Anda di halaman 1dari 36

MODUL

BAHAN A J A
R

ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DAN BBL

Eva Susanti, SST, M. Keb


Kurniyati, SST, M. Keb
Lydia Febrina, SST, M.Tr. Keb

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

PRODI KEBIDANAN CURUP


VISI DAN MISI
PRODI KEBIDANAN CURUP
Visi

Menghasilkan Bidan yang Mandiri dan Kompetitif serta Terampil


sebagai Fasilitator Kelas Ibu Tahun 2020

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dengan pendekatan


evidence based sebagai fasilitator kelas ibu.
2. Melaksanakan penelitian dibidang kebidanan yang menunjang
pelayanan kebidanan serta memanfaatkan hasil penelitian bagi pengembangan
kelas ibu.
3. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat dalam penerapan
asuhan kebidanan dalam pelaksanaan kelas ibu.
4. Melaksanakan tata kelola yang baik (good governance)
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM, saran dan prasarana yang
mendukung pelayanan kebidanan dalam pelaksanaa kelas ibu
6. Melakukan usaha berkelanjutan dan pengendalian mutu program
studi melalui kerjasama kemitraan dengan berbagai sektor dalam
bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


2
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

KATA PENGANTAR

Modul asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir ini


membahas tentang Asuhan pada Bayi Segera Setelah Lahir pada Masa 0-6
jam dalam kebidanan yang terdapat kegiatan belajar sesuai dengan capaian
pembelajaran.
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu
menguasai materi Asuhan pada Bayi Segera Setelah Lahir pada Masa 0-6
jam yang terdiri dari termoregulasi, pemeliharaan pernapasan, pemotongan
tali pusat, penilaian APGAR score, bounding attachment, imunisasi pada
bayi baru lahir.
Dalam mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan banyak
membaca dan berlatih berbagai materi yang disajikan, baik secara mandiri
maupun berdiskusi bersama kelompok untuk mendapat gambaran dan
penguasaan yang lebih luas.
Materi dalam modul ini disesuaikan dengan capaian pembelajaran
yang ada dalam Rencana Pembelajaran Semester sehingga diharapkan
capaian pembelajaran dapat tercapai.

Penulis

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


3
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................1
VISI MISI PRODI KEBIDANAN CURUP..........................................2
KATA PENGANTAR............................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................4
KEGIATAN BELAJAR : Asuhan Bayi Segera Setelah Lahir 0-6 Jam
A. Perlindungan Internal (Termoregulasi).....................................7
B. Pemeliharaan Pernafasan............................................................12
C. Pemotongan Tali Pusat................................................................14
D. Penilaian APGAR Score..............................................................16
E. Bounding Attachment..................................................................26
F. Imunisasi pada BBL.....................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................36

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


4
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

KEGIATAN BELAJAR

Asuhan Bayi Segera Setelah Lahir 0-6 Jam

Pendahuluan

Peristiwa kelahiran merupakan waktu dinamik yang berpusat di sekitar


kebutuhan segera bayi baru lahir. Walaupun sebagian proses persalinan terfokus
pada ibu tetapi proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan
(bayi), maka penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain
ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal.
Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian essensial
dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar (85% - 90 %) persalinan adalah
normal, tetapi gangguan dalam kehamilan dan proses persalinan dapat
mempengaruhi kesehatan bayi-bayi yang baru dilahirkan. Sebagian besar
kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan karena asfiksia, hipotermia dan
atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia
segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan
pencegahan hipotermia dan infeksi.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan
di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan
atau lebih. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan,
sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan
menggunakan glukosa.
Pada saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami masa yang paling dinamis
dari seluruh siklus kehidupan. Bayi mengalami suatu proses perubahan dikenal
sebagai periode transisi yaitu periode yang dimulai ketika bayi keluar dari tubuh
ibu harus beradaptasi dari keadaan yang sangat bergantung menjadi mandiri
secara fisiologis, selama beberapa minggu untuk sistem organ tertentu.

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


5
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Capaian Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu untuk memahami
asuhan pada bayi segera setelah lahir pada masa 0-6 jam dengan pendekatan
yang didasari konsep, sikap dan keterampilan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu menjelaskan asuhan pada
bayi segera setelah lahir pada masa 0-6 jam pada:
1. Perlindungan internal (termoregulasi)
2. Pemeliharaan pernapasan
3. Pemotongan tali pusat
4. Penilaian APGAR score
5. Bounding attachment
6. Imunisasi pada BBL

Bahan Kajian

Pokok bahasan pada materi asuhan pada bayi segera setelah lahir pada masa 0-6
jam sebagai berikut:
a. Perlindungan internal (termoregulasi)
b. Pemeliharaan pernapasan
c. Pemotongan tali pusat
d. Penilaian APGAR score
e. Bounding attachment
f. Imunisasi pada BBL

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


6
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Uraian Materi

A. Perlindungan Internal (Termoregulasi)


Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :
1. Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu
2. Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000 gram,
panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37
cm
3. Tanda vital dalam batas normal
4. Tidak ada kelainan / kecacatan
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara
pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu
tubuh di dalam batas batas normal.
Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh
yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan
suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi
dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat
dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25- 28ºC,
dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat
digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi
yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan
terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang
aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan
meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan
penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek
hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi,
sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan
panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37ºC.

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


7
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

1) Sistem Pengaturan Suhu


Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap
melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat
untuk produksi panas. Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan
akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Pusat pengendalian suhu pada bayi yang baru lahir belum
sepenuhnya berfungsi sehingga bayi tidak mampu untuk mengatasi
perubahan yang ekstrim atau mendadak pada lingkungan eksternalnya. Cara
pengecekan suhu bayi yang lazim dikerjakan adalah dengan meletakkan
thermometer dibawah aksila dan membiarkannya selama 1 menit.
Setelah bayi dilahirkan, suhunya harus dicek setiap setengah jam
sekali sampai hasil pengecekan dua kali berturut – turut menunjukkan suhu
36,5ºC. Sesudah itu pengecekan suhu ini dilakukan setiap 4 jam sekali
selama 24 jam pertama dan kemudian jika tidak terdapat indikasi untuk
pengecekan yang lebih sering, dua kali sehari. Suhu harus selalu diukur
sebelum bayi ditelenjangi untuk dimandikan atau dibersihkan dan bisa juga
pengukuran suhu dilakukan sesudah bayi dimandikan.
2) Pengaturan Panas
Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu
tubuhnya yang berhubungan dengan lingkungannya, bayi ini akan terancam
bahaya hipotermi jika tidak dilakukan tindakan pencegahan.
Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan pada bayi baru
lahir adalah :
a. Produksi panasnya jelek karena laju metaboliknya rendah
b. Biasanya terjadi perubahan suhu yang dramatis pada lingkungan bayi
tersebut khususnya jika bayi dilahirkan dalam ruangan berpendingin
yang tidak disesuaikan suhunya demi kenyamanan ibu
c. Bayi lahir dalam keadaan basah sehingga terjadi kehilangan panas
melalui evaporasi

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


8
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

d. Bayi baru lahiir memiliki permukaan tubuh yang luas jika dibandingkan
dengan berat badannya
e. Pusat pengaturan suhunya didalam hipotalamus belum sepenuhnya
mature sehingga proses menggigil dan berkeringat masih belum
berkembang dengan baik
3) Perubahan Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh
lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit,
sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil
ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan
mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %.
Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi
panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan
cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya
stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak
coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai
hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 36ºC. Suhu normal pada neonatus
adalah 36 5 – 37 ºC.
Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang,
walaupun sudah aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


9
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

kehilangan panas tubuh (perbandingan luas permukaan dan berat badan


lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap air),
sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh
suhu lingkungan (bersifat poikilotermik). Produksi panas mengandalkan
pada proses non-shivering thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan
lemak coklat yang terletak diantara scapula, axila, mediastinum dan sekitar
ginjal. Hipoksia mencegah produksi panas dari lemak coklat.
Hipotermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas,
selimut atau kain penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat
(misal: atropin, skopolamin). Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu
lingkungan yang rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan
infuse/ tranfusi darah dingin, irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat
anestesi umum (yang menekan pusat regulasi suhu) maupun obat
vasodilator.
Temperature lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus
adalah 270C. Paparan dibawah suhu ini akan mengandung resiko
diantaranya: cadangan energi protein akan berkurang, adanya pengeluaran
katekolamin yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tahanan vaskuler
paru dan perifer, lebih jauh lagi dapat menyebabkan lethargi, shunting
kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis metabolic.
Untuk mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu
tubuh, mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat,
lampu penghangat, incubator, cairan intra vena hangat, begitu pula gas
anestesi, cairan irigasi maupun cairan antiseptic yang digunakan yang
hangat.
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir
belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan
panas pada tubuh bayi karena bayi dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan
hipotermia sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan
kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


10
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

didalam ruangan yang relative hangat.


Mekanisme terjadinya kehilangan panas pada bayi antara lain:
a. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi
yang lebih dingin, misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.
b. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi
menguap, misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
c. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung
kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah
tidak langsung diganti.
d. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara
sekeliling bayi, misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.
Cegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :
a. Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk
mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada
permukaan tubuh bayi. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil untuk
membantu bayi memulai pernafasan.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti
handuk dan kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan
selimut dan kain hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan
dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi tersebut mengalami kehilangan
panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka untuk melakukan suatu
prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau selimut kering,
segera setelah prosedur tersebut selesai.
c. Tutupi kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian
kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak ditutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


11
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian asi harus dimulai dalam waktu
satu jam pertama kelahiran.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya
(terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan,
terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Berat badan bayi dapat dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat bayi
berpakaian / diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan
bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan
hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru lahir.
f. Tempatkan bayi dilingkungan hangat
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan
ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya
adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyukan bayinya dan mencegah paparan infeksi
pada bayi.
g. Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif
pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan
tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk
merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan
respon terhadap pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian
menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk
membantu pernafasan.

B. Pemeliharaan Pernapasan
Sistem pernafasan adalah sistem yang paling bertantang ketika
perubahan dari lingkungan ekstrauteri bayi baru lahir harus segera mulai
bernafas begitu lahir ke dunia. Organ yang bertanggung jawab untuk
oksigenasi janin sebelum bayi bayi baru lahir adalah placenta. Janin

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


12
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernafas dan menunjukkan


gerakan bernafas selama sepanjang trimester kedua dan ketiga. Alveolus
berkembang secara gestasi begitu juga kemampuan janin selama surfaktan,
fosfolipid yang mengalami tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara
udara alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis sehingga
memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveolus untuk
pertukaran udara.
Bayi baru lahir tidak dapat mempertahankan pernafasan kecuali jika
pusat pernafasan diotak dan otot-otot pernafasan bekerja mengatur pernafasan.
Respon paru-paru bayi baru lahir terhadap kemoreseptor (yang ada di glomulus
aortikum dan glomulus karotikum) dan mekanoreseptor paru menjadi kekuatan
penggerak dalam pengaturan pernafasan lebih lanjut. Kekuatan otot-otot
pernafasan dan kemampuan diafragma untuk bergerak secara langsung
mempengaruhi keadekuatan setiap inspirasi dan ekspirasi.Bayi baru lahir yang
sehat mengatur sendiri banyak aspek usaha nafasnya sehingga mencapai
keseimbangan yang tepat antara oksigen, karbondioksida, dan kapasitas residu
fungsional.
Nafas aktif pertama menghasilkan rangkaian peritiwa tanpa gangguan
yang membantu sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewas, mengosongkan paru
dari cairan, menetapkan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paru
pada bayi baru lahir, dan mengurangi tekanan arteri pulmonalis. Pertama kali
dilahirkan lender keluar dari hidung dan mulut. Banyak bayi baru lahir megap-
megap dan mengis pada saat itu.Oleh karena itu penghisapan mulut dan hidung
dengan sebuah suksion karet tidak diperlukan. Penggunaan alat penghisap,
sepertri suksion karet atau suksion dinding harus dibatasi jika usaha nafas bayi
baru lahir berkurang atau ketika mekonium perlu dibersihkan dari jalan nafas.
Aliran darah dari plecenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Keadaan
ini meniadakan suplai oksigen placenta dan menyebabkan terjadinya
serangkaian reaksi selanjutnya. Reaksi-reaksi ini dilengkapi oleh reaksi-reaksi
yang terjadi dalam paru sebagai respon terhadap tarikan nafas pertama.
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa system bertekanan rendah.

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


13
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Karena paru adalah organ yang tertutup berupa cairan paru memiliki darah
yang minimal. Sebagian basar darah janin yang teroksigenasi melalui paru dan
malah mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri, yang disebut
foramen ovalle. Darah yang kaya oksigen ini kemudian secara istimewa
mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.

C. Pemotongan Tali Pusat


Tali pusat atau Umbilical cord  adalah  saluran kehidupan bagi janin
selama  dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin. Tetapi
begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong
dan diikat atau dijepit.
Pembentukan tali pusat dimana mesoderm connecting stalk yang juga
memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi
pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada
tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang
berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom
ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan
lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen
janin yang telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai
kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion,
yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan
proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Adapun penatalaksanaan pemotongan tali pusat yaitu:
1. Persiapan Alat yang Diperlukan
a. Arteri klem 2 buah
b. Gunting Steril 1 buah
c. Sarung Tangan Steril 1 pasang
d. Benang steril pengikat pusat 1 helai
e. Selimut Kering dan bersih 1 buah
f. Perlak pengalas 1 buah

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


14
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

2. Teknik Memotong Tali Pusat


Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan
klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik
jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke
arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan
pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara kedua
klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi
bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut
dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril (Gambar
3). Setelah selesai digunting segera ikat tali pusat bayi dengan benang pusat,
ikatan harus kecang dengan simpul mati.Setelah memotong tali pusat, ganti
handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan
kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik. (Sumber:
Martin, 1996)
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar bidan
tidak patuh (61,9%) dalam melakukan pemotongan tali pusat pada bayi bayi
baru lahir sesuai dengan SOP. Menurut rekomendasi WHO, disarankan untuk
menunda pemotongan tali pusat 1 -3 menit setelah persalinan. Tujuannya agar
darah terus mengalir dari plasenta ke bayi. Dalam plasenta yang masih
berdenyut terdapat 30-60% darah tambahan untuk bayi. Manfaat penundaan
pemotongan tali pusat seperti ini dapat menurunkan risiko anemia pada bayi.
Selain itu darah yang masih mengalir dari plasenta meningkatkan kandungan
zat besi bayi hingga enam bulan setelah lahir. Aliran sel-sel induk dari plasenta
juga mampu membantu menyempurnakan organ dalam tubuh bayi.
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm
segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan
perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering,
biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat
jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih
menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


15
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas
setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan
memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput
setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat
dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah
yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi
tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh
tali pusat.
Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian
toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x berturut – turut pada trimester ke – 3
dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan
tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat
selanjutnya.

D. Penilaian APGAR Score


Nilai APGAR pertama kali diperkenalkan oleh dokter anastesi yaitu dr.
Virginia APGAR pada tahun 1952 yang mendesain sebuah metode penilaian
cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit, yang
dinilai terdiri atas 5 komponen, yaitu frekwensi jantung (pulse), usaha nafas
(respiration), tonus otot (activity), refleks pada ransangan (grimace) dan warna
kulit (appearance).
Menurut Prawirohardjo (2010) nilai APGAR adalah suatu metode
sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah
kelahiran. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia
atau tidak, yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas
(respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi
terhadap rangsang (respon to stimuli) yaitu dengan memasukkan kateter ke
lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan.

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


16
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Tabel 1.1. Kriteria APGAR


Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim

Warna Seluruh warna kulit warna Appearance


Kulit badan biru tubuh kulit
atau pucat normal tubuh,
merah tangan,
muda, tetapi dan kaki
tangan dan normal
kaki merah
kebiruan muda,
tidak ada
sianosis
Denyut tidak ada <100 kali >100 kali Pulse
Jantung atau atau
menit menit
Respon tidak ada meringis meringis Grimace
Reflek respons atau atau bersin
terhadap menangis atau batuk
stimulasi lemah ketika saat
distimulasi stimulasi
saluran
napas
Tonus lemah atau sedikit bergerak Activity
Otot tidak ada gerakan aktif
Pernafas tidak ada lemah atau menangis Respiration
an tidak teratur kuat,
pernapasa
n baik
dan teratur
Sumber : American Academy of Pedatrics, 2006 dalam Kosim (2010)
Nilai APGAR diukur pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran.
Pengukuran pada menit pertama digunakan untuk menilai bagaimana

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


17
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

ketahanan bayi melewati proses persalinan. Pengukuran pada menit kelima


menggambarkan sebaik apa bayi dapat bertahan setelah keluar dari rahim ibu.
Pengukuran nilai APGAR dilakukan untuk menilai apakah bayi membutuhkan
bantuan nafas atau mengalami kelainan jantung (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Novita (2011) nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan
pada 1 menit dan 5 menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus
segera dimulai sesudah bayi lahir. Apabila memerlukan intervensi berdasarkan
penilaian pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus
segera dilakukan. Nilai APGAR dapat menolong dalam upaya penilaian
keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi.
Apabila nilai APGAR kurang dari 7 maka penilaian tambahan masih
diperlukan yaitu 5 menit sampai 20 menit atau sampai dua kali penilaian
menunjukan nilai 8 atau lebih. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-
mata ditentukan oleh tiga tanda penting yaitu pernafasan, denyut jantung, dan
warna. Resusitasi yang efektif bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen, dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen
ke otak, jantung dan alat vital lainnya.
1. Klasifikasi Nilai APGAR
Berdasarkan penilaian APGAR dapat diketahui derajat vitalis bayi
adalah : kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan
kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut
jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti mengisap dan
mencari puting susu, salah satu menetapkan derajat vitalis dengan nilai
APGAR (IDAI, 1998)
Bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai APGAR, tabel tersebut
dapat untuk menentukan tingkat atau derajat asfiksia, apakah ringan,
sedang, atau asfiksia berat. Menurut (Prawirohardjo, 2010) klasifikasi
klinik nilai APGAR adalah sebagai berikut:
a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen
terkendali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung 100

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


18
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan terkadang pucat, refleks
iritabilitas tidak ada.
b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat
bernapas kembali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
lebih dari 100 x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
refleks iritabilitas tidak ada.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-10).
Tabel 1.2. Derajat Vitalis Bayi Lahir Menurut Nilai APGAR
Klasifikasi Nilai Derajat Vitalis
APGAR
A 7 – 10 - Tangisan kuat disertai gerakan aktif
Asfiksia
ringan/tanpa
asfiksia
B 4–6 - Pernafasan tidak teratur, atau
Asfiksia Sedang tidak ada pernafasan
- Denyut jantung lebih dari 100
x/menit
C 0–3 - Tidak ada pernafasan
Asfiksia Berat - Denyut jantung 100
x/menit atau kurang
D 0 - Tidak ada pernafasan
FresStilBirth (bayi - Tidak ada denyut jantung
lahir mati)

2. Faktor yang Memengaruhi Nilai APGAR


Menurut Wijanksastro, H (2009) faktor-faktor yang dapat
menyebabkan asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut :
a. Faktor ibu
1) Hipoksia ibu

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


19
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Menurut Graccia, AJ (2004) hipoksia adalah keadaan


rendahnya konsentrasi oksigen di dalam sel atau jaringan yang dapat
mengancam kelangsungan hidup sel. Hipoksia ibu dapat terjadi karena
hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesi dalam, dan
kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Angka normal denyut jantung janin berkisar 120 – 160 denyut/menit.
Hipoksia janin terjadi apabila janin mengalami takikardia (jantung
janin > 160 denyut/menit) dan bradikardia (jantung janin < 120
denyut/menit) (Arvin, BK., 2000).
2) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Umur ibu tidak secara langsung berpengaruh terhadap kejadian
asphixia neonatorum, namun demikian telah lama diketahui bahwa
umur berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun
reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20 – 30 tahun (Prawirohardjo, 2010). Pada usia
dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia >35 tahun sudah
mengalami penurunan (Saifuddin, AB., 2006).
Dalam penelitian Zakaria di RSUP M. Jamil Padang tahun
1999 (dikutip oleh Ahmad) menemukan kejadian asphyxia
neonatorum sebesar 36,4% pada ibu yang melahirkan dengan usia
kurang dari 20 tahun dan 26,3% pada ibu dengan usia lebih dari 34
tahun, dan hasil penelitian dari Ahmad di RSUD Dr. Adjidarmo
Rangkasbitung tahun 2000, menemukan bayi yang lahir dengan
asphyxia neonatorum 1,309 kali pada ibu umur kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun.
3) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang memperoleh janin yang
dilahirkan. Paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit
kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan terganggunya
transport O2 dari ibu ke janin yang akan menyebabkan asfiksia yang

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


20
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

dapat dinilai dari APGAR score menit pertama setelah lahir (Manuaba
I., 2007)
4) Penyakit pembuluh darah ibu
Penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran
gas janin : hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus dan lain-
lain (Winkjosastro,H., 2009). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik
dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang –
kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah
sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15
mmHg. Hipotensi dapat memberikan efek langsung terhadap bayi
merupakan kondisi tekanan darah yang terlalu rendah, yaitu apabila
tekanan darah sistolik < 90 mmHg dan tekanan darah diastolik < 60
mmHg (Prawirohardjo, 2010)
5) Sosial ekonomi
Menurut Lubis (2003) bila ibu mengalami kekurangan gizi
selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun
janin. Masalah pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, terkena
penyakit infeksi dan komplikasi pada persalinan, sedangkan masalah
pada bayi antara lain : mempengaruhi pertumbuhan janin, abortus,
kematian neonatal, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia intra partum, dan BBLR.
Adapun ciri – ciri KEK adalah : ibu yang ukuran LILA nya <
23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :
berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg, tinggi badan ibu < 145 cm,
berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg, indeks masa
tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 dan ibu menderita anemia (Hb <
11 gr%) (Weni, 2010).
6) Gangguan kontraksi ibu
Disfungsi uterus didefinisikan sebagai ketidak efisiennya atau
tidak terkoordinasinya kontraksi uterus, ketidakmampuan untuk
dilatasi servik dan juga melahirkan yang lama.

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


21
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama kala I


persalinan. Tujuan pengisian partograf adalah adalah untuk memantau
dan mengobservasi kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
servik, penurunan kepala janin, serta kontraksi uterus. Dalam
partograf terdapat kolom-kolom untuk menilai kemajuan persalinan.
Pada kolom dan lajur kedua partograf merupakan tempat pencatatan
kemajuan pembukaan servik 0 sampai dengan 10 cm. Sedangkan di
bawah lajur waktu partograf terdapat kotak-kotak yang merupakan
tempat penilaian kontraksi uterus meliputi lama kontraksi, yang
dihitung dengan satuan detik, frekwensi kontraksi yang dihitung
dalam 10 menit dan intensitas kontraksi (JNPK KR. DepKes RI,
2008).
b. Faktor Plasenta
1) Plasenta tipis, kecil, dan tidak menempel sempurna
Dalam kehamilan, fungsi utama plasenta adalah sebagai organ
penyalur bahan-bahan makanan dan oksigen yang diperlukan oleh jani
dari darah ibu ke dalam darah janin dan juga mengadakan mekanisme
pengeluaran produk- produk ekskretoris dari janin kembali ke ibu.
Plasenta yang normal akan mampu melaksanakan fungsi
tersebut dalam menunjang pertumbuhan janin. Plasenta normal pada
saat aterm berbentuk seperti cakram, berwarna merah tua, dengan
berat 500-600 gr, diameter 15-25 cm, lebih kurang 7 inci tebal sekitar
3 cm. Panjang tali pusat 40-50 cm dengan diameter 1-2 cm.Gangguan
pertukaran gas di plasenta yang akan menyebabkan asfiksia janin.
Pertukaran gas antara ibu dan janin di pengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya : plasenta previa dan solusio plasenta.
2) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya
berlaku pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin > 500 gr

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


22
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

( Prawirohardjo, 2010). Gambaran klinisnya adalah solusio plasenta


ringan : terdapat pelepasan sebahagian kecil plasenta, solusio plasenta
sedang : plasenta terlepas ¼ bagian, solusio plasenta berat : plasenta
telah terlepas dari 2/3 permukaannya.
Pada pemeriksaan plasenta biasanya tampak tipis dan cekung
di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau
darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta yang
disebut hematoma retroplacenter.
3) Plasenta previa
Adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim, sehingga menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri
internum. Insidensi plasenta previa adalah 0,4%-0,6%, perdarahan
dari plasenta previa menyebabkan kira- kira 20% dari semua kasus
perdarahan ante partum. 70% pasien dengan plasenta previa
mengalami perdarahan pervaginam yang tidak nyeri dalam trimester
ke tiga, 20% mengalami kontraksi yang disertai dengan perdarahan,
dan 10% memiliki diagnosa plasenta previa yang dilakukan tidak
sengaja dengan pemeriksaan ultrasonografi atau pemeriksaan saat
janin telah cukup bulan. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia
sampai syok sedangkan pada janin dapat menimbulkan asphyxia
neonatorum sampai kematian janin dalam rahim ( Manuaba I., 2007).
c. Faktor Janin
1) Prematur
Bayi prematur adaah bayi lahir dari kehamilan antara 28 – 36
minggu. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ-organ dan alat
tubuh belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim.
Makin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh bayi makin kurang
sempurna, prognosis juga semakin buruk. Karena masih belum
berfungsinya organ-organ tubuh secara sempurna seperti sistem
pernafasan maka terjadilah asfiksia (DepKes RI, 2002).
2) BBLR dan IUGR

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


23
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat


lahir kurang dari 2500 gram. Menurut WHO (2003), BBLR dibagi tiga
group yaitu prematuritas, Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)
dan karena keduanya
BBLR sering digunakan sebagai indikator dari IUGR di negara
berkembang karena tidak tersedianya penilaian usia kehamilan yang
valid. BBLR ini berbeda dengan prematur karena BBLR diukur dari
berat atau massa, sedangkan prematur juga belum tentu BBLR kalau
berat lahirnya di atas 2500 gram. Namun dibanyak kasus kedua
kondisi ini muncul bersamaan karena penyebabnya saling
berhubungan.
IUGR biasanya dinilai secara klinis ketika janin lahir dengan
mengkaitkan ukuran bayi yang baru lahir kedurasi kehamilan. Ukuran
kecil untuk usia kehamilan atau ketidakmampuan janin janin untuk
mencapai potensi pertumbuhan menunjukkan IUGR. Bayi dengan
IUGR didiagnosis mungkin BBLR usia kehamilan aterm (> 37
minggu kehamilan dan <2500 gram) (ACC/SCN, 2000).
3) Gemeli
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang lebih tinggi
terhadap ibu dan bayi. Pertumbuhan janin kehamilan ganda tergantung
dari faktor plasenta apakah menjadi satu atau bagaimana lokalisasi
implementasi plasentanya. Memperhatikan kedua faktor tersebut,
mungkin terdapat jantung salah satu janin lebih kuat dari yang
lainnya, sehingga janin mempunyai jantung yang lemah mendapat
nutrisi O2 yang kurang menyebabkan pertumbuhan terhambat,
terjadilah asfiksia neonatorum sampai kematian janin dalam rahim
(Manuaba I, 2007).
4) Gangguan tali pusat
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


24
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan
pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat
antara jalan lahir dan janin (Wijangsastro, H., 2009)
5) Kelainan Congenital
Kelainan congenital adalah suatu keainan pada struktur, fungsi
maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia
dilahirkan.
d. Faktor Persalinan
Faktor-faktor persalinan yang dapat menimbulkan asfiksia adalah :
1) Partus lama
Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari
24 jam pada primi, dan lebih 18 jam pada multi. Partus lama masih
merupakan masalah di Indonesia. Bila persalinan berlangsung lama,
dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun pada bayi,
dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi (Mochtar,
2004).
2) Partus dengan tindakan
Persalinan dengan tindakan dapat menimbulkan asfiksia
neonatorum yang disebabkan oleh tekanan langsung pada kepala :
menekan pusat-pusat vital pada medula oblongata, aspirasi air
ketuban, mekonium, cairan lambung dan perdarahan atau oedema
jaringan pusat saraf pusat (Manuaba, I., 2007).
Menurut Aminullah (2005) faktor-faktor pencetus
rendahnya nilai APGAR (asphyxia neonatorum)
a) Hipoksia janin penyebab terjadinya asphyxia neonatorum adalah
adanya gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke
janin sehingga berdampak persediaan O2 menurun,
mengakibatkan tingginya CO2. Gangguan ini dapat berlangsung
secara kronis akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama
kehamilan atau secara akut karena adanya komplikasi dalam
persalinan.

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


25
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

b) Gangguan kronis pada ibu hamil tersebut, bisa akibat dari gizi ibu
yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi,
penyakit jantung dan lain-lain. Pada akhir-akhir ini, asphyxia
neonatorum disebabkan oleh adanya gangguan oksigenisasi serta
kekurangan zat-zat makanan yang diperoleh akibat terganggunya
fungsi plasenta. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang
bersifat akut dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau
hipoksia janin akan berakhir dengan asphyxia neonatorum pada
bayi baru lahir. Sedangkan faktor dari pihak ibu adanya gangguan
his seperti hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu
karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, gangguan mendadak
pada plasenta seperti solusio plasenta.
c) Faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat akibat
tekanan tali pusat, depresi pernafasan karena obat-obatan
anastesi/analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial,
kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran
pernafasan, hipoplasia paru-paru dan lain-lain.

E. Bounding Attachment
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan Attacment
(membangun ikatan). Jadi Bounding Attacment adalah sebuah peningkatan
hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan
bayi. Pengertian Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan
perasaan kasih sayang oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Sedangkan
Attachment adalah Proses agar tetap terjalin keterikatan batin antara individu,
meliputi pencurahan perhatian dan adanya hubungan emosi dan fisik yang
akrab. Jadi dapat disimpulkan Bounding Attchment adalah kontak dini secara
langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III
sampai dengan post partum.
1. Prakondisi yang mempengaruhi ikatan / Bounding Attachment
a. Kesehatan emosional orangtua.

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


26
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam


kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda
dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut.
Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding
attachment ini.
b. Suatu  tingkat ketrampilan dalam berkomunikasi  dan dalam memberi
asuhan yang kompeten.
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak,
orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada
kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua
dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding
attachment terwujud.
c. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan.
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan
faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya
dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat /
dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang
yang penuh kepada bayinya.
d. Kedekatan orangtua dengan bayi
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak
dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin
terwujud diantara keduanya.
e. Kecocokan orangtua dengan bayi (termasuk keadaan, temperamen dan
jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain
ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang
diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat
dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati
sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses
kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
2. Tahap-Tahap Bounding Attachment

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


27
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,


berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b. Bounding (keterikatan)
c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu
lain.
3. Elemen-Elemen Bounding Attachment
a. Sentuhan
Sentuhan atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang
tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru
lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hamper sama,
yakni pengasuh mulai mengeksplorasikan jari tangan kebagian kepaladan
tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh memakai telapak
tangannya untuk mengelis badan bayi dan akhirnya memeluk dengan
tangannya ( Rubin, 1963; Klaus, Kennell, 1982; dan Tulman, 1985 ).
Gerakan ini di pakai untuk menenangkan bayi.
b. Kontak Mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan
kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu
untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan dengan melakukan
kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayi nya ( Klaus dan
Kennell 1982 ).
c. Suara
Saling mendengar dan merespons sura antara orang tua dan
bayinya juga penting dilakukan. Orang tua menunggu tangisan pertama
bayinaya dengan tegang. Bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah
orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada
tinggi.
d. Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respons
terhadap aroma/ bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


28
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

memiliki aroma yang unik ( porter, cernoch, perry, 1983) sementara itu,
bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya
(Stainton, 1985)
e. Hiburan (entertainment)
Bayi baru lahir bergerak-bergerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang
berdansa mengikuti nada suara orang tua nya. Hiburan terjadi saat anak
mulai berbicara. Irama ini berpungsi memberi umpan balik positif kepada
orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
f. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada
dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir
ialah membentuk ritme personal ( bioritme ). Orang tua dapat membantu
proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsistens dan dengan
memanfaat kan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang
responsive.
g. Kontak Dini
Saat ini tidak ada bukti – bukti alamiah yang menunjukkan bahwa
kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan
orang tua dan anak.
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa
keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini:
1) Kadar oksitosin dan  prolaktin meningkat.
2) Reflek menghisap dilakukan dini.
3) Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
4) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak, body warmth
(kehangatan tubuh) waktu pemberian kasih sayang stimulasi
hormonal).
4. Prinsip-Prinsip Dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
a. Menit pertama jam perrtama

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


29
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

b. Sentuhan orangtua pertama kali


c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis
d. Terlibat proses persalinan
e. Kontak sedini mungkin  sehingga dapat membantu dalam memberi
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu serta memberi rasa
nyaman.
f. Fasilitas untuk kontak lebih lama
g. Perawat maternitas khusus (bidan)
h. Libatkan anggota keluarga lainnya
i. Informasi bertahap mengenai bonding attachment
5. Dampak Positif  Bounding Attachment
a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap
social
b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
c. Hambatan bounding attachment
d. Kurang support sistem
e. Ibu dengan risiko
f. Bayi dengan risiko
g. Kehadiaran bayi yang tidak diinginkan
6. Hambatan Bounding Attachment
a. Kurangnya support sistem.
b. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
7. Cara untuk Melakukan Bounding Attachment
a. Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera
setelah lahir atau yang biasa disebut dengan IMD (Inisiasi Menyusu
Dini), secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya
yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang
dibutuhkan oleh semua manusia.

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


30
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

b. Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother
bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak
dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari.
Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh
orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks
let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat
menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung
akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.

F. Imunisasi pada BBL


Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2008,p10) Imunisasi merupakan
usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin
kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin
BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). (Hidayat,
2008, p54)
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak
di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap
suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain. (Notoatmodjo,
2003). Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
(Atikah, 2010, p1)

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


31
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu


pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari
dunia. (Ranuh, 2008, p10). Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus,
batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis.
(Notoatmodjo, 2003). Program imunisasi bertujuan untuk memberikan
kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta
anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
Adapun manfaat imunisasi antara lain:
a) Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b) Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c) Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
Imunisasi yang diberikan pada bayi baru lahir 0-6 jam adalah imunisasi
Hepatitis B. Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam
pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan
sampai <7 hari.
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang dipakai untuk mencegah
infeksi hati dan sirosis akibat virus hepatitis B. Menurut Immunize, hepatitis B
merupakan penyakit berat yang memengaruhi fungsi hati mulai dari tingkat
ringan dalam beberapa minggu, sampai berat yang berlangsung seumur hidup.
Ada dua tipe infeksi hepatitis B, akut dan menahun.
Infeksi akut virus hepatitis B merupakan penyakit jangka pendek yang
terjadi dalam 6 bulan pertama setelah seseorang terkena virus tersebut. Infeksi
akut yang disebabkan virus hepatitis B yaitu:

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


32
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

a) Demam, kelelahan, hilang nafsu makan, mual, sampai muntah


b) Penyakit kuning (kulit atau mata menguning, urine gelap pekat, warna tinja
seperti tanah liat)
c) Nyeri otot, sendi, dan perut
Selain itu, infeksi hepatitis B bisa terjadi menahun atau berdiam di
dalam tubuh seseorang seumur hidup. Kebanyakan yang memiliki ini tidak
mengalami gejala tertentu, tapi infeksi hepatitis B menahun termasuk penyakit
berat dan bisa mengakibatkanmengakibatkan kerusakan hati, kanker dan
kematian.
Imunisasi untuk hepatitis B harus diberikan pada bayi baru lahir 24 jam
setelah kelahirannya. Melansir dari siaran pers Kementerian Kesehatan RI,
jenis vaksin ini bermanfaat untuk mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke
anak pada saat proses kelahiran.
Bahkan, American Academy of Pediatrics (AAP) mengungkapkan
bahwa imunisasi ini 75-95 persen efektif mencegah perjalanan virus hepatitis B
dari ibu kandung ke bayinya.

Evaluasi

1. Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk......


a. Mempertahankan kecukupan pertukaran udara
b. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
c. Pengaliran darah seluruh tubuh
d. Peningkatan aliran darah ke paru-paru
e. Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

2. Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir dapat melalui cara-cara sebagai
berikut....
a. Evaporasi
b. Konduksi

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


33
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

c. Radiasi
d. Konveksi
e. Semua jawaban benar

3. Seorang perempuan umur 24 tahun pasca melahirkan anak pertama BB bayi


3000 gram, cukup bulan, menangis kuat, ketuban jernaih di PMB. Dilakukan
IMD selama 1 jam, gerakan bayi aktif, ibu merespon mendekap bayi dengan
bahagia. Apa tindakan yang dilakukan ibu tersebut?
a. Perawatan tali pusat
b. Konseling kontrasepsi
c. Bounding attachment
d. Menilai infeksi
e. Memastikan bayi menyusu secara on demand

4. Seorang bayi perempuan lahir di rumah sakit, bayi lahir dengan ekstremitas
biru, nadi 80×/menit, menagis lemah, tangan dan kaki fleksi, muka
menyeringai. Berapa nilai APGAR score bayi tersebut?
a. 4
b. 5
c. 6
d. 7
e. 8

5. Ny. A melahirkan bayi perempuan pada pukul 06.00 WIB secara spontan.
Setelah dilahirkan, bayi dikeringkan dan dibungkus dengan kain, tali pusat
segera dipotong dan diikat. Jenis obat yang disuntikkan pada bayi Ny. A
pertama kali adalah…..
a. Vitamin K
b. Hb-0
c. BCG
d. DPT

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


34
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

e. Polio

DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Lia Yulianti. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Medika
Tando MN. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta. EGC

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


35
MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

Walyani, Elisabet Siwi, dkk. 2015. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Sari Eka dan Rimandini dwi kurnia (2014). Asuhan Kebidanan Persalinan
(Intranatal Care). Jakarta : Trans Info Media.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.  Jakarta;
Salemba Medika
Marni. Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maryunani A, Nurhayati. 2014. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Trans
Info Media
Maryanti, dwi, dkk. 2011. Buku Ajaran Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: TIM.
Muslihatun, W. F. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitrayama
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakrarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Vivian Nanny Lia, Dewi. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

MODUL Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


36

Anda mungkin juga menyukai