Dosen pembimbing:
Disusun oleh:
30901800016
Semester 4
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA SEKS BEBAS-
LGBT”
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ns. Hj.
Dwi Heppy Rochmawati, M. Kep., Sp. Kep.J pada mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Saya sangat berharap hasil tugas makalah ini dapat berguna dalam memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Saya juga menyadari bahwa di dalam hasil tugas
makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya mengharapkan kritik, saran dan usulan yang membangun demi
perbaikan hasil tugas makalah yang telah saya buat di masa mendatang.
Semoga hasil tugas makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan
pada umumnya dan proses pembelajaran Keperawatan Jiwa II.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar belakang................................................................................................4
B. Rumusan masalah...........................................................................................6
C. Tujuan penulisan............................................................................................6
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................8
A. Pengertian.......................................................................................................8
B. Bentuk-bentuk perilaku seksual yang bias dilakukan....................................8
C. Dampak perilaku social..................................................................................9
D. Factor pendorong terjadinya seks bebas........................................................9
E. Akibat dari seks bebas....................................................................................11
F. Upaya pencegahan pergaulan bebas...............................................................12
G. Pandangan agama islam terhadap seks bebas................................................13
H. Ciri-ciri umum LGBT....................................................................................14
I. Factor yang mempengaruhi LGBT................................................................15
J. Cara mengatasi LGBT....................................................................................16
K. Respon umum seseorang terhadap homoseksual...........................................16
L. Dampak-dampak yang ditimbulkan...............................................................17
M. Terapi-terapi LGBT.......................................................................................18
N. Peran perawat menangani LGBT...................................................................18
O. Asuhan keperawatan......................................................................................19
1. Pengkajian................................................................................................19
2. Diagnose keperawatan.............................................................................20
3. Intervensi keperawatan.............................................................................20
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................23
A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran...............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebebasan perilaku seksual dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama penemuan alat kontrasepsi. Seks
bebas atau dalam bahasa populernya disebuat extramarital intercourse atau
kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak
wajar. Tidak terkecuali bukan saja oleh agama dan negara, tetapi juga oleh
filsafat. Ironinya perilaku itu nyatanya cenderung disukai oleh anak muda,
terutama kalangan remaja yang secara biopsikologis sedang tumbuh
menuju proses pematangan. Pada tahap ini remaja biasanya lemah dalam
penggunaan nilai-nilai, norma dan kepercayaan atau dalam perspektif
Freud disebut superego, maka kecenderungan yang ada mereka lebih suka
bertindak ceroboh, trial dan error. Hanya sekedar memenuhi tabiat
aktualisasi diri yang berlebihan, ia rela mengorbankan moralitasnya untuk
memenuhi kehendak mendapatkan pujian dari kelompok (Amirudin,
Thohir, Frieda, & Pudjasantosa, 2011)
Tingginya kasus kenakalan remaja yang menyimpang dari aturan yang
berlaku di masyarakat diantaranya merokok, menggunakan obat terlarang,
mengonsumsi alkohol, dan perilaku seks bebas pranikah (Stanhope dan
Lancaster, 2004). Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja yang
banyak diperhatikan adalah masalah perilaku seks bebas pranikah pada
remaja. Tingginya angka kejadian perilaku pacaran remaja yang tidak
sehat dapat mengarah pada perilaku seks bebas pranikah. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR) yang
dikutip dalam studi kasus (Israwati, 2013) menunjukkan bahwa usia
pertama kali remaja Indonesia berpacaran yaitu pada usia 12 tahun.
Perilaku pacaran remaja yang tidak sehat sebanyak 92% remaja pernah
berpegangan tangan saat berpacaran, 82% remaja pernah melakukan
ciuman, 63% remaja saling meraba bagian sensitive dengan pasangan
pada saat pacaran. Adanya perilaku pacaran yang tidak sehat dapat
menimbulkan remaja untuk mengarah pada hubungan seks bebas pranikah
(Israwati,2013)
Hasil survey (BKKBN, 2010) di Surabayabahwa sebanyak 54% remaja
perempuan sudah tidak memiliki keperawanan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sari (2014) mengenai bentuk perilaku pacaran remaja
yang dilakukan di salah satu SMA di Surabaya didapatkan hasil bahwa
sebanyak 90% berpegangan tangan dengan mesra saat bersama pasangan,
78% berpelukan, Sebanyak 75% pernah berciuman, sebanyak 56% pernah
4
saling meraba bagian sensitif, sebanyak 37% pernah melakukan petting,
sebanyak 33% pernah oral seks, sebanyak 27% remaja mengaku sudah
pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Semakin
maraknya masalah kesehatan reproduksi yang terjadi di kalangan remaja,
oleh sebab itu perlu adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan aktivitas
remaja dalam menjaga kesehatan reproduksinya.
Gerakan LGBT bermula di dalam masyarakat Barat. Cikal bakal
lahirnya gerakan ini adalah pembentukan Gay Liberation Front (GLF) di
London tahun 1970, Gerakan ini terinspirasi dari gerakan pembebasan
sebelumnya di Amerika Serikat tahun 1969 yang terjadi di Stonewall
Kampanye LGBT berfokus pada upaya penyadaran kepada kaum lesbian,
gay, biseksual dan transgender dan masyarakat umum bahwa perilaku
mereka bukan penyimpangan sehingga mereka layak mendapatkan hak-
hak seksual sebagaimana orang lain (Ayub, 2015).
Indonesia menjadi negara kelima terbesar di dunia dalam menyumbang
penyebaran LGBT atau lesbi, gay, biseksual, dan transgender. Demikian
hasil survei CIA di lansir six pack magazine.net. Populasi LGBT di
Indonesia ke-5 terbesar di dunia, setelah China, India, Eropa, dan
Amerika. Sedangkan pengguna Facebook di Amerika yang menyatakan
secara terbuka sebagai LGBT berjumlah 26 juta. Sejumlah lembaga survei
independen dalam dan luar negeri menyebut, Indonesia memiliki populasi
3% LGBT. Dengan kata lain, dari 250 juta penduduk Indonesia, sekitar
7,5 jutanya adalah LGBT. Berarti dari 100 orang yang berkumpul di suatu
tempat, 3 di antaranya memungkinkan mereka adalah LGBT (Onhit, 2016)
Berdasar estimasi Kemenkes tahun 2012, terdapat 1.095.970 homo atau
gay yang di istilahkan LSL: lelaki seks dengan lelaki, baik yang tampak
atau tidak. Lebih dari lima persennya atau sebanyak 66.180 mengidap
HIV. Sedangkan, badan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) dan
memprediksi jumlah LGBT jauh lebih banyak, yakni tiga juta jiwa, itu di
tahun 2011. Mereka berlindung di balik ratusan organisasi masyarakat
yang mendukung kecenderungan untuk berhubungan seks sesama jenis.
Setahun belakangan dunia dihebohkan pernikahan yang dilakukan tiga
pria gay di Thailand. Ketiga homo itu mengaku saling mencintai dan
meneruskan hubungannya ke jenjang pernikahan. Kisah tiga gay tersebut
menikah pada hari Valentine, 14 Februari 2015. Mereka adalah Joke,
Belle dan Art. Foto-foto mereka dengan baju pernikahan tersebar di
internet dan menjadi pembicaraan dunia, demikian Gay Star News
(Penajan, 2016).
Kota Makassar menuju kota megapolitan. Perkembangannya begitu pesat.
Mau tidak mau dampak sosial tak terhindarkan, termasuk gaya hidup seks.
Kini, sebagian kaum sudah beralih ke gaya trans seksual atau hubungan
5
seks sesama jenis. Mereka lazimnya disebut kaum homoseksual atau gay
untuk pria dan lesbi untuk perempuan. Pengelola Program Komisi
Penanggulangan Aids (KPA) Kota Makassar, Rodham mengungkapkan
saat ini di Makassar sudah ada seks sesama jenis. Kaum ini makin tumbuh
dan terus memasuki sosial masyarakat. Di Makassar sudah ada yang
namanya seks lelaki dengan lelaki. Panti pijat lelaki yang pekerjanya
merupakan para laki-laki yang siap melayani kaum lelaki yang ingin
berhubungan seksual, bahkan pria tersebut ada yang masih berusia 16
tahun, bebernya kepada Rakyat Sulsel, baru-baru ini
(Makassar, 2012)
B. Rumusan masalah
A. Apa pengertian seks bebas-LGBT
B. Apa saja Bentuk-bentuk perilaku seksual yang biasa dilakukan
C. Bagaimana Dampak perilaku seks bebas
D. Apa factor pendorong terjadinya seks bebas
E. Bagaimana akibat dari seks bebas
F. Sebutkan upaya pencegahan pergaulan bebas
G. Apa pandangan agama islam terhadap seks bebas
H. Apa saja ciri-ciri umum LGBT
I. Apa factor yang mempengaruhi LGBT
J. Bagaimana cara mengatasi LGBT
K. Bagaimana Respon umum seseorang terhadap homoseksual
L. Apa saja dampak-dampak yang timbul
M. Bagaimana terapi-terapi LGBT
N. Bagaimana Peran perawat menangani LGBT
O. Apa saja asuhan keperwatan
C. Tujuan penulisan
A. Untuk mengetahui tentang pengertian seks bebas-LGBT
B. Untuk mengetahui tentang bentuk-bentuk seksual yang bias dilakukan
C. Untuk mengetahui tentang dampak perilaku seks bebas
D. Untuk mengetahui tentang factor pendorong terjadina seks bebas
E. Untuk mengetahu tentang akibat dari seks bebas
F. Untuk mengetahui tentang upaya pencegahan pergaulan bebas
G. Untuk mengetahui tentang pandangan agama islam mengenai seks
bebas
H. Untuk mengetahui tentang ciri-ciri umum LGBT
I. Untuk mengetahui tentang factor yang mempengarui LGBT
J. Untuk mengetahui tentang cara mengatasi LGBT
6
K. Untuk mengetahui tentang respon umum seorang terhadap
homoseksual
L. Untuk megetahui tentang dampak yang timbul
M. Untuk mengetahui tentang terapi-terapi LGBT
N. Untuk mengetahui tentang peran perawat mengenai LGBT
O. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan
7
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang
yang saling menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum
perkawinan. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-martial
intercourse atau kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang
dipandang tidak wajar (Banun, 2012).
Menurut Sarwono (2010) yang dimaksud seks bebas adalah hubungan yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan awan jenis maupun dengan sesama
jenis yang dilakukan pada pasangan tanpa adanya ikatan pernikahan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa perilaku seks bebas adalah perilaku hubungan
seksual yang didorong oleh hasrat seksual dilakukan oleh lawan jenis maupun
sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan.
8
C. DAMPAK PERILAKU SEKS BEBAS
Perilaku tersebut memiliki banyak dampak negative diantaranya kehamilan
tidak diinginkan (KTD), aborsi, risiko terkena infeksi menular seksual (IMS)
seperti ulkus mole, klamidia, trikonomiasis, skabies, sifilis, kutil kelamin
(kondiloma akunimala), herpes genital, gonorhoeae, dan risiko tertular
HIV/AIDS. Penyebaran HIV/AIDS menjadi masalah yang kini dihadapi oleh
dunia, dan tidak hanya menjadi permasalahan milik beberapa Negara saja. Di
Indonesia, peningkatan jumlah individu yang terpapar HIV/AIDS (lebih
sering disebut sebagai ODHA) juga tergolong mencengangkan dan
memprihatinkan. Indonesia disebut sebagai negara yang mengalami
peningkatan jumlah orang dengan HIV/AIDS tertinggi di ASEAN sejak 2001
hingga sekarang. Keadaan ini tentu memaksa pemerintah dan banyak institusi
yang berkepentingan bekerja keras untuk menekan laju pertumbuhan
pengidap HIV/AIDS di Indonesia (Irfan, 2016).
9
Fasilitas yang lengkap akan mempermudah seseorang untuk dapat
melakukan seks bebas. Jika seorang remaja atau mahsiswa memiliki
fasilitas yang mendukung utnuk mereka melakukan seks bebas seperti
rumah yang nyaman dari perhatian warga, maka perlakuan seks bebas
akan mudah sekali terjadi. Contohnya seperti kontrakan-kontrakan bebas
yang bias digunakan oleh para remaja untuk melakukan seks bebas.
4. Tekanan dari seorang pacar.
Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga
sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan
suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, harga diri selayaknya orang
dewas dan pemikiran seperti itu sangat banyak dijumpai.
5. Pelampiasan diri.
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur
berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada
lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya
tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan
menjerumuskannya dalam pergaulan bebas seperti seks bebas.
6. Kurangnya pengetahuan tentang seks bebas.
Karena menganggap bahwa hubungan seks bebas adalah bentuk
penyaluran kasih sayang dalam sebuah hubungan berpacaran. Kebanyakan
dari mereka merasa tanpa seks kegiatan pacaran mereka tidak efektif,
padahal pemikiran seperti itu adalah bentuk bujuk rayu setan.
7. Rasa ingin tahu tentang sesuatu yang berbau seksual.
Pada usia remaja keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi
ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa
penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi
melakukan berbagai macam percobaan yang tanpa mereka sadari bahwa
percobaan tersebut berbahaya.
8. Tontonan yang tidak mendidik.
Akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan bagi remaja sangat
besar. Oleh sebab itu sebaiknya tontonan yang mendidiklah yang harus
diberika pada seorang anak sejak dini sehingga kelak saat remaja menjadi
remaja yang baik.
9. Pergaulan bebas.
Pergaulan bebas yang melewati batas seperti dugem, minum-minuman
keras dan sebagainya akan berujung pada seks bebas. Karena pergaulan
bebas dapat menyebabkan seseorang lupa diri, merasa tidak modern jika
tidak mengikuti tren yang akan berujung pada seks bebas. Yang pada
dasarnya pemikiran seperti itu sangat salah.
10. Masa remaja terjadi kematangan biologis.
10
Seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagaimana
layaknya orang dewasa sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara
normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah
terpengaruhi oleh stimuli yang merangsang gairah seksualnya.
11. Rendahnya pengetahuan tentang bahaya seks bebas.
Faktor pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang tinggi,
kurangnya pengetahuan akan dampak dan akibat akan hal yang kita
lakukan dapat memudahkan kita terjerumus ke dalam hal hal yang negatif.
12. Salah bergaul
Teman merupakan orang yang sangat berpengaruh bagi para remaja.
Apabila seorang remaja salah dalam memilih teman maka akibatnya akan
fatal. Memilih teman berarti memilih masa depan, maka siapapun yang
ingin masa depannya cerah ditengah bekapan arus globalisasi, serta luas
ilmu dan wawasannya, maka ia harus pandai dalam memilih teman.
11
4. Aborsi dan bunuh diri.
Terjadinya hamil diluar nikah akibat seks bebas akan menutup jalan
fikiran sipelaku, guna menutupi aib ataupun mencari jalan keluar agar
tidak merusak nama baik dirinya dan keluarganya hal tersebut dapat
berujung pada pembunuhan janin melalui aborsi bahkan bunuh diri.
5. Terjangkit Penyakit.
Mudah terjangkit penyakit HIV/AIDS serta penyakit-penyakit kelamin
yang mematikan, seperti penyakit herpes dan kanker mulut rahim. Jika
hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena
penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
6. Gangguan kejiwaan.
Akibat seks bebas seseorang dapat mengalami gangguan kejiwaan atau
setres, disebabkan karena ketidak mampuan menerima kehidupan,
kurangnya persiapan mental untuk hamil serta takut terhadap hukuman
Tuhan.
12
Dalam penyuluhan tersebut dapat dijelaskan kepada kaula muda
khususnya remaja dan mahasiswa tentang sebab-akibat dari pergaulan
bebas. Sehingga mereka dapat menghindarikan diri dari hal-hal yang akan
membawa mereka pada seks bebas.
f. Menegakkan Aturan Hukum.
Sudah sepatutnya para penegak hukum menjaga tempat-tempat yang
sering digunakan oleh para kaula muda untuk berpacaran.
g. Pacaran sehat.
Berpacaran sangat lekat hubungannya dengan seks, karena tidak sedikit
mereka yang melakukan seks bebas bersama kekasihnya. Disitulah kita
tanamkan budaya pacaran sehat tanpa seks. Berpacarn sehat itu seperti:
tidak berhubungan seks tetapi pacar sebagai pemberi motivasi.
h. Munakahat.
Munakahat atau menikah. Cara ini efektif sekali. Inilah yang ditawarkan
oleh Islam sebagai salah satu solusi atas seks bebas. Karena pada dasarnya
pacaran yang baik adalah pacaran setelah menikah, untuk menghindarkan
fitnah dan perbuatan zina
13
dengan cambukan yang paling keras dan dibuang dari negeri asalnya selama
satu tahun. Namun di Indonesia tidak dapat memberlakukan hukum rajam
karena indonesi merupakan negara yang domokrasi, hukum rajam berlaku di
negara islami seperti arab. Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak
tergoda pola hidup seks bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan
dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula
untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja
yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat. Saat ini
untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas-terutama di kalangan remaja-
bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsur agama yang kuat, juga
dibentengi dengan pendampingan orang tua dan selektifitas dalam memilih
teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman
dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri. Selain itu, sudah saatnya di
kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di
sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar.
Melihat fakta yang terjadi di sekitar kita, banyak para pemuda dan pemudi
yang mengaku dirinya muslim tetapi mereka melakukan perbuatan zina. Jika
hal ini dibiarkan, maka akan sangat berabahaya bagi kelanjutan da’wah Islam.
Betapa sedihnya jika umat Islam yang begitu besar tetapi akhlak para
pemudanya penuh dengan kebobrokan. Naudzubillahi min zaalik. Padahal
Islam telah menetapkan dan mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas
diantaranya dengan menjaga dengan pandangan mata dan memelihara
kehormatan (tarji). Solusi islam dalam penanggulangan seks bebas yaitu:
Memberikan hukuman yang berat seperti yang telah disampaikan sebelumnya
sehingga manusia merasa takut untuk berbuat zina.
Memberikan suatu ketetapan yang mampu memberitahukan kedalam hati
nurani kita bahwa berzina itu salah dan akan menimbulkan malapetaka.
Memberikan saran agar menjaga hawa nafsu dengan puasa sunnah.
14
6. Fitrah dan tabiat mereka terbalik dan berubah dari fitrah yang telah
diciptakan Allah, yaitu lebih mencintai pada sejenis bukan pada lawan
jenis
7. Mereka merasa mendapatkan kelezatan dan kebahagiam apabila mereka
bias melampiaskan nafsu birahi mereka pada tempat tempat yang kotor
dan najis dan tidak wajar, lalu melepaskan air kehidupan (mani) disitu (di
mulut, di dubur, dan di tempat lain yang tidak semestinya)
8. Pikiran dan ambisi mereka setiap saat terlalu terfokus pada perbuatan keji
itu, karena laki-laki ada di hadapan mereka di setiap waktu. Apabila
mereka melihat anak kecil, pemuda atau orang sudah berumur maka
mereka akan menginginkannya baik objek maupun pelaku.
9. Rasa malu mereka kecil, mereka tidak malu kepada Allah juga kepada
makhluknya, tidak ada kebaikan yang diharapkan dari mereka
10. Mereka tidak tampak jantan, mereka lemah dihadapan laki-laki karena
merasa butuh kepadanya.
11. Allah mensifati mereka sebagai orang fisik dan pelaku kejelekan
12. Selain itu, mereka juga disebut sebagai orang yang melampaui batas
15
dapat dibentuk oleh lingkungan. Dalam hubungan resiprokal ini terjadi
pembelajaran sosial yang mengarah pada transfer informasi, kebiasaan atau
perilaku. Anak yang selalu menonton tayangan perilaku tak laras gender
seperti laki-laki yang berperilaku gemulai membuka peluang bagi anak untuk
bersikap sama. Reaksi yang muncul pertama kali adalah perasaan aneh, lucu,
atau bahkan tidak memberikan reaksi apapun, sebab anak belum memiliki
skema pengetahuan tentang sosok maskulinitas pada laki-laki. Reaksi kedua,
anak mulai memiliki pengetahuan bahwa laki-laki bersifat seperti apa yang
dilihatnya. Reaksi ketiga anak mengikuti gaya atau perilaku laki-laki yang
sering dilihatnya. Selanjutnya perasaan aneh atau lucu di awal reaksi berubah
menjadi perasaan yang understandable dan acceptable. Dalam kondisi ini
sudah terjadi internalisasi nilai tentang sosok laki-laki yang lama kelamaan
sangat mungkin berubah menjadi internalisasi pola perilaku. Jika lingkungan
dapat mempengaruhi perilaku dan sebaliknya perilaku dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, maka saat mulai terjadi internalisasi nilai, individu dapat
membatasi diri untuk bersikap lebih bijak dalam menyikapi fenomena LGBT.
Individu dapat merubah persepsi sekaligus pola fikir yang bersimpul pada
pola perilaku untuk menolak atau mengikuti suatu fenomena tertentu. Ditilik
dari kajian psikoneurologis, individu dibekali kemampuan di dalam otaknya
untuk melakukan imitasi gerakan, tindakan, suara, perilaku atau berbicara.
Bagian otak yang bertugas mengatur imitasi yang dilakukan individu disebut
lobus parietal dari belahan yang dominan. Temuan Liepmann menunjukkan
bahwa individu yang mengalami lesi di bagian daerah-daerah otak tersebut
kehilangan kemampuan meniru.
16
d. Risiko mencederai diri dan bunuh diri
e. Rusaknya hubungan dengan keluarga
f. PTSD dan depresi
g. Sexually Transmitted Disease (e.g. HIV/AIDS)
h. Risiko kanker anal dan kolon
2. Dampak sosial
Beberapa dampak sosial yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:
Penelitian menyatakan “seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106
orang per tahunnya. Sedangkan pasangan zina seseorang tidak lebih dari 8
orang seumur hidupnya.”
43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti menyatakan
bahwasanya selama hidupnya mereka melakukan homo seksual dengan
lebih dari 500 org. 28% melakukannya dengan lebih dari 1000 orang. 79%
dari mereka mengatakan bahwa pasangan homonya tersebut berasal dari
orang yang tidak dikenalinya sama sekali. 70% dari mereka hanya
merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit saja.
3. Dampak Pendidikan
Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi yang
menganggap dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan putus
sekolah 5 kali lebih besar daripada siswa normal karena mereka
merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari mereka dipaksa meninggalkan
sekolah.
17
4. Dampak Keamanan
Dampak keamanan yang ditimbulkan lebih mencengangkan lagi yaitu:
Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada anak-
anak di Amerika Serikat; padahal populasi mereka hanyalah 2% dari
keseluruhan penduduk Amerika. Hal ini berarti 1 dari 20 kasus homo
seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak, sedangkan dari 490
kasus perzinaan 1 di antaranya merupakan pelecehan seksual pada anak-
anak.
Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentase sebenarnya
kaum homo seksual antara 1-2% dari populasi Amerika, namun mereka
menyatakan bahwa populasi mereka 10% dengan tujuan agar masyarakat
beranggapan bahwa jumlah mereka banyak dan berpengaruh pada
perpolitikan dan perundang-undangan masyarakat.
M. TERAPI-TERAPI LGBT
a. Terapi Konseling Realita
Tujuan dari konseling realita adalah membantu individu untuk mencapai
otonomi yaitu, kemampuan untuk dapat menentukan bagaimana cara
untuk menyelesaikan masalah oleh diri sendiri dan menentukan kea rah
mana seseorang tersebut akan berjalan. Sehingga individu mampu untuk
bertanggung jawab atas diri dan realistis terhadap tujuan yang ingin
mereka raih.
Teknik ini berfokus pada rasionalitas konseli dalam setiap potensi dan
usaha yang dilakukannya saat ini dalam mencapai tujuan hidupnya. Dalam
prosedurnya akan mengembangkan konsep WDEP. Wants (keinginan dan
kebutuhan), D (arah dan tindakan), E (self evaluation) dan P (prencanaan)
terapi ini digunakan untuk mengahadapi masalah kegagalan pembentukan
konsep diri oleh individu. Seperti tujuannya untuk mengubah konsep
orang dengan orientasi homoseksual menjadi hetero seksual.
b. Terapi Hormon
Untuk penderita yang mengaku karena hormone kemungkinan masih
dapat disembuhkan dengan terapi hormone
c. Terapi Psikologi
Untuk mereka yang terpengaruh karena lingkungan.
d. Terapi Pembalikkan/ Terapi Konversi
Bertujuan untuk membantu orang-orang gay dan lesbian untuk mengubah
orientasi seksual mereka dari homoseksual menjadi heteroseksual
(penyuka lawan jenis).
18
2. Perlakukan gay sebagai klien yang butuh “Caring”
3. Holistic
4. Culturally sensitive = Family involvement
5. Percaya diri memberikan informasi seimbang tentang akibat gaya hidup
‘homoseks’ (e.g. STD) dan sumber-sumber yang dapat membantu klien
mantap dengan heteroseksual
6. Selesaikan konflik nilai dalam diri perawat: pada posisi apa anda tentang
homoseksual ini? E.g. ‘setujukah dengan perkawinan sejenis?”. Berada
pada satu posisi yang diyakini ‘benar’ tidak masalah.
O. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data
yang berkaitan dengan aspek psikososial:
b. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang.
menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah
seksual
c. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
d. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual,
jangan terburu-buru
e. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum, dan luas untuk
mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, persepsi, dan dampak
penyakit berkaitan dengan seksualitas
f. Jangan mendesak klien untuk membicarakan seksualitas, biarkan
terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan dating
g. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit
dapat dipakai untuk memulai membahas masalah seksual
h. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang
masalah apa yang dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari
klien
i. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal
yang belum jelas
j. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai klien
sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan
tentang masalah seksual
k. Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan
klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain:
- Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan
seksual
- Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik
atas ketidakpuasan seksual
19
- Rasional, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau
penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
- Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan
lemah, perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum
terselesaikan secara tuntas
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Disfungsi Seksual b.d Perubahan Biopsikososial Seksualitas, b.d
Kelainan Seksual
2. Gangguan Identitas Diri b.d Gangguan Peran Sosial
3. Harga Diri Rendah Kronis b.d Ketidaksesuaian budaya
4. Risiko Bunuh Diri b.d Gangguan psikologis (remaja homoseksual)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Disfungsi Seksual b.d Perubahan Biopsikososial Seksualitas, b.d
Kelainan Seksual
- Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Terapeutik
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepekatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Fasilitasi kesadaran keluarga terhadap anak dan remaja serta
pengaruh media
- Edukasi
Jelaskan anatomi dan fisiologi system reproduksi laki-laki dan
perempuan
Jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan
Jelaskan perkembangan emosi masa anak dan remaja
Jelaskan pengaruh tekanan kelompok dan sosial terhadap
aktivitas seksual
Jelaskan risiko tertular penyakit menular seksual dan AIDS
akibat seks bebas
Anjurkan anak/remaja tidak melakukan aktivitas seksual di luar
nikah
2. Gangguan Identitas Diri b.d Gangguan Peran Sosial
- Observasi
20
Monitor perubahan orientasi
Monitor perubahan kognitif dan perilaku
- Terapeutik
Perkenalkan nama saat memulai interaksi
Orientasikan orang, tempat, dan waktu
Hadirkan realita (mis. beri penjelasan alternative, hindari
perdebatan)
Gunakan simbol dalam mengorientasikan lingkungan (mis.
tanda, gambar, warna)
Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup, sesuai kebutuhan
- Edukasi
Anjurkan perawatan diri secara mandiri
Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi realita
3. Harga Diri Rendah Kronis b.d Ketidaksesuaian budaya
- Observasi
Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
- Terapeutik
Diskusikan tergantung jawab terhadap perilaku
Jadwalkan kegiatan terstruktur
Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan
konsisten setiap dinas
Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
Bicara dengan nada rendah dan tenang
Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
Cegah perilaku pasif dan agresif
Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan
perilaku
Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
Hindari sikap mengancam dan berdebat
Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah
ditetapkan
- Edukasi
Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
4. Risiko Bunuh Diri b.d Gangguan Psikologis (Remaja Homoseksual)
- Observasi
Identifikasi mood (mis. tanda, gejala, riwayat penyakit)
Identifikasi risiko keselamatan diri atau orang lain
21
Monitor fungsi kognitif (mis. konsentrasi, memori,
kemampuan membuat keputusan)
Monitor aktifitas dan tingkat stimulasi lingkungan
- Terapeutik
Fasilitasi pengisian kuesioner self-report (mis. Beck
Depression Inventory, skala status fungsional), jika perlu
Berikan kesempatan untuk menyampaikan perasaan dengan
cara yang tepat (mis. sandsack, terapi seni, aktivitas fisik)
- Edukasi
Jelaskan tentang gangguan mood dan penanganannya
Anjurkan berperan aktif dalam pengobatan dan rehabilitasi,
jika perlu
Anjurkan rawat inap sesuai indikasi (mis. risiko keselamatan,
deficit perawatan diri, sosial)
Ajarkan mengenali pemicu gangguan mood (mis. situasi stress,
masalah fisik)
Ajarkan memonitor mood secara mandiri (mis. skala tingkat 1-
10, membuat jurnal)
Ajarkan keterampilan koping dan penyelesaian masalah baru
- Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat, jika perlu
Rujuk untuk psikoterapi (mis. perilaku, hubungan
interpersonal, keluarga, kelompok), jika perlu
22
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terjadinya seks bebas di kalangan remaja dikarenakan banyak faktor, yang
paling utama adalah pesatnya perkembangan jaman, hal tersebut membuat
pergaulan menjadi bebas, sehingga banyak remaja yang bergaul tanpa batasan
dan etika. Salah satu contohnya dalam berpacaran. Para remaja berpacaran
tidak mempunyai batasan serta etika sehingga dalam berpacaran lebih banyak
dampak negatife dibandingkan dampak positif seperti halnya seks bebas.
Persepsi yang salah tentang seks bebas menyebabkan mereka berfikir bahwa
melalui seks bebaslah tersalurnya cinta dan kasih sayang. Pergaulan remaja
yang bebas sebenarnya dikarenakan oleh segala macam perkembangan yang
di salah artikan oleh remaja itu sendiri maupun lingkungannya. Seks bebas
menyebabkan para remaja kehilangan bangku sekolahnya, sama halnya juga
para mahsiswa yang terpaksa berhenti kuliah karna hamil diluar nikah. Selain
itu, hamil diluar nikah dapat berujung pada pengguguran janin, baik melalui
aborsi ataupun bunuh diri karena tidak siapnya menerima kenyataan (hamil
diluar nikah) tersebut. Tidak ada satu agamapun yang mewajibkan
pengikutnya untuk melakukan seks diluar nikah. Dibuktikan dengan Firman
Allah SWT:
Artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. A l-Isra’: 32)
B. SARAN
Permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali.
Usaha untuk pencegahan sudah semestinya terus dilakukan untuk
menyelamatkan generasi muda kita. Agar lebih bermoral, agar lebih bisa
diandalkan untuk kebaikan negara ke depan. Beberapa saran tentang seks
bebasyang perlu diperhatikan adalah: Kepada pihak orang tua, berikan semua
yang terbaik untuk anak tetapi tetap memperhatikan dalam membimbing dan
mengarahkan remaja dengan dalam memberikan pandangan yang benar
mengenai persepsi pacaran agar terhindar dari seks bebas.
23
Kepada generasi muda agar menetapkan tujuan dan arah hidup yang jelas,
belajar lebih mengenal diri sendiri, meningkatkan ke imanan dan
ketakwaannya dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat serta bergaul dengan
teman secara benar sehingga dapat terhindar dan terjerumus pada perilaku
seks bebas. Tingkatkanlah pengetahuan tentang segala perkembangan dengan
tetap meningkatkan pula keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Kepada para remaja baik pelajar maupun mahasiswa agar selain belajar
juga ikut ambil bagian dalam kegiatan yang positif dan kreatif dalam rangka
menyalurkan energi yang berlebih sehingga tidak mengarah pada penyaluran
dorongan bilogis secara langsung, misalnya dengan kegiatan Keolahragaan,
pecinta alam, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat mengembangkan
potensi dan bakat masing-masing.
24
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, TM, NRH, F., & Pudjasantosa. (2011). Kecendrungan Perilaku Seks Bebas Remaja
Perkotaan . BKKBN Semarang, 182.
Azmi, K. R. (2015). Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling , VOL. 1 NOMOR 1 ISSN 2443-
2202.
Banun, F, O. S., & Setyorogo. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Semester V STIKes X Jakarta Timur. Jurnal Ilmiah
Kesehatan , 12-19.
Budiarty, & Astry. (2011). Gaya Hidup Lesbian (Kasus di Kota Makasar0 . Universitas
Hasanuddin Makasar.
Hidayatuloh, Y. (2015). Strategi Koping Terhadap Stress pada Kaum Homoseksual (gay).
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim , 8-10.
Irfan, I, H., & Wahyu, R. (2016). Harga Diri Seksual, Kompulsivitas Seksual, dan Perilaku Seks
Berisiko pada Orang dengan HIV/AIDS . Jurnal Psikologi, 54-55.
Makasar. (2012).
Nurhayani , S. (2016). Dampak yang Timbul Akibat LGBT dan Strategi Menghadapinya.
PPNI, P. T. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Indikator Diagnostik. jakarta:
DPP PPNI: Edisi 1.
Putri, D. (2019). Pahami Masalah LGBT dengan Konseling Melalui Teori Realitas Al-Hikmah.
25
Sarwono. (2010). Teori Psikologi Sosial .
Subandi. (2017). Gambaran Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender(LGBT). Jurnal Riset Kesehatan , VOL 9 NO 2.
Susanti, S., Setyowati, E., & Nanik, R. (2016). Persepsi Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Surabaya
Terhadap Perilaku Orang dengan HIV/AIDS . Jurnal Psikologi, 2.
26