Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Tentang
PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN PADA
NEONATUS
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas
dan Neonatus di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Dosen Pengampu :
Saristya Rismawati, SST, M.Keb

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ai Lela Nurul MK (P20624520001)
Anggi Tri Mundari (P20624520003)
Hilmi Nurhaida (P20624520023)
Nurul Hanipah (P20624520030)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Perubahan Fisiologi Neonatus Pada Sistem Endokrin ” dengan
sebaikbaiknya.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai
harganya. Untuk itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Saristya Rismawati, SST, M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah
Asuhan Kebidanan nifas yang telah memberikan dan neonatus
bimbingan, motivasi, petunjuk, dan arahan kepada kami;
2. Teman-teman seperjuangan di prodi Sarjana Terapan Kebidanan yang
senantiasa memberikan motivasi dan semangat.
Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak
menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat
diharapkan kritik dan saran yang mebangun dari pembaca.
Akhirnya, kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi semua pembaca, serta dapat berguna
bagi kemajuan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Tasikmalaya, 21 Agustus 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Page

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. pengertian Neonatus.................................................................................3
B. Pengertian sistem endokrin.......................................................................3
C. Perubahan Fisiologi sistem endokrin pada Neonatus..............................4
D. Perbedaan fisiologi dalam rahim dan setelah lahir pada
sistem endokrin.........................................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak ada perubahan yang lebih besar atau periode yang lebih kritis dalam
hidup kita selain kelahiran. Dalam beberapa jam pertama bayi harus
beradaptasi dari keberadaan parasit untuk menjadi manusia yang mandiri. Di
Inggris, sekitar 15 bayi~ dalam setiap 1000 meninggal pada periode perinatal;
kematian ini termasuk bayi lahir mati dan bayi lahir hidup setelah usia
kehamilan 28 minggu yang meninggal sebelum usia tujuh hari. Asfiksia,
hipotermia, infeksi, kelainan kongenital, penyakit membran hialin, dan
perdarahan intraventrikular merupakan penyebab kematian yang penting dan
umum. Lebih banyak orang meninggal saat lahir daripada pada satu periode
kehidupan lainnya. Kelahiran dan periode bayi baru lahir segera karena itu
penting dalam spektrum penuaan. Sistem endokrin memainkan peran penting
dalam transisi menuju kehidupan mandiri (Ilya Kovar dan David Harvey)
Ilya Kovar dan David Harvey (2002), menyatakan dalam suatu penelitian,
salah satu penyakit mematikan pada bayi prematur adalah penyakit membran
hialin, atau sindrom gangguan pernapasan, yang disebabkan oleh kurangnya
surfaktan di paru-paru, yang menyebabkan kolaps alveolar dan penurunan
kepatuhan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kortikosteroid yang
diberikan secara antenatal meningkatkan produksi surfaktan dan kematangan
paru-paru. Sebagai hasil dari penemuan ini, betametason sekarang diberikan
kepada wanita dalam persalinan prematur dengan harapan dapat mencegah
sindrom gangguan pernapasan pada bayi. Hormon lain seperti prolaktin,
tiroksin, dan insulin berperan dalam pematangan paru-paru; hormon tiroid
dan prolaktin dianggap meningkatkan kematangan sementara insulin
menundanya.
Ketika mempertimbangkan perubahan endokrin perinatal, beberapa faktor,
seperti berat lahir dan kehamilan, perlu diperhitungkan. Bayi cukup bulan,
lahir pada usia kehamilan 40 minggu, dan bayi prematur memiliki pola
metabolisme yang berbeda. Kelenjar endokrin sangat berpengaruh dalam

1
perkembangan organ-organ janin untuk kelahiran neonatus yang sehat tanpa
adanya kelainan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Neonatus?
2. Apa itu pengertian sistem endokrin?
3. Bagaimana Perubahan Fisiologi sistem endokrin pada Neonatus?
4. Bagaimana Perbedaan fisiologi dalam rahim dan setelah lahir pada sistem
endokrin?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Neonatus
2. Untuk mengetahui pengertian sistem endokrin
3. Untuk mengetahui Perubahan Fisiologi sistem endokrin pada Neonatus.
4. Untuk mengetahui Perbedaan fisiologi dalam rahim dan setelah lahir
pada sistem endokrin

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Neonatus
Neonatus adalah sebutan bagi bayi yang baru lahir atau usianya 0-28 hari.
Bayi yang baru mengalami proses kelahiran & harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Perkembangan kemampuan
untuk beradaptasi dengan lingkungan baru diperlukan untuk dapat tetap hidup
di lingkungan baru.
Adaptasi Fisik Bayi Baru Lahir Normal Segera setelah lahir, BBL harus
beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara
fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula
berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan
segala kebutuhannya terpenuhi(O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhinya. Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen
melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi
oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim
disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih
setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh.
Pematangan janin dan kelangsungan hidup neonatus diatur oleh berbagai
jenis hormon. Tujuan dari pengaturan hormon ini adalah agar seorang bayi
dapat bertahan hidup baik di dalam rahim maupun di luar rahim. Salah satu
hormon yang berperan adalah hormon-hormon yang dihasilkan dari kelenjar
endokrin.
B. Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan
melepaskan hormon. Hormon ini yang membantu mengontrol banyak fungsi
penting, termasuk kemampuan mengubah kalori menjadi energi yang
digunakan untuk menjalankan fungsi seluruh sel dan organ tubuh.

3
Cara Kerja Sistem Endokrin

Sistem endokrin terus memantau jumlah hormon dalam darah. Hormon


menyampaikan pesan mereka dengan mengunci ke dalam sel yang mereka
targetkan sehingga mereka dapat menyampaikan pesan tersebut.
Kelenjar pituitari merasakan ketika kadar hormon meningkat, dan
memberi tahu kelenjar lain untuk berhenti memproduksi dan melepaskan
hormon. Ketika kadar hormon turun di bawah titik tertentu, kelenjar pituitari
dapat memerintahkan kelenjar lain untuk memproduksi dan melepaskan lebih
banyak, proses ini disebut homeostasis. Hormon mempengaruhi hampir
setiap proses dalam tubuh, termasuk :
1. Metabolisme (memecah makanan dan mendapatkan energi dari nutrisi).
2. Pertumbuhan dan perkembangan.
3. Emosi dan suasana hati.
4. Kesuburan dan fungsi seksual.
5. Tidur.
6. Tekanan darah.
Terkadang kelenjar memproduksi terlalu banyak atau tidak cukup hormon.
Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti
penambahan berat badan, tekanan darah tinggi dan perubahan tidur, suasana
hati dan perilaku. Banyak hal yang dapat mempengaruhi bagaimana tubuh
menciptakan dan melepaskan hormon. Penyakit, stres dan obat-obatan
tertentu dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon.
Hormon-hormon sistem endokrin ini mengalami perubahan pada masa
Neonatus, berbeda dengan kehidupan janin yang selalu bergantung dengan
kondisi fisik ibu, Neonatus harus beradaptasi sendiri dengan lingkungan
barunya.

C. Perubahan Fisiologi Sistem Endokrin pada Neonatus

Kelahiran bayi dan plasenta mengharuskan adanya penyesuaian segera


ataupun jangka panjang terhadap kehilangan hormon-hormon kehamilan.
Terhentinya tiba-tiba hormon-hormon dari unit plasenta-janin pada persalinan

4
memungkinkan kita menentukan waktu paruh dari hormon-hormon tersebut
dan juga evaluasi dari sebagian fungsinya selama kehamilan.

a) Sistem Endokrin Intrauterine


Kelenjar-Kelenjar Endokrin
1. Hipofisis Anterior
Mulchahey dan kawan-kawan mendefinisikan, dalam suatu
penelitian tentang ontogenesis fungsi dan regulasi kelenjar hipofisis
janin, mengetengahkan suatu pandangan yang menarik dan patut
diacungi jempol. Pertama, mereka mengabaikan validitas konsep
bahwa pengendalian sekresi hipofisis anterior janin tergantung pada
pematangan system saraf pusat. Kedua, mereka menyebutkan bahwa
sistem endokrin janin berfungsi selama beberapa waktu sebelum
“sistem saraf pusat melengkapi sinaptogenesisnya dan sistem-sistem
integrative lainnya telah mencapai status maturitas, sehingga mampu
melaksanakan banyak tugas yang berkaitan dengan homeostasis.”
Ketiga, mereka melanjutkan dengan mengusulkan bahwa sistem
endokrin janin tidak perlu menyerupai sistem endokrin dewasa,
tetapi dapat merupakan satu dari sistem homeostasik pertama kali
yang dikembangkan.
Akhirnya, hipofisis anterior janin berdiferensiasi menjadi lima tipe
sel, yang mensekresi lima hormon protein :
a. Laktotrop memproduksi prolaktin (PRL)
b. Somatotrop, memproduksi hormon pertumbuhan (GH)
c. Kortikotrop, memproduksi kortikotropin (ACTH)
d. Tirotrop, memproduksi thyroid-stimulating hormone (TSH)
e. Gonadotrop, memproduksi luteinizing hormone (LH) dan
follicle- stimulating hormone (FSH).

ACTH pertama kali dideteksi pada hipofisis janin pada minggu ke-
7 kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17, hipofisis janin mampu
mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis. GH, ACTH dan LH

5
telah diidentifikasi pada hipofisis janin manusia pada kehamilan 13
minggu. Lebih jauh, hipofisis janin responsif terhadap hormon-hormon
hipofisiotropik dan mampu mensekresi hormon-hormon ini sejak
kehamilan dini. Kadar hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada
darah tali pusat. Hipofisis janin menghasilkan dan melepaskan endorfin-β
dengan cara yang berbeda dari kadar plasma ibunya. Kadar endorfin-β dan
lipotrofin-β darah tali pusat ditemukan menurun sesuai dengan
menurunnya pH janin, tetapi berkorelasi dengan cara yang positif dengan
PCO2 janin.

2. Neurohipofisis

Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada kehamilan 10


sampai 12 minggu dan sudah dapat ditemukan oksitosin dan arginin
vasopresin (AVP). Di samping itu, hormon vasotosin (AVT) terdapat di
hipofisis janin dan kelenjar pineal. AVT hanya terdapat pada kehidupan
janin manusia. Pada binatang-binatang dewasa, infus AVT meningkatkan
tidur dan merangsang pelepasan prolaktin.

Ada kemungkinan oksitosin dan AVP berfungsi pada janin untuk


menghemat air tetapi aksi-kasi ini sebagian besar pada tingkat paru dan
plasenta dibandingkan pada tingkat ginjal. Pembentukan PGE2 di dalam
ginjal janin dapat melemahkan kerja AVP di organ ini. Beberapa peneliti
telah menemukan bahwa kadar AVP di plasma tali pusat meningkat secara
jelas dibandingkan dengan kadar yang ditemukan dalam plasma ibu. Di
samping itu, AVP dalam darah tali pusat dan darah janin tampak meninggi
pada stress janin.

3. Hipofisis intermedia janin


Ada lobus intermedie hipofisis yang berkembang baik pada janin
manusia. Sel-sel dalam struktur ini mulai menghilang sebelum cukup
bulan dan tidak ada lagi pada hipofisis dewasa. Produk sekresi utaria dari
sel-sel lobus intermedia adalah hormon stimulasi α-melanosit (α-MSH)
dan β-endorfin. Kadar α-MSH janin menurun secara progresif sesuai
dengan umur kehamilan.

6
4. Tiroid

Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir tri trimester


pertama (lihat tabel). Tetapi sampai tengah-tengah kehamilan, sekresi
thyroid-stimulating hormone dan hormon tiroid masih rendah. Ada
peningkatan yang lumayan besar setelah waktu ini. Mungkin sangat sedikit
tirotropin melintasi plasenta dari ibu ke janin sementara stimulator-
stimulator. Tiroid berjangka panjang LATS dan LATS-protektor demikian
juga, bila terdapat dalam konsentrasi tinggi pada ibunya. Juga, antibody-
antibaodi IgG ibu terhadap thyroid-stimulating hormon (TSH) juga dapat
melintasi plasenta sehingga mengakibatkan kadar TSH tinggi palsu pada
neonatus.

Fase-fase pematangan tiroid pada janin dan neonatus manusia

1) Fase peristiwa umur kehamilan


2) Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid 2 sampai 12 minggu
3) Pematangan hypothalamus 10 sampai 35 minggu
4) Perkembangan pengendalian neuroendorin 20 minggu sampai 4 minggu
setelah lahir
5) Pematangan system monodeyodinasi perifer 30 minggu sampai 4
minggu setelah lahir.

Plasenta manusia secara aktif mengkonsentrasikan yodida pada sisi


janin dan sepanjng trimester kedua dan ketiga kehamilan, tiroid janin
mengkonsentrasikan yodida lebih kuat daripada tiroid ibu. Karena itu,
pemberian raip-yodida atau jumlah yodida yang lebih banyak dari biasa,
jelas berbahaya bagi janin.

Hormon tiroid yang berasal dari ibu melintasi plasenta pada tingkat
yang sangat terbatas dengan triyodotironin lebih mudah lewat daripada
tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid selama kehidupan janin. Janin
manusia yang atiroid tumbuh secara normal pada waktu lahir. Hanya
jaringan-jaringan tertentu yang mungkin responsive terhadap hormon
tiroid, yaitu otak dan paru.

7
6) Kelenjar paratiroid

Ada bukti yang baik bahwa paratiroid menguraikan parathormon


pada akhir trimester pertama dan kelenjar tersebut tampaknya memberi
respon in utero terhadap stimulasi pengaturan. Neonatus dari ibu-ibu
dengan hiperparatiroidisme, misalnya dapat menderita tetani
hipokalsemik. Kadar kalsium plasma dalam janin, 11 sampai 12 mg per
dL, dipertahankan oleh transpor aktif dari darah ibu. Kadar paratiroid
dalam darah janin relatif rendah dan kadar kalsitonin tinggi.
Paratiroidektomi janin menyebabkan turunnya konsentrasi kalsium plasma
janin. Nefrektomi juga menyebabkan turunnya kalsium dan 1α-hidroksilasi
dari 25-OH-kolekalsiferol terjadi di ginjal janin.

7) Kelenjar adrenal

Adrenal janin manusia disbanding dengan ukuran badan totalnya


jauh lebih besar daripada perbandingan ukuran tersebut pada orang
dewasa, seluruh pembesaran tersebut merupakan bagian dalamnya atau
yang disebut zone janin korteks adrenal. Zone janin yang normalnya
mengalami hipertrofi tersebut, mengalami involusio dengan cepat setelah
lahir. Zone janin tersebut tidak ada dalam kejadian yang jarang, dimana
hipofisis janin secara kongenital tidak ada.

Adrenal janin juga mensintesis aldosteron. Pada satu penelitian,


kadar aldosteron di plasma tali pusat mendekati cukup bulan, melebihi
kadarnya di plasma ibu, seperti juga rennin dan substrat rennin. Tubulus-
tubulus ginjal bayi baru lahir dan barangkali juga janin tampak relatif tidak
sensitif terhadap aldosteron.

Perkembangan adrenal janin awal

Pada awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari sel-sel


yang mirip dengan sel-sel zona fetal korteks adrenal janin, sel-sel ini
dengan cepat muncul dan berproliferasi sebelum waktu vaskularisasi
hipofisis oleh hipotalamus sempurna. Hal ini memberi kesan bahwa
perkembangan awal adrenal janin berada di bawah pengaruh-pengaruh

8
trofik yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan pengaruh trofik pada
orang dewasa. Kemungkinan, ACTH disekresi oleh hipofisis janin tanpa
adanya factor corticotropin-releasing factor (CRF) atau ACTH (atau CRF)
lain yang timbul dari suatu sumber selain hipofisis janin, misalnya dari
ACTH (atau CRF) korionik yang disintesis oleh trofoblas. ACTH tidak
menyebrangi plasenta. Tetapi ada kemungkinan lain, ini mencakup
kemungkinan bahwa ada suatu agen selain ACTH yang meningkatkan
replikasi sel-sel adrenal zona fetal. Korteks adrenal fetus normal terus
menerus berkembang sepanjang kehamilan dan selama 5 sampai 6 minggu
kehamilan terakhir, terjadi kenaikan cepat ukuran adrenal fetus manusia.
Jelas bahwa laju pertumbuhan adrenal fetus dan sekresi steroid tidak
dikendalikan oleh rangsang trofik tunggal (ACTH), tetapi lebih diatur oleh
lebih dari satu jenis agen yang menunjang pertumbuhan.

8) Gonad

Siiteri dan Wilson mendemontrasikan sintesis testosteron oleh testis


janin dari progesterone dan pregnenolon pada kehamilan 10 minggu. Lebih
lanjut, Leinonen dan Jaffe menemukan bahwa sel-sel Leydig testis janin luput
dari desensitisasi yang khas pada testis dewasa, yang diberi tantangan-
tantangan hCG berulang. Fenomena dalam testis janin ini mungkin disebabkan
oleh :

 Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin


 Stimulasi prolaktin pada reseptor-reseptor hCG/LH pada testis janin

Karena itu, ada hubungan yang erat antara gambaran perkembangan


sel-sel Leydig dalam testis janin dan kadar hCG, pembentukan testosteron
testis dan kadar hCG, konsentrasi reseptor untuk kadar LH/hCG dan tidak
adanya regulasi penurunan reseptor LH/hCG dan sekresi testosteron
testikuler janin yang terus menerus pada waktu kadar hCG tinggi.
Pembentukan estrogen di ovarium janin telah didemonstrasikan tetapi
pembentukan estrogen di ovarium tidak diperlukan untuk perkembangan
fenotip perempuan.

9
Plasenta Sebagai Organ Endokrin

Perubahan-perubahan endokrin yang menyertai kehamilan manusia


mungkin adalah yang paling unik dan paling mengherankan yang dicatat
pada fisiologi atau patofisiologi mamalia. Kalau diteliti niali-nilai ini, jelas
bahwa perubahan-perubahan endokrin pada kehamilan merupakan fenomena.
Di samping peningkatan pembentukan hormon steroid seks dan
mineralkortikoid ini, juga ada peningkatan menyolok kadar rennin,
angiotensinogen dan angiotensin II plasma, bersamaan dengan produksi
harian 1 g laktogen plasenta manusia (hPL) dan jumlah gonadotropin
koroinik manusia (hCG) dalam jumlah banyak.

Plasenta juga memproduksi adrenokortikotropin (ACTH) korionik


dan produk-produk lain dari pro-opiomelanokortik, human korionik
tirotropin (hCT) dan juga hypothalamic-like releasing dan inhibiting hormon,
yaitu thyrotropin-releasing hormone (TRH), gonadotropin-releasing hormone
(GnRH) atau luteinizing hormon-releasing hormone (LHRH), corticotropin-
releasing factor (CRF) dan somatostatin serta inhibin dan berbagai macam
protein yang unik untuk kehamilan (spesifik-kehamilan) atau proses-proses
neoplastik.

Hormon-Hormon protein plasenta

 Gonadotropin korionik
 Adrenokortikotropin dan tirotropin korionik
 Hormon-hormon hypothalamic like-releasing dari plasenta
 Inhibin
b) Sistem Endokrin Ekstra Uterin
Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada ketika
berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan maka masih
mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu melalui plasenta meskipun dalam
perkembangan di dalam kandungan mulai terbentuk organ-organ bagi
aktivitas hidup. Namun, organ-organ tersebut, misalnya system endokrin
masih belum sempurna sempurna untuk dapat hidup mandiri. Setelah janin

10
lahir barulah system endokrin dapat bekerja sehingga bayi dapat hidup diluar
rahim ibunya kerena hilangnya ketergantungan dari plasenta dan ibu.

Setelah lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami adaptasi agar


mampu bekerja misalnya :

1. Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mngalami perubahan-perubahan besar
funsi dan metabolisnya. Pendinginan atmosfer membangkitkan
peningkatan mendadak dan jelas sekresi tirotropsin, yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan progresif kadar tiroksin serum maksimal 24-26
minggu setelah lahir. Ada peningkatan kadar tryiyodotironin serum yang
terjadi hampir bersamaan.
2. Kelenjar Timus

Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya
kira-kira 10 gram atau sedikit ukurannya ertambah dan pada masa remaja
beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.

D. Perbedaan fisiologi dalam rahim dan setelah lahir pada sistem endokrin

Selama dalam kandungan janin mendapatkan hormon dari ibunya.


Terkadang hormon yang diperoleh dari ibunya masih berfungsi, bisa dilihat
saat bayi lahir terjadi pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki atau
perempuan, kadang juga adanya pengeluaran darah dari vagina pada bayi
perempuan. Adapun penyesuaikan pada sistem endokrin adalah:

1. Kelenjar thiroid berkembang pada minggu ke-3 dan ke-4.


2. Sekresi thyroxin dimulai minggu ke-8, apabila fetus tidak bisa
memproduksi hormon thiroid akan lahir dengan hypothiroidism
kongenital dan jika tidak tertangani akan menyebabkan retardasi mental.
3. Kortek adrenal terbentukpada minggu ke-6 dan menghasilkan ke-8 atau
ke-9 hormon pada minngu ke-8 atau ke-9
4. Pankreas terbentuk dari foregut pada minggu ke-5 samapi ke-8 dan pulau
langerhans pada minggu ke-12, serta insulin di produksi pada minggu ke-
20. Pada ibu DM dapat menghasilkan fetal hyperglikemi yang dapat

11
merangsang ukuran fetus yang besar. hyperinsulinemia yang bisa
menyebabkan ukuran fetus yang besar.
5. Hyperinsulinemia dapat memblok maturasi paru sehingga dapat
menyebabkan janin dengan resiko tinggi distres pernafasan.

Kelenjar endokrin sangat berperan dalam regulasi thermal neonatus.


Ketika hipotalamus menerima sinyal yang menunjukkan penurunan suhu
kulit, sinyal peningkatan aktivitas akan dikirim sebagai balasan ke sistem
saraf simpatis. Secara bersamaan, norepinefrin dilepas oleh persarafan
difus di permukaan jaringan lemak coklat dan terjadi pelepasan hormon
TSH (thyroid stimulating Bormone). TSH akan merangsang peningkatan
kadar tiroksin dari kelenjar tiroid. Norepinefrin yang dilepaskan
mengaktifkan 5939 monodeiodinase, yang mengubah tiroksin menjadi
triiodotironin. Triiodotironin mengatur produksi thermogenin di jaringan
adiposa coklat (Carpentier et al., 2018).

Thermogenin inilah yang menginisiasi metabolisme lemak coklat.


Hasil oksidasi oleh mitokondria asam lemak bebas dari mekanisme
fosforilasi adalah produksi panas. Pelepasan sintesis adenosin trifosfat
dalam mekanisme ini berarti tidak ada energi yang dihasilkan dari proses
ini kemudian disimpan oleh neonatus. Artinya mekanisme metabolisme
lemak coklat yang diinisiasi oleh serangkaian kelenjar endokrin murni
untuk tujuan meningkatkan suhu tubuh (Roychoudhury & Yusuf, 2017).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Neonatus adalah sebutan bagi bayi yang baru lahir atau usianya 0-28 hari.
Bayi yang baru mengalami proses kelahiran & harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Perkembangan kemampuan
untuk beradaptasi dengan lingkungan baru diperlukan untuk dapat tetap hidup
di lingkungan baru.
Hormon endokrin yang membantu mengontrol banyak fungsi penting,
termasuk kemampuan mengubah kalori menjadi energi yang digunakan untuk
menjalankan fungsi seluruh sel dan organ tubuh. Selain itu Kelenjar endokrin
sangat berperan dalam regulasi thermal neonatus.
Kelahiran bayi dan plasenta mengharuskan adanya penyesuaian segera
ataupun jangka panjang terhadap kehilangan hormon-hormon kehamilan.
Terhentinya tiba-tiba hormon-hormon dari unit plasenta-janin pada persalinan
memungkinkan kita menentukan waktu paruh dari hormon-hormon tersebut
dan juga evaluasi dari sebagian fungsinya selama kehamilan.
Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada ketika
berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan maka masih
mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu melalui plasenta meskipun dalam
perkembangan di dalam kandungan mulai terbentuk organ-organ bagi
aktivitas hidup.
B. Saran
Sistem endokrin memiliki pengaruh pada berbagai sistem organ tubuh baik
janin ataupun neonatus. Oleh karena itu, karena pada sistem endokrin
ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena faktor dalam

13
maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi
makanan. Untuk itu jagalah kesehatan untuk kesejahteraan janin dan
neonatus.

14
DAFTAR PUSTAKA
Clevelant Clinic Medical. 2020. Endocrine System.
https://my.clevelandclinic.org/health/articles/21201-endocrine-system
Putri, Mayu. 2018. Perubahan Sistem Endokrin Neonatus.
http://mayuputri.blogspot.com/2012/06/sistem-endokrin-neonatus.html
S, Gray Elizabeth. 2017. The Endocrine System.
https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-1-4471-3802-0_21
Wirasiti, Nyoman. 2019. Genetika Reproduksi Intrauterine dan Kelenjar yang
Mempengaruhinya.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/4b109ff2f3b8179
751ab166ce986e49b.pdf
Amida, Yuni. 2019. Perkembangan Sistem Endokrin Janin
https://www.haibunda.com/kehamilan/20190620220248-49-45739/tahap-
perkembangan-janin-di-minggu-ke-5-sampai-ke-8/2.
Wassner. Ari J. 2013. Endocrine physiology in the newborn.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24331096/

Anda mungkin juga menyukai