Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Perilaku Seksual Pada Remaja

Dosen Pengampuh:

Ainun Wulandari S.Farm

Disusun oleh :

Sabrina Zahrotul Aulia 20334012

Halimatussadiah 20334022

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA

SEPTEMBER

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyusun Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat
dengan judul “Perilaku Seksual Pada Remaja” dengan tepat waktu. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada kepada Ibu Ainun Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt selaku
dosen mata kuliah yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dalam proses
penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini sehingga dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-
makalah atau tugas-tugas selanjutnya. Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan
pembaca dalam memahami maksud penulis.

Jakarta,

September, 2022
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................................2

BAB I......................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................5

BAB II....................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................................6

2.1 Definisi perilaku seksual pada remaja.........................................................................6

2.2 Bentuk dari perilaku seksual pada remaja...................................................................6

2.3 Faktor yang mendorong perilaku seksual pada remaja...............................................8

2.4 Dampak dari perilaku seksual pada remaja.................................................................8

2.5 Pencegahan perilaku seksual pada remaja...................................................................9

BAB III.................................................................................................................................11

Penutup.................................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................11

Daftar Pustaka......................................................................................................................12
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Perilaku seksual pranikah remaja pada dewasa ini semakin mengkhawatirkan, banyak
berita terkait yang menunjukkan makin maraknya perilaku tersebut, bahkan beberapa
diantaranya dilakukan pada usia anak sekolah menengah pertama yang biasanya baru
matang organ reproduksinya. Perilaku seksual timbul karena ada dorongan seksual seperti
reaksi hormon dan matangnya organ seksual atau perilaku untuk yang bertujuan
kesenangan seksual mulai dari tahap berfantasi sampai dengan bersetubuh. Banyak juga
dari perilaku seksual pranikah remaja tersebut berdampak pada hal – hal yang tidak
diinginkan, seperti terkena penyakit menular seksual, hilang keperawanan, kehamilan di
luar nikah, pernikahan dini karena hamil duluan, dan bahkan ada yang memilih untuk
mengaborsi ataupun membuang bayi hasil dari hubungan seksual yang dilakukan
tersebut. Dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri nya dari masa kanak-kanak
menjadi dewasa, remaja sangat terdorong untuk mencari tahu informasi seputar
seksualitas. Base line survei yang dilakukan oleh Youth Centre PKBI dibeberapa kota
(Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang, Palembang, dan Kupang) tahun 2001
mengungkapkan bahwa pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi
terutama didapat dari teman sebaya, disusul oleh pengetahuan dari TV, majalah atau
media cetak pendidikan mengenai apa yang terjadi pada tubuhnya dan bagaimana
menyikapi perubahan ini, sebagian besar orang tua maupun guru masih menganggap
persoalan ini sebagai hal yang tabu untuk didiskusikan sehingga akhimya sebagian besar
remaja merasa lebih nyaman untuk mendiskusikan hal ini dengan teman-teman
sebayanya. Hal inilah yang menyebabkan remaja akhirnya mencari jawaban-jawaban atas
keingintahuan mereka dari sumber sumber yang dapat dengan mudah mereka akses. Laju
perkembangan era informasi yang cenderung terbuka dan sulit dikontrol membuat remaja
dengan mudah mendapatkan informasi dari media massa, media elektronik, maupun
internet. Apalagi saat ini internet dapat dengan mudah diakses lewat warung internet di
pelosok-pelosok pedesaan, bukan lagi sebatas di kota-kota besar. Pengaruh arus informasi
global lewat berbagai media dapat berakibat negatif jika remaja tidak mendapatkan
pendampingan serta arahan dari orang dewasa yang bertanggung jawab membina mereka.
Hal semacam inilah yang mudah memancing remaja untuk mengikuti kebiasaan-
kebiasaan buruk dan tidak sehat seperti merokok, minum-minuman beralkohol,
penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya,
perkelahian antar remaja atau tawuran, atau perilaku seks bebas sehingga muncul istilah
kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan istilah yang dikaitkan dengan perilaku
remaja yang bertindak tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat. Seks bebas dan
kehamilan di kalangan remaja merupakan salah satu contoh realita perilaku remaja di
bidang seksual. Hal ini ditambah dengan terbatasnya pengetahuan mereka tentang sistem
reproduksi, seringkali menyebabkan perbuatan coba-coba karena ingin tahu mereka
membuahkan kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan seperti ini sering mengarah
kepada tindakan lebih jauh, yaitu tindakan aborsi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan pada pembahasan makalah ini ialah :


1. Apa definisi dari perilaku seksual pada remaja ?
2. Bagaimana bentuk perilaku seksual pada remaja ?
3. Apa saja faktor yang mendorong perilaku seksual pada remaja ?
4. Apa dampak yang didapat pada perilaku seksual ?
5. Bagaimana pencegahan perilaku seksual pada remaja ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain :


1. Memberi penjelasan tentang perilaku seksual pada remaja
2. Mengetahui bentuk dan dampak pada perilaku seksual pada remaja
3. Memperluas pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Definisi perilaku seksual pada remaja

Perilaku Seksual Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa yang
ditandai dengan perubahan fisik, psikologis, moral, agama, kognitif dan sosial. Perubahan
ini berlangsung cepat termasuk perubahan seksualnya. Seiring dengan semakin cepatnya
perkembangan seksual pada remaja, ketertarikan dengan lawan jenis pun semakin
meningkat. Para remaja baik laki-laki maupun perempuan mulai saling memperhatikan,
dan masing-masing timbul keingintahuan yang makin besar tentang lawan jenisnya.
Biasanya mulai dari ketertarikan fisik lalu hubungan emosi, hubungan emosi antara dua
belah pihak. Sarwono menjelaskan definisi dari perilaku seksual, yaitu segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan
sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan
tertarik sampai tingkah laku berkencana, bercumbu, dan bersenggama, objek seksualnya
bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Menurut teori perilaku
oleh Kurt Lewin dijelaskan bahwa perilaku suatu individu dapat terbentuk oleh
karakteristik individu seperti motif, nilai-nilai,sifat kepribadian, dan sikap yang saling
berinteraksi satu sama lain, dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor
lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang besar
terhadap perilaku, bahkan kadang pengaruhnya melebihi karakteristik individu itu sendiri.
Hal inilah yang membuat remaja memiliki keinginan melakukan perilaku coba-coba
untuk menunjukkan perilaku seksual. Perilaku seksual tersebut dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif yang cukup serius pada remaja.

2.2 Bentuk dari perilaku seksual pada remaja

Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar (Kartono & Mar’at, 2006).
Perilaku terbentuk karena adanya pemikiran terhadap suatu objek, sehingga munculnya
tanggapan atau balasan terhadap rangsangan yang diberikan (Notoatmodjo, 2010).
Skinner dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa perilaku merupakan reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan demikian perilaku
manusia terjadi melalui proses stimulus-organismerespon, sehingga teori skinner ini
disebut teori “S-O-R”
(Stimulus-Organisme-Respon). Skinner membedakan jenis perilaku menjadi dua bagian,
yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati oranglain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam
bentuk perhatian, perasaan,persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup yang dapat diukur adalah pengetahuan dan
sikap.
Contohnya : Remaja wanita pada umumnya memiliki pengetahuan bahwa seorang
wanita akan mengalami perubahan fisik seperti menstruasi. Hal itu merupakan
pengetahuan (knowledge). Kemudian jika remaja wanita tersebut bertanya pada
ibunya tentang apa yang harus dilakukan apabila dia sedang menstruasi, hal tersebut
disebut sikap (attitude).

b. Perilaku terbuka (overt behavior)


Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa
Tindakan atau praktik, hal ini dapat diamati orang lain dari luar atau disebut
observable behavior.
Contoh : Seorang remaja sering menonton video porno dan kemudian mempraktekkan
hal tersebut dengan pasangannya.Contoh-contoh tersebut merupakan bentuk Tindakan
nyata, dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktik (practice).

Menurut Pawestri (2012) mengemukakan bahwa perilaku seksual merupakan perilaku


yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ
seksual melalui berbagai perilaku.

Bentuk-bentuk perilaku seksual adalah :


1. Berpegangan tangan meliputi menggenggam dan menggandeng
2. Berpelukan meliputi memeluk dan merangkul
3. Berciuman meliputi mencium pipi dan bibir
4. Meraba bagian tubuh yang sensitif
5. Petting yaitu saling menempelkan alat kelamin dengan perantara pakaian dan saling
menempelkan alat kelamin tanpa perantara pakaian untuk mencapai kepuasan
6. Oral seks
7. Hubungan seksual merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi seksual pada kedua
alat kelamin pasangan
8. Kekerasan seksual merupakan tindakan seksual yang disertai kekerasan atau tidak
berdasarkan atas persetujuan salah satu pihak.

2.3 Faktor yang mendorong perilaku seksual pada remaja

Perilaku seks yang dilakukan oleh remaja, dapat disebabkan karena adanya faktor yang
mendorong untuk melakukan tindakan tersebut. Soetjiningsih (2007) menjelaskan bahwa
hubungan seksual pada masa remaja awalnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
2.3.1 Waktu mengalami masa pubertas.
2.3.2 Kontrol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar), kurangnya kontrol
dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh mereka lakukan.
2.3.3 Frekuensi pertemuan dengan kekasih, hubungan antara mereka semakin romantis,
adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada kekasihnya.
2.3.4 Status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik
anak- anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.
2.3.5 Korban pelecehan seksual.
2.3.6 Tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol, merasa
sudah saatnya untuk melakukan aktivitas seksual karena merasa matang secara
fisik.
2.3.7 Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya.
2.3.8 Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon
reproduksi atau seksual.

2.4 Dampak dari perilaku seksual pada remaja

Dampak dari perilaku seksual atau Seks bebas di kalangan remaja dapat menimbulkan
berbagai dampak yang buruk bagi masa depan dan perkembangan remaja (Wilson,
dalam Ghifari, 2003). Bahaya seks bebas mencakup bahaya bagi perkembangan
mental (psikis), fisik dan masa depan remaja itu sendiri. Dampak dari bahaya seks
bebas tersebut diantaranya :
a. Menciptakan kenangan buruk bagi remaja yang melakukannya karena hujatan dari
masyarakat yang akan berdampak bukan saja pada remaja itu sendiri akan tetapi
keluarga yang juga ikut menanggung aib dari hasil perbuatan tersebut dan akan
menjadi beban mental yang sangat berat bagi keluarga.
b. Kehamilan yang tidak diharapkan, kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah
bukan saja mendatangkan malapetaka bagi bayi yang dikandungnya namun juga
dapat manjadi beban berat bagi ibunya mengingat kandungan tidak bisa
disembunyikan, dan dalam keadaan seperti ini ibu dapat depresi, terlebih lagi jika
sang ayah dari bayi tidak ingin bertanggungjawab.
c. Pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi
Sarwono (2003) menegaskan bahwa frekuensi berkembangnya penyakit menular
seksual di kalangan remaja usia 15-24 tahun adalah yang tertinggi. Infeksi
penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis
serta meningkatkan resiko terkena HIV/AIDS. Hubungan seks pranikah dapat
mengakibatkan penularan PMS dan HIV/AIDS, kehamilan di luar nikah dan
aborsi tidak aman (Depkes, 2003). Penderita HIV/AIDS dilaporkan Depkes RI
pada September 2002 sebagian besar berusia di bawah 20 tahun yang tertular
melalui hubungan seks tidak aman dan penggunaan jarum suntik terinfeksi secara
bergantian.

2.5 Pencegahan perilaku seksual pada remaja

Mencegah remaja melakukan perilaku seksual sebelum waktunya merupakan tanggung


jawab kita bersama. Orang tua dan lingkungan social remaja mempunyai adil besar
dalam menjaga remaja untuk tetap berada di area yang aman dan mengajak mereka
melakukan kegiatan positif. Akan tetapi lingkungan sosial remaja saat ini sudah
bergeser, lingkungan social remaja tidak hanya di dunia nyata tetapi juga berada di
dunia maya. Remaja saat ini sangat akrab dengan dunia baru yang dibangun di dunia
tanpa batas. Penggunaan gadget dalam mengakses dunia maya tentunya tidak bisa
dihindarkan. Remaja yang merupakan generasi yang besar bersama internet dan semua
kemudahan akses tentunya juga menjadi perhatian untuk kita semua.
Cara menghindari pergaulan bebas dengan benar dapat dilakukan melalu suatu proses
sejak seseorang berusia dini.
1. Memperkuat Pendidikan Agama
2. Memilih teman yang baik
3. Mempererat Hubungan Orangtua dan Anak
4. Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak dan Remaja
5. Menghindari Lingkungan yang Tidak Kondusif
6. Memperluas Pengetahuan
Terkait bagaimana seks muncul dalam hubungan interpersonal dan bagaimana
lingkungan mempengaruhi pembentukan seks dan pilihan perilaku seks, meningkatkan
kesadaran diri anak untuk menjaga kesehatan reproduksi dan dirinya sendiri, serta
bagaimana orang tua mengawasi dan menjaga anak-anaknya dari pergaulan bebas.
Menyadari peran dari masing-masing pihak tentunya sangat diperlukan dalam
membina remaja dalam membangun kedewasaan akses pada media.
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Perilaku seksual pada remaja adalah hubungan antara dua orang dengan jenis kelamin
yang berbeda, dimana terjadi hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan. Banyak
juga dari perilaku seksual pranikah remaja tersebut berdampak pada hal – hal yang tidak
diinginkan, seperti terkena penyakit menular seksual, hilang keperawanan, kehamilan di
luar nikah, pernikahan dini karena hamil duluan, dan bahkan ada yang memilih untuk
mengaborsi ataupun membuang bayi hasil dari hubungan seksual yang dilakukan
tersebut. Oleh karena itu, penting adanya pendidikan seksual atau seks education sejak
remaja. Ketika anak beranjak dewasa mereka belum memahami pendidikan seks. Karena
kurangnya pemahaman tersebut, remaja tidak bertanggungjawab atas kesehatan perilaku
seksual atau anatomi reproduksi. Sebagai orang tua, peran ini sangat penting dalam
memberikan pendidikan seksual sejak remaja karena pendidikan seksual bukan lagi
sebuah hal yang tabu dalam berdiskusi.
Daftar Pustaka

Pawestri, Dewi Setyowati. 2012. Gambaran Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa
Pelaku Seks Pranikah Di Universitas X Semarang

Pratiwi. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja,
(Online),(http://www.psychologymania.com/2012/06/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-
perilaku.html), diakses 2 April 2014.

Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja, Edisi Revisi Cetakan ke-14. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

Soejoeti, Sunanti Zalbawi. 2011. Perilaku Seks diKalangan Remaja dan Permasalahannya,
(Online), https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C CMQFjAA&url=http%3A
%2F%2Fejournal.litbang.depkes.go.id%2Findex.php%2FMPK%2 Farticle%2Fdownload
%2F910%2F1648&ei=EKEKU_n2Cu6tiQe8qYCoCQ&usg=AFQjCN
HJAuHNOWeW14Hgyef_ijhuEa00uw&bvm=bv.61725948,d.aGc, diakses 14 Desember
2013

Anda mungkin juga menyukai