Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA

Disusn Oleh :

Risma Wulandari ( 30901800150 )

Dosen pembimbing :

Ns.Hj.Dwi Heppy Rochmawati, M.Kep., Sp.Kep.J.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
TAHUN PELAJAR 2019/2020

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................3
BAB 1...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6
1.3 Tujuan Pembahasan....................................................................................................................6
BAB 2...........................................................................................................................................................7
ISI / PEMBAHASAN......................................................................................................................................7
2.1 Pengertia Seks Bebas pada Remaja..........................................................................................7
2.2 Dampak Negatif Psikologis Remaja Akibat Seks Bebas............................................................7
2.3 perkembangan konsep diri remaja pada kasus pergaulan bebas (free sex).............................9
2.4 Faktor Penyebab Seks Bebas pada Remaja...........................................................................10
2.5 Sistem Kerja Mekanisme Koping pada Remaja yang Terjrumus Perilaku Seks Bebas............11
2.6Terapi pada Remaja yang terkena Adikasi Pornografi yang Mengakibatkan Perilaku Seks Bebas 12
2.7 Asuhan Keperawatan.............................................................................................................13
BAB 3.........................................................................................................................................................35
PENUTUP...................................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................36

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat ALLAH SWT karena atas karunia-Nya lah, Saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tugas makalah yang diberi judul “TENTANG
SEKS BEBAS PADA REMAJA ” dimana tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah
Keperawatan Jiwa dari Fakultas Ilmu Kepeawatan UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG.

Di kesempatan kali ini pula saya ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini. Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis ,mohon maaf sebesar-besarnya .Harapan kami, kiranya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam
pembelajaran. Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Saya dengan senang hati akan menerima kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian, dengan ini saya ucapkan terimakasih .

Wassalamualaikum wr.wb

Semarang , 18 April 2020

( Risma Wulandari )

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan masa terjadinya tumbuh kembang secara pesat baik fisik,
psikologis atau secara intelektual. Masa tumbuh kembang tersebut mengakibatkan para
remaja memiliki sifat dan karakter khas yang sama yaitu rasa keingintahuan yang tinggi
dan gemar melakukan petualangan serta suka terhadap tantangan ,Ningsih (2018).

Sofyan (2013) mengatakan remaja adalah suatu tahap kehidupan yang


bersifat peralihan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, seperlima dari
penduduk di dunia adalah remaja, dengan 900 juta penduduk remaja berada di
negara yang sedang berkembang dengan 20 persennya berada di Indonesia. Faktor-
faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada
remaja diantaranya terbatasnya kalangan yang mendapatkan pelayanan tentang
pendidikan seks.Perubahan biologis yang terjadi dan pengaktifan hormonal karena
seringnya mengakses materi porno, rendahnya pengetahuan remaja yang cenderung
lebih sering memunculkan aktifitas seksual dan pengaruh teman sebaya (Kusmiran,
2011).

Seks bebas adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan
dalam bentuk tingkah laku. Tingkah ini beraneka ragam, mulai dari saling tertarik dengan
lawan jenis, lalu berkecan, bercumbu dan diakhiri dengan dampak yang tidak baik, lalu
akhirnya dampak tersebut akan timbul baik bagi lingkungan, sosial, maupun pribadi
terutama sangat berdampak pada psikologis. Jika lingkungan psikologis terganggu maka
sosial pun akan berubah. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi penting khususnya

4
bagi remaja, agar remaja mengetahui fungsi – fungsi reproduksi secara benar dan sehat
serta bertanggung jawab .

World Health Organization (WHO) melaporkan kasus HIV/AIDS pada tahun


2012 sebanyak 3,5 juta orang di Asia Tenggara dan data Kemenkes melalui Direktorat
Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes,
hingga tahun 2011 tercatat anak penderita HIV/AIDS sebanyak 742 kasus, dan angka ini
meningkat dibandingkan tiga tahun sebelumnya yaitu 351 kasus (Fauziyah, Shaluhiyah,
& Prabamurti, 2018).

Pada tahun 2014 menyebutkan, remaja saat ini telah melakukan perilaku seksual
didominasi dari memegang tangan (62,4%), diikuti oleh memeluk (37,1%), mencium (34.
3%), membelai (23.6%), seks oral/ masturbasi (18,8%) dan seks yang haram (8.7%).
Hasilnya juga menunjukkan bahwa sebagian besar remaja perempuan terlibat dalam seks
haram (65,6%), sementara (34.6%) pada laki-laki. Kebanyakan remaja yang terlibat
dalam seks haram berasal dari latar belakang keluarga dengan orangtua yang bekerja
sendiri (33.33%). Dari kota-kota lain di Indonesia juga didapatkan data remaja yang
sudah melakukan hubungan seksual tercatat 54% di Surabaya, 47% di Bandung dan 52%
di Medan. Berdasarkan survey yang dilakukan Komisi Nasional Perlindungan Anak
(2011)

Gambaran kondisi remaja Indonesia saat ini antara lain menikah usia remaja, seks
pranikah dan kehamilan tidak dinginkan, aborsi 2,4 juta: 700-800 ribu adalah remaja,
17.000/tahun, 1417/bulan, 47/hari banyak perempuan meninggal karena komplikasi
kehamilan dan persalinan, HIV/AIDS: 1283 kasus. Penelitian yang dilakukan ke 8941
pelajar oleh Rita Damayanti dari 119 sekolah setingkat SMA di Jakarta terdapat 5 dari
100 pelajar SMA sudah pernah melakukan seks pranikah. Sumber(
http://eprints.undip.ac.id/52129/ )

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari seks bebas pada remaja ?


2. Apa saja dampak negatif psikologis remaja akibat seks bebas ?
3. Bagaimanakah perkembangan konsep diri remaja pada kasus pergaulan bebas
(free sex)?
4. Apa saja Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan seks bebas ?
5. Bagaimana sistem kerja mekanisme koping pada remaja yang terjrumus perilaku
seks bebas ?
6. Apa saja Terapi pada remaja yang terkena adikasi pornografi yang mengakibat
kan perilaku seks bebas?
7. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada remaja yang melakukan seks bebas ?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian seks bebas pada remaja .


2. Untuk mengetahui dampak negatif psikologis remaja akibat seks bebas .
3. Untuk mengetahui perkembangan konsep diri remaja pada kasus pergaulan bebas
(free sex)
4. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan seks bebas.
5. Untuk mengetahui sistem kerja mekanisme koping pada remaja yang terjrumus
perilaku seks bebas .
6. Untuk mengetahui Terapi pada remaja yang terkena adikasi pornografi yang
mengakibat kan perilaku seks bebas .
7. Untuk mengathui asuhan keperawatan jiwa pada remaja yang melakukan seks
bebas.

6
BAB 2

ISI / PEMBAHASAN

2.1 Pengertia Seks Bebas pada Remaja

Menurut akbar ( dalam Amrillah, et al: 2006 ) perilaku seks bebas atau premarital
Intercourse adalah segala bentuk perilaku atau aktivitas seksual yang dilakukan tanpa
adanya Ikatan perkawinan . Menurut Adikusuma , et al ( 2008 ) perilaku seks bebas
adalah hubungan seksual antara dua individu tanpa ikatan perkawinan . Bungin (2001)
memberikan batasan perilaku seksual bebas remaja yakni aktivitas seksual di kalangan
remaja sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) , yaitu aktivitas seksual yang dilakukan
sebelum pernikahan . Perilaku seksual dimaksud adalah perilaku seks yang dilakukan
bersamaan dengan orang lain , seperti berpegangan tangan dengan lawan jenis ,
berciuman , berpelukan , petting dan senggama . Menurut Stuart dan Sundeen(2001),
perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalamikatan yang
sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakanperilaku seksual
yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun
menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

2.2 Dampak Negatif Psikologis Remaja Akibat Seks Bebas

Dampak seks bebas menurut surbakti, yaitu:


a. Bertentangan Dengan Ajaran Agama
Pelepasan atau penyaluran dorongan seksual yang tidak bertanggung jawab
sangat bertentangan dengan ajaran agama yang mengajarkan kesucian dan
kesalehan hidup supaya bisa menjadi rahmat dan berkat bagi orang lain. Remaja
yang tidak bertanggung jawab atau melakukan seks bebas, berarti mencemarkan
diri sendiri dengan perbuatan tercela.

7
b. Bertentangan dengan Etika, Moral, dan Kepatutan Sosial
Berhubungan seksual bukan dengan pasangan dalam ikatan pernikahan resmi,
jelas merupakan pelanggaran etika, moral dan kepatutan sosial. Ajaran etika dan
moral sangat menekankan kesantunan, budi pekerti dan akhlak tinggi. Manusia
berbeda dengan hewan yang tidak memiliki etika dan moral sehingga melakukan
hubungan seksual dengan siapa saja termasuk dengan keluarganya sendiri.
c. Sumber dan Penyebaran Berbagai Penyakit
Berganti- ganti pasangan adalah sumber berbagai penyakit, terutama penyakit
kelamin yang mengerikan. Penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome), sampai sekarang belum dite ukan obat penyembuhnya adalah salah
satuakibat dari dampak seks bebas.
d. Mengakibatkan Lonjakan Pertumbuhan Penduduk
Salah satu resiko seks bebas adalah kehamilan remaja. Remaja yang hamil
terpaksa menikah muda, maka otomatis mengakibatkan lonjakan penduduk, tetapi
dengan kualitas yang buruk sehingga banyak generasi yang tidak berkualitas
mengakibatkan pengelolaan bumi pada masa mendatang semakin buruk.
e. Menimbulkan Keresahan Sosial
Hubungan seksual yang dilakukan remaja akan menimbulkan keresahan
sosial karena berpotensi kehamilan yang tidak diinginkan, juga bertentangan
dengan nilai luhur, budaya, ajaran agama, dan kepatutan sosial. Terjadinya
guncangan sosial akibat pelanggaran etika dan moral, maka hal tersebut pasti
menimbulkan keresahan sosial.
f. Merusak Generasi Muda
Berhubungan seks dimasa muda sudah pasti merusak generasi muda karena
dampak hubungan seksual akan mengakibatkan penyakit seksual yang gawat.
Mentalitas mereka akan rusak dan kemampuan menahan diri buruk. Jika terjadi
kehamilan pada usia muda, secara fisik dan mental mereka belum siap menjadi
orang tua sehingga generasi yang dilahirkan mendapatkan pola asuh yang tidak
benar.
g. Menghancurkan Masa Depan para Remaja

8
Hubungan seks pada remaja, jelas menghancurkan masa depan mereka
karena jika terjadi kehamilan, mereka akan menjadi orangtua dan harus memikul
tanggung jawab yang besar dan Kehilangan kegadisan bagi remaja perempuan
pasti menyebabkan beban psikologis sangat berat.
h. Menimulkan Perasaan Bersalah
Pelanggaran etika, moral, dan kepatutan sosial selalu meninggalkan perasaan
bersalah terhadap pelakunya. Hubungan seksual yang dilakukan tanpa
mengindahkan hukum, kaidah, dan norma- norma, merupakan perbuatan tercela
yang melanggar etika, moral dan kepatutan sosial yang akan berdampak selalu
menimbulkan perasaan bersalah dan penyesalan.
i. Merusak Organ Reproduksi
Terlalu cepat melakukan hubungan seksual dapat mengakibatkan kerusakan
pada organ reproduksi. Hubungan seksual dengan pasangan yang bergnati- ganti,
maka kesehatan organ reproduksi remaja berada dalam ancaman bahaya.
j. Meningkatkan Pengangguran dan Beban Negara
Remaja yang melakukan hubungan seksual sangat berseiko terhadap
kemungkinan negatif, seperti kehamilan yang tidak diinginkan, putus sekolah,
tidak produktif, pengetahuan rendah, keterampilan rendah dan produktivitas
rendah. Semua ini sangat berpotensi meningkatnya jumlah penggangguran
sehingga menjadi beban negara.
Widyaningrum, Riswati Sih  and  Wijiyanti, Diyan Yuli (2017) 

2.3 perkembangan konsep diri remaja pada kasus pergaulan bebas (free sex)

Santrock dalam Syarif (2015) menggunakan istilah konsep diri mengacu


pada evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Atwater dalam Syarif (2015)
menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambar diri, yang meliputi
persepsi orang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya. Ia mengindentifikasikan konsep diri atas tiga bentuk, yaitu body
image, kesadaran tentang tubuhnya, bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri.

9
Kedua ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang
mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Menurut Syarif (2015), konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang
mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya
sendiri.
Pada kasus pergaulan bebas, perkembangan konsep diri remaja yang
terlibat dalam pergaulan bebas tersebut cukup negatif. Syarif (2015)
mengemukakan bahwa semakin baik atau positif konsep diri seseorang, maka
akan semakin mudah ia mendapat keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri yang
baik/positif, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani
sukses, dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga,
berani menetapkan tujuan, serta bersikap dan berpikir secara positif. Sebaliknya,
semakin jelek atau negatif konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk
berhasil. Sebab, dengan konsep diri yang jelek/negatif akan mengakibatkan
tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal
yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak
berguna, pesimistis, serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya.

2.4 Faktor Penyebab Seks Bebas pada Remaja

Penyebab seks bebas pada remaja:8


a. Faktor Internal
1) Faktor Individu
Faktor individu berupa kerisauan pada diri pribadi, kurangnya kemampuan
remaja untuk mengontrol dan mengendalikan diri adanya ketidak stabilan
psikis.
2) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan wadah yang pertama dalam pembentukan mental dan
kepribadian seseorang.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Teman

10
Faktor teman, pengaruh seks bebas dapat di timbulkan oleh faktor teman
atau lingkungan, hal ini menunjukan bahwa para remaja terbujuk untuk
melakukan hubungan seks bebas karena dorongan teman yang ada di
sekeklilingnya.
2) Faktor Media Massa dan Elektronik
Faktor media massa dan elektronik, seks bebas juga dapat terjadi karena
media massa dan elektronik.
3) Faktor Narkoba
Narkoba akan mempengaruhi pola pikir remaja untuk melakukan apa yang
menurutnya menyenangkan, pada umumnya pemakai narkoba erat hubungannya
dengan dunia malam.
4) Faktor Film Porno
Dalam film porno di tampilakn adegan- adegan tentang hubungan suami istri,
sehingga terkadang para remaja yang melihatnya tergiur untuk melakukan apa
yang dilihatnya dalam adegan tersebut.
Widyaningrum, Riswati Sih and Wijiyanti, Diyan Yuli (2017) HUBUNGAN
ANTARA PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA DENGANPERILAKU
SEKS BEBAS REMAJA

2.5 Sistem Kerja Mekanisme Koping pada Remaja yang Terjrumus Perilaku Seks
Bebas.

Asnayanti, Kumaat dan Wowiling (2013) mengatakan mekanisme koping


sebagai suatu pola untuk menahan ketegangan yang mengancam dirinya
(pertahanan diri maladaptif) atau untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
(mekanisme koping adaptif). Mekanisme koping bertujuan untuk mengatasi
situasi dan tuntutan yang dirasa menekan, menantang, membebani dan melebihi
sumber daya (resources) yang dimiliki (Maryam, 2017).
Mekanisme koping yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah
dipengaruhi oleh sumber daya koping yang bersifat subjektif. Salah satu sumber
daya koping adalah bantuan informasi yang berfungsi mengontrol situasi dan

11
mengurangi rasa takut terhadap masalah yang muncul dan membantu remaja
untuk dapat menilai stresssor dengan lebih akurat (Maryam, 2017; Asnayanti,
Kumaat & Wowiling, 2013). Hayati (2018) menyatakan terdapat perbedaan yang
signifikan antara mekanisme koping sebelum dan sesudah pemberian informasi
kesehatan. Terdapat peningkatan jumlah responden yang menggunakan
mekanisme koping adaptif dari 63,64% sebelum menerima informasi kesehatan
menjadi 75,76% setelah menerima informasi kesehatan. Sementara Hafizah
(2013) mengemukakan dalam penelitiannya bahwa terdapat pengaruh tingkat
pengetahuan tentang stress dan strategi koping terhadap tingkat stress dengan nilai
P=0,001.
Indrayani dan Santoso (2012) mengatakan pemberian informasi kesehatan
dapat mempengaruhi tingkat kecemasan secara signifikan. Hal ini dibuktikan
dengan sebanyak 9 responden (26,5%) mengalami kecemasan ringan dan tidak
menerima informasi kesehatan yang lengkap. Angka ini lebih besar jika
dibandingkan dengan jumlah responden yang mengalami kecemasan ringan tetapi
telah menerima informasi kesehatan yang lengkap yaitu sebanyak 8 responden
(23,5%). Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa semakin lengkap informasi yang diberikan maka
semakin kecil kecemasan yang dialami responden. Dengan memiliki pengetahuan
dan strategi yang tepat dalam menangani masalah yang dihadapi maka tingkat
stress yang dialami juga semakin rendah (Hafizah, 2013). Pengetahuan tentang
stress dapat membantu remaja agar dapat menghadapi masalah seharihari dengan
baik.
2.6 Terapi pada Remaja yang terkena Adikasi Pornografi yang Mengakibatkan
Perilaku Seks Bebas.
individu bahwa Terapi kognitif perilaku dan terapi kelompok swabantu
menunjukkan efektif untuk penanganan ansietas remaja dengan adiksi pornografi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hazra (2013).
Terapi kognitif perilaku adalah tindakan yang sangat efektif untuk
mengatasi ansietas pada kasus adiksi. Penelitian studi literatur membahas bahwa
terapi kognitif perilaku dilanjutkan terapi kelompok swabantu efektif mengurangi

12
pikiran dan perilaku negatif pada remaja yang terkena adiksi pornografi (Putri,
Iqbal & Aini, 2017).
Penelitian yang dilakukan Dharsan, et all, (2014) tentang studi kasus
remaja dengan adiksi pornografi setelah diberikan terapi kognitif perilaku dapat
mengurangi gejala isolasi diri, insomnia, ansietas dan disfungsi seksual,
sedangkan terapi kelompok swabantu menyadarkan remaja memiliki masalah
yang sama. Interaksi dalam kelompok meningkatkan tanggungjawab setiap
individu terhadap dirinya sendiri dan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan
masalah (Putri, Iqsan & Aini, 2017).

2.7 Asuhan Keperawatan

KASUS

seorang laki- laki bernama Didik berusia 15 tahun, tinggal bersama kedua orang tua dan 2
adik laki- laki nya bernama Abdul dan Deni . Pasien menjadi pengguna media porno sejak
berusia 12 tahun. Pasien terpapar media porno lebih dari 13 jam dalam seminggu. Pasien
sering ditinggal oleh kedua orang tuanya sehingga memiliki banyak kesempatan untuk
menonton video porno. Pasien juga memiliki pacar yang sering diajak ke rumah untuk
melakukan hubungan seksual. Pasien semakin agresif meminta pacarnya untuk menuruti
keinginan seksualnya seperti memaksa dan mengancam. Pasien memiliki pikiran negatif
otomatis bahwa semua orang pasti melihat media porno dan perbuatan menonton video
porno tidak berdosa. Perilaku negatif yang muncul adalah perilaku impulsif, perilaku
kompulsif, dan perilaku agresif. Hasil pengkajian ansietas menggunakan instrumen HAM-
A menunjukkan ansietas berat dengan skor 30. Tanda dan gejala ansietas yang dialami
pasien seperti penurunan konsentrasi dan daya ingat, kehilangan minat dan penurunan
aktivitas, takut, insomnia, penurunan kualitas tidur, kelelahan, pusing, ketagangan,
penurunan nafsu makan, berdebar- debar, dan tremor.

13
PENGKAJIAN
1.        Identitas Klien :

Nama : Tn. D

Umur : 15 tahun

Agama : Islam

Alamat : ds.winong kab.pati jawa tengah

Pekerjaan :-

Tanggal masuk RS : 14 April 2020

Tanggal pengkajian : 16 April 2020

No. RM : 23.10

2.        Alasan masuk :

Klien datang diantar oleh keluarganya pada tanggal 14 Februari 2020, dengan keluhan:

1. Memaksa dan Mengancam pacarnya 


2. Pikiran negatif seperti impulsif , kompulsif ,agresif
3. Penurunan konsentrasi dan daya ingat
4. kehilangan minat dan penurunan aktivitas
5. penurunan nafsu makan, berdebar- debar, dan tremor.

3. Faktor Predisposisi

a. Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya

b. Klien pernah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya

c. Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

14
d. Klien merasa takut , sering kelelahan dan pusing semenjak kejadian itu.

4.        Faktor Presipitasi

a.    Masa Dulu

* Klien sering di tinggal oleh kedua orang tuanya

* Klien memiliki banyak kesempatan untuk menonton video porno

b. Masa Sekarang

* Klien semakin agresif meminta pacarnya untuk menuruti keinginan seksualnya seperti
memaksa dan mengancam.

* Klien memiliki penurunan konsentrasi dan daya ingat, kehilangan minat dan penurunan
aktivitas, klien sangat takut dengan perbuatan seksual yang di lakukannya .

5.        Pemeriksaan Fisik

a.    Tanda- tanda vital

TD : 140 / 80 mmHg

N : 100 X/ mnt

S : 37,4° C

P : 32 X/ mnt

b.    Ukur

TB : 165 cm

BB : 50 kg

c.    Keluhan fisik

Dari hasil pengkajian klien mengatakan merasa kelelahan, pusing, ketagangan, berdebar- debar,
dan tremor.

15
6. Psikososial

a.    Genogram

Tn.D

b.    Konsep diri

1.    Citra tubuh

Klien mengatakan: menyukai seluruh bagian tubuhnya.

Tidak ada kecacatan anggota tubuh dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Dengan pernyataan klien: “ saya menyukai seluruh bagian tubuh saya”.

2.      Identitas diri

Klien seorang laki- laki berusia 15 tahun, tinggal bersama kedua orang tua dan 2 adik laki- laki.
Klien adalah anak pertama dari 2 bersaudara . Klienn sering ditinggal oleh kedua orang tuanya .

Dengan pernyataan klien:” saya adalah seorang kakak laki-laki dari kedua adik laki-laki saya “

3.       Harga diri

Klien mengatakan senang bergaul dengan teman dan orang- orang sekitar . karena menurut klien
teman-teman klien sama seprti klien ,sering melihat video porno ,dan menonton video porno
tidak berdosa.

16
Dengan pernyataan klien: “semua orang pasti melihat media porno dan perbuatan menonton
video porno tidak berdosa.”

c.    Hubungan sosial

1.      Orang terdekat

Klien mengatakan memiliki orang yang berarti dalam hidup,yaitu adalah pacarnya. abila orang
tuanya tidak dirumah , klien selalu meminta pacarnya untuk datang kerumah .

Dengan pernyataan klien : “ saya memiliki pacar yang sering saya ajak ke rumah untuk
melakukan hubungan seksual.

2.    Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat

Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan mengaji atau kegiatan masyarakat yang lainnya .

Dengan pernyataan klien : “ saya tidak pernah ikut kegiatan apapun dalam masyarakat .”

3.      Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan di rumah klien termasuk orang yang pendiam, malas bicara dengan orang lain,
dan klien tidak nyaman di lingkungan banyak orang dan ramai.

Dengan pernyataan klien: “, saya tidak menyukai tempat yang ramai dan banyak orang”

d.   Spiritual

1.      Nilai dan keyakinan

Klien beragama islam dan yakin adanya Allah, dan klien yakin apabila melihat video porno tidak
berdosa .

Dengan pernyataan klien: “ saya yakin menonton video porno tidak berdosa.”

7.        Status Mental

a.    Penampilan

Klien tampak rapi,

17
b. Pembicaraan

Kontak mata kurang selama komunikasi, berbicara seperlunya, klien tampak tidak mampu
memulai pembicaraan,cenderung menolak untuk diajak berkomunikasi.

c. Aktivitas motorik

Klien sulit berkonsentrasi dan, kehilangan minat dan penurunan aktivitas, takut, insomnia,
penurunan kualitas tidur, dan tremor.

d. Alam perasaan

Klien tampak takut, dan tegang.Klien sangat agresif dan ingin mengamuk ketika bersama dengan
pacarnya .

e. Afek

Tidak ada perubahan roman muka pada saat diceritakan cerita lucu yang membuat tertawa, klien
tampak biasa saja, hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat (afek tumpul).

f. Interaksi selama wawancara

Klien lebih banyak diam, kontak mata pada saat wawancara kurang, klien lebih sering
menunduk, bahkan sampai memutuskan pembicaraan atau pergi saat diajak bercakap- cakap.

g. Persepsi halusinasi: -

h. Proses piker : Pembicaraan klien secukupnya

i. Isi pikir :-

j. Tingkat kesadaran

Klien sadar sepenuhnya ditandai klien tidak tampak bingung klien bisa menyebutkan namanya
dengan benar, juga bisa membedakan waktu pagi, siang dan malam serta dapat menyebutkan
tempat di mana klien berada.

k. Memori

18
Klien sulit mengingat dengan baik kejadian jangka panjang, dan klien mampu mengingat jangka
pendek dan kejadian saat ini.

• Jangka panjang

Klien sulit mengingat tanggal masuk ke RSJ

• Jangka pendek

Klien mampu mengingat apa yang terjadi pada minggu ini.

• Memori saat ini

Klien dapat mengingat apa yang dilakukan tadi sebelum melakukan interaksi

l Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien kesulitan dalam berhitung sederhana, , klien mampu menjawab 3 dikurangi 1, klien
menjawab 2 dengan bantuan perawat.

m. Kemampuan penilaian

Klien mampu mengambil keputusan yang ringan misalnya klien memilih cuci tangan dulu
sebelum makan.

n. Daya tilik diri

Klien menyadari bahwa dirinya berada di RSJ dan menyadari dirinya sakit

8. Kebutuhan Persiapan Peluang

a. Makan

Klien makan 3X sehari, mampu menghabiskan ½ porsi makan dengan menu seimbang yang
sudah disiapkan dari instalasi gizi (nasi, lauk, sayur, buah- buahan), klien makan pagi pukul
07.00 WIB, makan siang pukul 12.00 WIB, makan malam jam pukul 19.00 WIB, setelah makan
klien merapikannya sendiri

Dengan pernyataan klien: “ saya makan sesuai dengan jadwal yang di berikan di RSJ.”

19
b. BAB/ BAK

Bila klien ingin BAB/ BAK pergi ke WC tanpa bantuan orang lain, BAK ± 3X sehari dan BAB ±
1X sehari. Dengan pernyataan klien: “ saya BAB/BAK sendiri tanpa bantuan suster, biasanya
BAK ± 3X sehari dan BAB ± 1X sehari.”

c. Mandi

Klien mandi di kamar mandi 2X sehari tanpa bantuan orang lain dan tidak lupa menggosok gigi,
mencuci rambut 1 minggu sekali.

Dengan pernyataan klien: “ saya mandi 2X sehari tanpa di bantu siapapun, dan keramas 1
minggu sekali.”

d. Berpakaian/ berhias

Klien mengganti pakaian 1X sehari dilakukan sendiri walaupaun kurang rapi.

Dengan pernyataan klien: “ saya ganti baju 1X sehari.”

e. Istirahat dan tidur

Klien tidak pernah tidur siang dan tidur malam pukul 23.00- 05.00 WIB, aktivitas sebelum tidur
klien adalah melamun dan diam,

Dengan pernyataan klien: “ biasanya sebelum tidur saya melamun ,saya kesulitan untuk tidur .”

f. Penggunaan obat

Klien mengatakan tidak mengetahui obat apa yang klien minum dan tidak mengetahui efek
samping dan manfaat dari obat tersebut, minum obat 2X sehari dengan bantuan dari perawat,
setelah minum obat merasa ngantuk dan lemas.

Dengan pernyataan klien: “Saya tidak tahu apa nama obat yang saya minum, efek samping dan
manfaatnya, tapi setelah minum obat tersebut saya merasa ngantuk dan lemas.”

g. Pemeliharaan kesehatan

Klien tidak mengetahui akan berobat kemana jika telah keluar dari tumah sakit.

20
Dengan pernyatan klien: “Saya tidak tahu harus berobat kemana kalau saya sudah sembuh
nanti.”

h. Aktivitas di dalam rumah

Klien mengatakan ketika di rumah klien tidak suka melakukan kegiatan apapun, seperti kegiatan
rumah tangga sehari-hari. Klien hanya berdiam diri menonton video porno di rumah .

Dengan pernyataan klien: “Di rumah saya tidak pernah mengerjakan apapun.”

i. Aktivitas di luar rumah

Klien mengatakan jarang keluar rumah, tidak suka berbelanja atau melakukan perjalanan.

Dengan pernyataan klien: “Saya tidak jarang keluar rumah, tidak suka belanja dan melakukan
perjalanan apapun.”

9. Mekanisme Koping

Maladaptif: Klien mengatakan jika ia mempunyai masalah, klien menceritakannya kepada


pacarnya .

10. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Klien mengatakan dapat mengenal semua teman dan sering berinteraksi dengan lingkungan
sekitar jika perlu.

11. Pengetahuan

Keluarga klien mengerti bahwa klien mengalami gangguan jiwa, oleh sebab itu keluarga
membawanya ke RSJ.

12. Aspek Medik

Terapi medis:

a. Clarpramazine(cpz)

• Warna obat orange.

21
• Dosis yg diberikan 10 mg/hari.

• Indikasi:

Untuk penanganan psikotik seperti skizopenia bisa menimbulkan efek seperti:ansietas dan
agitasi,cegukkan yang sulit diatasi .anak hiperaktif yang menunjukkan aktifitas motorik yang
berlebihan,masalah perilaku berat pada anak yang dikaitkan dengan perilaku hiperaktif lagi atau
menyerang mual dan muntah berat.

• Efek samping :

Seperti sedasi,sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, keletihan, penglihatan kabur, kegelisahan,
ansietas dan depresi.

• Kontra indikasi :

Penyakit hati, penyakit ginjal, kelainan jantung, ketergantungan obat, penyakit ssp, gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresi .

• Manfaat :

Memberikan pikiran tenang,perilaku jadi lebih adaktif.

b. Haloperidol (HPD)

• Warna obat pink.

• Dosis yang diberikan 3- 5 mg/ hari.

• Indikasi :

Penatalaksanaan psikopsus kronik dan akut, pengendalian TIK dan pengucapanb vokal pada
gangguan jiwa . penanggulangan dimensia pada lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah
perilaku berat pada anak- anak

• Kontra indikasi:

Penyakit hati, penyakit darah tinggi, epilepsi, kelainan jantung, ketergantungan obat, gangguan
kesadaran, penyakit sindrom saraf pusat.

22
• Efek samping:

Mengantuk, penglihatan kabur, mulut kering, kelemahan otot, konstipasi.

• Manfaat:

Memberikan pikiran tenang, perilaku menjadi lebih adaftif.

c. Trihexypenidil (THP)

• Warna obatnya putih.

• Dosis yang diberikan 2 mg/ hari.

• Indikasi :Segala jenis penyakit parkinson, gejala ekstra piramida, berkaitan dengan obat-
obat psikotik.

• Kontra indikasi :Hipersensitivitas terhadap obat ini atau pada anti polinergik lain glaukoma
sudut tertutup.

• Efek samping :Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, dilatasi ginjal, retensi urin.

• Manfaat :Anti depresi, menetralkan dan menghilangkan efek samping dari anti spikasi
seperti mual.

23
ANAISIS DATA

DATA ETILOGI MASALAH KEPERAWATAN


DATA 1
Data Subjektif :
1. klien mengatakan
jantungnya sering berdebar-
debar
2. Klien mengatakan sulit
berkonsentrasi apabila di Stresor Ansietas
ajak bicara .
3. Klien mengatakan tidak
mau makan apapun
4. Klien mengatakan sulit
tidur .
Data Objektif
1. Klien tampak kehilangan
nafsu makan
2. Klien tampak tremor
3. Klien tampak tegang dan
sulit berkonsentrasi saat di
ajak bicara .
4. Klien tampak ketakutan
wajah klien sangat pucat.
5. Klien tampak kesulitan
untuk tidur.

24
DATA 2

Data Subjektif

1. Klien mengatakan
kehilangan minat untuk
beraktivitas
2. Klien mengatakan sulit
untuk berkonsentrasi
3. Klien mengatakan takut
akibat perbuatan yang telah Sumber Personal yang Isolasi Sosial
di lakukan tidak adekuat

Data Objektif

1. Klien tampak kehilangan


minat untuk beraktivitas.
2. Klien tampak sulit
berkonsentrasi saat di ajak
bicara
3. Klien tampak ketakutan

25
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
DATA 3
Data Subjektif
1. Klien mengatakan meminta
pacarnya untuk menuruti
keinginan seksualnya
seperti memaksa dan
mengancam.
2. Klien semakin agresif Impulsif , isolasi sosial Resiko Perilaku Kekerasan
meminta pacarnya untuk terhadap orang lain
menuruti keinginan
seksualnya.

Data Objektif
1. Klien tampak berperilaku
negatif seperti perilaku
impulsif, perilaku
kompulsif, dan perilaku
agresif .
2. Klien tampak agresif saat
meminta pacarnya untuk
menuruti keinginan
seksualnya

DIAGNOSA & INTERVENSI KEPERAWATAN

26
Diagnosa Keperawatan NIC NOC
ANSIETAS NIC Edisi keenam NOC Edisi Kelima

NANDA 2018-2020 ANSIETAS ANSIETAS


EDISI 11  Pengurangan Kecemasan  Kontrol kecemasan diri
DOMAIN 9 KOPING/ Bagian Tiga Klasifikasi 319 BagianTiga
TOLERANSI STRES Kode 5820 Domain kesehatan psikososial
KELAS 2 RESPON KOPING Definisi : Mengurangi tekanan (iii) kelas kontrol diri (0)
KODE DIAGNOSIS 00146 ketakutan ,firasat,maupun Kode 1402
ketidaknyamanan terkait Definisi : tindakan personal
Definisi : Perasaan tidak nyaman dengan sumber-sumber bahaya untuk mengurangi perasaan
atau kekhawatiran yang samar yang tidak teridentifikasi . takut ,tegang dan gelisah dari
disertai respons otonom ; perasaan 1. Gunakan pendekatan sumber-sumber yang tidak dapat
takut yang disebabkan oleh yang tenang dan diidentifikasi .
antisipasi terhadap bahaya . menyakinkan 1. Memantau intensitas
2. Nyatakan dengan jelas kecemasan
harapan terhadap perilaku 2. Mengurangu penyebab
klien kecemasan
3. Dorong keluarga untuk 3. Menggunakan teknik
mendampingi klien dengan relaksasi untuk
cara yang tepat mengurangi cemas
4. Dorong aktivitas yang 4. Mempertahankan
tidak kompetitif secara tepat konsentrasi
. 5. Mempertahankan tidur
5. Berikan objek yang adekuat
menunjukkan perasaan
aman

Diagnosa Keperawatan NIC NOC

27
ISOLASI SOSIAL NIC Edisi keenam NOC Edisi Kelima

NANDA 2018-2020 ISOLASI SOSIAL ISOLASI SOSIAL


EDISI 11  Terapi Kelompok  Iklim sosial keluarga
Bagian Tiga Klasifikasi 435 Bagian tiga
DOMAIN 12 KENYAMANAN Kode 5450 Domain kesehatan keluarga
KELAS 3 KENYAMANAN Definisi : Aplikasi dari teknik (VI)
SOSIAL psikoterapi pada grub Kelas-kesejahteraan keluarga
KODE DIAGNOSIS 00053 ,meliputi pengunaan interaksi (X)
antara anggota grub. Kode 2601
Definisi : Kesendirian yang di 1. Gunakan co-leader dengan 1. Manjaga hubungan
alami individu dan di anggap cara yang tepat . dengan teman
timbul karena orang lain dan 2. Buat pertemuan 1-2 jam 2. Menetapkan aturan
sebagai suatu keadaan negtaif atau setiap kali sesi dengan cara keluarga
mengancam yang tepat. 3. Memberikan privasi
3. Bentuk kelompok 5-12 bagi anggota keluarga
anggota 4. Bekerjasama untuk
4. Dukung anggota untuk mencapai tujuan
membagi marah , kesedihan , keluarga
humor ,ketidakpercayaan dan 5. Memcahkan masalah
perasaan lain dengan anggota bersama
yang lain
5. Gunkan teknik bermain
peran dan penyelesaian
masalah , dengan cara yang
tepat .

Diagnosa Keperawatan NIC NOC

28
RESIKO PERILAKU NIC Edisi keenam NOC Edisi Kelima
KEKERASAN TERHADAP RESIKO PERILAKU RESIKO PERILAKU
ORANG LAIN KEKERASAN TERHADAP KEKERASAN EKSTERNAL
ORANG LAIN  Kontrol diri terhadap impuls
Bagian tiga
NANDA 2018-2020  Manajemen Lingkungan :
Domain kesehatan psikososial
EDISI 11 pencegahan kekerasan .
Bagian Tiga Klasifikasi 194
( iii )

Kode 6487 Kelas-kontrol diri (0)


DOMAIN 11 KEAMANAN/
Definisi : Memonitor dan Kode 1405
PERLINDUNGAN
memanipulasi lingkungan fisik Definisi : Menahan diri dari
KELAS 3 PERILAKU
untuk menurunkan kemungkinan perilaku kompulsif atau
KEKERASAN
perilaku kekerasan baik yang di impulsif .
KODE DIAGNOSIS 00138 tujukan pada diri sendiri , orang 1. Mengidentifikasi
lain maupun lingkungan .
perilaku impulsif yang
Definisi : Rentan melakukan 1. Singkirkan senjata potensial
berbahaya
perilaku Yang individu dari lingkungan .
2. Mendapatkan bantuan
menunjukkan bahwa ia dapat 2. Periksakan pasien dan
ketika merasakan impuls
membahayakan orang lain secara kepemilikannya terhadap senjata /
sesuatu yang potensial ( menjadi 3. Menggunakan dukungan
fisik ,emosional dan / seksual.
senjata ) selama prosedur rawat sosial yang ada
inap ,jika di perlukan. 4. Mengakui risiko yang
3. Monitor keamanan terhadap ada di lingkungan
barang yang di bawa 5. Mempertahankan kontrol
kelingkungan oleh pengunjung diri tanpa pengawasan .
4. Kunci ruang peralatan dan
ruang penyimpanan
5. Batasi akses ke jendela
,kecuali jendela terkunci dan
bertralis , jika di perlukan .

STRATEGI PELAKSANAAN

29
 TINDAKAN PERAWAT TERHADAP PASIEN ANSIETAS
1. SP 1 : Kajian tentang Ansietas dan mengajarkan cara merelaksasi
2. SP2 : Evaluasi asesmen ansietas yang sebelumnya , kegunakaan relaksasi dan latian
lima jari ( hypnosis ) dan aktivitas pemenuhan jiwa atau spiritul.
 TINDAKAN PERAWAT TERHADAP KELUARGA
1. SP 1: Diskusikan hal terkait pasien dan cara merawatnya
2. SP2: Memonitoring dan mengevaluasi hasil peran keluarga atau pihak orang
terdekat dalam merawat pasien .
 TINDAKAN KEPERAWATAN TERHADAP PASIEN ISOLASI SOSIAL
1. SP1 : Mengidentifikasi penyebab isos,berdiskusi kepada pasien tentang keuntungan
dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain,mengajarkan pasien berkenalan
serta menganjurkan pasien berbincang-bincang dengan orang lain .
2. SP2 : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien ,membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang dengan orang lain .
3. SP3 : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberikan kesempatan
berkenalan dengan 2 orang atau lebih , menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian .
 TINDAKAN PERAWAT TERHADAP KELUARGA
1. SP1 : Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga , menjelaskan tanda dan
gejala isos ,menjelaskan cara merawat pasien isos.
2. SP2 : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien isos .
3. SP3 : Melatih keluarga merawat pasien isos .
4. SP4 : Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah , dan menjelaskan
folloow up pasien setelah pulang .
 TINDAKAN PERAWAT TERHADAP PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
1. SP1 : Jelaskan sebab terjadinya PK, kenalkan simptom ,identifikasi jenis pk
,diskusikan akibat pk,ajarkan cara mengontrol pk ,susun jadwal harian .
2. SP2 : Evaluasi kemampuan pasien , latihan cara fisik 2 ( pukul bantal/kasur)buat
jadwal kegiatan harian .
3. SP3 : Evaluasi kemampuan pasien ,latihan cara verbal, tulis jadwal kegiatan
harian.

30
4. SP4 : Evaluasi kemampuan pasien , latihan cara spiritual, buat jadwal kegiatan
harian
5. SP5 : Evaluasi kemampuan pasien,anjurkan pasien patuhi jadwal minum
obat,tulis pengobatan pada jadwal pasien .
 TINDAKAN PERAWAT TERHADAP KELUARGA
1. SP1 : Identifikasi permasalahan keluarga saat merawat,jelaskan hal terkait
PK( definisi,sebab,simtomps,dan akibat yang di timbulkan )jelaskan bagimana
merawat pasien pk .
2. SP2 : Latih keluarga praktek merawat pasien
3. SP3 : Latih secara langsung keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
4. SP4 : Fasilitasi keluarga menyusun jadwal kegiatan di rumah untuk klien dan
obat , jelaskan tindak lanjut setelah pasien pulang.

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN


Nama klien      : Tn.D                        Nama perawat/mahasiswa : Risma Wulandari

31
No. CM           : 23.10
Ruangan          : Melati
Hari/Tgl/Pukul Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
Jumat, 17 April -ANSIETAS SP 1p : Kajian tentang Ansietas S: -Klien mengatakan sulit
2020 dan mengajarkan cara berkonsentrasi apabila di ajak
Pukul 09.00 merelaksasi. bicara .
-Klien mengatakan tidak mau
makan apapun
-Klien mengatakan sulit tidur.
O: -Klien tampak kehilangan
nafsu makan
-Klien tampak tremor
-Klien tampak kesulitan
untuk tidur.
A: Klien mampu melakukan
hal yang di contohkan
perawat
P: Intervensi di lanjutkan

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

32
Nama klien      : Tn.D                        Nama perawat/mahasiswa : Risma Wulandari
No. CM           : 23.10
Ruangan          : Melati
Hari/Tgl/Pukul Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
Sabtu,18 April ANSIETAS SP 1p : S: -Klien mengatakan sudah
2020 -mengajarkan cara merelaksasi sedikit bisa berkonsentrasi
Pukul 14.00 -Nyatakan dengan jelas harapan apabila di ajak bicara .
terhadap perilaku klien -Klien mengatakan mau
makan sedikit demi sedikit.
-Klien mengatakan sudah
lumayan tidak kesulilatan
untuk tidur.
O: -Klien tampak sudah mau
makan makanan dari rumah
sakit
-Klien tampak tidak tremor
lagi
-Klien tampak tidak kesulitan
untuk tidur lagi.
A: Klien mampu
mepraktekan kegiatan yang
dicontohkan oleh perawat
P: melanjutkan intervensi
ansietas/sp2p

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Nama klien      : Tn.D                        Nama perawat/mahasiswa : Risma Wulandari

33
No. CM           : 23.10
Ruangan          : Melati
Hari/Tgl/Pukul Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
Minggu,19 ANSIETAS SP2 : Evaluasi asesmen ansietas S: -Klien mengatakan sudah
April 2020 yang sebelumnya , kegunakaan bisa berkonsentrasi apabila di
Pukul 09.00 relaksasi dan latian lima jari ajak bicara .
( hypnosis ) dan aktivitas -Klien mengatakan mau
pemenuhan jiwa atau spiritul. makan.
-Klien mengatakan sudah
tidak kesulilatan untuk tidur.
O: -Klien tampak mau
makan makanan dari rumah
sakit
-Klien tampak tidak tremor
lagi
-Klien tampak tidak kesulitan
untuk tidur lagi.
A:Klien mampu mepraktekan
kegiatan yang dicontohkan
oleh perawat.
P: lanjutkan sp1 dan sp2
untuk keluarga .

34
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa.


bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang. Seks
bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa
adanya ikatan perkawinan. Remaja pubertas adalah individu labil yang rentan
emosi dan belum mampu mengendalikan diri dengan baik. Pendidikan seks di
sekolah perlu diberikan untuk menginformasikan remaja bagaimana dan apa
akibat dari perilaku seksual yang menyimpang terhadap diri remaja.
Munculnya kebiasaan gaya hidup baru seperti kecanduan pornografi
adalah salah satu masalah utama yang harus diperhatikan. Pemahaman yang lebih
baik tentang kecanduan pornografi merupakan suatu keharusan untuk membantu
remaja yang memiliki masalah ansietas dengan kecanduan pornografi seperti
kasus di atas.

3.2 Saran

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari yang diharapkan. Oleh
karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif dan bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Diharapkan bagi pihak sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua
untuk mendiskusikan dan memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi
remaja, kegiatan konsultasi kesehatan bagi remaja. Pihak sekolah juga bisa
bekerja sama dengan pihak rumah sakit jiwa tampan dalam pemantauan
tumbuh kembang remaja. Memberikan tindakan promotif dan preventif
kepada orang tua dalam memantau perkembangan anak remaja. Peran
teman sebaya sangat berpengaruh dengan masalah perilaku seksual

35
remaja, karena teman sebaya dapat menjadi sumber daya protektif yang dapat
meminimalkan angka terjadinya masalah perilaku seksual pada remaja.

DAFTAR PUSTAKA
Asiska, M. (2015). seksualitas remaja. Retrieved 2015, from (DOC) seksualitas remaja | Merri Asiska -
Academia.edu: https://www.academia.edu/27278202/seksualitas_remaja

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). NIC(Nursing Interventions
Classification). Depok,Sleman,Yogyakarta: ELSEVIER.

Handayani, F. (2020). PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH TENTANG TIGA


ANCAMAN DASAR REPRODUKSI REMAJA. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan, 9.

Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2018-2020). NANDA-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
JAKARTA: BUKU KEDOKTERAN .

jiwa, T. d. (2019). Skill of Laboratory Keperawatan Jiwa. SEMARANG: UNISSULAPRESS.

Mariyat, Daulima, N. H., & Mustikasar. (November 2017,). INTERVENSI COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY
DAN SELF HELP GROUP UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA REMAJA YANG KECANDUAN
PORNOGRAFI. Jurnal Ners Widya Husada, 8.

Marlita, L. (2017). PENGARUH PEER EDUCATIONTERHADAP PERILAKUSEKSUAL REMAJA DI SMAK


ABDURRAB KOTA PEKANBARUPROVINSI RIAU. JURNAL KEPERAWATAN ABDURRAB, 11.

Mertia, E. N., Hidayat, T., & Yuliadi, I. (2011). HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SEKSUALITAS DAN
KUALITAS KOMUNIKASI ORANGTUA DAN ANAK DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA
SISWA-SISWI MAN GONDANGREJO KARANGNYAR. 28.

Moorhead, S., Johnson, M., L,Maas, M., & Swanson, E. (2016). NOC( Nursing Outcomes Classification ).
Depok,Sleman,Yogyakarta: ELSEVIER.

Rachmah, E. R., & Rahmawati, T. (Desember 2019). Hubungan Pengetahuan Stress Dengan Mekanisme
Koping Remaja. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan , 14.

Stuart. (2016). KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA. Makasar: Elsevier.

Widyaningrum, Riswati Sih, Wijiyanti, & Yuli, D. (2017). HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL REMAJA DENGANPERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI SMA N 1 KRADENAN
KABUPATEN GROBOGAN. 66.

36
37

Anda mungkin juga menyukai