Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN PENGETAHUAN SEKS DAN PERILAKU SEKSUAL

PADA REMAJA PUTRI DI SMAK SANTO AGUSTINUS KEDIRI

PROPOSAL

oleh:
Sherly Anggun Irawati
NIM: P17321195012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2019
HUBUNGAN PENGETAHUAN SEKS DAN PERILAKU SEKSUAL
PADA REMAJA PUTRI DI SMAK SANTO AGUSTINUS KEDIRI

PROPOSAL

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Kebidanan

oleh:
Sherly Anggun Irawati
NIM: P17321195012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2019
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sherly Anggun Irawati
NIM : P17321195012
Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan Seks Dan Perilaku Seksual Pada Remaja Putri Di
Smak Santo Agustinus Kediri

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tulisan dalam proposal/ skripsi ini adalah
benar-benar asli hasil pemikiran kami sendiri, sepanjang pengetahuan kami belum ada karya
ilmiah yang serupa yang ditulis oleh orang lain. Apabila nanti terbukti ini tidak asli atau disusun
oleh orang lain atau hasil menjiplak karya orang lain baik sebagian maupun seluruhnya, maka
kami bersedia untuk menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Kediri, 19 November 2019


Yang membuat pernyataan

Sherly Anggun Irawati

NIM: P17321195012
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal dengan Judul Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Seksual Pada Remaja Putri Di
Smak Santo Agustinus Kediri. Oleh Sherly Anggun Irawati NIM P17321195012 telah diperiksa
dan disetujui untuk diujikan.

Kediri, 19 November 2019


Pembimbing Utama

………………………..
……………………….

Kediri, 19 November 2019

………………………..
………………………..
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal dengan Judul Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Seksual Pada Remaja Putri Di
Smak Santo Agustinus Kediri. Oleh Sherly Anggun Irawati NIM P17321195012 telah
dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Skripsi Pada tanggal

Dewan Penguji

Ketua Penguji Penguji Anggota I Penguji Anggota II

……………………………………………………….

………………………………………………………..

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Studi DIV


Kebidanan Kediri
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang berkenan pada umat ciptaan-
Nya beserta alam semesta ini telah memberikan berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Seks Dan Perilaku
Seksual Pada Remaja Putri Di Smak Santo Agustinus Kediri”

Penyusunan proposal penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari semua pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Budi Susatia,S. Kp, M. Kes, Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
2. Herawati Mansur, S.Psi, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam kelancaran penyusunan Proposal.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan evaluasi demi peningkatan
kualitas Proposal. Semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kediri, 19 November 2019

Peneliti
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan, periode

transisi dari masa kanan-kanak ke masa dewasa yang ditandai percepatan perkembangan

fisik, mental, emosional, dan sosial. Masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13

tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun ( Sarwono, 2011). Hal ini disebabkan masa remaja

adalah merupakan proses dari kanak-kanak menjadi dewasa yang ditandai dengan

percepatan perkembangan fisik, mental, emosi, dan sosial (Listriana, 2012). Kelompok

remaja di Indonesia memiliki proporsi kurang lebih seperlima dari jumlah penduduk. Hal ini

sesuai proporsi remaja di dunia yaitu jumlah remaja diperkirakan 1,2 milyar atau sekitar

seperlima penduduk dunia (WHO 2003, dalam Depkes 2009).

Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015 menunjukkan bahwa penduduk usia 15-24

Tahun mencapai 42.061,2 juta atau sebesar 16,5 persen dari total penduduk Indonesia.

Tingginya jumlah remaja di Indonesia, disertai pula dengan problematika yang dihadapi oleh

mereka. Dari berbagai permasalahan remaja yang mencuat, masalah seksualitas adalah yang

paling banyak mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Masalah seksualitas

merupakan masalah yang pelik bagi remaja, karena masa remaja merupakan masa dimana

seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah, baik itu masalah perkembangan

maupun lingkungan. Tantangan dan masalah ini akan berdampak pada perilaku remaja,

khususnya perilaku seksualnya. Data menunjukkan bahwa 15 juta remaja

perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, sekitar 15-20 % dari remaja usia
sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Tingginya angka

hubungan seks pra nikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatya jumlah

aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi

saat ini sekitar 2,3 juta dan 15-20 % diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang

menjadikan tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia ( Pusdatin,2016).

Fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat

dan motivasi terhadap seksualitas. Terjadinya peningkatan kehidupan seksualitas dipengaruhi

oleh faktor perubahan selama periode pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual

dan perubahan hormonal mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dari dalam

diri remaja. Dorongan seksual pada remaja sangat tinggi, dan bahkan lebih tinggi dari orang

dewasa (Desmita, 2013).

Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis

dan terkait dengan aktivitas hubungan seksual. Aktivitas seksual merupakan kegiatan yang

dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual. Hasil penelitian Ine’ Fronteinera (2009)

di Negara Eropa pada tahun 2005 hingga 2006 mengidentifikasi dari 1557 sampel lebih dari

¾ respondent telah mempunyai pacar dan setengah dari jumlah tersebut melakukan hubungan

heteroseksual. Lebih dari 85% pemuda telah melakukan hubungan seksual pada setiap

Negara dan telah menggunakan kontrasepsi pada saat koitus.

Data mengenai remaja di Indonesia menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun 16%

mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno dan hanya 5% dari orang

tua. Diketahui hampir 50% remaja di Indonesia pada tahun 2009 pernah melakukan

hubungan seks diluar nikah. Padahal ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia, dimana
20% dilakukan di Jawa Timur. Persentase pada remaja putri pada tahun 2009 sebanyak 40%

remaja pernah melakuka seks bebas.

Berdasarkan hasil survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di 33 provinsi

dari Januari sampai Juli 2013 menunjukkan 62,7% remaja SMP dan SMA tidak perawan.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menyebutkan hal yang sama bahwa 22,6%

remaja menganut seks bebas. Seks bebas menjadi hal yang sangat biasa bagi kalangan remaja

saat ini. Tanpa merasa malu mereka meminta pasangannya untuk melakukan seks bebas.

Seks bebas merupakan hal tabu oleh masyarakat, bukan hanya wanita dewasa saja yang

melakukannya, namun sekarang kalangan remaja sudah melakukannya walaupu hanya satu

kali. Kejadian ini justru menimpa remaja-remaja yang justru masih SMP dan SMA yang

bukan hanya keberadaannya di kota besar melainkan sudah sampai ke pelosok desa.

Faktor yang mendorong remaja melakukan hubungan seks diluar nikah adalah

mispresepsi terhadap makna pacaran yang menganggap bahwa hubungan seks adalah bentuk

penyaluran kasih sayang (Miftah, 2011). Informasi yang salah tentang seks dapat

mengakibatkan pengetahuan dan persepsi seorang mengenai seorang seluk beluk seks sendiri

menjadi salah. Hal ini menjadi salah satu indikator meningkatnya perilaku seks bebas

dikalangan remaja. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya

dibandingkan tidak tahu sama sekali. Kendati dalam hal ini ketidaktauan bukan berarti tidak

berbahaya. Berdasarkan penelitian Bazzarudin, terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja. Hasil ini

didukung oleh survey yang dilakukan dibeberapa Negara yang memperlihatkan adanya

informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan permasalahan pada reproduksi remaja

(Panjaitan, 2013).
Remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah

laku seksual, mulai dari melakukan aktivitas berpacaran (datting), berkencan, bercumbu,

sampai dengan melakukan kontak seksual (Santrock, 2013). Kecenderungan perilaku seksual

yang buruk saat ini salah satunya dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yang salah satunya

diperoleh dari pola asuh orang tua yang salah dalam membesarkan remaja. Banyak orang tua

tidak memberikan informasi mengenai seks dan kesehatan reproduksi kepada anaknya,

karena takut hal tersebut justru akan meningkatkan terjadinya hubungan seks di kalangan

remaja. Orang tua juga beranggapan bahwa seks merupakan hal yang tak perlu dibicarakan.

Pendidikan seks yang kurang menyebabkan anak mencar informasi diluar yang justru dapat

menjerumuskan dan merugikan mereka sendiri (Yudiati, 2011).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat disusun rumusan masalah berupa: “

Bagaimana hubungan pengetahuan seks dengan perilaku seksual pada remaja putri di

SMAK Santo Agustinus Kediri?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan seks dengan perilaku seksual pada remaja putri di

SMAK Santo Agustinus Kediri .

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Pengetahuan seks remaja putri.

b. Mengidentifikasi Perilaku seksual remaja putri.

D. Manfaat

a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti untuk hubungan

pengetahuan seks dan perilaku seksual.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitain dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk pengetahuan dan

informasi serta pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

pengetahuan seks dan perilaku seksual

c. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan di SMAK

Santo Agustinus Kediri, khususnya remaja putri mengenai pengetahuan seks dan

perilaku seksual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pengetahuan
Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan suatu hal yang
didapatkan dari hasil penginderaan. Penginderaan manusia yang berperan terhadap perolehan
pengetahuan sebagian besar diperoleh dari indera penglihatan (mata) dan indera penglihatan
(telinga). Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun dengan intervensi langsung dan
tidak langsung (Notoadmojo, 2011).

“Filsut pengetahuan yaitu Plato menyatakan, “pengetahuan sebagai kepercayaan sejati


yang dibenarkan (valid) atau justified true belief. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.”( Budiman
dan Agus, 2013:3).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang:
1. Pendidikan
Pendidikan yang diperoleh seseorang merupakan usaha untuk mengembangkan
kemampuan yang diperoleh secara formal (sekolah) maupun non formal (luar
sekolah). Dari pendidikan yang diterima inilah, seseorang dapat memiliki
pengetahuan sehingga dapat mempengaruhi sikap dan tata lakunya. Makin tinggi
pendidikan seseorang, informasi yang disampaikan akan semakin mudah diterima.
Meski demikian, pendidikan bukan berarti jaminan luasnya pengetahuan seseorang,
informasi yang disampaikan akan mudah diterima. Seseorang yang memiliki
pendidikan rendah bukan berarti pengetahuan yang rendah.
2. Informasi/media massa
Dalam Oxord English Dictionary dikatakan bahwa informasi adalah “that of which
one is apprised or told: intelligent, news”. Selain itu, informasi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi, dengan
tujuan tertentu (undang-undang Teknologi dan Informasi. Informasi dapat diperoleh
dari pendidikan formal maupun informal, dari informasi tersebut akan memberikan
pengaruh jangka panjang pendek, sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan.
3. Sosial, budaya, dan Ekonomi
Sosial dan budaya sangat erat kaitannya dengan kebiasaan yang telah dilakukan di
suatu masyarakat tanpa bisa dinalar baik atau buruknya. Dengan demikian, seseorang
bertambah pengetahuan walaupun tidak melakukan. Sedangkan jika ditinjau dari
faktor ekonomi, keterbatasan.
4. Lingkungan
Lingkungan merupakan komponen yang tidak bisa lepas dalam kehidupan
masyarakat. Segala informasi yang mudah dengan mudah menyebar berpengaruh
terhadap pengetahuan seseorang yang tinggal dilingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon segera sebagai
pengetahuan oleh individu.
5. Pengalaman
Pengalaman dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan. Caranya adalah dengan
mengingat kembali atau mengulang kembali hal yang pernah dilakukan. Dari
pengalaman inilah, pengetahuan individu akan bertambah. Selain itu pengalaman juga
akan menambah keterampilan baru atau justru mengasah keterampilan.
6. Usia
Daya tangkap dan pola pikir seseorang dipengaruhi oleh usia. Selain bertambahnya
usia, akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Individu yang
berperan aktif dalam kehidupan sosial adalah mereka yang memasuki usia madya.
Banyak persiapan yang mereka lakukan untuk menuju masa tua. Bahkan mereka
banyak meluangkan waktu mereka untuk membaca (Budiman dan Agus, 2013).

B. Teori Tentang Remaja

Pengertian remaja

Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan, periode
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai percepatan fisik, mental,
emosional, dan sosial. Masa dewasa pada umunya dimulai pada usia 10-13 tahun (Sarwono,
2011). Secara biologis alat reproduksi remaja sudah mencapai kematangan misalnya untuk
remaja laki-laki sudah mengalami mimpi basah dan untuk perempuan sudah mengalami
menstruasi. Masa tersebut remaja sudah aktif secara seksual. Namun remaja belum cukup
mampu untuk membuat keputusan sendiri, oleh karena itu mereja sering merasa terjerumus ke
dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari aturan, salah satunya yaitu seks bebas
(Notoatmodjo, 2010).

Menurut Heni (2019), ciri-ciri remaja diantaranya

a. Masa remaja adalah masa peralihan


Peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara
berkesinambungan. Masa remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang
dewasa, merupakan masa yang strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk
menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang
diinginkannya.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan
sikap juga berkembang. Perubahan besar pada remaja yaitu emosi, perubahan peran,
dan minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi ambivalen.
c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah
Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Remaja
menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga
kadang tidak sesuai yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas
Remaja mencari kejelasan tentang siapa dirinya dan peran di masyarakat. Remaja
tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang. Mereka ingin memperlihatkan diri
sebagai individu, sementara disisi lain ingin mempertahankan diri sebagai kelompok
sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan
Persepsi masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya
dan cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Pandangan remaja bahwa kehidupan dapat dilihat melalui dirinya sendiri, baik dalam
melihat dirinya maupun orang lain, mereka melihat apa adanya dengan harapan yang
lebih.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa
Remaja semakin matang dalam berkembang dan memberikan kesan seseorang yang
hamper dewasa. Mereka akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan
dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

C. Teori Perilaku Seksual

Pengertian Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual , baik
dengan lawan jenis maupun sesame jenis. Bentuk tingkah laku mulai dari perasaan tertarik
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan berhubungan badan. Obyek seksualnya biasanya
orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri, orang sejenis maupun lawan jenis. Sebagian
tingkah laku ini tidak memiliki dampak , terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi
orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang
dilakukan sebelum waktunya) justru memiliki dampak psikologis yang serius seperti rasa
depresi, marah, dan agresi (Departemen sosial 2004, dalam Heni 2009).

Perilaku seksual seringkali diasosiasikan semata-mata dengan terjadinya hubungan


seksual antara laki-laki dan perempuan yang terjadi penetrasi vagina dan ejakulasi. Perilaku
seksual mencakup segala bentuk ekspresi seksual yang dilakukan seseorang, mulai dari
hubungan heteroseksual, homoseksual, sampai beragam teknik gaya seperti seks oral, seks anal,
atau masturbasi untuk mencapai kepuasan seksual baik secara biologis maupun psikologis
(Finkel et al. 1981, dalam Heni 2009). Menurut Sarwono (2010) perilaku beresiko adalah seperti
berciuman bibir (kissing), bercumbu (petting), berhubungan kelamin (coitus) yang dilakukan
sebelum waktunya. Perilaku seksual terjadi interaksi antara aspek-aspek fisiologis,
sosiopsikologis, dan budaya. Mengingat hubungan gender dalam masyarakat seringkali
tercermin dengan jelas dalam perilaku seksual anggotanya, ini merupakan salah satu elemen
penting dalam studi kesehatan.

Kerangka Konsep

PENGETAHUAN SEKS

1. Pendidikan
2. Informasi
3. Sosial, budaya, ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia

PERILAKU SEKSUAL REMAJA

1. Bersentuhan
2. Berciuman
3. Bercumbuan
4. Berhubungan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan hasil akhir dari keputusan yang dibuat oleh peneliti
yang dibuat oleh peneliti yang berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
diterapkan. Desain penelitian pada hakekatnya merupakan suatu strategi untuk tujuan
penelitian yang telah diterapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti
pada proses penelitian (Nursalam, 2009).
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana peneliti
menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel bebas pengetahuan seks
dan variabel terikat perilaku seksual pada remaja putri yang dilakukan pada saat itu.
Kerangka Operasional

Populasi remaja putri kelas SMAK Santo Agustinus

Remaja putri kelas XI SMAK Santo Agustinus

Sampling : simple random sampling

Pengumpulan data dengan kuisioner

Pengolahan Data: Editing, Coding, Tabulating, Scoring

Analisis data dengan menggunakan data Chi-Square

Hasil penelitian

Kesimpulan

Populasi, Sampel, Sampling

Populasi

Menurut Sugiyono (2015) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subjek atau obyek itu.

Populasi dalam penelitian ini yaitu remaja putri kelas XI jurusan IPS dengan jumlah 40
siswa.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajati semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, waktu tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sample
yang diambil dari populasi itu (Sugiyono,2015). Sample dalam penelitian ini adalah remaja putri
kelas XI SMAK Santo Agustinus Kediri dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Untuk populasi kurang dari 1000 dan besar populasi diketahu, maka besar sampel dapat
menggunakan rumus yaitu:

N
n= 2
1+ N ( d)

N
n=
1+ N ( d)2

43
n=
1082

n= 39,74 = 40

Keterangan :

n: besar sample

N: besar populasi

d: tingkat signifikan (p)

Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2017).
Penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu
pengambilan sample secara acak dan sederhana dimana setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo,2012).

Kriteria Sampel Subyek Penelitian

Dalam menentukan sample maka perlu ditentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria
inklusi merupakan kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota sampel yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

. Kriteria inklusi :
1. Tercatat aktif sebagai siswi SMAK Santo Agustinus Kediri
2. Berjenis kelamin perempuan
3. Termasuk ke dalam usia remaja (10-19 tahun)
4. Bersedia mengisi kuesioner
Kriteria Eklusi :
1. Tidak bersedia mengisi kuesioner

Variabel Penelitian

Variabel merupakan sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu bersifat kuantitatif
dan bersifat kualitatif, variable kuantitatif diantaranya umur, tinggi badan, berat badan sedangkan
kualitatif yaitu persepsi, respon dan sikap (Alimul, 2014).

Dalam penelitian kebidanan, terdapat beberapa jenis variable diantaranya:

a. Variable Independen merupakan variable yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variable dependen (terikat). Variable ini juga dikenal dengan nama variable bebas artinya
bebas dalam mempengaruhi variable lain. Variable independen dari penelitian ini adalah
pengetahuan seks remaja putri.
b. Variable dependen merupakan variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variable bebas. Variable dependen pada penelitian ini adalah perilaku seksual.

Definisi
Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan karakteristik
yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang
dijadikan ukuran dalam penelitian. Cara pengukuran merupakan cara dimana variable dapat
diukur dan ditentukan karakteristiknya (Alimul,2014).

…………………………………

Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian dilakukan di SMAK Santo Agustinus Kediri Jalan Veteran No.3 Kota Kediri 6114
Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada November 2019

Metode Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data melalui cara kuisioner. Penelitian dengan kuisioner itu
yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan
atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2015). Peneliti
memberikan kuisioner kepada siswi yang menjadi responden. Prosedur yang dilakukan peneliti
dalam melakukan penelitian sebagai berikut:

1. Peneliti mengajukan izin penelitian kepada Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Kediri.
2. Peneliti mengajukan izin kepada kepala sekolah SMAK Santo Agustinus Kediri Kediri.
3. Peneliti meminta data siswi yang masih berstatus pelajar SMAK Santo Agustinus Kediri.
4. Peneliti meminta izin untuk pengambilan data siswi kelas XI tentang pengetahuan seks
dan perilaku seksual pada remaja putri.
5. Melakukan penelitian di kelas XI, setelah itu peneliti mengumpulkan siswi yang
memenuhi kriteria inklusi, peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian dan bila
bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan.
6. Peneliti mewawancarai responden dengan menggunakan kuisioner sebanyak….
Pertanyaan tentang pengetahuan seks
7. Mengumpulkan lembar kuisioner.
8. Peneliti memberikan checklist perilaku seksual pada responden terdiri dari … pertanyaan
diberi waktu mengisi……
9. Peneliti merekap data kuisioner checklist

Metode pengolahan data

Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut:

Editing

Setelah memberikan lembar kuisioner, kemudian dilakukan pengamatan pada lembarb kuisioner.
Apakah jawaban sudah diisi semua.

Coding

Peneliti memberikan kode tertentu seperti kode numeric (angka) atau huruf pada tiap-tiap data
sehingga memudahkan dalam analisis data.

1) Data umum
Nama responden : R1
Dst
2) Data khusus
a. Pengetahuan
1= sangat tidak setuju
2= tidak setuju
3=setuju
4= sangat setuju
b. Perilaku seksual remaja
1= tidak
2=kadang-kadang
3= sering
4=selalu

Tabulating
Yakni membuat table-tabel sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti
(Notoatmodjo,2012).

Scoring

Dalam kuisioner pada pengetahuan seksual terdapat …. Pertanyaan, setiap pola asuh terdiri dari
… pertanyaan. Jawaban selalu mendapat poin (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah
(1).

Rumus menghitung skor sebagai berikut:

Keterangan :

P : Presentase hasil

SP : Skor yang di peroleh

SM : Skor maksimal

Analisa data

1) Analisis Univariat
Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik tiga variabel penelitian.
Analisi ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo, 2012).
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi. Setelah dilakukan analisis univariat, hasilnya akakn diketahui karakteristik
atau distribusi setiap variabel dapat dilanjutkan analisis bivariat.

Kesimpulan

Penyajian hasil

Dalam penelitian ini peneliti berencana menggunakan hasil penelitian dalam bentuk table.
Menggunakan table distribusi maka penyajian lebih efisien dan cukup komunikatif (Sugiono,
2012).

Etika penelitian
Sebelum dilakukan pengumpulan data, penelitian terlebih dahulu mengajukan permohonan ijin
yang disertai proposal penelitian. Setelah mendapat persetujuan, kuisioner dibagikan pada subjek
penelitian dengan menekankan masalah etika sebagai berikut:

1. Informed Consent (lembar persetujuan) menjadi responden.


Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden, peneliti memberikan
lembar persetujuan. Inform consent diberikan sebelum penelitian dilakukan
2. Anonimity (tanpa nama)
Nama responden tidak dicantumkan pada
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi yang telah diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Hanya pada sekelompok tertentu saja yang akan peneliti sajikan, terutama pada hasil riset
(A. Aziz,2010).
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosada Karya

Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Nursalam, 2009. Konsep Penetapan Metodologi. Jakarta: Salemba Medika

Panjaitan, Dewisartika dan Daulay, wardiyah. 2012. Pola Asuh Orang Tua Dan Perkembangan
Sosialisasi Remaja Di SMA Negeri 15 Medan. Medan: Fakultas Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika http://docplayer.info/30943189- Pola-Asuh-Orang-Tua-Dan-Perkembangan-Sosialisasi-
Remaja-Di-SMA-Negeri-15-Medan.html

Sarwono, S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabet

Yudiati, Erna Agustina. 2011. Perlakuan Salah Terhadap Anak Dalam Keluarga. Jakarta:
http://www.unika.ac.id/yudiatierna/369.
LAMPIRAN
INSTRUMEN

Anda mungkin juga menyukai