Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN

SEKS BEBAS DAN PERILAKU MENYIMPANG DI KALANGAN


REMAJA

OLEH :

OLEH :
ANISA APTA SARI (2109200413201002)
ASTRIA RIVANA (2109200413201012)
DEWI SARTIKA (2109200413201006)
DISTA (2109200413201008)
WELMINA NAMSO (2209200413201003)
I GEDE SUNATA YASA (2209200413201011)
SUKMAWATI (2209200413201012)
TUTUN TRISNAWATI (2209200413201013)
IRMAWATI (2209200413201015)
RISNA ERAWATY (2209200413201016)
TITI NUR SAPITRI (2209200413201018)
DIAN MATAARI ALBAR (2209200413201020)

S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk membuat makalah promosi kesehatan ini.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 1 Januari 2023

2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Seks Bebas


B. Penyimpang Sosial Remaja
C. Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas
D. Perilaku Seks Bebas Dikalangan Remaja
E. Faktor Penyebab Seks Bebas Dikalangan Remaja

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan remaja sekarang ini cukup kompleks. Salah satu yang paling
peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual
remaja. Hal ini dapat terjadi karena remaja dalam perkembangannya cenderung
memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan dengan mulai matangnya
hormon seksual dan organ-organ reproduksi. Keadaan ini menyebabkan rentannya
perilaku remaja yang mengarah kepada terpuaskannya dorongan seksual. Remaja
yang dapat mengendalikan akan terhindar dari perilaku seksual yang
menyimpang. Sebaliknya, para remaja tidak dapat mengendalikannya, maka akan
terjerumus ke dalam penyimpangan seksual, misalnya pemerkosaan, pornografi,
dan hubungan bebas.

Hurlock (1999) menyatakan bahwa ketika remaja secara seksual mulai


matang, maka laki-laki maupun perempuan mulai mengembangkan sikap yang
baru pada lawan jenisnya. Sikap ini mulai dikembangkan bila kematangan seksual
sudah tercapai seperti bersikap romantis dan disertai dengan keinginan yang kuat
untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis untuk menjalin hubungan.

Pada remaja bermasalah yang dikuasai dorongan agresi dan antagonistik, maka
kepekaan terhadap pengaruh perilaku seks menyimpang pada umumnya akan
lebih tinggi. Remaja tipe ini akan menyalurkan rasa ingin tahu terhadap seks
melalui membaca “terbitan stensilan” di antara teman remaja sekelompok,
menonton film biru, dan melakukan eksperimen seksual dengan cara onani
bersama teman remaja, mencoba hubungan seksual dengan lawan jenis sebaya,
bahkan dengan pekerja seks, mencoba perilaku seks homoseksual dengan teman
sebaya atau dengan waria yang berprofesi sebagai prostitusi, melakukan
pemerkosaan bersama teman terhadap korban yang ditemui di jalan. Perilaku

4
remaja tersebut merupakan sikap seksual negatif yang ditandai perilaku
psikososioseksual (Dianawati, 2003)

Dijelaskan oleh Kauffman (dalam Adikusuma, dkk., 2008) bahwa perilaku


menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial. Perilaku
disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak,
melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang
tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya.

Perilaku menyimpang di lingkungan sosial diantaranya dalam bentuk seks


bebas. Salah satu bentuk seks bebas yang dilakukan remaja adalah perilaku
menyimpang dalam berpacaran. Perilaku remaja berpacaran seperti berciuman,
pelukan, pegang payudara, sampai melakukan hubungan seks merupakan perilaku
yang memprihatinkan bagi orang tua ataupun bagi masyarakat. Perilaku remaja
Indonesia dalam kebebasan seks dari tahun ke tahun tidak menurun, bahkan
semakin meningkat.

Gaya pacaran remaja zaman sekarang tidak sehat sebab tidak lagi
mengindahkan nilai-nilai moral dan pertimbangan logika. Akibatnya banyak
remaja hamil pranikah, bahkan terinfeksi HIV/AIDS. Seperti diungkapkan Wijaya
(2004) bahwa saat ini terjadi fenomena global life style sehingga berperilaku
sangat bebas.Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi serta tayangan impor
(pornografi) dari berbagai negara ditiru oleh remaja, bahkan tindakan seks bebas
pranikah juga dilakukan oleh remaja di Indoensia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan remaja tentang seks bebas?

2. Bagaimana perilaku seks bebas dikalangan remaja?

3. Bagaimana faktor penyebab seks bebas dikalangan remaja?

4. Bagaimana perilaku menyimpang pada remaja

5
5. Bagaimana dampak kesehatan yang di timbulkan dari seks bebas dan perilaku
menyimpang keluarga

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memberi pemahaman kepada
remaja tentang seks bebas, perilaku seks bebas dikalangan remaja, dan perilaku
menyimpang remaja yang berdampak pada kesehatan remaja.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Seks Bebas
1. Pengertian Seks Bebas.

Seks bebas merupakan kebiasaan melakukan seksual secara bebas


dilakukan oleh mereka yang menentang atau merasa enggan jika diri
mereka terikat dalam suatu pernikahan yang suci. Orang yang telah
mempertaruhkan hawa nafsunya sendiri, akan merasa sangat tidak puas
jika menyalurkan nafsu biologisnya kepada istri atau suami sahnya saja.
tujuan seks adalahsebagai sarana untuk memperoleh kepuasandan
relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia). Hubungan seks yang
dilakukan diluar pernikahan disebut seks bebas (free sex).

Seks menurut Kartono (2009) merupakan energi psikis yang ikut


mendorong individu manusia untuk bertingkah laku. Tidak Cuma
bertingkah laku di dalam seks saja yaitu menjalin hubungan seksual atau
bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan abnormal.
Sedangkan Desmita (2005) seks bebas adalah segala cara mengepresikan
dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ
seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak
seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena
remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual. Dengan demikian,
pengertian seks bebas adalah segala perbuatan tingkah laku yang
didorong oleh keinginan seksual terhadap lawan jenis maupun sesama
jenis (homoseksual) yang dilakukan di luar pernikahan dan bertentangan
dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak
bisa diterima secara umum.

2. Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas


Pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau
mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-

7
dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak
direncanakan, penyakit menular, depresi, dan perasaan berdosa. Selain itu
dengan adanya pengaruh dalam pemberian pendidikan seks bisa di
manfaatkan oleh pendidik di masing-masing sekolah untuk memberikan
informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja agar remaja memiliki
bekal pengetahuan yang baik dan sikap positif dalam menanggapi
permasalahan seks bebas dikalangan remaja (Sarwono, 2010).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mubarak (2009) menyatakan


bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi nilai nilai
yang baru diterimanya.

Menurut Sumiati (2009) menyatakan pendidikan seks dapat


memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual
agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat
mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya dan dapat membentuk sikap
serta memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi
yang bervariasi.

3. Perilaku Seks Bebas Dikalangan Remaja

Perilaku seks bebasdapat dikelompokkan menjadi empat kategori,


yaitu berciuman, berpelukan, bercumbu (petting), dan berhubungan
badan. Sebagian besar Perilaku seks bebast ersebut dilakukan di rumah,
rumah kos, lingkungan kampus, dan tempat-tempat lainnya seperti hotel,
losmen dan tempat penginapan lainnya. Bahkan ada juga yang
melakukannya di dalam mobil pada waktu jalan-jalan.

Perilaku hubungan seks bebas di kalangan remaja paling banyak


dilakukan sepulang dari tempat hiburan malam, biasanya cewek cewek

8
yang sudah mabok akan sangat gampang untuk ditiduri oleh teman-teman
lelakinya. Perilaku seks bebas dapat didefinisikan sebagai bentuk
perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis
maupun sejenis. Menurut Simkin, Perilaku seks bebas adalah segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis
maupun dengan sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini beraneka ragam
mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu
dan bersenggama.

Tujuan seksual disamping untuk kesenangan atau kepuasan seksual


atau juga pengendoran ketegangan seksual. Kartono juga menjelaskan
bahwa seks adalah mekanisme bagi manusia untuk melanjutkan
keturunan. Seks bukan hanya perkembangan dan fungsi primer saja,
tetapi juga termasuk gaya dan cara berperilaku kaum pria dan wanita
dalam hubungan interpersonal atau sosial.

Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya


kematangan serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon
seks baik pada laki-laki maupun pada perempuan yang akan
menyebabkan perubahan Perilaku seks bebas remaja secara keseluruhan.
Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual
mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis.
Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat
dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode
pubertas .

Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang


menarik bagi remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya
menjadi lebih kekar yang menarik bagi remaja perempuan . Pada masa
remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam
pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis.
Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan

9
dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari
remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan
lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan
para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk
bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan
untuk melakukan hubungan seksual. Meskipun fungsi seksual remaja
perempuan lebih cepat matang dari pada remaja laki-laki, tetapi pada
perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara seksual dari pada
remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan adanya
perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-
laki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap ”benar” apabila
orang orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat.

Perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun
sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Perilaku
seks bebas yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam
ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan Perilaku seks bebas
merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses
pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.

Perilaku seks bebas di kalangan remaja dilakukan dengan berbagai


tindakan atau Perilaku seks bebas beresiko yang terdiri atas tahapan-
tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering,
cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting,
oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seks bebas pada
remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang
merugikan remaja itu sendiri.

4. Faktor Penyebab Seks Bebas Dikalangan Remaja

10
Perilaku negatif remaja terutama hubungannya dengan
penyimpangan seksualitas, pada dasarnya bukan murni tindakan diri
mereka sendiri, melainkan ada faktor pendukung atau yang
mempengaruhi dari luar.

Faktor-faktor yang menjadi sumber penyimpangan tersebut adalah:

1. Kualitas diri remaja itu sendiri seperti, perkembanggan emosional


yang tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat,
kurang mendalami norma agama, ketidak mampuan menggunakan
waktu luang.

2. Kualitas keluarga yang tidak mendukung anak untuk berlaku baik,


bahkan tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan
pergeseran norma keluarga dalam mengembangkan norma positif.
Disamping itu keluarga tidak memberikan arahan seks yang baik.

3. Kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperti lingkungan


masyarakat yang mengalami kesenjangan komunikasi antar tetangga.

4. Minimnya kualitas informasi yang masuk pada remaja sebagai akibat


globalisasi, akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau jarang
mendapatkan informasi sehat dalam seksualitas.

Hal-hal yang mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar


pernikahan adalah:

1) Hubungan seks:

Bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam masa pacaran.


Seringkali remaja mempunyai pandangan yang salah bahwa masa
pacaran merupakan masa di mana seseorang boleh mencintai maupun
dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal ini, bentuk ungkapan rasa cinta
(kasih sayang) dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya,
pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan

11
hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan
menyebabkan tindakan yang salah. Karena itu, sebelum pacaran,
sebaiknya orang tua wajib memberi pengertian yang benar kepada anak
remajanya agar mereka tidak terjerumus pada tindakan yang salah.

2) Kehidupan iman yang rapuh.

Kehidupan beragama yang baik danbenar ditandai dengan


pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran
agama dengan baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun. Dalam
keadaan apa saja, orang yang taat beragama, selalu dapat menempatkan
diri dan mengendalika diri agar tidak berbuat hal-hal yang bertentanggan
dengan ajaran agama. Dalam hatinya, selalu ingat terhadap Tuhan, sebab
mata Tuhan selalu mengawasi setiap perbuatan manusia. Oleh karena itu,
ia tak akan melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, sebelum
menikah secara resmi. Ia akan menjaga kehormatan pacarnya, agar
terhindar dari tindakan nafsu seksual sesaat. Bagi individu yang taat
beragama, akan melakukan hal itu sebaik-baiknya. Sebaliknya, bagi
individu yang rapuh imannya, cenderung mudah melakukan pelanggaran
terhadap ajaran-ajaran agamanya. Agama hanya dijadikan sebagai kedok
atau topeng untuk mengelabui orang lain (pacar), sehingga tak heran,
kemungkinan besar orang tersebut dapat melakukan hubungan seks
bebas.

3) Faktor kematangan biologis.

Dapat diketahui bahwa masa remaja ditandai dengan adanya


kematangan biologis. Dengan kematangan biologis, seorang remaja sudah
dapat melakukan fungsi reproduksi sebagai mana layaknya orang dewasa
lainnya, sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal
ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah
terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya, misalnya,
dengan melihat film porno dan cerita cabul. Kematangan biologis yang

12
tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri, cenderung
berakibat negatif, yaitu terjadi hubungan seks bebas di masa pacaran
remaja. Sebaliknya, kematangan biologis, disertai dengan kemampuan
pengendalian diri akan membawa kebahagiaan remaja dimasa depannya,
sebab ia tidak akan melakukan hubungan seks.

Perilaku seks bebas dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Belum adanya regulasi atau pengaturan terhadap penyelenggaraan


hubungan seks dengan peraturan tertentu. Dorongan seks begitu dasyat
dan besar pengaruhnya terhadap manusia. Seks bisa membangun
kepribadian, tetapi juga bisa menghancurkan sifat-sifat kemanusiaan.

2. Perubahan sosial Perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan


komunikasi menyebabkan perubahan sosial yang demikian cepat pada
hampir semua kebudayaan manusia. Perubahan sosial ini mempengaruhi
kebiasaan hidup manusia, termasuk mempengaruhi pola-pola seks yang
konvensional menjadi keluar dari jalur-jalur konvensional kebudayaan,
sehingga bertentangan dengan sistem regulasi seks yang konvensional,
dan terjadilah apa yang dinamakan seks bebas. Pelaksanaan seks bebas
banyak dipengaruhi oleh penyebab dari perubahan sosial, seperti :
urbanisasi, mekanisasi, alat kontrasepsi, pendidikan, demokratisasi fungsi
wanita dalam masyarakat dan modernisasi.

Adapaun faktor internal dan faktor eksternal seks bebas dikalangan


remaja.sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang muncul karena adanya dorongan


dan kemauan dari individu itu sendiri. Pribadi manusia dapat dipengaruhi oleh
sesuatu, karena itu ada usaha untuk membentuk pribadi, membentuk watak
atau mendidik watak seseorang. Sejak dahulu diketahui bahwa pribadi tiap
individu tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam, yang sudah

13
dibawanya sejak lahir atau bisa disebut juga dengan kemampuan dasar dan
kemampuan dari luar, yang diterima dan dipelajari individu dari keadaan
sekitarnya dia berada. Pada penelitian ini ada dua hal yang secara internal
ditemukan dalam mempengaruhi perilaku seks bebas dikalangan remaja,
diantaranya:

a) Aspek Perkembangan Alat Seksual (Biologis)

Perkembangan alat seksual (biologis) merupakan salah satu bentuk ciri-ciri


perubahan pada remaja yang nampak dari luar, sehingga secara langsung
perubahan yang terjadi dapat dilihat oleh orang lain. Dari hal tersebut
tentunya akan memiliki dampak apabila remaja yang mengalami perubahan
pada fisiknya atau alat seksualnya (biologis) yang tidak terkontrol dengan
baik. Hal ini dapat memancing pemikiran negatif seseorang terhadap remaja
yang menyalahgunakan perubahan pada alat seksualnya (biologis).

Penyebab remaja berperilaku menyimpang yaitu salah satu dikarenakan


adanya kualitas dari pribadi remaja itu sendiri, seperti perkembangan
emosional yang kurang, adanya hambatan dalam perkembangan hati nurani
dan ketidakmampuan dalam mempergunakan waktu luang sehingga lebih
memilih kegiatan alternatif yang keliru dan hal tersebut dijadikan dalam
kehidupan seharihari.

b) Aspek Motivasi

Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mulai dihadapkan pada
relaita kehidupan. Pada saat inilah jiwa seoarang remaja mengalami
peralihan dari jiwa kekanak-kanakan kearah pendewasaan. Dalam masa
peralihan ini tentunya anak banyak mengalami peristiwa baru yang selama
ini belum pernah dialami pada masa sebelumnya. Peralihan keadaan inilah
yang dapat memicu timbulnya dorongan untuk mencoba hal-hal baru yang
selama ini belum pernah mereka coba, tentunya tanpa pemikiran yang
matang tentang akibat-akibat yang bisa ditimbulkan karena keterbatasan
pemikiran pada usia dewasa. Motivasi adalah dorongan bertindak untuk

14
memuaskan suatu kebutuhan, dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam
bentuk tindakan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar individu, yang
dapat mendorong remaja untuk melakukan seks bebas. Dalam hal ini penulis
me nemukan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi fenomena yang
terjadi. Terdapat beberapa faktor eksternal, diantaranya:

a) Aspek Keluarga

Di dalam keluarga jelas dibutuhkan adanya komunikasi terutama orang tua


dengan anak-anaknya, karena hal tersebut dapat memberikan kehangatan
dan hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Dengan adanya
komunikasi, orang tua dapat memahami kemauan dan harapan anak,
demikian pula sebaliknya. Sehingga akan tercipta adanya saling pengertian
dan akan sangat membantu di dalam memecahkan atau mencari jalan keluar
dari persoalan yang dihadapi anaknya. Komunikasi merupakan hal yang
penting dalam keluarga, karena dengan komunikasi dalam suatu keluarga
terlihat adanya interaksi, hubungan yang akrab antar keluarga.Berbeda
halnya ketika seorang anak berada pada keluarga yang kurang adanya
komunikasi antara orang tua dengan anak.

b) Aspek Pergaulan

Bagi remaja seorang teman merupakan suatu kebutuhan, sehingga


terkadang teman dianggap sebagai “orang tua kedua” bagi remaja.
Dorongan untuk memilikiteman dan membentuk suatu kelompok juga dapat
dipandang sebagai usaha agar tidak tergantung dengan orang yang lebih
dewasa atausebagai tindakan nyata dalam interaksi sosial. Maka didalam
lingkungan pergaulan remaja selalu kita temukan adanya kelompok teman
sebaya. Pergaulan dengan

15
teman sebaya dapat membawa seseorang kearah positif dan negatif. Aspek
positifnya adalah tersedianya saluran aspirasi, kreasi, pematangan
kemampuan, potensi dan kebutuhan lain sebagai output pendidikan orang
tua dan potensinya. Akan tetapi jika yang dimasukinya adalah lingkungan
yang buruk maka akan mendorong mereka kepada hal negatif. Pergaulan
dengan teman sebaya yang di dalamnya terdapat keakraban dan adanya
intensitas pertemuan yang tinggi dapat memberikan pengaruh terhadap
individu lain di dalam kelompok tersebut.

c) Aspek Media Massa

Dampak yang ditimbulkan oleh media massa bisa beraneka ragam


diantaranya, misalnya terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-
norma sosial atau nilai-nilai budaya yang ada. Pengaruh media massa baik
televisi, majalah, handphone dan internet sering kali di salah gunakan oleh
kaum remaja dalam berperilaku sehari-hari, misalnya saja remaja yang
sering melihat tontonan kebudayaan barat, mereka melihat perilaku seks itu
menyenangkan dan dapat diterima dilingkungannya. Kemudian dari hal
tersebutlah kaum remaja mulai mengimitasikan pada pola kehidupan
mereka sehari-hari. Kedua informan pokok perempuan memiliki kebiasaan
menonton film barat yang di dalamnya di isi oleh adegan-adegan seks yang
menurut mereka hal tersebut merupakan suatu hal yang romantis.

B. Perilaku Menyimpang Sosial Remaja

Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang remaja terjadi karena


terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturanaturan sosial ataupun
dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat
dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya
sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat
mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku
remaja yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang atau telah
terjadi kenakalan remaja.

16
Penyimpangan secara normatif didefinisikan sebagai penyimpangan
terhadap norma, di mana penyimpangan itu adalah terlarang bila diketahui
dan mendapat sanksi. Jumlah dan macam penyimpangan dalam masyarakat
adalah relatif tergantung dari besarnya perbedaan Penyimpangan adalah
relatif terhadap norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma
berubah maka penyimpangan berubah.

Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi


sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh
sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan
mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap oleh setiap remaja.
Karena itulah dalam membahas perilaku penyimpangan remaja, penulis
menitikberatkan pada perilaku seks bebas dan penyalahan obat dan zat
adiktif.

1. Narkoba
Menurut WHO yang dimaksud dengan pengertian definisi narkoba
ini adalah suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan
mempengaruhi fungsi fisik dan atau psikologi (kecuali makanan, air, atau
oksigen). Narkoba (nakoba dan Obat/Bahan Berbahaya), disebut juga
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah obat bahan
atau zat bukan makanan yang jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau
disuntikan, berpengaruh pada kerja otak yang bila masuk kedalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak (susunan saraf pusat),
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA tersebut. Berdasarkan
jenisnya narkoba dapat menyebabkan; perubahan pada suasana hati,
perubahan pada pikiran dan perubahan perilaku.
Jika diambil rata- ratakan usia sasaran pengguna narkoba ini adalah
usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Akibatnya, generasi
harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal

17
kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau
remaja.
Berikut ini jenis dan golongan narkoba narkotika antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian
dan ilmu pengetahuan. Contoh jenis narkoba golongan satu antara
lain adalah : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh
jenis narkoba golongan dua antara lain adalah : petidin, benzetidin,
dan betametadol.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh
jenis narkoba golongan tiga antara lain adalah : kodein dan
turunannya.
Bahaya pemakaian narkoba sangat besar pengaruhnya terhadap
negara, jika sampai terjadi pemakaian narkoba secara besar-besaran di
masyarakat, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang sakit,
apabila terjadi demikian negara akan rapuh dari dalam karena ketahanan
nasional merosot. Dampak penggunaan narkoba bisa dalam berbagai
bentuk antara lain adalah sebagai berikut :
a. Menyebabkan penurunan atau pun perubahan kesadaran.
b. Menghilangkan rasa.
c. Mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri.
d. Menimbulkan ketergantungan / adiktif (kecanduan).
Dampak negative penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja
pelajar antara lain adalah sebagai berikut :
a. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian.
b. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai- nilai
pelajaran.

18
c. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah.
d. Sering menguap, mengantuk, dan malas.
e. Tidak memedulikan kesehatan diri.
f. Suka mencuri untuk membeli narkoba.
2. Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol merupakan zat psikoaktif yang bersifat adiksi
atau adiktif. Zatpsikoaktif adalah golongan zat yang bekerja secara
selektif, terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan
pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi dan kesadaran seseorang dan
lain-lain. Sedangkan adiksi atau adiktif adalah suatu bahan atau zat
yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau
ketergantungan (Apriansyah, 2008). Penyalahgunaan minuman
beralkohol saat ini merupakan permasalahan yang cukup
berkembang di dunia remaja, yang akibatnya dirasakan dalam bentuk
kenakalan-kenakalan, perkelahian, munculnya geng-geng anak
muda, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme pada kalangan
remaja.

Minuman beralkohol adalah cairan bening yang mudah menguap


dan mudah bergerak, memiliki bau khas, rasa panas, mudah terbakar
dengan memberikan nyala api berwarna biru dan tidak berasap. Dalam
minuman keras, alkohol merupakan bahan utama dengan kadar yang
bermacam-macam, misalnya : whisky, brendi, bir, dan juga anggur
dalam minuman tradisional. (Wresniwirro, 1995).Wresniwirro (1995)
menjelaskan bahwa alkohol dalam minuman keras, mengandung
suatu zat tertentu yaitu yang kadar etanolnya lebih dari 1-55%, bila
dikonsumsi secara berlebihan (>100 mg/dl), dapat membuat alam
perasaan seseorang menjadi berubah, orang menjadi mudah
tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan terganggu, juga dapat
berakibat dapat mengalami gangguan koordinasi motorik, dan
dapat menimbulkan kerusakan permanen pada jaringan otak. Orang

19
yang mengalami gangguan kendali koordinasi motorik, dapat berbuat
apa saja tanpa sadar.

Dampak penyalagunaan alkohol dengan kriminalitas dalam 4 cara,


yaitu: (1) efek langsung alkohol dapat mencetuskan tindak kriminal
dengan mengubah kesadaran seseorang sehingga seseorang bertingkah
laku tidak seperti biasanya, (2) tindak kriminal dapat dijumpai pada
upaya ilegal untuk mendapatkan minuman beralkohol, (3) minum
alkohol dan mabuk sendiri diasosiasikan sebagai perilaku kriminal,
dan (4) dampak konsumsi berlebihan dalam jangka lama berhubungan
secara tidak langsung dengan kejahatan akibat menurunnya
kemampun seseorang untuk melaksanakan tugas sehingga ia mulai
menjadi pribadi yang lebih permisif terhadap tindakan melanggar
hukum.

Remaja yang mempunyai kebiasaan minum minuman keras ini


merasa bahwa dengan mengkonsumsi minuman tersebut dirinya dapat
melupakan permasalahan yang dihadapi untuk sementara waktu.
Setelah dirinya tidak lagi berada dalam pengaruh alkohol maka
permasalahan yang dihadapi kembali timbul dan usaha yang dilakukan
untuk melupakan permasalahan tersebut adalah dengan kembali
mengkonsumsi minuman keras dan hal tersebut kembali berulang-ulang
sehingga muncul rasa kecanduan.

C. Dampak Kesehatan Dari Perilaku Menyimpang Pada Remaja


1. Kehamilan Remaja
Masa remaja merupakan masa mencari identitas untuk itu remaja
memerlukan sosialisasi sesama remaja baik pria maupun wanita.
Kehamilan akan menghambat bahkan menghentikan proses ini. Kehamilan
mempunyai dampak negatif terhadap kesejahteraan seorang remaja.
Sebenarnya ia belum sempat mental untuk hamil, namun karena keadaan
ia terpaksa menerima kehamilan resiko tinggi, terhentinya sekolah dan

20
menghadapi masa depan yang kurang mengunntungkan. Apalagi bila
kehamilan tersebut terjadi diluar nikah. Kehamilan diluar nikah dapat
berakhir dengan perkawinan yang terpaksa, pengguguran kandungan, atau
pengungsian untuk sementara.
Secara medik angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi pada
masa ini lebih tinggi. Ada 2 komplikasi utama yang dapat timbul dengan
kehamilan remaja yaitu :
- Keracunan kehamilan
- Ketidakseimbangan besar bayi dan luas panggul.
2. Penyakit Hubungan Seksual
a. Gonore

Gonore merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman


gonokok. Gejala penyakit gonore berupa rasa gatal, panas dibagian
uretra, disuria, keluar duh atau nanahdari ujung uretra.

b. Herpes simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit infeksi akut oleh virus
herpes hominis. Gejala berupa demam, malaise, anorexia, tumbuh
vesikel berkelompok berisi cairan jernih.
c. Sifilis

Sifilis ialah penyakit yang umumnya dapat menyerang semua


organ dalam tubuh terutama kardiovaskuler otak dan susunan saraf.
Gejala penyakit ini dibagi menjadi tiga stadium.

d. HIV/AIDS
AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler pada penderitanya
tidak dapat ditemukan penyebab defisiensi tersebut. Akibat kehilangan
kekebalan penderita AIDS mudah terkena berbagai infeksi bakteri,
jamur parasit dan virus tertentu. Selain itu penderita AIDS sering kali
menderita keganasan seperti sarkoma kaposi dan limpoma yang
menyerang otak. Gejala klinis adalah pembesaran dan kelenjar getah

21
bening non inguinal, penurunan berat badan lebih dari 10%, demam
intermiten terus menerus.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun pembahasan diatas maka dapat kesimpulan sebagai berikut;

1. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan


dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah dan seks
bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan
tanpa adanya ikatan perkawinan.

2. Seks bebas adalah segala perbuatan tingkah laku yang didorong oleh keinginan
seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis (homoseksual) yang
dilakukan di luar pernikahan dan bertentangan dengan norma-norma tingkah
laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum.

3. Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang remaja terjadi karena


terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturanaturan sosial ataupun dari
nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap
sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.

4. Pendidikan seks sangat berpengaruh terhadap prilaku seks bebas dilakangan


remaja untuk sebelum dan sesudah pencegahan seks bebas meskipun penulis
juga menemukan faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi remaja dan
pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam pencegahan penyimpangan
sosial seks bebas dikalangan remaja.

5. Perilaku seks bebas diklangan remaja dilakukan dengan berbagai tindakan atau
prilaku seks bebas beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu antara
lain, dimulai dengan pegang tangan, cium kening, cium basah atua cium bibir,
berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral seks, dan

23
bersenggama. Faktor penyebab seks bebas dikalangan remaja, banyak faktor
ditemukan oleh para ahli dalam memberikan pemahaman dan masukkan guna
untuk mencegah perilaku seks bebas dikalngan remaja ini semakin tinggi
diantaranya. Ada empat faktor menjadi sumber penyimpangan tersebut, yaitu :
a. Kualitas diri remaja itu sendiri, b. Kualitas keluarga yang tidak mendukung
anak berlaku baik, c. Kualitas lingkungan yang kurang sehat, d. Kurangnya
kualitas informasi yang masuk pada remaja. Sedangkan hal-hal yang
mendorong remaja melakukan seks bebas adalah: a. Hubungan seks ( bentuk
penyaluran kasih sayang yang salah dalam masa pacaran), b. Kehidupan iman
yang rapuh, c. Faktor kematangan biologis. Selain itu perilaku seks bebas
dipengaruhi oleh: a. Belum adanya regulasi atau peraturan terhadap
penyelanggaraaan hubungan seks, b. Perubhan sosial. Serta berdasarkan
beberapa artikel yang juga penulis kutip yang mana dalam memmbagi faktor
penyebab seks bebas dikalangan remaja terbagi menjadi dua faktor, yaitu: a.
Faktor Internal ( aspek perkembangan alat seksual dan aspek motivasi), b.
Faktor Eksternal (Aspek keluarga, aspek pergaulan dan aspek media masa).
Perbedan tingkat pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan seks bebas
sebelum dan sesudah di berikan pendidikan seks.

B. Saran

Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk lebih memberikan


penyuluhan kepada kalangan ramaja tentang pengetahuan seks bebas dan
perilaku penyimpangan, dan kepada keluarga untuk lebih memberikan
perhatian kepada anak agar terpecahnya kemauan dan harapan anak, serta
lebih memperhatikan pergaulan sang anak

24
DAFTAR PUSTAKA

Amrillah. 2006. Perilaku Seksual dan Seksualitas. Surakarta: UMS Press. Baswori
& Kasinu A. 2007. Metodologi Penelitian Sosial. Kediri: CV Jenggala Pustaka
Utama.

BKKBN. 2010. Penyimpangan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja. Jakarta:

BKKBN

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penyakit Hubungan Seksual, Edisi 1 Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta 1987.

Kumpulan Materi Kesehatan Reproduksi Remaja, Departemen Kesehatan RI


1995.

25

Anda mungkin juga menyukai