Disusn Oleh :
Dosen pembimbing :
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................3
BAB 1...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6
1.3 Tujuan Pembahasan....................................................................................................................6
BAB 2...........................................................................................................................................................7
ISI / PEMBAHASAN......................................................................................................................................7
2.1 Pengertia Seks Bebas pada Remaja..........................................................................................7
2.2 Dampak Negatif Psikologis Remaja Akibat Seks Bebas............................................................7
2.3 perkembangan konsep diri remaja pada kasus pergaulan bebas (free sex).............................9
2.4 Faktor Penyebab Seks Bebas pada Remaja...........................................................................10
2.5 Sistem Kerja Mekanisme Koping pada Remaja yang Terjrumus Perilaku Seks Bebas............11
2.6Terapi pada Remaja yang terkena Adikasi Pornografi yang Mengakibatkan Perilaku Seks Bebas 12
2.7 Asuhan Keperawatan.............................................................................................................13
BAB 3.........................................................................................................................................................35
PENUTUP...................................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................36
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat ALLAH SWT karena atas karunia-Nya lah, Saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tugas makalah yang diberi judul “TENTANG
SEKS BEBAS PADA REMAJA ” dimana tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah
Keperawatan Jiwa dari Fakultas Ilmu Kepeawatan UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG.
Di kesempatan kali ini pula saya ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini. Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis ,mohon maaf sebesar-besarnya .Harapan kami, kiranya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam
pembelajaran. Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Saya dengan senang hati akan menerima kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian, dengan ini saya ucapkan terimakasih .
Wassalamualaikum wr.wb
( Risma Wulandari )
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Remaja merupakan masa terjadinya tumbuh kembang secara pesat baik fisik,
psikologis atau secara intelektual. Masa tumbuh kembang tersebut mengakibatkan para
remaja memiliki sifat dan karakter khas yang sama yaitu rasa keingintahuan yang tinggi
dan gemar melakukan petualangan serta suka terhadap tantangan ,Ningsih (2018).
Seks bebas adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan
dalam bentuk tingkah laku. Tingkah ini beraneka ragam, mulai dari saling tertarik dengan
lawan jenis, lalu berkecan, bercumbu dan diakhiri dengan dampak yang tidak baik, lalu
akhirnya dampak tersebut akan timbul baik bagi lingkungan, sosial, maupun pribadi
terutama sangat berdampak pada psikologis. Jika lingkungan psikologis terganggu maka
sosial pun akan berubah. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi penting khususnya
4
bagi remaja, agar remaja mengetahui fungsi – fungsi reproduksi secara benar dan sehat
serta bertanggung jawab .
Pada tahun 2014 menyebutkan, remaja saat ini telah melakukan perilaku seksual
didominasi dari memegang tangan (62,4%), diikuti oleh memeluk (37,1%), mencium (34.
3%), membelai (23.6%), seks oral/ masturbasi (18,8%) dan seks yang haram (8.7%).
Hasilnya juga menunjukkan bahwa sebagian besar remaja perempuan terlibat dalam seks
haram (65,6%), sementara (34.6%) pada laki-laki. Kebanyakan remaja yang terlibat
dalam seks haram berasal dari latar belakang keluarga dengan orangtua yang bekerja
sendiri (33.33%). Dari kota-kota lain di Indonesia juga didapatkan data remaja yang
sudah melakukan hubungan seksual tercatat 54% di Surabaya, 47% di Bandung dan 52%
di Medan. Berdasarkan survey yang dilakukan Komisi Nasional Perlindungan Anak
(2011)
Gambaran kondisi remaja Indonesia saat ini antara lain menikah usia remaja, seks
pranikah dan kehamilan tidak dinginkan, aborsi 2,4 juta: 700-800 ribu adalah remaja,
17.000/tahun, 1417/bulan, 47/hari banyak perempuan meninggal karena komplikasi
kehamilan dan persalinan, HIV/AIDS: 1283 kasus. Penelitian yang dilakukan ke 8941
pelajar oleh Rita Damayanti dari 119 sekolah setingkat SMA di Jakarta terdapat 5 dari
100 pelajar SMA sudah pernah melakukan seks pranikah. Sumber(
http://eprints.undip.ac.id/52129/ )
5
1.2 Rumusan Masalah
6
BAB 2
ISI / PEMBAHASAN
Menurut akbar ( dalam Amrillah, et al: 2006 ) perilaku seks bebas atau premarital
Intercourse adalah segala bentuk perilaku atau aktivitas seksual yang dilakukan tanpa
adanya Ikatan perkawinan . Menurut Adikusuma , et al ( 2008 ) perilaku seks bebas
adalah hubungan seksual antara dua individu tanpa ikatan perkawinan . Bungin (2001)
memberikan batasan perilaku seksual bebas remaja yakni aktivitas seksual di kalangan
remaja sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) , yaitu aktivitas seksual yang dilakukan
sebelum pernikahan . Perilaku seksual dimaksud adalah perilaku seks yang dilakukan
bersamaan dengan orang lain , seperti berpegangan tangan dengan lawan jenis ,
berciuman , berpelukan , petting dan senggama . Menurut Stuart dan Sundeen(2001),
perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalamikatan yang
sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakanperilaku seksual
yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun
menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
7
b. Bertentangan dengan Etika, Moral, dan Kepatutan Sosial
Berhubungan seksual bukan dengan pasangan dalam ikatan pernikahan resmi,
jelas merupakan pelanggaran etika, moral dan kepatutan sosial. Ajaran etika dan
moral sangat menekankan kesantunan, budi pekerti dan akhlak tinggi. Manusia
berbeda dengan hewan yang tidak memiliki etika dan moral sehingga melakukan
hubungan seksual dengan siapa saja termasuk dengan keluarganya sendiri.
c. Sumber dan Penyebaran Berbagai Penyakit
Berganti- ganti pasangan adalah sumber berbagai penyakit, terutama penyakit
kelamin yang mengerikan. Penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome), sampai sekarang belum dite ukan obat penyembuhnya adalah salah
satuakibat dari dampak seks bebas.
d. Mengakibatkan Lonjakan Pertumbuhan Penduduk
Salah satu resiko seks bebas adalah kehamilan remaja. Remaja yang hamil
terpaksa menikah muda, maka otomatis mengakibatkan lonjakan penduduk, tetapi
dengan kualitas yang buruk sehingga banyak generasi yang tidak berkualitas
mengakibatkan pengelolaan bumi pada masa mendatang semakin buruk.
e. Menimbulkan Keresahan Sosial
Hubungan seksual yang dilakukan remaja akan menimbulkan keresahan
sosial karena berpotensi kehamilan yang tidak diinginkan, juga bertentangan
dengan nilai luhur, budaya, ajaran agama, dan kepatutan sosial. Terjadinya
guncangan sosial akibat pelanggaran etika dan moral, maka hal tersebut pasti
menimbulkan keresahan sosial.
f. Merusak Generasi Muda
Berhubungan seks dimasa muda sudah pasti merusak generasi muda karena
dampak hubungan seksual akan mengakibatkan penyakit seksual yang gawat.
Mentalitas mereka akan rusak dan kemampuan menahan diri buruk. Jika terjadi
kehamilan pada usia muda, secara fisik dan mental mereka belum siap menjadi
orang tua sehingga generasi yang dilahirkan mendapatkan pola asuh yang tidak
benar.
g. Menghancurkan Masa Depan para Remaja
8
Hubungan seks pada remaja, jelas menghancurkan masa depan mereka
karena jika terjadi kehamilan, mereka akan menjadi orangtua dan harus memikul
tanggung jawab yang besar dan Kehilangan kegadisan bagi remaja perempuan
pasti menyebabkan beban psikologis sangat berat.
h. Menimulkan Perasaan Bersalah
Pelanggaran etika, moral, dan kepatutan sosial selalu meninggalkan perasaan
bersalah terhadap pelakunya. Hubungan seksual yang dilakukan tanpa
mengindahkan hukum, kaidah, dan norma- norma, merupakan perbuatan tercela
yang melanggar etika, moral dan kepatutan sosial yang akan berdampak selalu
menimbulkan perasaan bersalah dan penyesalan.
i. Merusak Organ Reproduksi
Terlalu cepat melakukan hubungan seksual dapat mengakibatkan kerusakan
pada organ reproduksi. Hubungan seksual dengan pasangan yang bergnati- ganti,
maka kesehatan organ reproduksi remaja berada dalam ancaman bahaya.
j. Meningkatkan Pengangguran dan Beban Negara
Remaja yang melakukan hubungan seksual sangat berseiko terhadap
kemungkinan negatif, seperti kehamilan yang tidak diinginkan, putus sekolah,
tidak produktif, pengetahuan rendah, keterampilan rendah dan produktivitas
rendah. Semua ini sangat berpotensi meningkatnya jumlah penggangguran
sehingga menjadi beban negara.
Widyaningrum, Riswati Sih and Wijiyanti, Diyan Yuli (2017)
2.3 perkembangan konsep diri remaja pada kasus pergaulan bebas (free sex)
9
Kedua ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang
mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Menurut Syarif (2015), konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang
mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya
sendiri.
Pada kasus pergaulan bebas, perkembangan konsep diri remaja yang
terlibat dalam pergaulan bebas tersebut cukup negatif. Syarif (2015)
mengemukakan bahwa semakin baik atau positif konsep diri seseorang, maka
akan semakin mudah ia mendapat keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri yang
baik/positif, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani
sukses, dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga,
berani menetapkan tujuan, serta bersikap dan berpikir secara positif. Sebaliknya,
semakin jelek atau negatif konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk
berhasil. Sebab, dengan konsep diri yang jelek/negatif akan mengakibatkan
tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal
yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak
berguna, pesimistis, serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya.
10
Faktor teman, pengaruh seks bebas dapat di timbulkan oleh faktor teman
atau lingkungan, hal ini menunjukan bahwa para remaja terbujuk untuk
melakukan hubungan seks bebas karena dorongan teman yang ada di
sekeklilingnya.
2) Faktor Media Massa dan Elektronik
Faktor media massa dan elektronik, seks bebas juga dapat terjadi karena
media massa dan elektronik.
3) Faktor Narkoba
Narkoba akan mempengaruhi pola pikir remaja untuk melakukan apa yang
menurutnya menyenangkan, pada umumnya pemakai narkoba erat hubungannya
dengan dunia malam.
4) Faktor Film Porno
Dalam film porno di tampilakn adegan- adegan tentang hubungan suami istri,
sehingga terkadang para remaja yang melihatnya tergiur untuk melakukan apa
yang dilihatnya dalam adegan tersebut.
Widyaningrum, Riswati Sih and Wijiyanti, Diyan Yuli (2017) HUBUNGAN
ANTARA PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA DENGANPERILAKU
SEKS BEBAS REMAJA
2.5 Sistem Kerja Mekanisme Koping pada Remaja yang Terjrumus Perilaku Seks
Bebas.
11
mengurangi rasa takut terhadap masalah yang muncul dan membantu remaja
untuk dapat menilai stresssor dengan lebih akurat (Maryam, 2017; Asnayanti,
Kumaat & Wowiling, 2013). Hayati (2018) menyatakan terdapat perbedaan yang
signifikan antara mekanisme koping sebelum dan sesudah pemberian informasi
kesehatan. Terdapat peningkatan jumlah responden yang menggunakan
mekanisme koping adaptif dari 63,64% sebelum menerima informasi kesehatan
menjadi 75,76% setelah menerima informasi kesehatan. Sementara Hafizah
(2013) mengemukakan dalam penelitiannya bahwa terdapat pengaruh tingkat
pengetahuan tentang stress dan strategi koping terhadap tingkat stress dengan nilai
P=0,001.
Indrayani dan Santoso (2012) mengatakan pemberian informasi kesehatan
dapat mempengaruhi tingkat kecemasan secara signifikan. Hal ini dibuktikan
dengan sebanyak 9 responden (26,5%) mengalami kecemasan ringan dan tidak
menerima informasi kesehatan yang lengkap. Angka ini lebih besar jika
dibandingkan dengan jumlah responden yang mengalami kecemasan ringan tetapi
telah menerima informasi kesehatan yang lengkap yaitu sebanyak 8 responden
(23,5%). Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa semakin lengkap informasi yang diberikan maka
semakin kecil kecemasan yang dialami responden. Dengan memiliki pengetahuan
dan strategi yang tepat dalam menangani masalah yang dihadapi maka tingkat
stress yang dialami juga semakin rendah (Hafizah, 2013). Pengetahuan tentang
stress dapat membantu remaja agar dapat menghadapi masalah seharihari dengan
baik.
2.6 Terapi pada Remaja yang terkena Adikasi Pornografi yang Mengakibatkan
Perilaku Seks Bebas.
individu bahwa Terapi kognitif perilaku dan terapi kelompok swabantu
menunjukkan efektif untuk penanganan ansietas remaja dengan adiksi pornografi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hazra (2013).
Terapi kognitif perilaku adalah tindakan yang sangat efektif untuk
mengatasi ansietas pada kasus adiksi. Penelitian studi literatur membahas bahwa
terapi kognitif perilaku dilanjutkan terapi kelompok swabantu efektif mengurangi
12
pikiran dan perilaku negatif pada remaja yang terkena adiksi pornografi (Putri,
Iqbal & Aini, 2017).
Penelitian yang dilakukan Dharsan, et all, (2014) tentang studi kasus
remaja dengan adiksi pornografi setelah diberikan terapi kognitif perilaku dapat
mengurangi gejala isolasi diri, insomnia, ansietas dan disfungsi seksual,
sedangkan terapi kelompok swabantu menyadarkan remaja memiliki masalah
yang sama. Interaksi dalam kelompok meningkatkan tanggungjawab setiap
individu terhadap dirinya sendiri dan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan
masalah (Putri, Iqsan & Aini, 2017).
KASUS
seorang laki- laki bernama Didik berusia 15 tahun, tinggal bersama kedua orang tua dan 2
adik laki- laki nya bernama Abdul dan Deni . Pasien menjadi pengguna media porno sejak
berusia 12 tahun. Pasien terpapar media porno lebih dari 13 jam dalam seminggu. Pasien
sering ditinggal oleh kedua orang tuanya sehingga memiliki banyak kesempatan untuk
menonton video porno. Pasien juga memiliki pacar yang sering diajak ke rumah untuk
melakukan hubungan seksual. Pasien semakin agresif meminta pacarnya untuk menuruti
keinginan seksualnya seperti memaksa dan mengancam. Pasien memiliki pikiran negatif
otomatis bahwa semua orang pasti melihat media porno dan perbuatan menonton video
porno tidak berdosa. Perilaku negatif yang muncul adalah perilaku impulsif, perilaku
kompulsif, dan perilaku agresif. Hasil pengkajian ansietas menggunakan instrumen HAM-
A menunjukkan ansietas berat dengan skor 30. Tanda dan gejala ansietas yang dialami
pasien seperti penurunan konsentrasi dan daya ingat, kehilangan minat dan penurunan
aktivitas, takut, insomnia, penurunan kualitas tidur, kelelahan, pusing, ketagangan,
penurunan nafsu makan, berdebar- debar, dan tremor.
13
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien :
Nama : Tn. D
Umur : 15 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
No. RM : 23.10
Klien datang diantar oleh keluarganya pada tanggal 14 Februari 2020, dengan keluhan:
3. Faktor Predisposisi
14
d. Klien merasa takut , sering kelelahan dan pusing semenjak kejadian itu.
b. Masa Sekarang
* Klien semakin agresif meminta pacarnya untuk menuruti keinginan seksualnya seperti
memaksa dan mengancam.
* Klien memiliki penurunan konsentrasi dan daya ingat, kehilangan minat dan penurunan
aktivitas, klien sangat takut dengan perbuatan seksual yang di lakukannya .
TD : 140 / 80 mmHg
N : 100 X/ mnt
S : 37,4° C
P : 32 X/ mnt
b. Ukur
TB : 165 cm
BB : 50 kg
Dari hasil pengkajian klien mengatakan merasa kelelahan, pusing, ketagangan, berdebar- debar,
dan tremor.
15
6. Psikososial
a. Genogram
Tn.D
Tidak ada kecacatan anggota tubuh dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Klien seorang laki- laki berusia 15 tahun, tinggal bersama kedua orang tua dan 2 adik laki- laki.
Klien adalah anak pertama dari 2 bersaudara . Klienn sering ditinggal oleh kedua orang tuanya .
Dengan pernyataan klien:” saya adalah seorang kakak laki-laki dari kedua adik laki-laki saya “
Klien mengatakan senang bergaul dengan teman dan orang- orang sekitar . karena menurut klien
teman-teman klien sama seprti klien ,sering melihat video porno ,dan menonton video porno
tidak berdosa.
16
Dengan pernyataan klien: “semua orang pasti melihat media porno dan perbuatan menonton
video porno tidak berdosa.”
Klien mengatakan memiliki orang yang berarti dalam hidup,yaitu adalah pacarnya. abila orang
tuanya tidak dirumah , klien selalu meminta pacarnya untuk datang kerumah .
Dengan pernyataan klien : “ saya memiliki pacar yang sering saya ajak ke rumah untuk
melakukan hubungan seksual.
Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan mengaji atau kegiatan masyarakat yang lainnya .
Dengan pernyataan klien : “ saya tidak pernah ikut kegiatan apapun dalam masyarakat .”
Klien mengatakan di rumah klien termasuk orang yang pendiam, malas bicara dengan orang lain,
dan klien tidak nyaman di lingkungan banyak orang dan ramai.
Dengan pernyataan klien: “, saya tidak menyukai tempat yang ramai dan banyak orang”
d. Spiritual
Klien beragama islam dan yakin adanya Allah, dan klien yakin apabila melihat video porno tidak
berdosa .
Dengan pernyataan klien: “ saya yakin menonton video porno tidak berdosa.”
a. Penampilan
17
b. Pembicaraan
Kontak mata kurang selama komunikasi, berbicara seperlunya, klien tampak tidak mampu
memulai pembicaraan,cenderung menolak untuk diajak berkomunikasi.
c. Aktivitas motorik
Klien sulit berkonsentrasi dan, kehilangan minat dan penurunan aktivitas, takut, insomnia,
penurunan kualitas tidur, dan tremor.
d. Alam perasaan
Klien tampak takut, dan tegang.Klien sangat agresif dan ingin mengamuk ketika bersama dengan
pacarnya .
e. Afek
Tidak ada perubahan roman muka pada saat diceritakan cerita lucu yang membuat tertawa, klien
tampak biasa saja, hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat (afek tumpul).
Klien lebih banyak diam, kontak mata pada saat wawancara kurang, klien lebih sering
menunduk, bahkan sampai memutuskan pembicaraan atau pergi saat diajak bercakap- cakap.
g. Persepsi halusinasi: -
i. Isi pikir :-
j. Tingkat kesadaran
Klien sadar sepenuhnya ditandai klien tidak tampak bingung klien bisa menyebutkan namanya
dengan benar, juga bisa membedakan waktu pagi, siang dan malam serta dapat menyebutkan
tempat di mana klien berada.
k. Memori
18
Klien sulit mengingat dengan baik kejadian jangka panjang, dan klien mampu mengingat jangka
pendek dan kejadian saat ini.
• Jangka panjang
• Jangka pendek
Klien dapat mengingat apa yang dilakukan tadi sebelum melakukan interaksi
Klien kesulitan dalam berhitung sederhana, , klien mampu menjawab 3 dikurangi 1, klien
menjawab 2 dengan bantuan perawat.
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang ringan misalnya klien memilih cuci tangan dulu
sebelum makan.
Klien menyadari bahwa dirinya berada di RSJ dan menyadari dirinya sakit
a. Makan
Klien makan 3X sehari, mampu menghabiskan ½ porsi makan dengan menu seimbang yang
sudah disiapkan dari instalasi gizi (nasi, lauk, sayur, buah- buahan), klien makan pagi pukul
07.00 WIB, makan siang pukul 12.00 WIB, makan malam jam pukul 19.00 WIB, setelah makan
klien merapikannya sendiri
Dengan pernyataan klien: “ saya makan sesuai dengan jadwal yang di berikan di RSJ.”
19
b. BAB/ BAK
Bila klien ingin BAB/ BAK pergi ke WC tanpa bantuan orang lain, BAK ± 3X sehari dan BAB ±
1X sehari. Dengan pernyataan klien: “ saya BAB/BAK sendiri tanpa bantuan suster, biasanya
BAK ± 3X sehari dan BAB ± 1X sehari.”
c. Mandi
Klien mandi di kamar mandi 2X sehari tanpa bantuan orang lain dan tidak lupa menggosok gigi,
mencuci rambut 1 minggu sekali.
Dengan pernyataan klien: “ saya mandi 2X sehari tanpa di bantu siapapun, dan keramas 1
minggu sekali.”
d. Berpakaian/ berhias
Klien tidak pernah tidur siang dan tidur malam pukul 23.00- 05.00 WIB, aktivitas sebelum tidur
klien adalah melamun dan diam,
Dengan pernyataan klien: “ biasanya sebelum tidur saya melamun ,saya kesulitan untuk tidur .”
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan tidak mengetahui obat apa yang klien minum dan tidak mengetahui efek
samping dan manfaat dari obat tersebut, minum obat 2X sehari dengan bantuan dari perawat,
setelah minum obat merasa ngantuk dan lemas.
Dengan pernyataan klien: “Saya tidak tahu apa nama obat yang saya minum, efek samping dan
manfaatnya, tapi setelah minum obat tersebut saya merasa ngantuk dan lemas.”
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien tidak mengetahui akan berobat kemana jika telah keluar dari tumah sakit.
20
Dengan pernyatan klien: “Saya tidak tahu harus berobat kemana kalau saya sudah sembuh
nanti.”
Klien mengatakan ketika di rumah klien tidak suka melakukan kegiatan apapun, seperti kegiatan
rumah tangga sehari-hari. Klien hanya berdiam diri menonton video porno di rumah .
Dengan pernyataan klien: “Di rumah saya tidak pernah mengerjakan apapun.”
Klien mengatakan jarang keluar rumah, tidak suka berbelanja atau melakukan perjalanan.
Dengan pernyataan klien: “Saya tidak jarang keluar rumah, tidak suka belanja dan melakukan
perjalanan apapun.”
9. Mekanisme Koping
Klien mengatakan dapat mengenal semua teman dan sering berinteraksi dengan lingkungan
sekitar jika perlu.
11. Pengetahuan
Keluarga klien mengerti bahwa klien mengalami gangguan jiwa, oleh sebab itu keluarga
membawanya ke RSJ.
Terapi medis:
a. Clarpramazine(cpz)
21
• Dosis yg diberikan 10 mg/hari.
• Indikasi:
Untuk penanganan psikotik seperti skizopenia bisa menimbulkan efek seperti:ansietas dan
agitasi,cegukkan yang sulit diatasi .anak hiperaktif yang menunjukkan aktifitas motorik yang
berlebihan,masalah perilaku berat pada anak yang dikaitkan dengan perilaku hiperaktif lagi atau
menyerang mual dan muntah berat.
• Efek samping :
Seperti sedasi,sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, keletihan, penglihatan kabur, kegelisahan,
ansietas dan depresi.
• Kontra indikasi :
Penyakit hati, penyakit ginjal, kelainan jantung, ketergantungan obat, penyakit ssp, gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresi .
• Manfaat :
b. Haloperidol (HPD)
• Indikasi :
Penatalaksanaan psikopsus kronik dan akut, pengendalian TIK dan pengucapanb vokal pada
gangguan jiwa . penanggulangan dimensia pada lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah
perilaku berat pada anak- anak
• Kontra indikasi:
Penyakit hati, penyakit darah tinggi, epilepsi, kelainan jantung, ketergantungan obat, gangguan
kesadaran, penyakit sindrom saraf pusat.
22
• Efek samping:
• Manfaat:
c. Trihexypenidil (THP)
• Indikasi :Segala jenis penyakit parkinson, gejala ekstra piramida, berkaitan dengan obat-
obat psikotik.
• Kontra indikasi :Hipersensitivitas terhadap obat ini atau pada anti polinergik lain glaukoma
sudut tertutup.
• Efek samping :Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, dilatasi ginjal, retensi urin.
• Manfaat :Anti depresi, menetralkan dan menghilangkan efek samping dari anti spikasi
seperti mual.
23
ANAISIS DATA
24
DATA 2
Data Subjektif
1. Klien mengatakan
kehilangan minat untuk
beraktivitas
2. Klien mengatakan sulit
untuk berkonsentrasi
3. Klien mengatakan takut
akibat perbuatan yang telah Sumber Personal yang Isolasi Sosial
di lakukan tidak adekuat
Data Objektif
25
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
DATA 3
Data Subjektif
1. Klien mengatakan meminta
pacarnya untuk menuruti
keinginan seksualnya
seperti memaksa dan
mengancam.
2. Klien semakin agresif Impulsif , isolasi sosial Resiko Perilaku Kekerasan
meminta pacarnya untuk terhadap orang lain
menuruti keinginan
seksualnya.
Data Objektif
1. Klien tampak berperilaku
negatif seperti perilaku
impulsif, perilaku
kompulsif, dan perilaku
agresif .
2. Klien tampak agresif saat
meminta pacarnya untuk
menuruti keinginan
seksualnya
26
Diagnosa Keperawatan NIC NOC
ANSIETAS NIC Edisi keenam NOC Edisi Kelima
27
ISOLASI SOSIAL NIC Edisi keenam NOC Edisi Kelima
28
RESIKO PERILAKU NIC Edisi keenam NOC Edisi Kelima
KEKERASAN TERHADAP RESIKO PERILAKU RESIKO PERILAKU
ORANG LAIN KEKERASAN TERHADAP KEKERASAN EKSTERNAL
ORANG LAIN Kontrol diri terhadap impuls
Bagian tiga
NANDA 2018-2020 Manajemen Lingkungan :
Domain kesehatan psikososial
EDISI 11 pencegahan kekerasan .
Bagian Tiga Klasifikasi 194
( iii )
STRATEGI PELAKSANAAN
29
TINDAKAN PERAWAT TERHADAP PASIEN ANSIETAS
1. SP 1 : Kajian tentang Ansietas dan mengajarkan cara merelaksasi
2. SP2 : Evaluasi asesmen ansietas yang sebelumnya , kegunakaan relaksasi dan latian
lima jari ( hypnosis ) dan aktivitas pemenuhan jiwa atau spiritul.
TINDAKAN PERAWAT TERHADAP KELUARGA
1. SP 1: Diskusikan hal terkait pasien dan cara merawatnya
2. SP2: Memonitoring dan mengevaluasi hasil peran keluarga atau pihak orang
terdekat dalam merawat pasien .
TINDAKAN KEPERAWATAN TERHADAP PASIEN ISOLASI SOSIAL
1. SP1 : Mengidentifikasi penyebab isos,berdiskusi kepada pasien tentang keuntungan
dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain,mengajarkan pasien berkenalan
serta menganjurkan pasien berbincang-bincang dengan orang lain .
2. SP2 : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien ,membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang dengan orang lain .
3. SP3 : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberikan kesempatan
berkenalan dengan 2 orang atau lebih , menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian .
TINDAKAN PERAWAT TERHADAP KELUARGA
1. SP1 : Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga , menjelaskan tanda dan
gejala isos ,menjelaskan cara merawat pasien isos.
2. SP2 : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien isos .
3. SP3 : Melatih keluarga merawat pasien isos .
4. SP4 : Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah , dan menjelaskan
folloow up pasien setelah pulang .
TINDAKAN PERAWAT TERHADAP PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
1. SP1 : Jelaskan sebab terjadinya PK, kenalkan simptom ,identifikasi jenis pk
,diskusikan akibat pk,ajarkan cara mengontrol pk ,susun jadwal harian .
2. SP2 : Evaluasi kemampuan pasien , latihan cara fisik 2 ( pukul bantal/kasur)buat
jadwal kegiatan harian .
3. SP3 : Evaluasi kemampuan pasien ,latihan cara verbal, tulis jadwal kegiatan
harian.
30
4. SP4 : Evaluasi kemampuan pasien , latihan cara spiritual, buat jadwal kegiatan
harian
5. SP5 : Evaluasi kemampuan pasien,anjurkan pasien patuhi jadwal minum
obat,tulis pengobatan pada jadwal pasien .
TINDAKAN PERAWAT TERHADAP KELUARGA
1. SP1 : Identifikasi permasalahan keluarga saat merawat,jelaskan hal terkait
PK( definisi,sebab,simtomps,dan akibat yang di timbulkan )jelaskan bagimana
merawat pasien pk .
2. SP2 : Latih keluarga praktek merawat pasien
3. SP3 : Latih secara langsung keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
4. SP4 : Fasilitasi keluarga menyusun jadwal kegiatan di rumah untuk klien dan
obat , jelaskan tindak lanjut setelah pasien pulang.
31
No. CM : 23.10
Ruangan : Melati
Hari/Tgl/Pukul Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
Jumat, 17 April -ANSIETAS SP 1p : Kajian tentang Ansietas S: -Klien mengatakan sulit
2020 dan mengajarkan cara berkonsentrasi apabila di ajak
Pukul 09.00 merelaksasi. bicara .
-Klien mengatakan tidak mau
makan apapun
-Klien mengatakan sulit tidur.
O: -Klien tampak kehilangan
nafsu makan
-Klien tampak tremor
-Klien tampak kesulitan
untuk tidur.
A: Klien mampu melakukan
hal yang di contohkan
perawat
P: Intervensi di lanjutkan
32
Nama klien : Tn.D Nama perawat/mahasiswa : Risma Wulandari
No. CM : 23.10
Ruangan : Melati
Hari/Tgl/Pukul Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
Sabtu,18 April ANSIETAS SP 1p : S: -Klien mengatakan sudah
2020 -mengajarkan cara merelaksasi sedikit bisa berkonsentrasi
Pukul 14.00 -Nyatakan dengan jelas harapan apabila di ajak bicara .
terhadap perilaku klien -Klien mengatakan mau
makan sedikit demi sedikit.
-Klien mengatakan sudah
lumayan tidak kesulilatan
untuk tidur.
O: -Klien tampak sudah mau
makan makanan dari rumah
sakit
-Klien tampak tidak tremor
lagi
-Klien tampak tidak kesulitan
untuk tidur lagi.
A: Klien mampu
mepraktekan kegiatan yang
dicontohkan oleh perawat
P: melanjutkan intervensi
ansietas/sp2p
33
No. CM : 23.10
Ruangan : Melati
Hari/Tgl/Pukul Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
Minggu,19 ANSIETAS SP2 : Evaluasi asesmen ansietas S: -Klien mengatakan sudah
April 2020 yang sebelumnya , kegunakaan bisa berkonsentrasi apabila di
Pukul 09.00 relaksasi dan latian lima jari ajak bicara .
( hypnosis ) dan aktivitas -Klien mengatakan mau
pemenuhan jiwa atau spiritul. makan.
-Klien mengatakan sudah
tidak kesulilatan untuk tidur.
O: -Klien tampak mau
makan makanan dari rumah
sakit
-Klien tampak tidak tremor
lagi
-Klien tampak tidak kesulitan
untuk tidur lagi.
A:Klien mampu mepraktekan
kegiatan yang dicontohkan
oleh perawat.
P: lanjutkan sp1 dan sp2
untuk keluarga .
34
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari yang diharapkan. Oleh
karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif dan bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Diharapkan bagi pihak sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua
untuk mendiskusikan dan memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi
remaja, kegiatan konsultasi kesehatan bagi remaja. Pihak sekolah juga bisa
bekerja sama dengan pihak rumah sakit jiwa tampan dalam pemantauan
tumbuh kembang remaja. Memberikan tindakan promotif dan preventif
kepada orang tua dalam memantau perkembangan anak remaja. Peran
teman sebaya sangat berpengaruh dengan masalah perilaku seksual
35
remaja, karena teman sebaya dapat menjadi sumber daya protektif yang dapat
meminimalkan angka terjadinya masalah perilaku seksual pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Asiska, M. (2015). seksualitas remaja. Retrieved 2015, from (DOC) seksualitas remaja | Merri Asiska -
Academia.edu: https://www.academia.edu/27278202/seksualitas_remaja
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). NIC(Nursing Interventions
Classification). Depok,Sleman,Yogyakarta: ELSEVIER.
Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2018-2020). NANDA-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
JAKARTA: BUKU KEDOKTERAN .
Mariyat, Daulima, N. H., & Mustikasar. (November 2017,). INTERVENSI COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY
DAN SELF HELP GROUP UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA REMAJA YANG KECANDUAN
PORNOGRAFI. Jurnal Ners Widya Husada, 8.
Mertia, E. N., Hidayat, T., & Yuliadi, I. (2011). HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SEKSUALITAS DAN
KUALITAS KOMUNIKASI ORANGTUA DAN ANAK DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA
SISWA-SISWI MAN GONDANGREJO KARANGNYAR. 28.
Moorhead, S., Johnson, M., L,Maas, M., & Swanson, E. (2016). NOC( Nursing Outcomes Classification ).
Depok,Sleman,Yogyakarta: ELSEVIER.
Rachmah, E. R., & Rahmawati, T. (Desember 2019). Hubungan Pengetahuan Stress Dengan Mekanisme
Koping Remaja. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan , 14.
Widyaningrum, Riswati Sih, Wijiyanti, & Yuli, D. (2017). HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL REMAJA DENGANPERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI SMA N 1 KRADENAN
KABUPATEN GROBOGAN. 66.
36
37