Disusun Oleh :
KELOMPOK II
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
hidayah-Nya penyusunan proposal ini dapat diselesaikan dengan baik. Proposal disusun sebagai
Penulis menyadari dalam penyusunan ini tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada
pihak-pihak yang memberi kritik, saran, serta masukan yang membangun. Oleh sebab itu penulis
1. Ibu Rika Monika selaku dosen mata kuliah riset yang telah memberikan masukan.
2. Ibu Sri Handayani selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
masukan.
3. Kepada kedua orang tua yang telah rel mengorbankan segenap waktunya demi
Penulis menyadari sungguh bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi segenap pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian penelitian
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa
remaja yaitu antara umur 10 dan 19 tahun. Para ahli sering menyebut masa ini dengan
masa ini dengan masa pubertas (Tarwoto, 2010 : 1). Masa remaja merupakan proses awal
menuju kedewasan yang ditandai dengan masa pubertas, diawali dengan perubahan-
perubahan biologis yaitu menerache pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki,
Ketika memasuki masa remaja, kebanyakan remaja mulai memiliki perasaan cinta
dorongan dan pemikiran untuk mewujudkan dalam tindakan nyata. Untuk mewujudkan
dorongan tersebut salah satunya adalah berpacaran. Pada awalnya pacaran merupakan
salah satu cara yang digunakan untuk memenuhi rasa ingin tahu remaja tentang seks.
Seiring dengan berkembangnya jaman, pacaran adalah sebagai salah satu ajang remaja
untuk bergsul dan mgengenal tentang seks dengan cara mereka sendiri. Pacaran telah
memberikan keleluasan pada remaja untuk mengekspresikan cinta secara salah, hamper
semua remaja melakukan akfititas pacaran dengan menghabiskan waktu untuk bersama
pacarnya, kebanyakan waktu yang terpakai adalah dengan aktivitas seksual. Seks bebas
inilah yang menjadikan mereka seperti kehilangan arah dan kendali terhadap dorongan
seksual sehingga menyimpang dari norma-norma dalam masyarakat (Irianto, 2014 : 63).
umur 15-19 tahun dan belum menikah telah mealakukan hubungan seksual setidaknya
4
sekali. Remaja berumur 18-19 tahun telah melakukan hubungan seksual sekitar dua kali
lipat dibandingkan dengan remaja berumur 15-17 tahun, dari 60% wanita yang berumur
15-17 tahun sekitar 29% pernah melakukan hubungan seksual (Ruddabby , 2010 : 4).
Pergaulan seks bebas dikalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
(KPAI) tahun 2010 menyatakan sebanyak 32% remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-
kota besar pernah berhbungan seks. Hasil survey lain KPAI menyatakan, satu dari empat
remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7% remaja
survey pada tahun 2010 menunjukan 51% remaja di Jabodetabek telah melakukan seks
pra nikah juga dilakukan beberapa remaja, misalnya didaerah Surabaya tercatat 54% dan
di Bandung 36%. Dan di Yogyakarta 1.160 remaja mengalami dampak dari melakukan
hubungan seks bebas yaitu kehamilan sebelum menikah, penyakit menular seksual
kejadian aborsi tidak aman didunia, 9,5% (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman)
diantaranya terjadi dinegara berkembang. Seitar 13% dari total perempuan yang
melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi
yang tidak aman di wilayah Asia diperkirakan 1 berbanding 3700. Di wilayah Asia
Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar
750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 diantaranya berakhir dengan
kematian.
5
Menurut penelitian yang dilakukan Yekti Utami dan tim dari Komite Nasional
Pemuda Indonesia (KNPI) Bantul, setiap tahun jumlah pernikahan dini jumlahnya
mencapai ratusan, pernikahan dini terjadi karena kehamilan yang tidak diinginkan. Data
tahun 2011 terdapat 14 ,5% kasus pernikahan di bawah umur, tahun 2012 terdapat 11%,
kasus, tahun 2013 meningkat kembali menjadi 12,3% kasus. Dari jumlah tersebut, 90%
diantaranya adalah pasangan usia dini yang mengalami kasus hamil sebelum menikah
didalamanya terdapat Kelompok Kerja Reproduksi Remaja. Kelompok kerja itu terdiri
atas beberapa program dan sector terkait serta organisasi profesi. Tujuan Kesehatan
Reproduksi (KRR) di Indonesia. Hal itu dilakukan karena tingkat pengetahuan remaja di
Indonesia tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Fakta menunjukan bahwa sebagian
besar remaja tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan,
seperti remaja hamil diluar nikah, aborsi, penyakit kelamin dan lain-lain. Karena
Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 10 November 2015
di SMA N 1 Semin Gunung Kidul dari hasil wawancara 10 siswa didapatkan 5 (50%)
siswa berpacaran sampai berpegangan tangan, ciuman bibir, memeluk, mencium pipi
lawan jenis.
6
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas dengan Sikap Berpacaran
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil suatu
rumusan masalah penelitian yaitu : “Apakah ada hubungan antara pengetahuan remaja
tentang seks bebas dengan sikap berpacaran di SMA N 1 Semin Gunung Kidul 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Gunung Kidul.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneilti
7
Manfaat bagi penulis yaitu dapat mengembangkan wawasan peneliti dan
berkualitas.
E. Keaslian Penelitian
sikap berpacaran di SMA N 1 Semin Gunung Kidul” sepengetahuan penulis belum ada
yang meneliti. Namun, penelitian sebelumnya yang hamper serupa pernah dilakukan
1. Widiastuti, (2011) dengan judul “sikap remaja putri tentang seks pranikah di SMA Piri
Yogyakarta”. Metodelogi yang digunakan adalah diskriptif analisa data yang digunakan
adalah kendal tau. Hasil yang diperoleh bahwa sikap mempengaruhi remaja putri tentang
8
seks sangat signifikan. Perbedaan antara penilitian ini adalah tempat penelitian yang
digunakan SMA Piri Yogyakarta, sedangkan tempat penelitian saat ini adalah SMA N 1
Semin Gunung Kidul. Penelitian ini meggunakan satu variabel, sedangkan penelitian saat
ini adalah dua variabel. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian saat ini adalah
2. Herwulan, (2010) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswi-Siswi
dengan croos secsional dan teknik yang digunakan propotional random sampling.
Perbedaan antara penelitian ini yaitu penelitian ini menghubungkan pengetahuan dengan
Kemudian perbedaan yang lain penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Semin Gunung
Kidul. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian saat ini adalah metodologi yang
kuesioner.
3. Prihastuti, (2013) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pacaran Sehat
dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja di SMA Teuku Umar Semarang”. Hasil dari
penelitian tingkat pengetahuan didapatkan yang termaksud dalam kategori baik sebanyak
23 (44,2%) responden, dan perilaku seksual yang termaksud kategori positif sebanyak 30
(57,7%) responden. Jadi, dengan demikian ada hubungan tingkat pengetahuan tentang
pacaran sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja siswa SMA Teuku Umar
Semarang. Dengan nilai value 0,000 dimana p value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).
Persamaan penelitian saat ini adalah jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan
croos sectional. Perbedaan dari penelitian saat ini adalah tujuan penelitian ini untuk
9
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pacaran denga perilaku seks
bebas dengan sikap berpacaran pada remaja di SMA N 1 Semin Gunung Kidul.
4. Fadhilah, (2013) dengan judul “Hubungan Peranan Keluarga Dengan Perilaku Seksual
mahaiswa sebagian besar dalam kategori cukup (56,3%) dan sebagian besar mahasiswa
mempunyai perilaku seksual yang baik (62,5%). Peranan orang tua mempunyai hubungan
denga nilai korelasi kendall-tau sebesar 0,621 sig. (p) = 0,000.persamaan dari penelitian
ini dengan penelitian saat ini adalah jenis penelitian ini survey analitik dengan dengan
kendall-tau. Perbedaan dari penelitian saat ini adalah untuk penelitian saat ini
menghubungkan peranan dengan perilaku, kemudian tempat penelitian saat ini dilakukan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan pustaka
1. Pengetahuan (knowledge)
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
yang didasari pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
dalam, seperti motivasi dan faktor di luar berupa sarana informasi yang tersedia,
prediktif terhadap sesuatau sebagai hasil pengenalan atau suatu pola. Menurut
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami
11
reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman dan Riyanto,
A, 2014 : 3 )
b. Faktor-faktor pengetahuan
1) Pendidikan
2) Informasi
12
mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan
diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta
suara, kode, program komputer, dan basis data. Informasi yang dipilih
13
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
seseorang.
4) Lingkungan
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
individu.
5) Pengalaman
14
6) Usia
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
Selain tua, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
kemampuan verbal dilakukan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
c. Tingkat pengetahuan
tingkatan yaitu :
1. Tahu ( know)
2. Memahami (cpmprehension)
15
tersebut secara benar. Orang yang paham harus dapat menjelaskan,
3. Aplikasi (application)
pada institusi dalam situasi dan kondisi yang sebenanry. Aplikasi ini
4. Analisi (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evalution)
16
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau responden. Dalam
tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai presentase yaitu sebagai berikut :
2. Sikap
a. Pengertian sikap
Menurut Koentjaraningrat (1983, disitasi oleh Maulana, H.D.J, 2009 : 37) sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
obyek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan. Sikap
dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu obyek akibat pendirian dan perasaan
Sikap yang ada dalam seseorang memerlukan repons dan stimulus. Misalnya
merupakan respon dari stimulus yang diterima yaitu pelayanan kesehatan. Output
sikap pada seseorang dapat berbeda jika suka maka seseorang akan mendekat,
17
mecari tahu dan bergabung, sebaliknya jika tidak suka seseorang akan
b. Komponen sikap
Menurut Breackler (2003, disitasi oleh Budiman dan Riyanto, A, 2013 : 14),
1. Komponen kognitif
sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, fikiran
Sebagai contoh seseorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika menyadari
2. Komponen afektif
3. Komponen konatif
dihadapinya.
18
c. Factor-faktor yang mempengaruhi sikap
Menurut Wawan dan Dewi (2010 : 35), menyatakan ada factor-faktor yang
mempengaruhi sikap :
1. Pengalaman pribadi
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
factor emosional.
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimovtivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
3. Pengaruh budaya
4. Media masa
Dalam pemberitaan surat khbar maupun radio, televise, hp, internet, dan
sikap konsumennya.
19
5. Pendidikan dan Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
d. Tahapan sikap
Menurut Budiman dan Riyanto,A (2013 : 15) menyebutkan bahwa ada tahapan
1). Menerima
atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,
gejala, dan lain-lain. Pada tahap ini, seseorang dibina agar mereka bersedia
nilai tersebut.
2). Menanggapi
Tahap sikap menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
reaksi terhadapnya. Tahap ini lebih tinggi dari pada tahap menerima.
3). Menilai
20
Tahap sikap menilai adalag memberikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek sehingga apabila kegiatan tersebut tidak
perilaku, seseorang tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan,tetapi mereka
telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomenanya yaitu baik atau
buruk.
4). Mengelolah
terbentuknya niali baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.
suatu organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu niali dengan nilai lainnya,
5). Menghayati
Tahap sikap menghayati adalah keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki
seseorang yang memengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. Proes internalisasi nilai
telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Nilai tersebut telah tertanam
secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Jadi pada tahap ini,
peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk
suatu waktu yang lama sehingga membentuk karakteristik pada hidup tingkah lakunya
e. Ciri-ciri sikap
21
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan hidup
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
e. Pengukuran sikap
Sikap dapat diukur dengan menggunakan wawancara dan angket ( Azwar, 2010 :
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan oleh
Pengukuran sikap afektif tidak dapat diukur seperti halnya sikap kognitif, karena
22
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan tersebut
didukung atau ditolak melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan
yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala
positif maupun pernyataan negative, jika pernyataan positif dinilai oleh subjek
dengan sangat setuju (SS) diberi skor 5, setuju (S) skor 4, kurang setuju (KS) skor
3, tidak setuju (TS) skor 2, sangat tidak setuju (STS) skor 1, jika pernyataan
negative sngat setuju (SS) skor 1, setuju (S) skor 2, kurang setuju (KS) skor 3,
tidak setuju (TS) skor 4, sangat tidak setuju (STS) skor 5 (Budiman dan Riyanto,
A, 2014 : 16 )
3. Seks bebas
Istilah seks mempunyai arti yang lebih luas dari istilah koitus dalam arti kata yang
sempit bersatunya tubuh antar wanita dengan pria. Seksualitas, reaksi dan tingkah laku
seksual didasari dan dikuasai oleh nilai –nilai kehidupan manusia yang lebih tinggi.
Seksualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana
daya tarik rohaniah dan badan ( psikofisik ) menjadi dasar kehidupan bersama antar dua
insan manusia. Dengan demikian dalam hubungan seksual tidak hanya alat kelamin dan
daerah (erogen) mudah terangsang yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi (
irianto, 2014 : 38 )
Menurut soetjiningsih (2010 : 135 ) seks pranikah remaja adalah segala tingkah laku
remaja yang didorong oleh hasrat untuk melakukan hubungan seksual baik dengan lawan
23
jenis ataupun sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi suami istri
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, bai
dengan lawan jenis maupun sesame jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka
ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu. Objek
seksual dapat berupa orang baik lawan jenis maupun sejenis. Sebagian tingkah laku ini
memang tidak mempunyai dampak, terutama bila tidak menimbulkan berakibat fisik bagi
yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual yang
dilakukan sebelum waktunya justru dapat memiliki dampak psikologis serius, seperti rasa
dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena
( sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun norma sosial
yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk
3) Penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media masa yang dengan
adanya teknologi canggih yaitu diantaranya VCD, telepon genggam, internet dan
24
lain-lain menjadi tidak terbendung lagi. Yang dalam periode remaja ingin tahu
dan ingin mencoba, aan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media
masa, khususnya dia belum mengetahui masalah seksual secara lengkap dari
orang tuanya.
4) Peran orang tua, baik karena ketidaktahuannya ataupun karena sikap yang masih
5) Pergaulan yang semakin bebas, tidak dapat diingkari pergaulan bebas antara
wanita dan pria semakin meningkatkan dalam masyaraka (Sarwono, 2013 : 187).
alamiah dari berfungsinya organ reproduksi dan kerja hormon. Dorongan dapat
meningkatkan karena pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca buku atau
Di era teknologi informasi yang tinggi sekarang ini, remaja sangat mudah
moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan
melakukan seks pranikah, karena mengingat ini merupakan dosa besar yang harus
25
ini dapat sirna tanpa bersisa bila remaja dipengaruhi oleh obat-obatan misalnya
dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu,
maka hubungan seks pranikah tidak akan terjadi (Tarwoto, 2010 : 56).
tertarik dengan lawan jenis sampai berlanjut pada tingkah laku berkencan,
bercumbu dan bersenggama. Obyek seksual berupa orang lain, orang dalam
khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku itu tidak berdampak apa-apa
pada dirinya, terutama jika tidak ada akibat fisik yang ditimbulkannya, tetapi pada
melalui berbagai cara. Perilaku seks dapat diwujudkan dalam bentuk KNPI
26
(kissing, necking, petting dan intercourse), yaitu sebagai berikut (Sarwono, 2013 :
69) :
1. Kissing
2. Necking
menimbulkan rangsangan.
3. Petting
organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini
dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik didalam
atau diluar pakaian. Perilaku patting ini juga ditunjukan dengan perilaku oral
seks yaitu melakukan rangsangan dengan mulut pada organ seks pasangannya.
Jika melakukan oral seks itu laki-laki, sebutannya adalah cunnilingus, jika
4. Intercourse
Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan
wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk kedalam vagina
27
untuk mendapatkan kepuasan seksual. Intercourse juga bisa dalam anal seks
Perilaku seks pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja,
1. Dampak psikologis
perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.
2. Dampak fisiologis
3. Dampak social
sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan
yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari
43).
buku atau melihat film yang menampilkan gambar yang merangsang nafsu birahi,
28
membiasakan mengenakan pakaian yang sopan, membuat kelompok-kelompok
Pengendalian ini dapat ditingkatkan melalui pendidikan agama dan budi pekerti,
narkoba, menjadikan orang tua dan guru sebagai model dalam kehidupan sehari-hari.
hubungan seksual saja. Ini dilaksanakan pada remaja, bahkan bisa dilakukan lebih dini.
Perlu terciptanya lingkungan yang kondusif bagi temaja agar tidak melakukan
hubungan seksual pranikah yang dapat dilakukan dengan cara perhatian orang tua yang
lebih seksama, tifak hanya fasilitas dari orang tua yang berlebuhan, serta pengawasan
4. Berpacaran
a. Pengertian berpacaran
Menurut kamus besar bahasa indonesia pacar adalah kekasih atau teman
bersama.
29
(Menurut degenova dan Rice, 2007 : 16) pacaran adalah menjalankan
berpacaran yaitu :
1. Intimasi
saling menerima antar individu yang satu dengan individu yang lain.
2. Passion
b. Gaya Pacaran
Menurut Iwan (2010 : 23) gaya pacran dibedakan menjadi dua yaitu:
Pacaran yang sehat adalah pacaran yang baik yang tidak melanggar
faktor antara lain sehat secara fisik, sehat secara psikis, sehat secara sosial,
30
sehat. Karena terlalu sayang, terkadang sesorang bisa terlalu
larut malam.
31
dilakukan dengan aktivitas tersebut. Biasanya aktivitas seksual
berbahaya.
diantaranya adalah:
32
3. Menjalin keakraban dengan lawan jenis. ( Santrock, 2009 : 123 )
menciptakan hubungan yang unik dengan lawan jenis. Berpacaran juga dapat
melatih kemandirian.
dan perilaku pasangan satu sama lain, pasangan dapat belajar bagaimana cara
Rice, 2007 : 19 ).
d. Tahap berpacaran
1. Tahap ketertarikan
33
2. Tahap ketidakpastian
Pada masa ini sedang terjadi peralihan dari rasa tertarik kearah rasa
tertarik sama dia. Pada tahap ini kita mendadak ragu apakah mau
tahapan ini, kita akan mudah berp.indah dari satu ke orang lain
Pada tahap ini yang timbul adalah keinginan kita kencan dengan
dan menerima cinta dalam suatu hubungan yang khusus tanpa harus
4. Tahap keintiman
Dalam tahap ini mulai merasakan yang sebenarnya, merasa lebih rileks
remaja akan sehat fisik, tidak merusak diri sendiri dan orang lain.
34
b. Memberikan informasi yang cukup mengenai seks
c. Pendidikan seks adalah suatu hal yang penting agar remaja sejak
e. Dampak berpacaran
antara lain :
6. Meningkatkan kriminalitas
35
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori diatas maka dapat disusun kerangka teori sebagai
berikut :
36
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai
berikut :
bebas remaja
Variabel pengganggu
(perancu )
1. Pendidikan
2. Informasi
3. Sosial, budaya dan
ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengetahuan
6. Usia
7. Pengalaman pribadi
8. Pengaruh orang lain
yang dianggap
pentin
9. Pengaruh budaya
10. Media masa
11. Pengaruh emosional
12. pendidikan
37
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka konsep diatas maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah ad hubungan pengetahuan remaja tentang seks bebas dengan sikap berpacaran
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif korelasi
analisis korelasi antara kedua variabel tersebut. Sehingga dapat diketahui seberapa jauh
konstribusi variabel terikat terhadap adanya variabel bebas (Notoadmojo, 2010 : 32).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
B. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmojo,
2010 : 115). Populasi dalam penelitia ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 1
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dan dianggap mewakili seluruh
39
Sampel yang digunakan adalah sebagian populasi atau sebagian siswa dan siswi kelas
pertimbangan tertentu yang telah di buat olebh peniliti, berdasarkan ciri atau sifat-
sifat populasi yang sudah di ketahui sebelumnya (Handayani dan Riyadi, 2011 : 106).
a. Inklusi
b. Eksklusi
untuk menentukan ukuran sample minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada
n= N
1+ N (d)2
Keterangan :
N = besar sampel
n = besar sampel
40
D = besar penyimpangan (0.10)
n= 227___
1+227.0.102
n= 227_____
1+227 (0.10)
n= 227___
1+227
n= 227___ = 69,42
3,27
C. Variable penelitian
Variable penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didaptkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep penelitian
Variable bebas yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variable terikat. Variable independen atau bebas dalam penelitian ini
41
2. Variable dependen (terikat)
Variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable
bebas. Variabel dependen atau variabel terikat pada penelitian ini adalah sikap
D. Definisi Operasional
Ukur
mempengaruhi, 55%.
2010).
berpacaran, alasan
42
berpacaran, dampak (Darmawanti,
mencegah.
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Jenis data
a. Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari subjek penelitian
melalui kuesioner, yaitu data tentang pengetahuan seks bebas dan sikap
b. Data sekunder data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data yang sudah
ada di SMA N 1 Semin Gunung Kidul untuk mengumpulkan data jumlah siswa di
kelas XI.
43
Sebelum respoden mengisi kuesioner, peneliti memberikan penjelasan tentang cara
pengisian keusioner. Kuesioner diisi oleh responden saat itu juga dengan diberikan
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan
data (Arikunto, 2010 : 101). Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup
untuk pengetahuan seks bebas dan sikap berpacaran pada remaja dengan adanya dua
Pada kuesioner pengetahuan remaja tentang seks bebas dengan bentuk jawaban benar (B)
atau salah (S) dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item. Untuk pertanyaan
unfavourabel diberikan skor 0 (nol) untuk jawaban salah (S) dan skor 1 (satu) untuk
jawaban benar (B). Untuk pertanyaan favourabel diberikan skor 0 untuk jawaban benar
dan skor 1 (satu) untuk jawaban salah (S). Dibawah ini merupakan kisi-kisi kuesioner
pertanyaan
44
mempengaruhi
6. Jumlah 10 10 20
pertanyaan
6. Jumlah 10 10 20
Pada sikap kuesioner berpacaran menggunakan skala likert dengan bentuk jawaban
sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), atau sangat tidak setuju
(STS) dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item. Untuk pertannyaan unfavourable diberikan
skor 1 untuk jawaban sangat setuju (SS), skor 2 untuk jawaban setuju (S), skor 3 untuk jawaban
kurang setuju (KS), skor 4 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan skor 5 untuk jawaban sangat
tidak setuju (STS). Untuk pertanyaan favourable diberikan skor 1 untuk sangat tidak setuju
45
(STS), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 3 untuk jawaban kurang setuju (KS), skor 4
untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).
1. Uji Validitas
Sebelum dilakukan pengambilan data dengan kuesioner, maka terlebih dahulu kuesioner
diuji cobakan pada populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan subyek
penelitian. Kemudian hasilnya dianalisa dengan rumus statistik. Uji validitas merupakan
suatu ukuran yang meunjukan tingkat kevalidan atau keaslian suatu intrumen (Arikunto, S,
2010 : 105). Uji validitas dan reabilitas akan dilakukan pada SMK yang dianggap memiliki
karakteristik sama. Uji validitas dan reabilitas akan dilakukan pada mei setelah penyerahan
proposal.
Uji validitas instrumen dimaksud untuk mendapatkan alat ukur yang sahih dan
terpercaya. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur (Arikunto, S, 2010 : 106). Analisis butir pada instrumen penelitian ini diuji dengan
rxy N ∑ X Y – (∑ x) (∑ Y)
Keterangan tabel :
46
∑Y = jumlah skor total
N = banyaknya subyek
Setelah dihitung seluruh korelasi dari setiap instrumen kemudian angka korelasi
tersebut dibandingkan dengan tabel nilai r product moment untuk mengetahui apakah nilai
korelasinya signifikan atau tidak. Bila taraf kesalahan yang ditetapkan 5% dan ternyata harga
r hitung lebih besar dari pada r tabel sehingga Ho ditolak dan Ho diterima maka
kesimpulannya instrumen tersebut valid. Demikian pula sebaliknya apabila harga r hitung
lebih kecil dari r tabel maka instrumen itu dinyatakan tidak valid atau gugur sehingga harus
2. Uji Reabilitas
Reabilitas instrumen menunjukan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
2
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Penelitian
ini menggunakan uji reabilitas internal karena uji reabilitas tersebut diperoleh dengan cara
menganalisis data dengan satu kali pengetahuan (Arikunto, 2010 : 108). Dalam uji reabilitas
k Σ σb2
Γ11 = ൬ ൰ ቆ1 − 2 ቇ
ሺk − 1ሻ σ t
47
Ketrangan :
setelah didapat angka reabilitas dengan rumus Alpha Cronbach, dan diperoleh r hitung
lebih kecil dari 1 maka dikatakan instrumen tersebut andal atau reliable.
1. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisa data terlebih dahulu data harus diolah dengan tujuan mengubah
data menjadi informasi. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langakah yang harus
ditempuh, diantaranya :
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu
Apabila masih ada data atau didapatkan kuesioner yang belum terisi secara keseluruhan
b. Coding
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data
secara manual. Lembaran atau kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor
48
pertanyaan tujuannya untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengecekan data jika
terdapat kekliruan.
c. Data Entry
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai
d. Tabulating
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan
e. Scoring
Yakni pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk memperoleh data
kuantitatif. Dalam penelitian ini urutan pemberian skor berdasarkan tingkatan jawaban
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Teknik analisa data yang dilakukan adalah univariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap tiap variabeldari hasil penelitian pada umumnya hanya menghasilkan distribusi
Setiap responden diukur faktor yang berhubungan dengan perilaku seks remaja
f
p = x100%
n
49
Keterangan :
p = prosentase
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu
meliputi variabel bebas dam variabel terikat. Uji statistik yang digunakan adalah chi-
2
∑ሺf0 − fe ሻ2
x =
Fe
Keterangan :
f0 = frekuensi observasi
fe = frekuensi harapan
kriteria :
Hipotesis penelitian diterima jika nilai x2 hitung > x2 tabel, dan hipotesis
50
J. Rencana dan jalannya penelitian
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan menganalisa masalah yang ada pada sebuah
2. Tahap pelaksanaan
dilaksanakan pada bulan januari 2017 . Sumber sumber data, data primer yang
langsung didapat dari siswa dengan mengisi kuesioner. Alat pengumpulan data
3. Tahap akhir
Tahap akhir dari penelitian ini adalah pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner, yang dibagikan kepada siswa dibantu oleh asisten peneliti, diharapkan
siswa dapat mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk yang sudah ada, diberikan
dikumpulkan kembali untuk dilakukan pengecekan apakah ada kuesioner yang masih
belum terisi dengan lengkap. Setelah itu siswa diberikan penyuluhan tentang
kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan menyajikannya dalam
bentuk Karya Tulis Ilmiah dan harapannya dapat bermanfaat untuk semua pihak.
51
K. Etika Penelitian
Masalah etika yang harus diperthaitkan antara lain sebagai berikut (Hidayat, 2010 : 93) :
1. Inform consent
nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan.
3. Kerahasiaan
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
telah dikumpulkan, hanya kelompok data tertentu yan akan dilaporkan pada hasil
riset.
52
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto
53