Kelas : X-5
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan laporan tepat waktu. Adapun judul dari laporan ini
adalah “Studi Analisis Penyimpangan Sosial Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di Era
Globalisasi Di Kota Surabaya”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada guru kami
bapak Drs. Agus Sudrajat dan juga kepada pihak yang telah membantu kami dalam
penyelesaian tu
Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas IPS/Sosiologi semester genap 2023 dan
diharapkan dapat menambah wawasan penulis serta pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak, sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Kami juga menyadari bahwa laporan ini
masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak. Apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga laporan studi analisis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia sosial dan pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...II
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 3
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Semakin maraknya kasus seks bebas di era globalisasi ini, salah satu penyebabnya adalah
pergaulan bebas pada remaja. Istilah dari kata ‘bebas’ yang dimaksud adalah melewati batas
norma-norma yang ada di Indonesia. Perilaku seks bebas termasuk kedalam perilaku
menyimpang. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja yang memiliki rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
menanggung resiko tanpa pertimbangan yang matang.
Perilaku seks bebas yang dimaksud adalah hubungan intim suami istri seksual diluar
pernikahan tanpa adanya ikatan yang jelas. Masalah keluarga, kekecewaan, minimnya
pengetahuan dan ajakan dari teman yang bebas bergaul adalah penyebab dari permasalahan
tersebut.
Maraknya pergaulan bebas pada remaja yang menyebabkan beberapa penyimpangan, salah
satunya penyimpangan perilaku seks bebas pada remaja. Penyebab perilaku tersebut adalah
kurangnya pengetahuan mengenai pendidikan seks karena di Indonesia sendiri menganggap
hal tersebut adalah hal yang tabu dan vulgar, padahal hal tersebut mengandung hal positif
sehingga para remaja di Indonesia.
Sebagai contohnya pergaulan bebas dan seks bebas di luar nikah merajalela di ibu kota
provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya. Data yang tercatat menunjukkan bahwa 54% beberapa
remaja melakukan seks pranikah, dan 47% pada kota bandung, juga 52% pada kota medan.
Fenomena maraknya perilaku seksual di kalangan remaja yang terjadi saat ini, menjadi fakta
bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja masih menjadi masalah yang penting untuk
segera diatasi. Permasalahan ini tidak dapat dianggap sebagai hal biasa, karena dampak yang
ditimbulkan dari perilaku seksual pranikah pada remaja sangat besar dan kompleks.
1
Perilaku ini juga berasal dari sifat remaja yang suka ikut-ikutan dengan teman sebayanya.
Konformitas remaja terhadap kelompok teman sebaya akan menentukan bagaimana remaja
bersikap dan berperilaku. Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu
mengubah sikap dan perilaku remaja agar sesuai dengan norma sosial yang ada
(Baron&Byrne, 2005).
Remaja lebih cenderung untuk mengikuti aturan-aturan yang diterapkan oleh kelompok
teman sebaya daripada aturan-aturan yang diterapkan oleh orang tua. Semakin tinggi tingkat
kelekatan remaja terhadap kelompok teman sebaya, maka semakin tinggi pula tingkat
konformitas terhadap kelompok tersebut. Begitu juga dengan perilaku seksual pranikah,
remaja yang bergabung dalam kelompok teman sebaya yang melakukan perilaku seksual
pranikah, akan cenderung mengikuti perilaku kelompok tersebut.
Berdasarkan dari beberapa identifikasi masalah yang berada diatas, maka permasalahan
ini akan dibatasi dan dikaji lebih lanjut. Pembatasan masalah ini bertujuan agar untuk lebih
fokus terhadap permasalahan yang dihadapi, dan juga untuk memperoleh kesimpulan yang
sesuai dengan fakta lapangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Seks bebas merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat dan kemudian diadopsi
oleh masyarakat Indonesia tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Faktor yang mendukung
penyebab terjadinya seks bebas adalah lingkungan pergaulan yang buruk, kurangnya
perhatian dari orang tua dan salah satunya adalah penyalahgunaan media sosial (Prasetyo,
2012). Arti pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang mana
“bebas” yang dimaksud adalah melewati batas norma-norma.
Berdasarkan Jurnal yang ditulis Andayani (2005), yang telah dilakukan bahwa ketika mulai
beranjak dewasa (usia 18), survei menunjukkan bahwa lebih dari 60% individu pernah
melakukan hubungan seks. Belakangan ini memang hubungan seks bebas menjadi fenomena
yang melanda kaum remaja.
Sex education atau Pendidikan seks adalah sebuah informasi yang memaparkan tentang
pendidikan seksual bertujuan untuk mengajarkan mengenai organ kesehatan reproduksi,
penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, kehamilan, dan kontrasepsi yang dapat digunakan.
Pendidikan seksual juga dapat mencegah terjadinya tindak kekerasan seksual, pemerkosaan,
seks diluar nikah, dan juga pernikahan di usia dini. Selain itu, mengurangi dampak buruk dari
penyerapan informasi yang tidak aman dan tidak akurat melalui internet.
Perilaku seksual pranikah pada remaja juga beresiko pada penularan virus HIV/AIDS.
Menurut data resmi Kementrian Kesehatan RI pada triwulan kedua 5 tahun 2012 terlapor
sebanyak 9,883 kasus baru HIV dan 2,224 AIDS, sampai dengan Juni 2012 tercatat ada
86,762 kasus HIV dan 32,103 kasus AIDS (RutgersWPF, 2013).
Sementara meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul
pro kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal
yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian
besar masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks seolah sebagai
suatu hal yang vulgar.
3
Mubarak (2009) selanjutnya mengatakan kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-
remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangannya, baik pada saat remaja
maupun pada saat kanak-kanak. Secara psikologis kenakalan remaja merupakan wujud dari
konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak- kanak maupun pada
masa remaja, perlakua kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, seperti kondisi
ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri dan sebagainya.
Faktor internal ( disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri ) yang mempengaruhi remaja
melakukan hal tersebut:
1. Krisis identitas.
2. Kontrol diri yang lemah.
1. Keluarga.
2. Pergaulan yang kurang baik:
3. Lingkungan masyarakat/tempat tinggal yang kurang baik.
Nevid dkk (1995) mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah hubungan seks
antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan secara fisik.
Lebih lanjut (Cynthia, 2007) seks juga diartikan sebagai hubungan seksual tanpa ikatan pada
yang menyebabkan berganti-ganti pasangan.
Kesimpulanya, bahwa seks bebas ialah hubungan seksual tanpa adanya ikatan atau di luar
pernikahan seseorang. Faktor pendorong seks bebas adalah Iman atau control diri yang
lemah, keluarga, pergaulan, lingkungan tempat tinggal yang buruk, dan juga pengentahuan
tentang pendidikan seks bebas yang masih rendah di kalangan masyarakat karena presepsi
masyarakat itu sendiri. Akibat yang muncul dari permasalahan tersebut yaitu, menularnya
penyakit HIV/AIDS.
BAB III
KESIMPULAN
Perilaku yang menyimpang pada remaja saat ini khusus nya di kota Surabaya menjadi
masalah besar yang disebabkan oleh pergaulan bebas. Salah satu pengaruh dari pergaulan
bebas yaitu seks bebas, arti dari seks bebas sendiri adalah hubungan seks di luar pernikahan
dengan berganti-ganti pasangan.
Perilaku yang tidak wajar ini menyebabkan rusaknya moralitas karena tidak sesuai dengan
ajaran agama dan negara. Ironisnya, perilaku ini nyatanya cenderung disukai oleh anak muda
atau remaja, terutama kalangan remaja yang secara biopsikologis sedang tumbuh menuju
proses pematangan.
Hal ini menempatkan mereka pada resiko tinggi kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi
dan penyakit menular seksual, termasuk HIV (Situmorang, 2003). Menurut teori perilaku
WHO, perilaku seks bebas pada remaja dipicu oleh beberapa faktor, seperti faktor diri
sendiri, keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekitar serta kurangnya pengetahuan
mengenai seks.
5
BAB IV
Beberapa hal yang seharusnya dapat dimengerti oleh seluruh masyarakat Indonesia, antara
lain:
Diharapkan dengan adanya makalah ini menjadi petunjuk pentingnya sex education pada
remaja Indonesia.
7
DAFTAR PUSAKA