Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

FARMAKOTERAPI
“Perubahan Fisiologis pada Pediatri”

Dosen Pengampu :

Refdanita, Dr.Dra.M.Si

Disusun oleh :
Ferdinan Rivaldo Silalahi (20334024)

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI
NASIONAL 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Perubahan Fisiologis pada Pediatri.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua semoga hal ini dapat menambah wawasan kita, semoga dapat di implementasikan
dalam kehidupan kita sehari hari. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamin.

Jakarta, Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan 5
BAB II 6
2.1. Perubahan Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir 6
Sistem Pernafasan 6
Sistem Peredaran Darah 8
Sistem Pengaturan tubuh, Metabolisme Glukosa 11
Sistem Gastrointestinal, dan Kekebalan Tubuh 12
Sistem Pencernaan 12
Sistem Ginjal dan Keseimbangan Cairan 13
Sistem Adaptasi Perubahan Kulit 14
Sistem Persyarafan 15
2.2. Penghitungan Dosis 15
2.3. Ketentuan Penggunaan Obat Pada Bayi dan Anak 16
2.4. Terapi Obat Pada Bayi dan Anak 16
2.5. Fisiologi dan Kinetik Pada Pediatrik 17
Absorpsi 17
Distribusi 18
Metabolisme 19
Eliminasi 19
BAB III 21
3.1. Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pediatri berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedos yang berarti anak dan iatrica yang
berarti pengobatan. Secara etiologi pediatri berarti: ilmu pengobatan. Pengobatan anak yang
dimaksudkan di sini adalah pengobatan penyakit anak. Dari segi etimologi pediatri berarti
cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit anak dan pengobatannya.
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), pediatrik adalah spesialisasi ilmu
kedokteran yang berkaitan dengan fisik, mental dan sosial kesehatan anak sejak lahir
sampai dewasa muda. Pediatrik juga merupakan disiplin ilmu yang berhubungan dengan
pengaruh biologis, sosial ,lingkungan dan dampak penyakit pada perkembangan anak. Anak-
anak berbeda dari orang dewasa secara anatomis, fisiologis, imunologis, psikologis,
perkembangan dan metabolisme (AAP,2012).
Pada saat bayi lahir terdapat berbagai macam perubahan fisiologis atau adaptasi
fisiologis yang bertujuan untuk memfasilitasi peyesuaian pada kehidupan ekstrauterin (diluar
uterus). Pada masa transisi dari intrauterin (dalam uterus) ke ekstrauterin (luar uterus)
tersebut perlu pernafasan spontan dan perubahan kardiovaskuler berserta perunbahan lain
menjadi organ degan fungsi independen (tidak lagi tergantung pada ibunya). Untuk itu,
diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk dapat menangani bayi yang
mengalami kesulitan masa transisi ini.
Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai
dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan
perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir normal. Penatalaksanaan
dan mengenali kondisi kesehatan bayi baru lahir resiko tinggi yang mana memerlukan
pelayanan rujukan/ tindakan lanjut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir ?
2. Bagaimana perubahan-perubahan fisiologis pada sistem pencernaan, ginjal dan
sistem persyarafan?

4
3. Bagaimana perubahan sistem fisiologis pengaturan tubuh, metabolisme glukosa,
gastrointestinal, dan kekebalan tubuh?
4. Bagaimana perubahan fisiologis sistem pernafasan dan peredaran darah pada bayi
baru lahir?
5. Bagaimana Fisiologi dan kinetik pada pediatrik?
6. Ketentuan Penggunaan Obat, Penghitungan Dosis, Terapi Obat Pada Bayi dan Anak
?

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah “Perubahan Fisiologis pada Pediatri” ini adalah supaya
kami yang membuat dan yang melihat makalah ini dapat mengetahui dan memahami tentang
hal-hal yang berkaitan dengan Perubahan Fisiologis pada Pediatri lebih lanjut, dan
menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah FARMAKOTERAPI.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perubahan Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir


Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan
lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelum nya bayi cukup hanya
beradaptasi dengan kehidupan intra uteri.. Perubahan fisiologis bayi baru lahir, diantaranya
sebagai berikut :
1. Sistem Pernafasan
Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru itu sendiri dengan
perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses
kehamilan sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan. Proses
perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan
hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat
pernapasan medula oblongata di otak. Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena
kompresi paru selama persalinan,sehingga merangsang masuknya udara ke dalam
paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernapasan itu
sendiri dengan sisitem kardiovaskuler dan susunan saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan
dan upaya resfirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru
serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan diding alveolus untuk
mencegah kolaps.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus, proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8tahun, sampain jumlah bronkus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan nafas selama
trimester dua dan trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hudip BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kaviler, paru-paru yang tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.

6
b. Awal adanya nafas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi adalah :

1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.

2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara, ke dalam paru-paru secara
mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan susunan saraf
pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut
yang di perlukan untuk kehidupan.

3. Penimbunan karbondioksida ( CO2), Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat


dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan
mengurangi gerakan nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

4. Perubahan suhu, Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.

c. Surfaktan dan upaya resfirasi untuk bernafas


Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali


Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan ( lemak
lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi
surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang jumlahnya meningkat sampai
paru-paru matang ( sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah
untuk mengurangi tekan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan,
yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Bebagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi uyang sebelumnya sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara

7
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat beyi melewati jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini di peras keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang di lahirkan secara SC kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu yang lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakhea
dan brokus BBL. Sisa cairan di paru-paru di keluarkan dari paru-paru dan di serap
oleh pembuluh limpe dan darah.

e. Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler


Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh
darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada
pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia.

Peningkatan darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan akan merangsang perubahan
sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

2. Sistem Peredaran Darah


Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu
setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka
terdapat perubahan,yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus
ateriosus anatara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada
seluruh sistem pembuluh darah,dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah
mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan
sistem pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat
dan tekanan atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan berkurang yang
dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun. Proses tersebut
membantu darah mengalami proses oksigenasi ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama
dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada
pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru
yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan
meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale

8
akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang
dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami kontriksi dan menutup. Perubahan lain
adalah menutupnya vena umbilikus, dutus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan
jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.
Pada umumnya bayi baru lahir ( BBL) dilahirkan dengan nilai hemoglobin ( Hb) yang
tinggi. Hemoglobin F adalah Hb yang dominan pada periode janin, namun akan lenyap pada
satu bulan pertama kehidupan selama beberapa hari pertama. Nilai Hb akan meningkat
sedangkan volume plasma akan menurun, akibatnya hematokrit normal hanya pada 51 – 56%
neonatus. Pada saat kelahiran meningkat dari 3% manjadi 6% , pada minggu ke-7 sampai ke-
9 setelah bayi baru lahir akan turun perlahan. Nilai Hb untuk bayi berusia 2 bulan rata-rata 12
g/dl.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hemoglobin pada bayi baru lahir :
1. waktu pengkleman tali pusat. Penundaan pengkleman tali pusat dapat meningkatakan
volume darah neonotus 25-40% , keuntungan penundaan pengkleman :
- Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler baru
- Berlanjutnya bolus darah teroksigenasi selama nafas pertama yang tidak teratur.
2. Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat penutupan struktur janin.
3. Posisi bayi baru lahir segera setelah lahir
Sedangkan darah merah BBL memiliki umur yang singkat , yaitu 80 hari , sedangkan
sel darah merah orang dewasa 120 hari. Pergantian sel yang cepata ini menghasilkan lebih
banyak sampah metabolic akibat penghancuran sel termasuk bilirubin yang harus di
metabolisme. Muatan bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan ikterus fisiologis yang
terlihat pada bayi baru lahir. Oleh karena itu, terdapat hitung retukulosit yang tinggi pada
bayi baru lahir yang mencerminkan pembentukan sel darah merah baru dalam jumlah besar.
Sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir memiliki rentang dari 10.000 hingga
30.000/mm . peningkatan lebih lanjut dapat terjadi pada BBL normal selama 24 jam pertama
kehidupan. Pada saat menangis yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel darah putih
mengandung granulosit dalam jumlah yang besar.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi :
a. Sirkulasi darah fetus
1. Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a) Vena umbilikalis : membawa darah yang mengalami deoksigenasi darin
plasenta ke permukaan dalam hepar.

9
b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilikalis sebelum mencapai hepar dan
mengalihkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam
vena cava inferior.
c) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium
dextra ke dalam vebtriculue sinistra.
d) Ductus arteriosus: merupakan bypass yang terbentang dari ventriculuc dexter
dan aorta desendens
e) Arteri hypogastrika: dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari vetus
ke plasenta. Pada fenikulus umbilicalis, arteri ini di kenal sebagai arteri
umbilikalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut di kenal sebagai arteri
hypogastika.
2. Sistem sirkulasi fetus
a) Vena umbilikalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke
permukaan dalam hepar. Vena hepatika meninggalkan hepar dan
mengembalikan darah ke vena cava inferior.
b) Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilikalis dan mengalirkan
sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dan ekstremitas
inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus
dan membawanya ke atrium dextrum.
d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang
mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sistra,
dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian
melalui aorta asuk ke dalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi
kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar jantung dan cerebelum
menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.
e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior
ke atrium dextrum. Daerah ini bersama sisa cairan yang di bawa vena cava
inferior melalui valvula tricuspidalis masuk ke dalam ventriculus.
f) Arteria pulmonaris: mengalirkan darah campuran ke paru-paru yang non
fungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit .
g) Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventrikulus
dexter ke dalam aorta desenden untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan
ekstremitas interior.

10
h) Arteria hipogastrika: merupkan lanjutan dari arteria iliaca interna, membawa
darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan
nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.

b. Perubahan pada saat lahir


1. Penghentian pasokan darah dari plasenta
2. Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3. Penutupan poramen oval
4. Fibrosis
a. Vena umbilicalis
b. Ductus venosus
c. Arteriae hypogastrica
d. Ductrus arteriosus

3. Sistem Pengaturan tubuh, Metabolisme Glukosa


a. Sistem Pengaturan Tubuh
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar ( lingkungan ) yang lebih
dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat
mendinginkan darah bayi.pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa
melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Adanya timbunan
lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah proses
adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan kadar
gluksa. Selanjutnya cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin
dan bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis.

b. Metabolisme Glukosa
Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di pertahankan oleh
si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna
mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut, maka di lakukan dengan menggunakan
air susu ibu ( ASI), penggunaan cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan

11
glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat
akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :
a. Melalui penggunaan ASI

b. Melalui penggunaan cadangan glikogen

c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

4. Sistem Gastrointestinal, dan Kekebalan Tubuh


a. Sistem Gastrointestinal
Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di mulai. Refleks gumoh dan
batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan menelan dan mencerna
makananmasih terbatas, mengikat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang
lebih 30cc.

b. Sistem Kekebalan Tubuh


Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses penyesuaian
dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan
koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat
terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan terjadi
kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball, 1999).
Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi. Lini pertama dalam
pertahanan adalah: kulit dan membran mukosa yang melindungi dari invasi mikro-
organisme. Lini kedua adalah elemen sel pada sistem imunologi yang menghasilkan
jenis-jenis sel yang mampu menyerang fatogen seperti neurofil, monosit, ensinofil. Lini
ke tiga adalah susunan spesifik dari antibodi ke antigen, proses ini membutuhkan
pemaparan dari agen asing sehingga anti body dapat di hasilkan. Bayi umumnya tidak
dapat mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin) sendiri samapai usia 2 bulan. Bayi menerima
dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti body
terhadap penyakit menular tertentu, anti body tersebut mengalir ke bayi melalui
plasenta. Diantara anti bodi tersebut mungkin adalah anti body terhadap gondok,difteri,
dan campak. Imunitas pasif ini berakhir dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan..

12
5. Sistem Pencernaan
Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah
adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi
protein dan karbohidrat sederhana ( Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk karbohidrat
kompleks yang belum terdapat.
1. Mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Lidah
tidak boleh memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan penunjang melekatkan ke
sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus tertutup, dan harus terdapat
uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih kecil yang
sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “ Epsteins Pearls “, tempat menyatunya
bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar
saliva berfungsi pada saat lahir, kebanyakan belum mensekresi saliva samapi dengan
umur 2-3 bulan.
2. Lambung
Pada saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat
sehingga pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi
membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi
akan kosong dalam waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari botol atau dengan
ASI payu dara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi
akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang palsu
karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum susu
elbih banyak.
3. Usus
Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat
panjang. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang
kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam pertama.
Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran pencernaan,
empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi yang berwarna hijau
kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang menyusu pada hari ke 4 adalah
hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer, dan bereaksi terhadap asam. Feses
dari bayi yang menyusu formula, biasanyau berwarna kuning terang/kuning pucat,
berbau, berbentuk garing agak keras netral samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi
pertama dalam waktu 24 jam.

13
6. Sistem Ginjal dan Keseimbangan Cairan
Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada saat
lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum
cukup matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah
ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan setra
fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih
bayi biasanya dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per
24 jam pada bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml,
dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih pertama
kali bila terjadi anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali
kongenital dari sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke
empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan kurang
dan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat
kembali.
Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada tubuh,
volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada masa janin, cairan
ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada
pasca natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan
cairan ekstraseluler.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan,
serinmgkali hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine
bayi baru lahir. Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di
dalam sistem ginjal.
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa

b. Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal

c. Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa

7. Sistem Adaptasi Perubahan Kulit


Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi masih belum matang .
epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga
melapisi epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk
seperti keju yang di sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa
bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis saja pada

14
tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan deskumasi kulit (

15
pengelupasan ), verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali
terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini
menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika kelenjar
sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu dan menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan punggung, dan
biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit (
deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat
eritema toksikum ( ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari.
Ruam ini tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai tanda
lahir ( nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya di sebabkan pada saat lahir) maupun
permanen ( biasanya karena kelainan struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan
lainnya).
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna kekuningan yang di sebut
ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan,
sebagai akibatnya pada sekitar hari ek dua atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7
biasanyamenghilang. Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik neonatorum.

8. Sistem Persyarafan
Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum
terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan
cepat, yang dapat di prediksi selama priode bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir
tahun pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia kehamilan pada sekitar 30
minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan terhadap
trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang di
berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks
dalam midula spinalis.

2.2. Penghitungan Dosis


Sekali lagi perlu ditekankan di sini bahwa penentuan dosis obat pada anak hendaknya
dilakukan secara individual, meskipun beberapa formulasi dapat juga digunakan. Untuk
penentuan dosis yang lebih adekuat pada anak sebaiknya mengacu pada buku-buku standard
pediatrik dan buku-buku pedoman terapi pada anak lainnya. Dalam keadaan terpaksa, dapat
melihat petunjuk kemasan (package insert) yang disediakan oleh industri farmasi dalam
kemasan obat yang diproduksi. Jika informasi ini tidak ditemukan, penghitungan dosis dapat

16
dilakukan berdasarkan umur, berat badan atau luas permukaan tubuh. Berikut ini beberapa
cara penghitungan dosis anak yang lazim dipakai.
a. Rumus Young
𝑛
𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 (𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 < 8 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
𝑛+
b. Rumus Diling:
𝑛
𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 (𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 8 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
1
c. Rumus Fried :
𝑛
𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 (𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛)
1
d. Rumus Clark :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 (𝑝𝑜𝑢𝑛𝑑𝑠)
1
𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎

e. Rumus Thremich-Fire :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 (𝑘𝑔)
7
𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎

f. Rumus Luas Permukaan :


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ (𝑚2)
1,73
𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎

2.3. Ketentuan Penggunaan Obat Pada Bayi dan Anak


Konsep dasar pemberian obat adalah untuk menghilangkan gejala, menyembuhkan
penyakit, atau mencegah terjadinya penyakit. Keputusan untuk memberi obat pada seorang
anak harus diambil secara seksama dengan mempertimbangkan rasio manfaat dan risikonya,
serta dampak lain yang mungkin terjadi akibat pengobatan. Sebelum mengambil keputusan
untuk melakukan pengobatan pada anak, ada baiknya direnungkan dahulu pertanyaan-
pertanyaan berikut.
Sebagian besar penyakit pada anak sebetulnya dapat sembuh sendiri tanpa pemberian
obat sekalipun. Jika tidak terpaksa sekali, alternatif intervensi non- koterapi (seperti misalnya
diet, istirahat, dan memperbaiki masukan cairan) lebih diutamakan. Kecenderungan
peresepan yang semata -mata didasarkan pada kekhawatiran dan permintaan orang tua anak
tidak dibenarkan sama sekali. Jika diagnosis tidak ditegakkan secara meyakinkan (tanpa
dilandasi bukti-bukti kuat yang mengarah ke diagnosis definitif), maka sebagai akibatnya
pengobatanpun cenderung tanpa alasan medik yang jelas. Sebagai contoh adalah pemberian
antibiotika pada ISPA ringan (infeksi saluran pernafasan akut). Di samping dasar ilmiahnya
meragukan, peresepan antibiotika pada kasus inipun tidak rasional. Pertama, hampir 90%
kasus ISPA pada anak, tergolong ringan, dan disebabkan oleh virus di mana antibiotika sama
sekali tidak diperlukan. Kedua, dalam praktek sehari-hari, antibiotika umumnya diberikan
17
untuk 3-5 hari, dengan dosis, frekuensi dan cara minum yang kadang tidak jelas. Keadaan ini
di samping akan meningkatkan risiko terjadinya efek samping juga menimbulkan dampak
resistensi bakteri. Ketiga, jika peresepan antibiotika tidak disesuaikan dengan kondisi
ekonomi pasien, maka harga obat menjadi tidak terjangkau. Hal ini akan menjadi kendala
yang besar bagi pasien/keluarganya. Karena kekhawatirannya (sementara biaya kurang
mencukupi), pasien kadang memilih membeli hanya sebagian obat (separuh resep atau
bahkan kurang). Hal ini di samping memberi dampak pemborosan (untuk sesuatu yang tidak
perlu) juga memberi tambahan beban kepada keluarga pasien. Jika dihitung secara individual,
dampak biaya ini mungkin tidak begitu besar. Tetapi jika dihitung secara populasi maka akan
terbukti, betapa besar anggaran kesehatan seseorang tersita untuk obat yang sama sekali tidak
diperlukan.

2.4. Terapi Obat Pada Bayi dan Anak


Penentuan apakah obat yang diresepkan benar-benar sesuai dengan diagnosis yang
ditegakkan sangat ditentukan oleh kemampuan dan pengalaman dokter. Namun demikian
prinsip-prinsip ilmiah peresepan pada anak hendaknya tetap ditaati. Beberapa jenis obat,
mutlak tidak boleh diberikan pada bayi dan anak, beberapa lagi disertai peringatan dan
ketentuan khusus. Sebagai gambaran, dapat diuraikan beberapa contoh di sini :
a. Peresepan tetrasiklin sangat tidak dianjurkan pada anak, oleh karena dapat merusak
gigi dan mengganggu pertumbuhan tulang.
b. Penggunaan preparat kortikosteroid topikal secara rutin pada bayi dan anak
hendaknya dihindari. Hal ini untuk mencegah terjadinya efek iritasi pada kulit dan
gangguan pertumbuhan.
c. Pemberian antibiotika untuk diare akut pada anak sama sekali tidak beralasan. Anak
yang diare memerlukan cairan bukan obat, dan oralit terbukti menurunkan mortalitas
diare secara nyata.
d. Kloramfenikol di samping spektrumnya luas, harganya relatif murah. Namun
demikian pemberian pada neonatus sejauh mungkin dihindari (risiko grey syndrome).
e. Obat-obat sulfonamida, termasuk kotrimoksazol, sangat tidak dianjurkan pada bayi
baru lahir karena dapat menggeser bilirubin dari ikatannya dengan albumin,
sehingga menyebabkan kern-ikterus.
f. Pemberian aspirin pada anak sebaiknya dihindari, di samping oleh karena efek iritasi
lambung, juga dapat menyebabkan terjadinya sindroma Reye.

18
g. Obat-obat antimuntah selain tidak bermanfaat pada bayi dan anak, kemungkinan
risiko efek sampingnya juga jauh labih besar. Untuk itu penggunaannya pada
kelompok umur ini sangat tidak dianjurkan.

2.5. Fisiologi dan Kinetik Pada Pediatrik


Pada pediatrik,secara fisiologi beberapa organ penting belum matang seperti bahwa
orang dewasa. Oleh karena itu akan mempengaruhi proses farmakokinetik-
farmakodinamik obat dan perubahan akan terjadi sejalan dengan pendewasaan, sehingga
mempengaruhi efikasi atau toksisitas obat (Departemen Kesehatan,2009).
Farmakokinetika-farmakodinamika
a. Absorpsi
Absorpsi obat melalui rute oral dan parenteral pada anak sebanding dengan
pasien dewasa.Pada bayi dan anak sekresi asam lambung belum sebanyak pada dewasa,
sehingga pH lambung menjadi lebih alkalis. Hal tersebut akan menurunkan
absorbsi obat –obat yang bersifat asam lemah seperti fenobarbital dan fenitoin,
sebaliknya akan meningkatkan absorbsi obat–obat yang bersifat basa lemah seperti
penisilin dan eritromisin. Waktu pengosongan dan pH lambung akan mencapai
tahap normal pada usia sekitar tiga tahun. Waktu pengosongan lambung pada bayi
baru lahir yaitu 6-8 jam sedangkan dewasa 3-4 jam. Oleh karena itu harus
diperhatikan pada pemberian obat yang di absorbsi dilambung.Peristaltik pada
neonatus tidak beraturan dan mungkin lebih lambat karena itu absorbsi obat diusus
halus sulit di prediksi. Absorpsi perkutan meningkat pada bayi dan anak-anak
terutama pada bayi prematur karena kulitnya lebih tipis, lebih lembab, dan lebih
besar dalam ratio luas permukaan tubuh perkilogram berat badan. Sebagai contoh
terjadinya peningkatan absorpsi obat melalui kulit, terjadi pada penggunaan steroid,
asam borat, heksaklorofen, iodium, asam salisilat dan alcohol.
Absorpsi obat pada pemberian secara intramuskular bervariasi dan sulit
diperkirakan. Perbedaan masa otot, ketidakstabilan vasomotor perifer, kontraksi otot dan
perfusi darah yang relatif lebih kecil dari dewasa, kecuali persentase air dalam otot bayi
lebih besar dibandingkan dewasa. Efektotal dari faktor-faktor ini sulit diperkirakan,
misalnya fenobarbital akan diabsorpsi secara cepat sedang absorpsi diazepam
memerlukan waktu lebih lama. Oleh karena itu, pemberian secara intramuskular
jarang dilakukan pada neonatus kecuali pada keadaan darurat atau tidak

19
dimungkinkannnya pemberian secara intra vena.Pemberian obat secara rektal umumnya
berguna untuk bayi dan anak yang tidak memungkinkan menggunakan sediaan oral
seperti pada kondisi muntah, kejang. Namun demikian, seperti halnya pada pasien
dewasa, ada kemungkinan terjadinya variasi individu pada suplai darah ke rektum
yang menyebabkan variasi dalam kecepatan dan derajat absorpsi pada pemberian secara
rektal.

b. Distribusi
Distribusi obat pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa, karena adanya
perbedaan volume cairan ekstraseluler, total air tubuh, komposisi jaringan lemak,
dan ikatan protein. Volume cairan ekstraseluler relatif lebih tinggi dibandingkan orang-
orang dewasa, volume ini akan terus menurun seiring bertambahnya usia;pada neonatus
50%, pada bayi berusia 4-6 bulan 35%, pada usia satu tahun 25% sedangkan pada orang
dewasa sebanyak 20-25% dari total berat badan. Hal lain yang lebih penting adalah
total cairan dalam tubuhakan lebih tinggi pada bayi yang dilahirkan secara prematur (80-
85% dari total berat badan) dibandingkan pada bayi normal (75% dari total berat badan)
dan pada bayi usia 3 bulan 60% dan pada orang dewasa (55% dari total berat badan).
Besarnya volume caira nekstra sel dan total air tubuh akan menyebabkan volume
distribusi dari obat-obat yang larut dalam air contoh fenobarbital Na, penisillin dan
amino glikosida, akan meningkat sehingga dosis mg/kg BB harus diturunkan. Hal
sebaliknya terjadi berupa lebih sedikitnya jaringan lemak pada bayi dibandingkan
pada orang dewasa. Pada bayi prematur 1-2% sedangkan pada bayi lahir cukup bulan
15% sedangkan pada orang dewasa sekitar 20%. Sebagai konsekuensinya volume
distribusi obat yang larut lemak pada bayi dan anak lebih kecil dibandingkan
dengan orang dewasa sehingga diperlukan penurunan dosis dan/atau penyesuaian
interval. Afinitas ikatan obat dengan protein plasma pada bayi dan anak lebih
rendah dibandingkan dengan orang dewasa, hal ini ditambah pula dengan terjadinya
kompetisi untuk tempat ikatan obat tertentu oleh senyawa endogen tertentu seperti
bilirubin. Ikatan protein plasma seperti fenobarbital, salisilat dan fenitoin pada neonatus
lebih kecil dari pada orang dewasa sehingga diperlukan dosis yang lebih kecil atau
interval yang lebih panjang. Afinitas ikatan obat dengan protein akan sama dengan orang
dewasa pada usia 10-12 bulan. Sebagai contoh, dosis gentamisin pada neonatususia 0-7
hari 5mg/kg BB setiap 48 jam,

20
bayi usia 1 -4 minggu tiap 36jam, lebih dari 1 bulan setiap 24 jam. Pada anak usia 7-
8 bulan 4 mg/kg BB setiap 24 jam.

c. Metabolisme
Rendahnya metabolisme obat di hati pada neonatus disebabkan oleh rendahnya
aliran darah ke hati, asupan obat oleh sel hati, kapasitas enzim hati dan ekskresi empedu.
Sistem enzim di hati pada neonatus dan bayi belum sempurna, terutama pada proses
oksidasi dan glukoronidase, sebaliknya pada jalur konjugasi dengan asam sulfat
berlangsung sempurna. Meskipun metabolisme asetaminofen melalui jalur glukoronidase
pada anak masih belum sempurna dibandingkan pada orang dewasa, sebagian
kecildari bagian ini dikompensasi melalui jalur konjugasi dengan asam sulfat.
Jalur metabolisme ini mungkin berhubungan langsung dengan usia dan mungkin
memerlukan waktu selama beberapa bulan sampai satu tahun agar berkembang
sempurna. Hal ini terlihat dari peningkatan klirens pada usia setelah satu tahun. Dosis
beberapa jenis antiepilepsi dan teofilin untuk bayi lebih besar daripada dosis
dewasa agar tercapai konsentrasi plasma terapeutik. Hal ini disebabkan bayi
belum mampu melakukan metabolisme senyawa tersebut menjadi bentuk metabolit
aktifnya.

d. Eliminasi
Filtrasi glomerulus, sekresi tubulus, reabsorbsi tubulus menurun dan bersihan
(clearance) obat tidak dapat di prediksi, tergantung cara eliminasi obat tersebut di ginjal.
Pada umumnya obat dan metabolitnya dieliminasi melalui ginjal. Kecepatan filtrasi
glomerulus pada neonatus adalah 0,6–0,8 mL/menit per 1,73 m2 dan pada bayi adalah
2-4 mL/menit per 1,73 m2. Proses filtrasi glomerulus, sekresi tubuler dan
reabsorpsi tubuler akan menunjukkan efisiensi ekskresi ginjal. Proses perkembangan
proses ini akan berlangsung sekitar beberapa minggu sampai satu tahun setelah
kelahiran.
Selain adanya perbedaan farmakokinetik antara pasien pediatri dan pasien dewasa,
faktor yang berhubungan dengan efikasi dan toksisitas obat harus dipertimbangkan
dalam perencanaan terapi untuk pasien pediatri. Perubahan patofisiologi yang
spesifik berlangsung pada pasien pediatri yang mempunyai penyakit tertentu. Contoh
terjadinya perubahan patofisiologik dan farmakodinamik pada pasien yang menderita
asma kronik. Manifestasi klinik asma kronik pada anak berbeda dengan
dewasa. Anak-anak menunjukkan tipe asma ekstrinsik yang bersifat reversibel,

21
sedangkan dewasa berupa asma non atopik bronkial iritabilitas. Hal ini tampak
dengan diperlukannya terapi hiposensitisasi adjunctive pada pasien pediatri dengan asma
ekstrinsik.
Beberapa efek samping yang pasti terjadi pada neonatus telah diketahui,
dimana efek samping toksik lain dapat menjadi perhatian untuk beberapa tahun
selama masa anak-anak. Toksisitas kloramfenikol meningkat pada neonatus karena
metabolisme yang belum sempurna dan tingginya bioavailabilitas. Mirip dengan
kloramfenikol, propilen glikol– yang ditambahkan kepada beberapa sediaan injeksi
seperti fenitoin, fenobarbital, digoksin, diazepam, vitamin D dan hidralazin- dapat
menyebabkan hiperosmolalitas pada bayi.

BAB III
KESIMPULAN

22
3.1. Kesimpulan
Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) darikeadaan
yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.Banyak perubahan yang akan
dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang
hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.
Perubahan sistem fisiologis pada bayi baru lahir dapat terjadi agar bayi dapat
menyesuaikan kehidupannya atau dirinya dari kehidupan intrauterin (dalam rahim) ke
kehidupan ekstrauterin (diluar rahim) sehingga bayi baru lahir dapat hidup sendiri dan tidak
tergantung pada ibunya. Untuk itu bayi memerlukan perubahan fisiologis atau adaptasi
fisiologis pada dirinya. Untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut bayi barulahir
memerlukan masa transisi. Pada masa transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin, maka di kemukakan sebagai berikut :
1. Kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin
a. Periode transisi mulai dari saat lahir sampai usia 6 jam
b. Menyangkut perubahan fisiologis banyak organ
c. Dimuai intrautein saat bayi siap untuk dilahirkan
d. Jam-jam pertama adalah fase stabilisasi pernafasan, kardiovaskuler dan suhu
e. Perlu pengamatan klinis yang ketat untuk mengenal yang mengalami kesulitan
transisi
2. Janin mempersiapkan transisi sepanjang masa kehamilan dengan :
a. Penyimpanan glikogen
b. Pertambahan protein dan mineral
c. Deposisi lemak coklat
d. Kemampuan tergantung usia gestasi dan kualitas plasenta
3. Pada saat lahir
a. Fungsi plasenta/tali pusat selesai
b. Janin menjadi bayi yang bernafas sendiri
Adapun perubahan-perubahan fisiologis pada bayi baru lahir meliputi :
a. Perubahan pada sistem pernafasan, peredaran darah
b. Sistem pengaturan tubuh, metabolisme glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan tubuh
c. Sistem pencernaan, ginjal dan sistem persyarafan

23
DAFTAR PUSTAKA

Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC

IDAI, 2008. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. pp: 170-85. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.

Sudarti,dkk.(2012).Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,dan Anak


Balita.Yogyakarta:Nuha Medika

Campbell Suzann K 1991, Paediatri Neurologi Physicaltherapy Churchillivinstone,


New York, Edinburgh, London, Melbourne, Tokyo

Shepherd R.B 1974, Physiotherapy In Pediatrics, William Heineman Medical Book,


Great Brit

24

Anda mungkin juga menyukai