Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIK LEGAL PADA SISTEM ENDOKRIN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ananta Ario W
Atmiatie
Chika Maia Febriyanti
Elsa Eunike
Keyzia Ayu SB
Lidiya Cristina

(201411006)
(201411012)
(201411016)
(201411022)
(201411032)
(201411036)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH
SEMARANG
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk
pasien atau klien baik secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan memandang manusia secara biopsikolog sosial, spiritual yang
komprehensi. Dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang
menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggung jawab
secara moral.
Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara,

tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau


pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai

pedoman

berperilaku.

Tujuan

kode

etik

agar

profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai


atau

nasabahnya.

Adanya

kode

etik

akan

melindungi

perbuatan yang tidak profesional.Kode etik disusun oleh


organisasi profesi sehingga masing-masing profesi memiliki
kode etik tersendiri. Misalnya, kode etik dokter , guru, dan
perawat.
Dengan

adanya

kode

etik

keperawatan

perawat

diharapkan mampu melayani pasien dengan benar dan dapat


tercipta hubungan yang kondusif antara perawat dan pasien
dan dapat meningktakan kesehatan pasien.
1.2.

1.3.

Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian etik legal keperawatan
b. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etik legal keperawatan
c. Agar dapat menerapkan prinsip etik legal keperawatan dengan
benar
Manfaat
Agar mahasiswa mampu mengaplikasikan etik legal sesuai dengan
prinsip-prinsip etik legal yang ada.
BAB II

TINJAUAN MATERI
2.1. Pengertian sistem Integumen
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormone yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
memengaruhi organ-organ lain.
2.2. Pengertian Etik
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang
menurut Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau
standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat
diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan pembuatan
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford Advanced
Learners Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika
sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut
definisi AARN (1996), etika berfokus pada yang seharusnya baik salah atau
benar, atau hal baik atau buruk. Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik
adalah Segala sesuatu yang berhubungan/alasan tentang isu moral.
Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia
untuk memilih tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan
kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan (Degraf, 1988). Etika merupakan bagian dari filosofi yang
berhubungan dengan keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee,
1994). Menurut Websters The discipline dealing with what is good and bad
and with moral duty and obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate
and guide moral decision making.

2.3. Prinsip dan fungsi etika keperawatan

a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan

bentuk respek terhadap seseorang, atau

dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.


Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
b. Beneficience ( Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan


psikologis pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setiap ada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability ( Tanggungjawab )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Kasus 1
Ny.Tutik (60 tahun) dirawat di RS dengan diagnose medis : Diabetes
Mellitus. Pasien merasa ingin makan manis seperti cokelat, es cream dan susu
yang disimpan didalam koper pakaian pribadinya. Anda sebagai perawat yang
sedang dinas tahu keadaan tersebut tapi pasien melarang anda untuk
memberitahukan pada siapapun. Anda kemudian ikut merahasiakan keadaan
pasien dan tidak memberitahu kepada dokter serta keluarganya kalau pasien
mengkonsumsi makanan manis diam-diam karena tidak tega melihat pasien
yang sedang didietkan tidak mengkonsumsi makanan manis-manis selama di
RS.
NO
.
1.

KOMPONEN
ETIK
Tidak Merugikan

KOMPONEN
LEGAL
1. Pasal 2g yang Anda
berbunyi:
kesehatan

ANALISIS
kemudian

merahasiakan
dan pasien

dan

ikut

keadaan
tidak

keselamatan

memberitahu

pasien

dokter serta keluarganya


kalau

kepada
pasien

mengkonsumsi

makanan

manis diam-diam karena


tidak tega melihat pasien
yang
tidak

sedang

didietkan

mengkonsumsi

makanan manis-manis
Menurut kami dalam kasus
ini

perawat

tidak

melakukan prinsip tidak


merugikan karena perawat

mengijinkan pasien untuk


mengkonsumsi
manis

yang

memperburuk
2.

Tanggung jawab

pasien.
1. Pasal 36d yang Anda

merahasiakan

menolak

pasien

atau

klien

pihak

lain

dapat
keadaan

kemudian

berbunyi
keinginan

makanan

dan

memberitahu

ikut

keadaan
tidak
kepada

dokter serta keluarganya

yang bertentangan

kalau

dengan kode etik,

mengkonsumsi

standar pelayanan,

manis diam-diam karena

standar

profesi,

tidak tega melihat pasien

standar

prosedur

operasioanl,
ketentuan
peraturan
perundangundangan

atau

yang

pasien

sedang

tidak

makanan

didietkan

mengkonsumsi

makanan manis-manis
Menurut kami dalam kasus
ini

perawat

menerapkan

tidak
prinsip

bertanggung jawab karena


mengijinkan pasien untuk
mengkonsumsi
manis

dan

makanan
tidak

bertanggung jawab untuk


memberitahu pasien untuk
tidak

mengkonsumsi

makanan manis
Komponen etik legal yang utama adalah Tidak Merugikan

3.2. Kasus 2

Tn. Grasia (28 tahun) dirawat di rumah sakit dengan keluhan sering
kencing. Dalam satu hari klien BAK sebanyak 20-30 kali dengan jumlah urin
kira-kira 250 cc tiap dan merembes di tempat tidur. Keluarga minta untuk
segera diganti spreinya, tapi perawat sudah 3 kali mengatakan iya, nanti
sebentar lagi ada perawat yang akan membantu mengganti spreinya ya.. tapi
ternyata belum juga diganti.
NO
.
1.

KOMPONEN

KOMPONEN

ETIK
LEGAL
Tidak Merugikan 1.Pasal 37b yang

ANALISIS
Keluarga minta untuk

berbunyi

segera diganti spreinya,

memberikan

tapi perawat sudah 3 kali

pelayanan

mengatakan iya, nanti

keperawatan sesuai

sebentar lagi ada perawat

dengan kode etik,

yang akan membantu

standar

mengganti spreinya ya..

professional,

tapi ternyata belum juga

standar prosedur,

diganti.

operasional, dan

Menurut

kami

dalam

ketentuan peraturan kasus ini perawat telah


perundang-

merugikan pasien karena

undangan

jika sprei tidak diganti


akan

mengakibatkan

iritasi maka kasus ini


2.

Menepati janji

Pasal 37b yang

dapat merugikan pasien


Keluarga minta untuk

berbunyi

segera diganti spreinya,

memberikan

tapi perawat sudah 3 kali

pelayanan

mengatakan iya, nanti

keperawatan sesuai

sebentar lagi ada perawat

dengan kode etik,

yang akan membantu

standar professional,

mengganti spreinya ya..

standar prosedur,

tapi ternyata belum juga

operasional, dan

diganti.
Menurut kami dalam

ketentuan peraturan
perundangundangan

kasus ini perawat tidak


menerapkan prinsip
menepati janji karena
perawat telah berjanji
kepada keluarga untuk
segera mengganti sprei,
tetapi sudah 3kali perawat
mengatakan untuk
mengganti tetapi tidak

Tanggung Jawab

Pasal 29 ayat (1)


yang berbunyi :
a. Pemberi asuhan
keperawatan
b. Penyuluh dan
konselor bagi
klien
c. Pengelola
pelayanan

diganti oleh perawat.


Tetapi perawat
sudah 3 kali
mengatakan iya
tetapi belum juga
diganti
Menurut kami dalam
kasus ini perawat
tidak bertanggung

keperawatan
d. Peneliti

jawab untuk

keperawatan
e. Pelaksana tugas

kenyamanan dan

berdasarkan
pelimpahan
wewenang;
dan/atau
f. Pelaksana tugas
dalam keadaan
keterbatasan
tertentu.

memenuhi
kebersihan pasien.

Pasal 29 ayat (3)


yang berbunyi :
pelaksana tugas
perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) harus
dilaksanakan secara
bertanggung jawab
dan akuntabel.

Komponen etik legal yang utama adalah Menepati Janji

3.3 Kasus 3
Ny.Tutik (60 tahun) dirawat di RS dengan diagnose medis: Diabetes
Mellitus. Dari hasil pengkajian didapatkan data: kesadaran Composmentis,
turgor kulit tidak elastic, bibir kering, terdapat luka gangrene di kaki
kanandan diindikasikan untuk diamputasi. Perawat (katim shift) dilarang
keluarga memberitahukan kepada pasien. Tetapi perawat tersebut tetap
memberitahukan kepada pasien untuk mendapatkan informed consent atas
ijin dokter penanggung jawab pasien.

NO
.
1.

KOMPONEN
ETIK
Otonomi

KOMPONEN
Pasal

TINDAKAN PERAWAT

LEGAL
38d yang Tetapi

berbunyi

memberi tetap

persetujuan

atau kepada

perawat

tersebut

memberitahukan
pasien

untuk

penolakan

tindakan mendapatkan

keperawatan

yang consent

akan diterimanya

Menurut kami dalam kasus


ini

perawat

menerapkan
otonomi
telah
2.

Tanggung jawab Pasal

karena

meminta

berbunyi

dilarang

memberikan

memberitahukan

pelayanan

pasien.Tetapi

dengan

telah
prinsip
perawat
informed

consent kepada pasien


yang Perawat
(katim
shift)

37b

keperawatan

informed

keluarga
kepada
perawat

sesuai tersebut

kode

tetap

etik, memberitahukan

kepada

standar professional, pasien untuk mendapatkan


standar

prosedur, informed consent


Menurut kami dalam kasus
operasional,
dan
ini perawat telah melakukan
ketentuan peraturan
prinsip tanggung jawab
perundang-undangan
karena meskipun perawat
dilarang oleh keluarga untuk
memberikan
consent

kepada

perawat

tetap

informed
pasien,
meminta

persetujuan dari pasien.


Kompenen etik legal yang utama adalah Tanggung Jawab
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Sebagai seorang perawat yang professional yang bertugas dalam


bidang

pelayanan masyarakat harus memahami dan menerapkan etika

keperawatan. Etika keperawatan digunakan sebagai acuan bagi perilaku


seseorang perawat yang berkaitan dengan tindakan baik dan buruk dalam
praktik keperawatan dan merupakan suatu kewajiban juga tanggung jawanb
moral.
Selain berpedoman pada etika keperawatan, dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat, perawat juga harus mengetahui
prinsip-prinsip etika keperawatan, ethical issue dalam praktik keperawatan
dan prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan, sehingga nantinya
dalam memberikan pelayanan kesehatan, seorang perawat dapat meberikan
pelayanan terbaik kepada klien.

DAFTAR PUSTAKA

Huda Nur Arif, Amin dan Hardikusuma. 2013. Nanda Nic dan Noc. Yogyakarta :
Mediaction.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagonsa Keperawatan. Jakarta : EGC
http://gracefracilia.blogspot.co.id/2013/10/prinsip-prinsip-etika-keperawatan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_endokrin
Undang-Undang Keperawatan UU RI NO.38 Tahun 2014.Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai