Anda di halaman 1dari 8

PERILAKU SEKS BEBAS DI KALANGAN REMAJA

Guru pembimbing:

Ida Fitriani Rusli,S,ag

Disusun :

ADIBA ADZKIA AZZAHRA


02
0078938923
KELAS X.12

MADRASAH ALIYAH NEGRI 2 KOTA MAKASAR TAHUN AJARAN 2022-


2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur telah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran
sosiologi yaitu proposal dengan judul “PERLIAKU SEKS BEBAS DI KALANGAN
REMAJA”

Penulis menyadari ada pihak yang telah memberikan dukungan, nasehat, serta
bantuan selama proses penyelesaian proposal, sehingga penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih terutama kepada Ibu Ida Fitria Rusli ,S,Ag. Selaku Guru
Pembibing Mata Pelajaran Sosiologi.

Penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang memberi dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan proposal ini.
Akhir kata, dengan segala kekurangan penulisan proposal ini, penulis berharap
proposal yang telah dibuat dapat memberi manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu,
saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan proposal
ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja adalah masa dengan rentang usia berkisar 10 sampai 24 tahun
merupakan suatu fase peralihan dari masa kanak-kanak (dependent) menuju masa
dewasa (independent) dan normal terjadi pada kehidupan manusia. Periode tersebut
menunjukkan bahwa seorang remaja akan banyak sekali mengalami perkembangan
dan pertumbuhan guna mencari identitas dan jati dirinya. Berbagai perubahan akan
muncul baik dari sisi psikologis, fisik (pubertas) dan sosial lingkungan.

Problematika kaum remaja dapat terjadi sehubungan dengan adanya perbedaan


kebutuhan (motif) dan aktualisasi dari kemampuan penyesuaian diri (adaptasi) remaja
terhadap lingkungan tempat hidupnya dan tumbuh berkembang sebagai seorang
pribadi manusia dan makhluk sosial. Masa transisi ini merupakan masa yang kritis
bagi remaja, disaat muncul keinginan lepas mandiri dari ketergantungan orang tua,
rasa ingin tahu yang berlebihan dan mulai rentan terhadap perilaku beresiko
(Litbangkes, 2013).

Perilaku seks bebas di kalangan remaja adalah isu yang mendapatkan


perhatian yang cukup besar di berbagai negara. Remaja merupakan kelompok usia
yang rentan terhadap tekanan dari lingkungan sekitar, perubahan fisik dan emosional,
serta peningkatan minat terhadap hubungan romantis dan seksual. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan akses mudah terhadap informasi, remaja juga
dihadapkan pada pengaruh media sosial, pornografi, dan budaya pop yang sering kali
memberikan pesan yang ambigu mengenai seksualitas.

Perilaku seks bebas di kalangan remaja merujuk pada aktivitas seksual yang
dilakukan tanpa penggunaan metode kontrasepsi yang memadai atau tanpa
persetujuan kedua belah pihak yang terlibat. Hal ini dapat berdampak negatif pada
kesehatan fisik, psikologis, dan sosial remaja, termasuk risiko penularan penyakit
menular seksual (PMS), kehamilan remaja yang tidak direncanakan, tekanan
emosional, dan konsekuensi sosial seperti stigmatisasi atau pengucilan.

Secara yuridis, perilaku seks bebas di kalangan remaja merupakan


pelanggaran terhadap norma-norma moral dan etika masyarakat serta undang-undang
yang berlaku. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia,
tindakan seks bebas yang melibatkan anak di bawah umur atau remaja di bawah umur
18 tahun dapat dijerat dengan pasal tentang pencabulan atau persetubuhan di bawah
umur.

Lebih lanjut, UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga


menjelaskan bahwa anak memiliki hak untuk dilindungi dari segala bentuk kekerasan
fisik dan psikologis yang dapat membahayakan kehidupan, tumbuh kembang, dan
kesehatan fisik dan mentalnya. Di sisi lain, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
tentang Pornografi juga melarang penyebaran, produksi, dan konsumsi konten
pornografi, termasuk oleh remaja.

Oleh karena itu, secara yuridis, perilaku seks bebas di kalangan remaja merupakan
tindakan yang dapat berakibat pada tindakan hukum dan dapat mengancam masa
depan mereka. Penting untuk mengedukasi para remaja tentang pentingnya menjaga
diri dan menghindari perilaku seksual yang tidak sehat. Selain itu, peran orangtua,
sekolah, dan masyarakat juga sangat penting dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan yang tepat pada para remaja untuk menghindari perilaku seks bebas.

Ada banyak penulis yang telah meneliti tentang PERILAKU SEKS BEBAS
DI KALANGAN REMAJA beberapa penulis dan penelitian yang terkait dengan
topik tersebut antara lain:
Penelitian oleh E. K. Dompas, G. H. Wirawan, dan H. Panjaitan (2016)
tentang "Hubungan Antara Persepsi Risiko, Norma Subyektif, dan Kontrol Diri
dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja". Hasil penelitian menunjukkan bahwa
remaja yang memiliki persepsi risiko yang rendah terhadap perilaku seks bebas,
memiliki norma subyektif yang lebih tinggi terhadap perilaku tersebut, dan rendah
dalam kontrol diri, cenderung lebih cenderung untuk melakukan perilaku seks bebas.

Penelitian oleh D. Widayanti dan T. D. Surtikanti (2015) tentang "Faktor-


Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja". Penelitian ini
menyimpulkan bahwa remaja yang memiliki dukungan orang tua yang baik,
mendapatkan edukasi seksual yang cukup secara proaktif, dan memiliki pengetahuan
yang memadai tentang seksualitas, memiliki risiko yang lebih kecil untuk melakukan
perilaku seks bebas.

Penelitian oleh N. S. Mira (2017) tentang "Persepsi Remaja Mengenai


Hubungan Seksual di Bawah Umur". Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
besar remaja memandang bahwa hubungan seksual di bawah umur sebagai perilaku
yang tidak etis dan tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan agama yang dianutnya.
Namun, persepsi ini tidak selalu terkait dengan perilaku seksual yang sebenarnya
dilakukan oleh remaja.

Penelitian oleh F. K. Widianingsih dan E. W. Sari (2019) tentang "Hubungan


Antara Dukungan Orang Tua dengan Perilaku Seks Bebas Remaja di Sekolah
Menengah Atas". Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan orang tua yang baik
dan keterlibatan yang lebih aktif dalam kehidupan anak, dapat mengurangi risiko
perilaku seks bebas pada remaja.
Mengenai perilaku seks bebas di kalangan remaja dapat bervariasi tergantung
pada budaya, moral, dan norma sosial yang berlaku di berbagai lingkungan
masyarakat. Di satu sisi, ada negara-negara yang memiliki budaya konservatif yang
menganggap bahwa seks seharusnya dilakukan dalam hubungan pernikahan saja, dan
perilaku seks bebas dianggap tabu dan tidak etis. Di sisi lain, ada negara-negara yang
memiliki budaya liberal yang lebih terbuka terhadap seksualitas manusia dan
memandang bahwa seks seharusnya merupakan hak individu.

Namun, secara umum, dalam masyarakat yang lebih konservatif, perilaku seks
bebas dianggap sebagai tindakan yang tidak pantas, tidak etis, dan bertentangan
dengan nilai-nilai moral dan agama yang dianut. Sementara itu, di masyarakat yang
lebih terbuka, pandangan mengenai perilaku seks bebas remaja lebih luwes, terutama
dalam kasus remaja yang telah mencapai usia dewasa secara hukum. Namun, di
kedua jenis masyarakat ini, perilaku seks bebas masih menjadi isu yang penting dan
memerlukan perhatian dalam pemenuhan hak-hak seksual anak muda dan
penghindaran risiko bahaya seksual.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif dalam
membicarakan tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja, yang mencakup
penyediaan edukasi seksual yang tepat dan pemberdayaan remaja agar dapat
membuat keputusan yang lebih sehat mengenai perilaku seksual mereka. Selain itu,
pandangan masyarakat umum juga dapat ditingkatkan oleh pengajaran dasar tentang
pentingnya hidup sehat, kontrasepsi, kontrol diri, dan kesadaran tentang hak dan
penghargaan individu dalam hubungan seksual.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang menjadi penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas?


2. Bagaimana dampak perilaku seks bebas pada kesehatan fisik dan psikologis
remaja?
3. Bagaimana peran orang tua dan sekolah dalam mencegah perilaku seks bebas di
kalangan remaja?
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku seks


bebas.
2. Mengidentifikasi dampak dari perilaku seks bebas pada kesehatan fisik dan
psikologis remaja.
3. Mencari tahu upaya yang dilakukan orang tua dan sekolah dalam mencegah
perilaku seks bebas di kalangan remaja.
4. Memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang kurangnya pemahaman
konsekuensi dari perilaku seks bebas sebagai faktor penyebabnya.
5. Merumuskan strategi komunikasi yang efektif untuk memberikan pemahaman
tentang pentingnya menjaga perilaku seksual yang sehat bagi remaja.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seks bebas pada remaja.
2. Memberikan informasi yang lebih jelas tentang dampak dari perilaku seks bebas
pada kesehatan fisik dan psikologis remaja.
3.Meningkatkan kesadaran orang tua dan sekolah tentang pentingnya mencegah
perilaku seks bebas di kalangan remaja.
4.Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kurangnya pemahaman
konsekuensi dari perilaku seks bebas sebagai faktor penyebabnya.
6. Merumuskan strategi komunikasi yang lebih efektif untuk memberikan informasi
tentang pentingnya menjaga perilaku seksual yang sehat bagi remaja.
7. Memberikan informasi yang berguna untuk pengembangan kebijakan dan program
kesehatan yang lebih efektif dalam mencegah perilaku seks bebas di kalangan remaja.

Anda mungkin juga menyukai