja

Menurut (Ade Wulandari 2014) pertumbuhan remaja

yaitu :

a) Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai

puncak kecepatan. Pada fase remaja awal (11-

14 tahun) karakteristik seks sekunder mulai

tampak, seperti penonjolan payudara pada

remaja perempuan, pembesaran testis pada

remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak,

atau rambut pubis. Karakteristik seks

sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap

remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada

tahap remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan

pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan

remaja telah matang secara fisik.

b) Kemampuan berpikir

Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai

dan energi baru serta membandingkan

normalitas dengan teman sebaya yang jenis

kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap

akhir, mereka telah mampu memandang masalah


22

secara komprehensif dengan identitas

intelektual sudah terbentuk.

c) Identitas

Pada tahap awal, ketertarikan terhadap

teman sebaya ditunjukkan dengan penerimaan

atau penolakan. Remaja mencoba berbagai

peran, mengubah citra diri, kecintaan pada

diri sendri meningkat, mempunyai banyak

fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas

harga diri dan definisi terhadap citra tubuh

serta peran jender hampir menetap pada remaja

di tahap akhir.

d) Hubungan dengan orang tua

Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung

pada orangtua adalah ciri yang dimiliki oleh

remaja pada tahap awal. Dalam tahap ini, tidak

terjadi konflik utama terhadap kontrol orang

tua. Remaja pada tahap pertengahan mengalami

konflik utama terhadap kemandirian dan

kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar

untuk emansipasi dan pelepasan diri.

Perpisahan emosional dan dan fisik dari

orangtua dapat dilalui dengan sedikit konflik

ketika remaja akhir.


23

e) Hubungan dengan sebaya

Remaja pada tahap awal dan pertengahan

mencari afiliasi dengan teman sebaya untuk

menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan

oleh perubahan yang cepat; pertemanan lebih

dekat dengan jenis kelamin yang sama, namun

mereka mulai mengeksplorasi kemampuan untuk

menarik lawan jenis. Mereka berjuang untuk

mengambil tempat di dalam kelompok; standar

perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya

sehingga penerimaan oleh sebaya adalah hal

yang sangat penting. Sedangkan pada tahap

akhir, kelompok sebaya mulai berkurang dalam

hal kepentingan yang berbentuk pertemanan

individu. Mereka mulai menguji hubungan

antara pria dan wanita terhadap kemungkinan

hubungan yang permanen.

2) Perkembangan Remaja

Menurut (Dianawati,2003). Perkembangan

masa remaja antara lain meliputi 3 aspek, yang

tidak besamaan mencapai tingkat

kematangannya, yakni perkembangan fisik,

perkembangan sosial dan perkembangan

kepribadian yaitu:
24

a) Perkembangan Fisik

Pada akhir masa anak, jelas terlihat

pertumbuhan fisik yang sangat hebat, dengan

bertambah tingginya anak secaratiba-tiba dan

bertambah panjangnya extremitas, sehingga

terlihat perubahan perbandingan lengan,

tungkai dan tubuh. Pertumbahan fisik ini

merupakan tanda bagi permulaan dari

dimulainya proses kematangan seksual. Tidak

lama kemudian, akan timbul ciri ciri

sekunder, penumbuhan kumis, jakun, bulu bulu

diketiak dan sekitar genetalia, dan payudara

remaja putri. Dengan mulai bekerjanya

kelenjar hormon dan tercapainya kematang alat

genetalia bagian dalam, maka berakhirlah masa

pubertas.

Masa remaja merupakan masa transisi

yang unik dan ditandai oleh berbagai perubhan

fisik, emosi, dan phsikis. Masa remaja, yaitu

usia 10-19 tahun, merupakan massa yang khusus

dan penting, karena merupakan periode

pematangan organ reproduksi manusia, dan

sering disebut masa pubertas. Masa remaja

merupakan periode peralihan masa anak anak

ke masa dewasa. Pada masa remaja terjadi

perubahan fisik (organobiologik) secara


25

cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan

kejiwaan (mental emosional). Perubahan yang

cukup besar ini dapat membingkungkan remaja

yang mengalaminya. Karena itu mereka

memerlukan pengertian, bimbingan dan

dukungan lingukngan di sekitarnya, agar

tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa

yang sehat baik jasmani, maupun mental dan

psikososial. Pada wanita mulai berfungsinya

sistem reproduksi, ditandai dengan adanya

menarche yang umumnya terjadi pada usia 10-

14 tahun. Tanda pertama pria terjadinya

ereksi, orgasmus dan ejakulasi. Perineum

adalah daerah antara tulang kemaluan dengan

anus pada perineum terletak organ genetalia

eksterna wanita terdiri dari monsveneris,

klitoris, labia mayora, labia minora,

vestibula. Organ reproduksi wanita yang

terletak di dalam panggul adalah rahim atau

uterus, vagina, saluran fallopi dan ovarium.

Organ genetalia eksterna pria terdiri dari

penis, skrotum organ reproduksi yang didalam

panggul adalah vasdeferens, vesikula

seminalis dan kelenjar prostat. Semen atau

cairan sperma dikeluarkan oleh kelenjar

prostat, kelenjar prostat ini berbentuk


26

melingkari uretra tepat dibawah kandung

kemih.

b) Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada masa ini

memperlihatkan perubahan yang tidak selalu

mudah dijalani. Pada masa ini remaja

sebelumnya bergaul dengan jenis yang sama,

mulai menaruh perhatian pada lawan jenisnya.

Keinginan untuk bergaul dengan teman pria dan

teman wanita tetapi terhalang oleh penampilan

fisik yang kurang menguntungkan misalnya

jerawat. Sering pula kecamasan orang tua

berpengaruh negatif dari pergaulan dan

akibat-akibat dari pergaulan bebas

menyebabkan orang tua merintangi pergaulan

heteroseksual. Tugas perkembangan dalam hal

perkembangan sosial yakni bergaul dengan

teman sebaya baik yang sejenis maupun lawan

jenis, sedapat mungkin mendapat perhatian dan

bimbingan, supaya tidak terjadi hambatan

maupun akibat-akibat yang negatif bagi masa

depan remaja. Membentuk dan memperoleh

peranan sosial sesuai dengan jenisnya

dikembangkan baik di lingkungan keluarga

dengan ayah dan ibu. Dengan menjalani

perkembangan sosial yang lancar dan


27

kesempatan pergaulan baik disertai bimbingan

dari tokoh-tokoh identifikasi, sehingga

terbentuk tingkah laku sosial yang

bertanggung jawab.

c) Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian sesungguhnya

sudah perlu diperhatikan sejak masa bayi.

Pendidikan aspek-aspek kepribadian sudah

perlu dimulai sebelum aspek intelektual di

perkembangkan. Pengandilan keinginan dengan

cara mengajar anak belajar bersabar dan tidak

selalu memenuhi keinginan anak dengan segar,

harus dilanjutkan dengan latihan

pengendalian emosi dan pengendalian diri

ataupun mengekang keinginan untuk mengejar

kesenangan demi tercapainya tujuan yang lebih

berarti dalam jangka panjang.

3) Tanda-tanda seks sekunder

Menurut Santrock, J.W. 2003 tanda-tanda seks

sekunder yaitu :

a) Pada Laki-laki

1) Rambut

Rambut yang mencolok tumbuh pada masa

remaja adalah rambut kemaluan, terjadi

sekitar satu tahun setelah testes dan penis

mulai mebesar. Ketika rambut kemaluan


28

hampir selesai tumbuh, maka menyusul rambut

ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya

kumis dan jambang.

2) Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, tidak

jernih, pori-pori membesar.

3) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi

lebih aktif. Seringkali menyebabkan jerawat

karena produksi minyak yang meningkat.

4) Otot

Otot-otot pada tubuh remaja makin

bertambah besar dan kuat. Lebih-lebih bila

dilakukan latihan otot, maka akan tampak

memberi bentuk pada lengan, bahu dan

tungkai kaki.

5) Suara

Seirama dengan tumbuhnya rambut pada

kemaluan, maka terjadi perubahan suara.

Mula-mula agak serak, kemudian volumenya

juga meningkat.

6) Benjolan di dada

Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul

benjolan kecil-kecil di sekitar kelanjar

susu. Setelah beberapa minggu besar dan

jumlahnya menurun.
29

b) Pada wanita

1) Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh

seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya

rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul

dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak

dan bulu pada kulit wajah mulai tampak

setelah haid. Semua rambut kecuali rambut

wajah mula-mula lurus dan terang warnanya,

kemudan menjadi lebih subuh, lebih kasar,

lebih gelap dan agak keriting.

2) Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang,

membesar dan membulat. Hal ini sebagai

akibat membesarnya tulang pinggul dan

berkembangnya lemak di bawah kulit.

3) Payudara

Seiring pinggul membesar, maka

payudarajuga membesar dan puting susu

menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis

sesuai pula dengan berkembang dan makan

besarnya kelenjar susu sehingga payudara

menjadi lebih besar dan lebih bulat.

4) Kulit

Kulit, seperti halnya laki-laki juga

menjadi lebih kasar, ebih tebal, pori-pori


30

membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-

laki kulit pada wanita tetap lebih lembut

5) Kelejar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

menjadi lebih aktif sumbatan kelenjar lemak

dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar

keringat dan baunya menusuk sebelum dan

selama masa haid.

6) Otot

Menjelang akhir masa puber, otot

semakin membesar dan kuat akibatnya akan

membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

7) Suara

Suara berubah semakin merdu. Suara

serak jarangan terjadi pada wanita.

4) Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh

beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat genital, akses

terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual

pranikah, penyalahgunaan NAPZA, pengaruh media massa,

akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang

terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja

dengan keluarganya, penyakit menular seksual (PMS)

(Medjonson, 2013).
31

a) Kebersihan Organ Genitalia

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan

bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga

kebersihan alat genitalnya. Alat reproduksi yang

lembab dan basah akan meningkat keasaman dan

memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih

mudah terkena infeksi genital bila tidak

menjagakebersihan alat genitalnya karena organ vagina

yang letaknya dekat dengan anus (Donggori, 2012).

b) Akses terhadap Kesehatan

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar

tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja

mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-

hal yang seharusnya dihindari. Agar remaja

mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan

reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan

di dalam lingkungan keluarga (WHO, 2014).

Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum

pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup

tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ

reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular

Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya

pencegahan kehamilan. Dengan mengetahui tentang

kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat

menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja.

Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja


32

tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut,

khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks

pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi,

kanker mulut rahim, kehamilan di luar nikah, gradasi

moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja

tersebut (Kurniawan, 2008).

c) Hubungan Seksual Pranikah

Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas

dan mortalitas yang lebih besar pada remaja

dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20

tahun. Remaja putri yang hamil pada usia kurang dari

16 tahun mempunyai risiko kematian dan mengalami

komplikasi pada saat hamil dan melahirkan yang lebih

besar jika dibandingkan dengan wanita yang lebih

dewasa. Komplikasi tersebut antara lain obstruksi

jalan lahir, partus preterm, dan abortus spontan,

serta masih banyak lagi komplikasi lain. (Mbizvo,

2010).

Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja

seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survei yang

telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan

bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di

bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan

atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja

seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri

dibandingkan pada mereka yang lebih tua. 5 juta remaja


33

di seluruh dunia yang berada pada usia 15 – 18 tahun

pernah melakukan aborsi yang tidak aman setiap

tahunnya dan 70.000 di antaranya berakibat kematian

(UNFPA, 2009).

d) Penyalahgunaan Napza

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Contoh obat-

obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi,

ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika

zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi

sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa

nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang

luar sebab virus HIV dapat menular melalui jarum

suntik yang dipakai secara bergantian (Joit, 2014).

e) Pengaruh Media Massa dan Internet

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai

peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi

yang benar mengenai cara menjaga kesehatan khususnya

kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-

artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan

mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari

untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Akan tetapi

penggunaan internet pengawasan orang tua karena

banyak informasi yang tidak layak bagi remaja

(Azriani 2011).
34

f) Akses Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan

tindakan preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan

kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit,

klinik, posyandu, dan tempattempat lain yang

memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap

pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan

konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan

reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar

tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat

melakukan tindakan pengobatan apabila remaja sudah

terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang

berhubungan dengan organ reproduksinya seperti

penyakit menular seksual (Sentosa, 2010).

g) Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang

penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara

penularannya tidak hanya terbatas secara genital-

genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital,

atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul

akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada

daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah

ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat

terjadi dengan cara lain yaitu penggunaan peralatan

pribadi yang bersamaan, seperti handuk, pakaian,

termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular


35

seksual juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya

ketika di dalam kandungan dan melalui jalan lahir

apabila kelahirannya pervaginam (Donggori, 2012).

C. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu“ dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Apabila

penerimaan perilaku baru atau adopsi perilak

disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

positif maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng (long lasting) sebaliknya apabila

perilaku itu tidak akan berlangsung lama

(Notoadmojo, 2007).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam kondisi dalam

kognitif mempunyai enam tingkatan menurut

(Notoadmojo, 2012).

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke

dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yamg spesifik dari


36

seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda

kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui, dan dapat mengintrepetasikan

materi tersebut secraa benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa

harus makan makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah di pelajari pada

situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau pengguna hukum hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan

prinsip dalam pemecahan masalah (problem


37

solving cyclel) di dalam pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen komponen, tetapi masih di dalam sati

struksur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungan bagian

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulas baru dari

formmulasi formulasi yang ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang telah ada.

Misalnya, dapat membandikan antara anak yang

cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi,

dapat menanggapi terjadinya diare di suatu


38

tempat, dapat menafsirkan sebab sebab mengapa

ibu ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

c. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu

menurut (A. Wawan dan Dewi M, 2011).

1. Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang

diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lalin menuju kearah cita cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan

dan kebahagiaan.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah

yang membosankan, berulang dan banyak

tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kehiatan yang menyita

waktu.Bekerja bagi ibu ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.


39

c) Umur

Umur yang dimaksud adalah yang

terhitung mulai saat individu dilahirkan

sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja.

2. Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi

yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya

yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada

masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap

dalam menerima informasi.

d. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) dalam wawan dan dewi

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diintrepetasikan dengan skala yag bersifat

kualitatif, yaitu:

1) Baik : Hasil Presentase 60 – 75 %

2) Cukup : Hasil presentase 45 - 59 %

3) Kurang : Hasil Presentase < 44 %


40

D. Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan

pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan (Azwar, S. 2013)

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan

berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan

prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu

keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,

tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa

dilakukan, secara kelompok dan meminta pertolongan

(Effendy, N. 2003)

2. Sasaran Penyuluhan Kesehatan

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan

di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu,

keluarga binaan dan masyarakat binaan (Notoatmodjo,

Soekidjo. 2014)

3. Metode Penyuluhan
41

Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil promosi

kesehatan secara optimal Metode yang dikemukakan

antara lain:

a) Metode individual (perorangan)

Dalam promosi kesehatan metode ini

digunakan untuk membina perilaku baru atau

seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar

digunakan pendekatan individual ini karena

setiap orang mempunyai masalah atau alasan

yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan tau perilaku baru tersebut. Metode

yang dapat dikemukakan antara lain metode

bimbingan dan wawancara (Notoatmodjo,

Soekidjo. 2014)

b) Metode kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok

harus mengingat besarnya kelompok sasaran

serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.

Untuk kelompok yang besar metodenya akan

berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas

suatu metode akan tergantung pula pada

besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini

mencakup ceramah dan seminar (Notoatmodjo,

Soekidjo. 2014)
42

c) Metode massa

Dalam metode ini penyampaian informasi

ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya

massa atau publik. Oleh karena sasaran

bersifat umum dalam arti tidak membedakan

golongan umur, pekerjaan, status ekonomi,

tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan

kesehatan harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.

Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah

umum, berbincang-bincang (talk show) tentang

kesehatan melalui media elektronik, simulasi,

dialog antara pasien dan petugas kesehatan,

sinetron, tulisan majalah atau koran,

spanduk, poster dan sebagainya (Notoatmodjo,

Soekidjo. 2014)

d) Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua

sarana atau upaya untuk menyampaikan

informasi kesehatan dan mempermudah

penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi

masyarakat atau klien berdasarkan fungsinya

sebagai penyaluran pesan kesehatan, media

dibagi menjadi tiga, yaitu:


43

1) Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan

visual, biasanya terdiri dari gambaran

sejumlah kata, gambar atau foto dalam

tata warna. Yang termasuk dalam media

ini yaitu booklet, leaflet, flyer, flip

chart, rubric, poster dan foto yang

mengungkapkan informasi kesehatan.

kelebihan media cetak yaitu tahan lama,

mencakup banyak orang, dapat dibawa

kemana-mana. Kelemahan media cetak yaitu

media ini tidak dapat menstimulir efek

suara dan efek gerak (Notoatmodjo,

Soekidjo. 2014)

2) Media elektronik

Media ini merupakan media yang

bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan

didengar dan penyampainnya melalui alat

bantu elektronika. Yang termasuk dalam

media ini yaitu televisi, radio, video,

slide dan film strip. Kelebihan media

ini yaitu sudah dikenal masyarakat,

mengikutkan panca indera dan lebih

menarik. Kekurangan dari media ini yaitu

perlu persiapan matang, biaya tinggi,

sedikit rumit dan perlu keterampilan


44

penyimpanan (Notoatmodjo, Soekidjo.

2010)

3) Media luar ruang

Media ini menyampaikan pesannya di

luar ruang, biasanya melalui media cetak

maupun elektronik misalnya papan

reklame, spanduk, pameran, banner, dan

televisi layar lebar. Kelebihan media

luar ruang yaitu sebagai informasi umum

dan hiburan, lebih mudah dipahami, lebih

menarik, bertatap muka, penyajian dapat

dikendalikan dan sebagai alat diskusi

serta dapat diulang-ulang. Kelemahan

media ini yaitu biaya tinggi, rumit,

perlu listrik, perlu alat canggih, perlu

persiapan matang dan peralatan selalu

berkembang dan berubah (Notoatmodjo,

Soekidjo. 2010)

E. Konsep Film Dua Garis Biru

Film berjudul Dua Garis Biru ini mengangkat tema

yang dianggap tabu di masyarakat, yang menceritakan

tentang konsekuensi yang harus ditanggung dua remaja

yang melakukan seks pranikah serta bagaimana mereka

harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang tidak

terduga tersebut. Film ini bukan film menghakimi yang

menuding siapa benar dan salah tetapi lebih pada


45

menanamkan tentang pentingnya mengenal pendidikan

seks pada remaja untuk menghindari hal yang tidak

diinginkan. Pendidikan seks yang tertanam dalam film

ini berupa mengetahui konsekuensi sebelum melakukan

sesuatu (Bunga G, 2020).

Film yang disutradarai oleh Ginatri S. Noer

memberikan gambaran tentang kehamilan di luar nikah

atau kehamilan tidak diinginkan yang terjadi pada

remaja masa kini. Ada fakta menarik yakni film Dua

Garis Biru menjadi salah satu film yang diputar pada

Festival Film London. Patrick Tantra (Direktur

Festival Film Indonesia London) menyampaikan bahwa

festival ini merupakan rangkaian peringatan 70 Tahun

Hubungan Diplomatik Indonesia–Inggris (Antara;

Kustiani, 2019). Penayangan film ini diharapkan mampu

menciptakan ruang diskusi terhadap berbagai persoalan

yang terjadi di Indonesia. Salah satunya terkait

pergaulan bebas yang menyebabkan kehamilan tidak

diinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sebuah

pesan yang disampaikan melalui film mampu mengajak

remaja untuk berdiskusi. Diskusi yang dimaksudkan

yakni terkait pesan yang disampaikan, pesan yang

diterima dan keterkaitannya dengan lingkungan sosial

saat ini. Film ini berisi tentang sepasang remaja

yang menjalin hubungan asmara pada masa Sekolah

Menengah Atas (SMA). Sepasang kekasih ini kemudian


46

terjerumus pergaulan bebas sehingga mengakibatkan

kehamilan tidak diinginkan.

Terlepas dari kontroversi yang ada, Gina S. Noer

sebagai penulis sekaligus sutradara Films Dua Garis

Biru memiliki tujuan dan harapan tersendiri terkait

produksi film ini. Ia menjelaskan, bahwa Film Dua

Garis Biru memiliki pesan tentang pentingnya edukasi

Seks sedini mungkin kepada remaja. Selain itu,

film ini juga diharapkan dapat menjadi wadah untuk

berdiskusi tentang pernikahan dini yang masih

dianggap tabu di Indonesia.


47

F. Kerangka Konsep

Remaja

Tawuran Seks Penyalag Merokok &


pembully Balapan bebas &
antar unaan minuman
an liar
pelajar kehamilan narkoba keras
usia dini

Factor yang mempengaruhi Pengetahuan


pengetahuan : kesehatan reproduksi
kurang
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Umur
- Likungan
Pendidikan - Video
- Budaya
kesehatan - J
reproduksi Film

op - radio
- Leaflet
Pengetahuan - Poster
kesehatan - flayer
reproduksi - Flip
remaja chart
meningkat

Pernikahan
cukup usia

Keterangan :

Diukur : Tidak diukur :

Bagan 2.1 kerangka konsep penelitian pengaruh film Dua


Garis Biru terhadap pengetahuan siswa-siswi kelas
X di SMAN 2 Gerung.
48

G. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan

penelituan yang telah di rumuskan dalam perencanaan

penelitian (Notoatmodjo 2010). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada pengaruh film dua garis biru terhadap

pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi siswa

kelas X SMAN 2 Gerung.

2. Ho : Tidak ada pengaruh film dua garis biru

terhadap pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi

siswa kelas X SMAN 2 Gerung.


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu tahapan

penelitian yang harus diperhatikan dengan sebaik – baiknya

agar peneliti dapat dilaksanakan dengan serasi untuk

mencapain tujuan penelitian (Suyanto,2011)

A. Subyek peneliti

Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk

diteliti oleh peneliti atau sasaran peneliti

(Sugiono,2011). Subyek pada penelitian ini adalah siswa

kelas X SMAN 2 Gerung.

B. Populasi Dan Sampel Peneliti

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi

kriteria yang telah di tetapkan (Nursalam, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa/siswi

kelas X SMAN 2 Gerung yaitu sebanyak 60 orang.

2. Sampel penelitian

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau

yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian

melalui sampling (Nursalam, 2016). Sampel dari

penelitian ini adalah siswa/siswi kelas X SMAN 2 Gerung.

49
50

C. Teknik sampling

Teknik sampling adalah merupakan proses seleksi sample

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,

sehingga jumlah sample akan mewakili keseluruhan populasi

yang ada, secara umum ada dua jenis teknik pengambilan

sample, yakni probability sampling dan nonprobability

sampling (Alimul, 2012). Dalam penelitian ini mengunakan

nonprobability sampling dengan total sampling yaitu cara

pengambilan dengan mengambil semua anggota populasi

sebanyak 60 orang menjadi sample (Notoatmojo, 2012).

D. Rencana Penelitian

Rencana penelitian adalah suatu rancangan yang biasa

digunakan oleh peneliti sebagai petunjuk dalam

merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk mencapai

tujuan atau atau menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam,

2013)

penelitian yang akan dilakukan mengunakan desain

penelitian dengan uji pre eksperiment one grup pre test

dan post tes merupakan jenis penelitian pre-experimental

yang dilakukan dengan cara sebelum dilakukan perlakuan pada

hari pertama akan akan diberikan kuesioner pretest untuk

diisi oleh siswa, lalu dihari kedua adalah perlakuan yaitu

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja lewat

pemutaran film dua garis biru. Hal ini dilakukan dengan

harapan remaja dapat memiliki pengetahuan tentang


51

kesehatan reproduksi wanita/pria, perilaku seksual dan

dapat menghindarkan remaja pada perilaku seks bebas.

Kemudian setelah dilakukan perlakuan siswa diminta untuk

mengisi kembali kuesioner post test yang di bagikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrument penelitian

Instrument penelitian adalah alat yang akan

digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini instrument yang di gunakan berupa

kuesioner untuk mengetahui pengaruh film dua garis biru

terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti

untuk mengumpulkan data agar dapat memperkuat hasil

penelitian (Hidayat,A. 2012). Langkah-langkah

pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain :

a) Sebelum melakukan pengumpulan data peneliti

mengajukan permohonan untuk mendapatkan ijin

pengambilan data dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKES) Mataram.

b) Setelah mendapatkan ijin dari Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Mataram, peneliti kemudian

mengajukan permohonan untuk mendapatkan ijin

pengambilan data penelitian ke Kepala Badan

Pembangunan Penelitian Daerah (BAPPEA) LOMBOK BARAT.


52

Setelah itu mengantarkan surat ijin penelitian dari

Kepala Badan Pembangunan Penelitian Daerah (BAPPEA)

Lombok Barat ke SMAN 2 Gerung Lombok Barat untuk

mendapatkan ijin melakukan penelitian.

c) Setelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah SMAN 2

Gerung Lombok Barat, peneliti mulai mengumpulkan

jumlah sampel.

d) Siswa / siswi SMAN 2 Gerung yang telah memenuhi

kriteria sample sebelum dijadikan responden,

peneliti terlebih dahulu membuat persetujuan

kesepakaatan atau membagikan informed consent atau

lembar persetujuan menjadi responden.

e) Memberikan penjelasan kepada siswa/siswi (Responden)

tentang tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

peneliti.

f) Setelah memahami tujuan dan cara penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti, calon responden diminta

untuk menandatangani surat pernyataan bersedia

menjadi responden.

g) Pada tgl 8 agustus 2022 membagikan kuesioner pre test

untuk diisi kepada responden untuk mengetahui

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja sebelum

dilakukan pemaparan film Dua Garis Biru.

h) Pemutaran film dibagi 3 sesi penayangan pada 3 kelas

yaitu X mipa 1,2 dan X ips.


53

i) Pada tgl 9 agustus 2022 sesi satu pada kelas X Mipa

1 dan mengisi kuosioner post test

j) Pada tgl 10 agustus sesi kedua pada kelsa X Mipa 2

dan mengisi kuosioner post test

k) Pada tgl 11 agustus sesi ketiga pada kelas X Ips dan

mengisi kuesioner post test

l) Setelah kuesioner post tes terisi dengan benar,

peneliti kemudian mengelompokan data yang sudah

terkumpul.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul akan diolah menurut pengolahan data

(Notoatmodjo, 2012) dengan melalui beberapa tahapan yaitu

1. Penyuntingan (editing)

Editing dilakukan untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

Kuesioner yang telah terkumpul kemudian dilakukan

pengecekan kelengkapan data.

2. Pengkodean (coding)

Pemberian kode dilakukan untuk mempermudah dalam

pengolahan data dan proses selanjutnya melalui tindakan

pengklasifikasian.

3. Skoring

Setelah dilakukan pengkodean kemudian dilakukan

pemberian nilai sesuai dengan skor yang telah


54

ditentukan. Pengukuran pengetahuan remaja tentang

pernikahan dini Jika respomden menjawab benar, maka

skor =1, Jika responden menjawab salah, maka skor =0.

Dengan kriteria baik 8-10: 60-75 %, cukup 5-7: 45-59 %,

dan kurang 1-4: ≤44 %.

4. Tabulasi (Tabulating)

Hasil pengkodean dimasukan dalam tabel, yang

dilakukan secara manual. Data yang telah ditabulasi

kemudian dianalisa dengan uji statistik menggunakan

SPSS.

G. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulanya (Sugyono, 2019).

a) Variabel independent

Adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalanm, 2014). Variabel

independent pada penelitian ini adalah pengaruh film

Dua Garis Biru.

b) Variabel dependen

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2014). Variabel dependen


55

dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

2. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan bagian dari

keputusan mendefinisikan secara operasional

memungkinkan peneliti untuk melakukan obserfasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Nursalam, 2014).


56

Definisi operasional Pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas X Di Sman 2

Gerung.

Variabel Definisi Parameter Alat Skal Skor

operasional ukur a

Independ Film Dua Garis Biru - - - -

ent : merupakan salah satu

Film Dua film yang dapat

Garis memberikan edukasi

Biru bagi remaja tentang

kenakalan remaja dan

dampak yang

didapatkan oleh

individu berdasrkan

kenakalan yang

dilakukan

Dependen Pengetahuan Untuk Kuesi Inter Skoring :

t : kesehatan reproduksi menilai oner val Benar : 1

Pengetah adalah kemampuan pengetahua Salah : 0

uan remaja dalam n tentang

remaja mengetahui dan kesehatan Kategori :

tentang memahami tentang reproduksi 1. Baik = 8-

kesehata proses edukasi yang 10: 60-75%

n telah diberikan 2. Cukup = 5-

reproduk mengenai kesehatan 7: 45-59 %

si reproduksi. 3. Kurang = 1-

4: ≤44 %.
58

H. Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah alat bantu komputer

melalui program SPSS. Uji statistik menggunkan uji Paired

Test dengan taraf kesalahan 0,05% (5%) untuk menganasila

hasil eksperimen pre-test post-test design dan pengaruh

film terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi.

1. Analisa Univariat

Menurut (Notoatmodjo, 2018;h.182) analisis

univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari

tiap variabel.

2. Analisa bivariat

Menurut (Notoatmodjo, 2018 hal.183). Analisa

bivariat apabila telah dilakukan analisis univariate

hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi

setiap variable dan dapat melanjutkan analisis

bivariate.
59

I. Kerangka Kerja

Populasi :
siswa siswi
kelas X

Total
sampling

Sample

Informed
consent

Pre-test : pengisian
kuesioner pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja
Hasil:
Ada pengaruh film dua
Pemutaran film dua garis biru terhadap
garis biru pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi
siswa kelas X SMAN 2
Gerung
Post-test : mengisi kembali
kuesioner pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja
Analisa data :
Paired Test

Bagan 3.1 kerangka kerja penelitian pengaruh film dua garis


biru terhadap pengetahuan siswa-siswi kelas X di
SMAN 2 Gerung.
60

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tahap Persiapan
Penyusunan dan
pengajuan

pengajuan proposal

perijinan proposal

2 Tahap pelaksanaan
pengumpulan data

analisa data

3 Tahap penyusunan
laporan
61

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta:Rineka
Cipta.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia, Teori dan


Pengukurannya.Jakarta: Pustaka Pelajar.

BKKBN. 2008. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta:


BKKBN.

Bunga G. 2019. Pesan Moral Film Dua Garis Biru [Internet].


Available from: https://www.brilio.net/creator/sempat-
tuaikontroversi-ini-4-pesan-moral-film-duagaris-biru-
381df8.html

Burlian, P. (2016). Patologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Kesehatan


Reproduksi Remaja

Fajarini, U. (2019). Patologi Sosial dan Dampaknya Terhadap


Remaja. Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender , 8-9.

KEMENPPPA. 2020. Profil Anak Indonesia Tahun 2019.


(https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/25/25
45/profile-anakindonesia-tahun-2019)

Lidwina, Andrea. 2019. Dua Garis Biru, Problematika


Kehamilan. Remaja.
(https://katadata.co.id/infografik/2019/07/23/dua-
garis-biru-problematika Kehamilan Remaja)

Notoatmodjo, 2012. Metodologi penelitian kesehatan Jakarta:


rineke cipta

Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta; 2010.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010-2014. Promosi Kesehatan Teori dan


Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam, 2013. Konsep media. Jakarta: selemba medika


62

Nursalam, 2014. Konsep dan penerapan metodologi penelitian


ilmu keperawatan pedoman skripsi, tesis, dan instrument
penelitian keperawatan Jakarta: salemba medika

Nursalam, 2016. Konsep dan penerapan metodologi penelitian


ilmu keperawatan. Jakarta: salemba medika

Ranni, G. A. I. P., Lestari, R. T. R., & Sari, N. A. M. E.


(2020). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan
Audiovisual Tentang Reproduksi Remaja Terhadap
Pengetahuan Perilaku Seksual Pranikah. Bali Medika
Jurnal, 7(1), 46–60

Ratnasari, R. F., & Alias, M. (2016). Pentingnya pendidikan


seks untuk anak usia dini. Jurnal Tarbawi Khatulistiwa,
2(2), 55–59.

Retnowati, S. (2011). Remaja dan Permasalahannya.

Ridwan, & Kader, A. (2019). Patologi Sosial Masyarakat (Studi


Kasus di Kecamatan Wera-Ambalawi).

Safitri, A, N. (2017). Pengaruh Edukasi Dengan Media Ular


Tangga Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dalam Upaya
Pencegahan Seks Pranikah Di Smpn 1 Besuki, Tulungagung.
12–31.

Santrock, J.W. 2011. Adolescence : Perkembangan Remaja.


Jakarta: Erlangga

Sarwono, S. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.


2012.

Sasaki, Y., Kagami, S., & Mizoguchi, H. (2019). Hubungan


Pengetahuan Dengan Persepsi Remaja Tentang Seks Pranikah
Di SMKN 3 Kota Bengkulu Ummi. Chmk Health Journal, 3,0–
5.

Simangunsong, J. (2015). Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan


Remaja.

Sugiyono, 2011. Statistika untuk penelitian. Bandung:


alfabeta

Suhaida, S., Hos, J., & Upe, A. (2018). Pergaulan Bebas di


Kalangan Pelajar (Studi Kasus di Desa Masaloka Kecamatan
Kepulauan Masaloka Raya Kabupaten Bomabana. Neo Societal
, 426-427.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). (2012).


Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Badan
63

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan


Pusat Statistik, Kementerian Kesehata

Tukiran, 2011. Keluarga Berencana dan Kesahatan Reproduksi.


Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada: Pustaka Pelajar

UNICEF INDONESIA, BPS, PUSKAPA UI, Kementerian PPN/Bappenas.


2020. Perkawinan Anak diIndonesia.

Wawan & Dewi. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan


Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. 2011

WHO. (2016). Global Health estimates 2015: deaths because,


age, sex, by country and by region, 2000- 2015.

WHO. (2018). Adolescent Health.

WHO. (2018). Adolescent Pregrancy.

WHO. (2018). Adolescent: Health Risk and Solutions.

WHO. Maternal Mortality. World Health Organization. 2014.

Anda mungkin juga menyukai