Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GENETIKA BIOREPRODUKSI ADAPTASI


NEONOTUS

Dosen Pengampu: Nuril Nikmawati, S,Kep, Ns, M, Kes

Disusun Oleh:

1. Alfi Septiani (P1337424519010)


2. Anisa (P1337424519008)
3. Dinda Mariska (P1337424519012)
4. Felicia Tara Monica (P1337424519009)
5. Nadila Annisa Handayani (P1337424519011)
6. Tiara Agil (P1337424519007)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SEMARANG PRODI D IV KEBIDANAN MAGELANG DAN
PROFESI BIDAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta tauf ik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Genetika
Bioreproduksi Adaptasi Neonotus” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun
kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nuril Nikmawati, S,Kep, Ns, M, Kes yang
telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah “Genetika dan Bioreproduksi”. Disamping itu makalah ini diharapkan
dapat menjadikan sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan.Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini
dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah
ini lebih baik ke depannya.

Magelang, 20 Agustus 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
1. Sistem Metabolisme dan Pengaturan Suhu....................................4
2. Sistem Pernafasan..........................................................................5
3. Sistem Peredaran Darah.................................................................7
4. Sistem Gastrointestinal...................................................................8
5. Sistem Ginjal..................................................................................9
6. Sistem Hati.....................................................................................9
7. Sistem Neurologi............................................................................9
8. Sistem Imunologi...........................................................................9
B. ASUHAN BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
1. Perawatan Segera Setelah Bayi Lahir..........................................10
2. Pertolongan Pada Saat Bayi Baru Lahir.......................................11
3. Penilaian Bayi Waktu Lahir.........................................................11
4. Identifikasi Bayi...........................................................................12
5. Perawatan Tali Pusat....................................................................12
6. Pemeriksaan Pertama...................................................................13
7. Status............................................................................................13
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan.......................................................................................14
2. Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah satu
siklus kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu
menuju kemandirian fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal
sebagai periode transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui
periode transisi ini berlangsung sangat cepat. Adaptasi fisiologis BBL adalah
sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar
uterus. Artinya nantinya bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala
kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat
perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap
terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat,
mampu melakukan pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri
pada ibunya.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana adaptasi bayi baru lahir?
2. Bagaimana asuhan bayi baru lahir?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang adaptasi bayi baru lahir.
2. Mengetahui tentang asuhan yang tepat pada bayi baru lahir.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Adaptasi Fisiologis Neonatus


A. Adaptasi Bayi Baru Lahir
Bayi akan mengalami adaptasi sehingga yang semula bersifat bergantung
kemudian menjadi mandiri secara fisiologis karena:

1. Mendapatkan oksigen melalui system sirkulasi pernapasannya yang baru


2. Mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup
3. Dapat mengatur suhu tubuh
4. Dapat melawan setiap penyakit dan infeksi

Sebelum diatur oleh tubuh bayi sendiri, fungsi tersebut dilakukan oleh
placenta yang kemudian masuk keperiode transisi. Periode transisi terjadi
segera setelah lahir dan dapat berlangsung hingga 1 bulan atau lebih (untuk
beberapa system). Transisi yang paling nyata dan cepat adalah system
pernapasan dan sirkulasi, system termogulasi, dan system metabolisme
glukosa.

1. Sistem Metabolisme dan Pengaturan Suhu


Dilingkungan yang dingin pengaturan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seseorang bayi yang dengan kedinginan untuk
mendapatkan usaha untuk mendapatkan panas tubuhhnya. Pengaturan suhu
tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak cokelat untuk
memproduksi panas. Timbunan lemak cokelat terdapat di seluruh tubuh dan
mampu meningkatkan suhu 100%. Untuk membakar lemak cokelat, glukosa
harus digunakan guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas.

Mekanisme terjadinya hipotermia dimulai dari asupan makanan yang


kurang, lemak cokelat belum berkembang (26 minggu), permukaan tubuh lebih
luas, lemak subkutan sedikit, dan respons vasomotor kurang efektif.Mekanisme
hilangnya panas terjadi melalui:

4
a. Konveksi: Kehilangan panas karena udara yang mengalir (mis kipas angin,
aliran ac, jendela terbuka)
b. Konduksi: Kehilangan panas karena menempel pada benda dingin
(mis,stetoskop, timbangan dll)
c. Radiasi: kehilangan panas bayi karena diruang lebih dingin dari suhu
tubuh bayi. Pencegahannya dengan mengatur suhu ruangan agar cukup
hangat, menyelimuti bayi terutama kepalanya (area terluas)
d. Evaporasi: kehilangan panas karena tubuh bayi yang basah (menguap
bersama air yang menempal di tubuh bayi). Pencegahannya dengan segera
mengeringkan bayi.

Dampak hipotermia pada bayi dapat menimbulkan hipoksia, hipoglikemia,


asodosis metabolik, syok, DIC, atau kematian. Sedangkan hipertermia dapat
menyebabkan apnea, dehidrasi, asidosis metabolik, syok, kerusakan otak, atau
kematian. Kehilangan berat badan awal dapat terjadi 10 hari pertama sebesar
10% dari berat badan awal. Selanjutnya peningkatan berat badan 25 g sehari
selama bulan pertama yang berlipat dua kali pada 5 bulan, dan berlipat tiga
pada akhir tahun pertama.

Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan menurun dalam waktu cepat
(1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

a) Melalui penggunaan air susu ibu (ASI). Bayi baru lahir sehat harus
didorong menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir.
b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)
c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis)

Gejala hipoglikemia mungkin tidak jelas dan tidak khas dan dapat meliputi
kejang, haus, sianosis, apnea, menangis, lemah, letargi, lunglai, dan menolak
makanan.

2. Sistem Pernapasan
Paru berasal dari titik tumbuh yang terdapat difaring, bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk percabangan bronkus. Seiring
waktu, pada usia 8 bulan bronkiolus dan alveoulus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan napas
sepanjang trimester I dan III. Ketidakmatangan paru akan mengurangi
peluang kelangsungan hidup bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 24
minggu karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system
kapiler paru dan tidak cukupnya jumlah surfaktan.

5
Napas yang pertama dipengaruhi oleh 2 faktor yang berperan pada
rangsangan napas bayi:

a. Hipoksia yang berperan pada rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru selama
persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru secara
mekanis.

Upaya bernapas pertama seorang bayi adalah untuk mengeluarkan cairan


dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru. Agar alveolus dapat
berfungsi, harus terdapat cukup surfaktan dan aliran darah ke paru. Produksi
surfaktan dimulai pada usia 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan
meningkat sampai paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan
ini mengurangi tekanan permukaan dan membantu menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir penapasan.

Surfaktan adalah lipoprotein yang dihasilkan oleh sel tipe II pneumosit


yang melapisi alveolus. Surfakatan memengaruhi pengembangan alveolus
dan menjaganya tidak kolaps saat ekskresi. Sindrom distress pernapasan pada
bayi sering kali terjadi karena defisiensi surfaktan. Gambaran surfaktan pada
cairan amnion menunjukan pematangan fungsional paru. Sintesis dan sekresi
surfaktan dipengaruhi oleh hormone kortisol dan glukosteroid lain. Terapi
glukosteroid pada wanita hamil untuk memengaruhi pematangan paru hanya
efektif pada minggu ke 29-33. Pada usia gestasi <34 minggu produksi
surfaktan kurang. Sehingga ketika bayi lahir dan bernapas alveolus menjadi
kolaps (hyaline membrane disease). Cairan pada paru tidak keluar seluruhnya,
misalnya pada kelahiran dengan bedah sesar, yang dapat menyebabkan
asfiksia berat (wet lung syndrome).

Oksigenasi yang memadai merupakan factor yang sangat penting dalam


mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Untuk menciptakan sirkulasi
yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim terjadi dua perubahan besar
yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus
arteriosus antara arteri pulmonary dan aorta.

Oksigen menyebabkan system pembuluh darah mengubah tekanan


dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah
aliran darah, hak ini menyebabkan kematian dini bayi baru lahir yang
berkaitan dengan oksigen (asfiksia). Dua peristiwa yang mengubah tekanan
dalam pembuluh darah:

6
 Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun karena berkurang aliran darah ke atrium
kanan tersebut.
 Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru
(menurunnya resistensi pembuluh darah paru).

Napas pertama sangat memerlukan tekanan yang sangat tinggi untuk


memasukan udara ke alveolus yang penuh air. Napas ke 2-4 tekanannya lebih
rendah. Surfaktan merendahkan tegangan didalam alveoli dan mencegah
kolaps paru setelah ekspirasi. Surfaktan diproduksi pada kehamilan 20
minggu dan sampai meningkat sampai usia 30-34 minggu.

Rangsangan untuk bernapas berasal dari:

 Kompresi toraks janin pada proses kelahiran sedikit mendesak cairan dari
saluran pernapasan, sehingga memperluas ruangan untuk masuknya udara
dan mempercepat pengeluaran air dari alveolus.
 Rangsangan fisik ketika penanganan bayi selama persalinan dan kontak
dengan permukaan yang relative kasar diyakini merangsang pernapasan
secara reflek dari kulit.
 Rangsangan berupa dingin, gravitasi, nyeri, cahaya, atau suara.

Upaya napas akan mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkann


jaringan alveolus paru untuk pertama kali (surfaktan dan aliran darah ke paru).
Pernapasan normal memiliki frekuensi rata-rata 40kali/ menit, interval
frekuensi 30-60 kali/ menit. Jenis pernapasan adalah diafragma, abdomen, dan
pernapasan hidung.

3. Sistem Peredaran Darah


Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2
perubahan besar :

a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung


b) Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh


sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan
dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah
aliran darah.

7
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah

1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian
ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-
paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-
paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada
pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh
darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan
peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan
peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri,
toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara
fungsional akan menutup.

Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali
pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam


alveolus dan menghilangkan cairan paru. Peningkatan aliran darah paru akan
mendorong peningkatan sirkulasi limfe dan merangsang perubahan sirkulasi
janin menjadi sirkulasi luar rahim.

4. Sistem Gastrointestinal
Kebutuhan nutrisi dan kalori janin terpenuhi langsung dari ibu melalui
plasenta, sehingga gerakan ususnya tidak aktif dan tidak memerlukan enzim
pencernaan, dan kolonisasi bakteri di usus negatif. Setelah lahir gerakan usus
mulai aktif, sehingga memerlukan enzim pencernaan, dan kolonisasi bakteri di
usus posistif. Syarat pemberian minum adalah sirkulasi baik, bising usus
positif, tidak ada kembung, pasasemekonium posistif, tidak ada muntah dan
sesak napas. Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk baik saat lahir.
Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna makanan selain susu masih
terbatas. Hubungan antara esofagus dan lambung masih belum sempurna
(gumoh) dan kapasitas lambung masih terbatas (30 cc).

Dua sampai tiga hari pertama kolon berisi mekonium yang lunak, berwarna
hijau kecoklatan, yang berasal dari saluran usus dan tersusun atas, mukus dan
sel epidermis. Warna yang khas berasal dari pigmen empedu. Beberapa jam
sebelum lahir usus masih steril, tetapi setelah itu bakteri menyerbu masuk.
Pada hari ke-3 atau ke-4 mekonium menghilang.

8
5. Sistem Ginjal
Janin membuang toksin dan homeostatis cairan/elektrolit melalui plasenta.
Setelah lahir ginjal berperan dalam homeostatis cairan/elektrolit. Lebih dari
90% bayi berkemih dalah usia 24 jam, dan memproduksi urine 1-2 ml/jam.
Pematangan ginjal berkembang sampai usia gestasi 36 minggu.

6. Sistem Hati
Fungsi hati adalah metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan asam
empedu. Hati juga memiliki fungsi ekskresi (aliran empedu) dan detoksifikasi
obat/toksin. Bila menemukan bayi kuning lebih dari 2 minggu dan feses
berbentuk dempul ada kemungkinan terjadi atresia bilier yang memerlukan
operasi segera sebelum usia 8 minggu. Bilirubin saat lahir antara 1,8-2,8 mg/dl
yang dapat meningkat sampai 5 pada hari ke-3 atau ke-4 karena maturitas sel
hati.

7. Sistem Neurologi
Bayi telah dapat melihat dan mendengar sejak baru lahir sehingga
membutuhkan stimulasi suaran dan penglihatan. Setelah lahir jumlah dan
ukuran sel saraf tidak bertambah. Pembentukan sinaps terjadi secara progesif
sejak lahir sampai usia 2 tahun. Mielinisasi (perkembangan serabut mielin)
terjadi sejak janin 6 bulan sampai dewasa. Golden period mulai trimester III
sampai usia 2 tahun pertambahan lingkar kepala (saat lahir kira-kira 36 cm,
usia 6 bulan 44 cm, usia 1 tahun 47 cm, usia 2 tahun 49 vm, 5 tahun 51, dewasa
56 cm). Saat lahir bobot otak 25% dari berat dewasa, usia 6 bulan hampir 50%,
usia 2 tahun 75%,usia 5 tahun 90%, usia 10 tahun 1000%.

8. Sistem Imunologi
Sel fagosit, granulosit, monosit mulai berkembang sejak usia gestasi 4
bulan. Setelah lahir imunitas neonatus cukup bulan lebih rendah dari orang
dewasa. Usia 3-12 bulan adalah keadaan imunodefisiensi sementara sehingga
bayi mudah terkena infeksi. Neonatus kurang bulan memiliki kulit yang masih
rapuh, membran mukosa yang mudah cedera, pertahanan tubuh lebih rendah
sehingga berisiko menglami infeksi yang lebih besar.

Perubahan beberapa kekebalan alami meliputi perlindungan oleh kulit,


membran mukosa, fungsi jaringan saluran napas, pembentukan koloni mikroba
oleh kulit dan usus, dan perlindungan kimia oleh asam lambung.

9
B. ASUHAN BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin didalam uterus,


kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu, dan penanganan
persalinan. Penanggulangan bayi tergantung pada keadaannya, apakah ia
normal atau tidak. Diantara bayi yang tidak normal ada yang membutuhkan
pertolongan segera (high risk baby = bayi gawat), seperti asfiksia, perdarahan
dan lain-lain. Ada pula yang memelukan pertolongan segera, seperti
labioskisis, sindaktilia, dan lain-lain.

Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup dihadiri oleh bidan yang dapat
diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada
persalinan normal. Oleh karena kelainan pada perut ibu dan pada bayi dapat
terjadi beberpa saat sesudah selesainya persalinan yang dianggap normal, maka
seorang bidan harus mengetahui perubahan-perubahan pada ibu dan bayi dan
bila perlu, memberikan pertolongan pertama seperti menghentikan perdarahan,
membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, dan melakukanpernafasan
buatan sampai bayi dan ibu tersebut dilihat oleh seorang dokter atau dibawa ke
Rumah Sakit yang memiliki perlengkapan serta perawatan yang baik, sehingga
pengawasan dan pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya. Cara paling baik
membawa bayi sakit ialah meletakkannya tanpa baju didalam inkubator yang
diatur sedemikian rupa, sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya
sekitar 36-37ºC. Inkubator itu dilengkapi dengan penghisap lendir, oksigen,
resusitator, dan lain-lain. Dengan demikian perubahan-perubahan yang setiap
saat dapat terjadi pada bayi, seperti apnea, sianosis, kejang, dan lain-lain dapat
diketahui dengan segera dan dapat diberi pertolongan yang tepat pada
waktunya.

1. Perawatan Segera Setelah Bayi Lahir

a. Persediaan alat-alat dikamar bersalin


alat penghisap lendir (mucus ekstraktor)
b. tabung oksigen dengan alat pemberian oksigen kepada bayi
c. untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan
laringoskop kecil, masker muka kecil, kanula trakea, ventilator kecil

10
untuk pernafasan buatan. Selain itu disediakan pula obat-obat seperti
larutan glukosa 40%, larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat
suntiknya, dan nalorfin sebagai antidotum terhadap obat-obat berasal dari
morfinatau petidin yang mungkin diberikan pada ibu selama persalinan
dan yang dapat mengakibatkan penekanan pernafasan pada bayi.
d. Alat pemotong dan pegikat tali pusat serta obat antiseptik dan kain kassa
steril untuk merawat tali-pusat.
e. Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu.
f. Tempat tidur bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat, steril
dan dilengkapi dengan kain atau selimut katun. Hal ini penting untuk
mencegah bayi kehilangan panas pada waktu dipindah dari kamar bersalin
ketempat perawatan.
g. Lain-lain : kapas, kain kassa, serta obat antiseptik yang akan dipakai
sebelum menolong bayi yang akan lahir
h. Stopwatch dan termometer
i. Bila kamar dingin oleh karena udara didaerah tersebut dingin, atau oleh
karena pemakaian alat pendingin, sebaiknya alat untuk resusitasi diberi
pemanasan khusus, supaya bayi tidak menderita trauma dingin (cold
injury), suhu ruangan yang cukup baik untuk bayi adalah 30ºC.

Sebelum bayi lahir semua hal diatas harus diperiksa apakah sudah steril,
apakah semua alat lengkap, dan apakah ada yang macet. Tindakan umum pada
semua bayi dikamar bersalin harus aseptik dan antiseptik, suhu lingkungan
harus diatur dan jalan nafas harus selalu bebas.

2. Pertolongan Pada Saat Bayi Baru Lahir

Penanganan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu
dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada disekitar mulut
dan hidung dengan kapas atau kain kassa steril. Kemudian kedua kelopak
matanya dibersihkan dengan kapas atau kain kassa steril satu demi satu,
dimulai dari dalam keluar. Sesudah bayi lahir lengkap, segera dicatat dengan
jam waktu (stopwatch). Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu
tangan sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih rendah
daripada kaki dengan posisinya dalam ekstensi sedikit untuk memungkinkan
cairan atau lendir mengalir keluar dari trakea dan farings. Sementara itu
seorang membantu menghisap lendir dan cairan dengan alat penghisap lendir.

Bayi sehat akan menangis dalam waktu 30 detik, tidak perlu dilakukan apa-
apa lagi oleh karena bayi mulai bernafas dan warna kulitnya kemerah-merahan.
Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama tingginya dengan atau
sedikit dibawah introitus vagina. Bila bayi masih belum bersih dari cairan dan

11
lendir, penghisapan lendir diteruskan, mula-mula dari mulut, kemudian dari
lubang hidung, supaya jalan nafas babas dan bayi bernafas sebebas-bebasnya.

3. Penilaian Bayi Waktu Lahir

Keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai
Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia
atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas
(respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (color skin) dan
reaksi terhadap rangsangan (respons to stimuly), yaitu dengan memasukkan
kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan. Setiap penilaian
diberi angka 0, 1, dan 2 sampai dengan10.

Bila nilai Apgar dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7, maka harus
dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bila bayi menderita
asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala neuroligik
lanjutan dikemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan itu, penilaian
menurut Apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.

4. Identifikasi Bayi

Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan ibu masih berdekatan
dengan bayinya dikamar bersalin. Sebagian negara mengambil tanda pengenal
bayi dari cap jari atau telapak kaki. Akan tetapi pada umumnya tanda pengenal
berupa secarik kertas putih atau berwarna merah atau biru(tergantung pada
jenis kelamin bayi) dan disitu ditulis nama keluarga (terutama di negara barat ;
di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo ditulis nama ibu), tanggal, dan jam
lahir bayi. Kertas ini dimasukkan kedalamkantong plastik yang dengan pita
diikatkan pada pergelangan tangan atau kaki bayi. Keterangan yang sama
diikatkan pada pergelangan tangan ibu. Pemasangan pita perlu dilakukan
sedemikian rupa sehingga hanya bisa lepas jika digunting. Cara lain ialah
memakai dua potong logam yang tipis dengan pinggiran yang tumpul, dan pada
lemping tiap-tiap logam ditera angka yang sama, misalnya 343 pada logam
yang satu dan 343 pada logam yang lain. Logam yang satu diikatkan pada
pergelangan tangan bayi dan yang lain pada ibu (logam mempunyai lubang
dipinggirnya untuk memasukkan benang sebagai pengikat).

Diperiksa juga genitalia eksterna bayi untuk mengetahui jenis kelaminnya.


Pada bayi laki-laki perlu diperiksa apakah ada fimosis atau tidak ; apabila ada
sebaiknya dilakukan penyunatan (circumsission). Begitu pula ditentukan
apakah desensus vestikulorum sudah lengkap.

Bila ibu sadar bayinya diperlihatkan kepadanya dan diteliti apakah tanda
pengenal bayi sama dengan tanda pengenal ibu. Bila ibu tidak sadar, bayi
tersebut diperlihatkan kepada ayah atau keluarganya yang menunguinya. Hal

12
ini perlu untuk mencegah terjadinya kekeliruan dikemudian hari
(Prawirodihardjo, 2002, 214-217).

5. Perawatan Tali Pusat

Puntung tali pusat yang sudah diikat dibungkus dengan kassa kering
DTT atau steril, dan pastikan agar tetap kering.

Pemakaian alkohol ataupun betadine untuk perawatan tali pusat bisa


diberikan atau diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan kondisi tali pusat
basah atau lembab, sehingga tidak menimbulkan pelepasan panas dari tubuh
bayi (DEPKES, 2003, hal.5-2).

6. Pemeriksaan Pertama

Pemeriksaan ini dilakukan dikamar bersalin untuk menentukan jenis


kelamin, kelainan bentuk atau cacat bawaan, serta membuat diagnosis penyakit
yang terdapat pada bayi sedini-dininya, supaya dapat dilakukan tindakan
secepat-cepatnya. Misalnya bayi yang memerlukan pengobatan dengan segera
ialah bayi dengan asfiksia, dengan pnemonia karena aspirasi, dengan gawat
jantung, dengan perdarahan dan sebagainya.

7. Status

Sebelum bayi dipindah ke bangsal, status bayi harus dilengkapi dengan


riwayat perawatan antenatal, riwayat persalinan termasuk obat-obat yang
diberikan pada waktu persalinan, jenis persalinan, jumlah, warna dan bau air
ketuban, bentuk warna dan panjang tali pusat, bentuk, besar dan berat plasenta,
serta keadaan bayi waktu lahir (nilai Apgar, resusitasi yang dilakukan, obat
yang diberikan) (Prawirodihardjo, 2002, hal.218).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jelas bahwa orangtua harus melakukan banyak penyesuaian dengan lahirnya


anak mereka. Tetapi bayi yang baru lahir juga dipaksa menjalani peralihan dari
lingkungan yang ideal di dalam rahim kedunia di luar kandungan ibunya, dunia yang
jelas lebih keras dan bervariasi. Adaptasi bayi yang baru lahir diantaranya adalah :

1) Sistem Metabolisme Dan Pengaturan Suhu


2) Sistem Pernafasan
3) Sistem Peredaran Darah
4) Sistem Gastrointestinal
5) Sistem Ginjal
6) Sistem Hati
7) Sistem Neurologi
8) Sistem Imunologi

Terlepas dari apakah bayi anda lahir melalui persalinan alami atau pembedahan
caesar, ia telah mengalami suatu pengalaman fisik yang sangat berat dan
melelahkan. Ia memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan dunia barunya,
dan sebenarnya sebagai respon terhadap keletihan dari proses kelahiran,

3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://diyahhalsyah.blogspot.com/2015/05/adaptasi-fisiologi-neonatus.html?m=1

http://bemdharma.blogspot.com/2016/02/adaptasi-bayi-baru-lahir.html?m=1

http://maalikghaisan.blogspot.com/2017/03/adaptasi-fisiologis-neonatus.html?
m=1

15

Anda mungkin juga menyukai