Anda di halaman 1dari 23

Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang


menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon.
Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja
proses fisiologis tubuh.

Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada
pankreas. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain
struktur, yang membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan
fungsinya. Untuk mengetahui tentang struktur histologis dan fungsi kelenjar endokrin
dari sistem endokrin, maka disusun makalah yang berjudul “Sistem Endokrin”.

Sifat Umum dan Kelenjar Penyusun Sistem Endokrin

Menurut Tenzer (1998), kelenjar endokrin pada vertebrata (termasuk manusia)


memiliki sifat umum sebagai berikut:

 Seluruh kelenjar endokrin berukuran kecil dan mengandung banyak pembuluh


darah
 Berdasarkan susunan sel sekretorinya, kelenjar hormon dibedakan menjadi
dua tipe:
o Tipe sinusoid. Tersusun atas sel-sel sekretori berbentuk kubus atau
pipih yang terletak diantara sinusoid-sinusoid dan dilengkapi dengan
matriks jaringan ikat.
o Tipe folikel. Sel sekretori tersusun dalam kantung bulat (folikel).
Folikel tersebut menimbun sekretnya dalam lumen sebelum dilepaskan
dalam aliran darah. Tipe ini terdapat pada kelenjar tiroid.
o Kelenjar pada sistem endokrin hanya berhubungan secara fungsional
tanpa ada hubungan secara struktural.
o Jumlah sekret yang disekresikan tergantung kebutuhan tubuh.

Kelenjar endokrin yang terdapat pada vertebrata (termasuk manusia) antara lain,
hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal, pineal, dan organ-organ tubuh yang mengandung
kelenjar endokrin misalnya, pankreas, gonad, ginjal, lambung, dan usus halus
(Tenzer, 1998).
Sistem endokrin. Kelenjar endokrin dan hormon utama yang disekresikan
disebutkan beserta lokasinya. Organ lain diperlihatkan dalam tanda kurung, termasuk
jantung, ginjal, timus, usus, dan gonad yang mengandung sel endokrin dan memiliki
fungsi endokrin penting.

Selain itu, sejumlah besar jaringan yang tersebar luas dan sel di seluruh tubuh
memilki fungsi endokrin tetapi tidak diperlihatkan pada gambar ini. Sel tersebut
mencakup sel adiposa yang menyekresi hormon leptin dan sel endotel vascular yang
menghasilkan polipeptida yang disebut endotelin yang meningkatkan vasokontriksi.
Sumber: Junqueira et al, 2012.

Pengertian Sistem Endokrin


Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin
dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas
dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi,
pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.

Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara
kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua
perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja


melalui transmisi kimia.
2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem
saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam
waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan
sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi,

berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin


bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja
dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali sistem endokrin
(menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan
waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang
sempurna.

Fungsi Kelenjar Endokrin


Secara keseluruhan, masing-masing kelenjar yang terdapat dalam tubuh memiliki
fungsi yang berbeda-beda tergantung dari mana kelenjar tersebut dihasilkan. Akan
tetapi, secara umum fungsi kelenjar endokrin adalah:

 Penghasil Hormon – Kelenjar endokrin bertugas untuk menghasilkan


berbagai macam jenis hormon yang nantinya akan disalurkan ke darah apabila
diperlukan oleh jaringan tubuh tertentu.
 Mengontrol Aktivitas – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mengontrol
aktivitas dari kelenjar tubuh agar dapat berfungsi dengan normal dan maksimal.
 Merangsang Aktivitas – Kelenjar endoktrin juga bertugas untuk merangsang
aktivitas kelenjar tubuh untuk kemudian disampaikan ke sistem saraf dan
menciptakan suatu efek dari rangsangan tersebut.
 Pertumbuhan Jaringan – Kelenjar endoktrin juga mempengaruhi
pertumbuhan jaringan pada manusia agar jaringan tersebut berfungsi maksimal.
 Mengatur Metabolisme – Kelenjar endoktrin juga berfungsi untuk mengatur
metabolisme dalam tubuh, sistem oksidasi tubuh serta bertugas untuk meningkatkan
absorpsi glukosa dalam tubuh dan pada usus halus
 Metabolisme Zat – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mempengaruhi
fungsi metabolisme lemak, vitamin, metabolisme protein, mineral, air dan hidrat
aranga dalam tubuh untuk agar optimal.

Dasar dari sistem endokrin adalah hormin dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa
kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel
lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-
masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel
tertentu.

Sel-sel Penyusun Organ Endokrin


Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi
sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada
hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga
disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat
menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf
seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.

2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang
benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk
seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang
dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar
endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem
sirkulasi,

baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi


objek studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan
Moluska. Kelenjar ensokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ
multisel.

Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon


Berdasarkan hakekat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
hormon peptide dan protein, steroid, dan turunan tirosin.

Steroid Peptida Protein Besar Turunan Tirosin

Hormon Hipotalamus
Angiotensin
Katekolamin, meliputi :
Testosteron Somatostatin Noradrenalin
Hormon Pertumbuhan
Gastrin Prolaktin Adrenalin
Esterogen
Sekretin LH Hormon Tiroid, meliputi
Progesteron
Glukagon FSH :
Kortikosteroid
Kalsitonin TSH Tiroksin (T4)
Vitamin D-3
Insulin Triiodotironin (T3)

Parathormon

Selain berbagai hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia
yang menyerupai hormon, antara lain :

Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk


mempengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel penghasin
antibodi.

Hormon Brakidin : Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja
sebagai vasodilator (yang menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat
meningkatkan aliran darah dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalam
jumlah lebih banyak.

Hormon Eritropuitin : Merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan


hati dan ginjal, hormon ini dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di
sumsum tulang sehingga tubuh akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah
yang lebih banayak. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang
dapat diangkut oleh darah.

Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis secara
luas oleh berbagai jaringan tau organ yang sebenarnya tidak berfungsi sebagai organ
endokrin.

Hormon Feromon : suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke
lingkunganya.dan dpapat menimbulkan respons prilaku, perkembangan, reproduktif.
Dan untuk membereikan daya tarik seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali
individu lain dalam spesies yang sama dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus
seksual.

Jenis Kelenjar Endokrin


1. Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis atau sering disebut sebagai master of gland merupakan kelenjar
yang menghasilkan banyak hormon yang masing masing memiliki fungsi utama
untuk mengatur satu sama lain. Kelenjar ini memiliki ukuran yang kecil sekitar 1,3
cm dengan bentuk bulat. Secara umum kelenjar hipofisis sendiri terbagi atas 3
macam, yaitu hipofisis anterior, hipofisis pars intermedia dan hipofisis posterior.

Adapun hormon hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis berserta fungsinya
dalah sebagai berikut:

 Hormon Pertumbuhan – Hormon pertumbuhan untuk mengatur


pertumbuhan & perkembangan manusia dari bayi sampai dewasa, apabila kekurangan
hormon maka akan kerdil sedangkan apabila kelebihan akan
menyebabkan gigantisme.
 Hormon Tirotropin – Hormon yang mengatur pertumbuhan dan
perkembangan dari kelenjar tiroid agar tidak terserang penyakit gondok.
 Adrenocorticotropic Hormone – Hormon ini bertugas untuk mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan dari kulit ginjal serta merangsang aktivitas kelenjar
adrenal. ( baca : Bagian Bagian Ginjal )
 Hormon Prolaktin (Lactogenic) – Berfungsi untuk membantu wanita pada
proses kelahiran dan juga sekresi susu.
 Hormon MSH – Bertugas untuk memberikan pengaruh pada warna kulit
pada mahkluk hidup, kelebihan hormon ini dapat menyebabkan kulit hitam.
 Hormon ADH – Bertugas untuk meningkatkan tekanan darah dalam tubuh
serta menurunkan volume urine tubuh

2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan
tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap
hormon lainnya.

Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi
tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon
pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-
hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah
kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
Kelenjar tiroid berada pada regio servikal di sebelah anterior laring yang terdiri dari
dua lobus yang disatukan oleh isthmus (gambar 6). Pada masa awal embrionik, tiroid
berkembang dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah. Kelenjar tiroid
berfungsi untuk membuat hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin atau T4) dan
triiodotironin (T3) yang penting untuk pertumbuhan, diferensiasi sel, pengaturan laju
metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di seluruh tubuh.

Junqueira et al, et al (2012) menjelaskan bahwa parenkim tiroid terdiri dari jutaan
epitel kubus yang disebut folikel tiroid. Folikel tiroid ini dilapisi oleh selapis epitel
kubus dengan lumen sentral yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang
disebut koloid (gambar 7) yang mengandung glikoprotein besar yaitu tiroglobulin.
Tiroid adalah satu-satunya kelenjar dengan jumlah besar simpanan produk
sekretorisnya.

Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, dari capsula ini septa terjulur ke
dalam parenkim dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah,
saraf, dan pembuluh limfe. Folikel terkemas secara rapat yang terpisah satu sama lain
dan tersebar pada jaringan ikat retikuler. Sel folikel memiliki bentuk yang berfariasi
sesuai aktivitas fungsional, yaitu kerika kelenjar aktif memiliki lebih banyak folikel
yang terdiri atas epitel kolumnar rendah sedangkan kelenjar dengan sebagian besar
sel folikular skuamosa dianggap hipoaktif.

Jenis sel lain yaitu sel parafolikel atau sel C yang juga terdapat pada lamina basal
epitel folikel membentuk kelompok sendiri diantara folikel-folikel (gambar 8). Sel C
ini menyintesis dan mensekresi kalsitonin yang berfungsi menekan reabsopsi tulang
oleh osteoklas (Junqueira et al 2012).
Hampir semua kedua hormon tiroid dibawa dalam darah dengan berikatan erat
dengan protein plasma. Tiroksin (tetraiodotironin atau T4) adalah senyawa yang lebih
banyak dijumpai, dan membentuk 90% hormon tiroid yang beredar.

1. Membantu tubuh untuk membakar energi – Dengan adanya kelenjar tiroid


yang mampu berfungsi normal, asupan yang dilalui di kelenjar tiroid akan di ubah
menjadi suatu energi hingga akan memberikan kekuatan.
2. Membuat protein – protein dalam kelenjar tiroid bermanfaat untuk
membantu laju kembangnya kelenjar tiroid, sehingga kelenjar tiroid akan membantu
metabolisme tubuh dengan maksimal
3. Mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon – banyak hormon-hormon
yang ada di dalam tubuh manusia, hal ini adalah salah satu fungsi dari kelenjar tiroid,
karena kelenjar tiroid akan mengatur tinggi rendahnya hormon yang masuk sehingga
tidak berbahaya untuk kesehatan tubuh

3. Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat
dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat
darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
 Sruktur Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratiroid terdiri atas empat massa oval kecil, terletak di belakang kelenjar
tiroid, satu pada masing-masing kutub atas dan bawah, umumnya terbenam dalam
simpai kelenjar yang besar. Setiap kelenjar terdapat dalam simpai yang menjulurkan
septa ke dalam kelenjar yang berbaur dengan serat retikular yang menyangga
kelompok sel sekretoris yang berderet memanjang.

Kelenjar ini memiliki jenis sel prinsipal (utama/chief cell) dan sel oksifil. Sel utama
merupakan sel poligonal kecil dengan inti bulat dan sitoplasma sedikit asidofilik dan
bergranula sekretoris yang di dalamnya terdapat polipeptida hormon paratiroid (PTH)
yaitu suatu regulator utama kadar kalsium darah. Sel oksifil berukuran lebih besar dan
berjumlah lebih sedikit daripada sel utama. Sel ini merupakan derivat transisional dari
sel utama.

Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid dan kalsitonin yang memiliki


efek yang berlawanan yang menciptakan mekanisme ganda pengaturan kadar
Ca2+  darah yang merupakan faktor penting dalam homeostatis. Hormon paratiroid
menargetkan osteoblas yang merespon dengan menghasilkan suatu faktor
penstimulasi-osteoklas untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas.

Hal ini meningkatkan resorpsi matriks tulang berkapur dan pelepasan Ca 2+ sehingga
meningkatkan kadar Ca2+  dalam darah yang mengakibatkan produksi hormon
paratiroid menurun. Kalsitonin dari kelenjar tiroid menghambat aktivitas osteoklas
sehingga menurunkan kadar Ca2+ darah dan meningkatkan osteogenesis.

Hormon paratiroid juga meningkatkan penyerapan Ca2+  dari saluran cerna dengan


menstimulasi sintesis vitamin D. Hormon ini juga berperan dalam menurunkan kadar
fosfat darah ysng merupakan efek dari sel tubulus ginjal yang mengurangi
penyerapan fosfatnya dan memungkinkan lebih banyak ekskresi fosfat dalam urin.
Kekurangan hormon ini menyebabkan ketidaknormalan tulang dan gigi. Adapun
aktivitas partiroid dikendalikan oleh kadar kalsium darah dan tidak dipengaruhi
langsung oleh kelnjar endokrin lain maupun sistem saraf (Tenzer, 1998).
Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar yang berada di belakang kelenjar tiroid
dengan jumlah 4 buah. Adapun fungsi kelenjar ini adalah:

 Menghasilkan PTH yang berfungsi mengatur konsentrasi ion kalsium yang


terdapat pada cairan ekstraseluler dengan mengabsorpsi kalsium dari dalam usus
 Untuk meningkatkan kalsium dalam darah
 Untuk mengatur metabolisme fosfor
 Selain dapat menaikkan kalsium darah, kelenjar ini juga dapat menurunkan
kadar kalsium dalam darah

4. Kelenjar Adrenalin
Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal
(gambar 1), dan terbenam dalam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal
dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke bagian
dalam kelenjar sebagai trabekula. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapisan konsentris,
yaitu korteks adrenal dan medula adrenalis

Adapun hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenalin dan tugasnya adalah sebagai
berikut:

 Mineralokortikoid – Bertugas untuk mengontrol jalannya metabolisme ion


anorganik
 Glukokortikoid – Bertugas untuk mengontrol proses metabolimse glukosa
( baca : Metabolisme Karbohidrat )
 Adrenalin & Noradrenalin – Bertugas dalam vasokontriksi arteri,
mengontrol pembuluh darah pada otak dan otot, merespon gerak peristaltik, mengatur
kadar gula darah dan ikut merubah glikogen menjadi glukosa dalam hati.

Korteks dan medula dapat dibedakan berdasarkan asal, fungsi, dan ciri morfologi
selama masa perkembangan embrional. Kedua struktur tersebut berasal dari lapisan
germinal yang berbeda, korteks berasal dari mesoderm dan medula terdiri dari sel-sel
yang berasal dari krista neuralis. Secara morfologi korteks adrenal berada pada
lapisan perifer dan berwarna kekuningan, sedangkan medula adrenalis berada di
tengah dan berwarna coklat-kemerahan (Junqueira et al 2012).

Junqueira et al, et al (2012) menyebutkan bahwa kelenjar adrenal disuplai oleh


sejumlah arteri yang masuk di berbagai tempat di sekitar tepinya. Sel medula
adrenalis menerima darah arteri dan arteri medula serta darah vena yang berasal dari
kapiler korteks. Kapiler korteks dan medula membentuk vena medularis di sentral
yang bergabung dan meninggalkan kelenjar sebagai vena adrenalis.

Pada korteks adrenal, memiliki sel-sel khas yaitu sel penyekresi steroid. Sel
penyekresi hormon tersebut tidak menyimpan produknya di dalam granul, namun
steroid berdifusi bebas melalui membran plasma dan tidak memerlukan eksositosis
yang akan dilepaskan dari sel. Korteks adrenal memiliki tiga zona konsentris dengan
seretan sel epitel yang tersusun agak berbeda.

 Zona glomerulosa

Lapisan ini berada tepat di dalam simpai jaringan ikat dengan deretan sel-sel
kolumnar atau piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau
melengkung, yang dikelilingi kapiler. Sel-sel zona glomerulosa
mensekresikan mineralocorticoids, senyawa yang berfungsi dalam pengaturan
natrium, kalium, dan air. Produk utama adalah aldosteron, bekerja pada tubulus
kontortus distal nefron dalam ginjal, mukosa lambung, dan ludah dan kelenjar
keringat untuk merangsang reabsorpsi natrium (Ross, 2011).

 Zona fasciculata

Zona ini terdiri dari deretan panjang setebal satu atau dua sel polihedral panjang yang
dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sel pada zona ini mensekresikan glukokortilois,
terutama kortisol yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Kortisol
menginduksi mobilisasi lemak di jaringan adiposa subkutan dan pemecahan protein
di otot.

 Zona retikularis

Lapisan ini merupakan lapisan yang berbatasan dengan medula dan terdiri dari sel
kecil yang tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar. Sel zona
ini juga mensekresi kortisol, tetapi yang utama adalah mensekresi androgen lemah
yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA) yang diubah menjadi testosteron pada
beberapa jaringan lain
Medula adrenalis terdiri dari sel-sel polihedral besar, tersusun berupa deretan atau
kelompok dan ditunjang oleh serabut retikuler. Sebagian besar kapiler sinusoid
berada bersebelahan dan terdapat juga sejumlah sel ganglion parasimpatis. Sel
parenkim medula yang dikenal sebagai sel kromafin memiliki banyak granula untuk
sekresi dan penyimpanan hormon. Granula tersebut mengandung salah satu dari dua
katekolamin, epinefrin atau norepinefrin.

Sel kromafin medula dipersyarafi oleh ujung syaraf kolinergik dari neuron simpatis
praganglionik yang memicu pelepasan hormon melalui eksositosis.  Epinefrin dan
norepinefrin dilepaskan ke darah dalam jumlah besar selama reaksi emosional yang
intens (Junqueira et al 2012).
5. Kelenjar Pineal
Ross (2011) menjelaskan bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin
atau neuroendokrin yang mengatur irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia,
kelenjar ini terletak di dinding posterior ventrikel ketiga yang melekat pada otak dan
berbentuk kerucut yang sangat kecil.

Fungsi

Kelenjar pineal yang menghasilkan hormon melatonin memiliki fungsi


sebagai antioksidan tubuh yang efektif untuk memberikan perlindungan pada sistem
saraf otak dari serangan radikat bebas. Dalam ritme biologis, hormon ini memberikan
pengaruh pada siklus pada seseorang, maksudnya disini adalah siklus dari bangun
hingga tidur lagi atau kebiasaan makan pada seseorang.

Kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia meter dan terjulur septa yang
mengandung pembuluh darah kecil membagi berbagai kelompok sel sekretoris yang
mencolok dan berjumlah banyak yaitu pinealosit. Sel-sel ini menghasilkan melatonin
yang merupakan suatu derivat triptofan.
Serabut saraf simpatis tidak bermielin memasuki kelenjar pineal dan berakhir di
antara pinealosit. Selain sel pinealosit juga terdapat sel glia interstisial yang
menyerupai astrosit. Sel tersebut memiliki inti panjang yang terpulas lebih kuat
daripada inti pinealosit. Jumlah atrosit pineal ini hanya sekitar 5% (Junqueira, et al,
2012).

Melatonin yang dilepaskan dari pinealosit bertambah pada kegelapan dan menurun
selama terang. Pada manusia perubahan jumlah sekresi melatonin ini berperan
penting dalam pengaturan irama harian aktivitas tubuh. Melatonin yang dilepaskan
saat kegelapan mengatur fungsi reproduksi untuk menghalangi aktivitas steroidogenik
pada gonad (Ross, 2011).

6. Pankreas
Kelenjar pankreas dalam tubuh memiliki tugas untuk menghasilkan insulin
yang bertugas untuk mengatur tingkat glukosa dalam darah. Apabila seseorang
mengalami kekurangan insulin, maka akan menyebabkan individu tersebut menjadi
rentan terserang penyakit diabetes. Fungsi pankreas adalah :
1. Sebagai Organ Eksokrin

 Saat makanan telah berhasil dicerna di lambung dan secara bertahap menuju
duodenum, duodenum akan menghasilkan sebuah hormon yang disebut hormon
kolesistokinin. Hormon tersebut berfungsi untuk memberikan rangsangan pada
pankreas untuk menghasilkan berbagai enzim dan cairan yang terkandung dalam
bentuk getah pankreas yang membantu proses pencernaan.
 Berbagai jenis jenis enzim dan cairan yang dihasilkan tersebut meliputi enzim
lipase, enzim tripsinogen, enzim amilase, enzim karbohidrase pankreas, dan cairan
NaCHO3.
 Fungsi enzim lipase memiliki peranan untuk memecah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol. Lipase juga akan menyimpan lemak jika lemak yang masuk ke
tubuh melebihi batas.
 Enzim trisinogen berperan memecah komponen protein, sifatnya belum aktif.
Ketika sudah aktif, enzim ini berubah menjadi enzim tripsin yang berfungsi memecah
pepton menjadi asam amino.
 Enzim amilase memiliki peran mengubah amilum (berupa polisakarida)
menjadi berbentuk monosakarida. Polisakarida tidak dapat diserap oleh tubuh. Tubuh
hanya bisa menyerap gula dalam bentuk monosakarida.
 Enzim karbohidrase pankreas berperan untuk memcah disakarida menjadi
monosakarida. Enzim karbohidrase pankreas meliputi enzim maltase, laktase, dan
sukrose.
 Cairan NaCHO3 memiliki sifat basa. Makanan yang berasal dari lambung
bersifat asam. Makanan yang akan menuju duodenum harus bersifat netral agar tidak
melukai dinding lambung. Cairan NaCHO3 menetralkan makanan dari lambung
karena bersifat basa.
 Dari berbagai penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pankreas sebagai
fungsi organ eksokrin memiliki peran dalam proses pencernaan untuk memecah
molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana. Selain itu pankreas juga
berfungsi untuk menetralkan pH makanan yang berasal dari lambung untuk kemudian
menuju ke duodenum.

2. Sebagai Organ Endokrin

 Fungsi pankreas sebagai organ endokrin dilaksanakan oleh pulau langerhans


yang terdapat pada pankreas. Pulau langerhans ini memiliki 4 macam sel, setiap
selnya menghasilkan hormon yang berbeda. Pulau langerhans ini tersebar di seluruh
bagian pankreas dan kaya akan pembuluh darah. Sebesar 1%-2% pankreas tersusun
atas sel-sel langerhans ini.
 4 macam sel pulau langerhans meliputi sel alfa pankreas, sel beta pankreas,
sel gamma pankreas, dan sel delta pankreas. (baca : fungsi sel alfa dan beta pankreas)
 Sel alfa pankreas menghasilkan hormon glukagon. Hormon glukagon tersebut
berperan meningkatkan kadar gula dalam darah dengan memecah cadangan gula
dalam hati untuk dibawa ke aliran darah.
 Sel beta pankreas menghasilkan hormon insulin. Hormon insulin berperan
untuk menurunkan kadar gula dalam darh. Insulin akan membantu menurunkan kadar
gula dalam darah yang terlalu berlebih untuk disimpan di dalam hati. Sebagian orang
yang tidak memiliki hormon insulin atau pankreasnya hanya mampu menghasilkan
sedikit hormon insulin maka ia akan terkena penyakit diabetes melitus.
 Sel gamma pankreas menghasilkan polipeptida. Polipeptida tersebut berfungsi
untuk memperlambat penyerapan makanan. Dalam proses pencernaan, makanan tidak
dapat diserap secara sekaligus, melainkan penyerapan dilakukan sedikit demi sedikit.
 Sel delta pankreas menghasilkan hormon somatostatin. Hormon somatostatin
tersebut berguna untuk menghambat sekresi yang dilakukan oleh sel alfa, sel beta,
dan sek gamma.
 Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi utama
pankreas sebagai organ endokrin adalah untuk mengatur kadar gula dalam darah dan
mengatur proses penyerapan makanan.

7. Kelamin
Kelenjar kelamin atau disebut sebagai kelenjar gonad merupakan kelenjar yang
bertanggung jawab atas pertumbuhan pada manusia. Secara umum, kelenjar ini
menghasilkan beberapa hormon yang dibagi menjadi 2, yaitu pada laki laki dan
perempuan. Pada laki laki, kelenjar ini menghasilkan hormon testosteron, sedangkan
pada perempuan menghasilkan hormon progresteron dan estrogen.
Fungsi Kelenjar kelamin/ kelenjar gonad:

 Fungsi dari hormon testosteron pria adalah menjaga metabolisme pria, selain
itu memiliki pengaruh besar dalam penentu jenis kelamin dalam janin dan
mempengaruhi masa pubertasnya pada pria.
 Sementara fungsi hormon progresteron ialah untuk mematangkan sel induk
wanita, lalu mempertahankan status kehamilan dan juga meningkatkan fungsi
kelenjar tiroid.
 Fungsi dari estrogen sebagai pencegah nyeri payudara, memberikan
karakteristik generatif pada wanita, meningkatkan anabolisme protein dalam
tubuh dan membantu dalam membentuk tulang.

8. Ovum
Ovarium atau yang sering disebut juga dengan dinding telur adalah satu dari
organ reproduksi pada wanita yang fungsinya memproduksi sel telur dan hormon.

Manusia mempunyai sepasang atau dua buah ovarium, yang berada terletak di
sebelah kanan dan kiri pinggul. Bentuk ovarium oval dengan ukuran panjang yaitu 4
cm, lebar 3 cm serta diameter sekitar 2 cm. Warna ovarium pada umumnya yaitu abu
kemerahan dengan struktur permukaan yang tidak rata.

Fungsi Ovarium
Ovarium mempunyai dua fungsi yakni fungsi reproduksi dan fungsi endrokrin.

Fungsi Ovarium Sebagai Organ Reproduksi


Di setiap ovarium akan mengalami perkembangan sel telur. Di proses itu, sel telur
akan disertai beberapa kelompok sel yang dinamakan dengan sel folikel, yaitu sel
yang mengandung cairan tempat tumbuhnya sel telur.

Perkembangan sel folikel kemudian akan dirangsang oleh hormon Follicle


Stimulating Hormone (FSH). Dari masa embrio, telah terjadi perkembangan
oogonium menjadi oosit, sedangkan oosit tidak akan berkembang menjadi sel ovum
matang sampai dimulainya masa pubertas.

Sesudah mulai memasuki masa pubertas, ovum yang telah matang akan dilepas sel
folikel dan dikeluarkan ovarium ke uterus (rahim). Sel ovum atau sel telur siap
dibuathi sel sperma pria.

Apabila sel telur tersebut tidak dibuahi, maka seorang wanita akan mengalami masa
menstruasi, yakni luruhnya dinding endometrium bersama dengan sel ovum yang
tidak dibuahi.

Namun apabila sel telur/ovum berhasil dibuahi sel sperma, maka hasil dari permuan
keduanya atau hasil pembuahan akan tumbuh dan berkembang pada uterus (rahim)
menjadi embrio.

Fungsi Uterus Sebagai Kelenjar Endokrin


Ovarium mempunyai peranan dalam memproduksi ovum atau sel telur, dan juga
ovarium memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin. Ovarium bisa menghasilkan dua
hormon, yang mana kedua hormon tersebut mempunyai fungsi paling penting dalam
menjaga kesehatan reproduksi dan kesuburan. Hormon itu adalah hormon estrogen
dan hormon progesteron.
9. Pengertian Kelenjar Timus
Kelenjar timus merupakan organ tubuh yang terdiri dari dua bagian berukuran
sama dan mempunyai kedudukan penting dalam metabolisme seperti halnya kelenjar
lainnya antara lain kelenjar adrenal, kelenjar tiroid atau pun kelenjar kelamin.
Kelenjar ini masih merupakan bagian dari sistem limfatik yang terletak dibagian
belakang tulang dada dan jantung. Sistem limfatik adalah sistem kekebalan tubuh
yang memproduksi dan menyimpan sel-sel yang melindungi diri kita dari serangan
infeksi dan serangan penyakit.

Fungsi Kelenjar Timus


Setelah sedikit membahas mengenai ulasan pengertian kelenjar timus, berikut ini
beberapa fungsi dari kelenjar timus yang bisa anda ketahui, yuk kita simak bersama –
sama :

 Menghasilkan Thymosin

Kelenjar timus memiliki tugas penting dalam sistem imun kita, kelenjar timus akan
memproduksi hormon thymosin yang fungsinya yaitu untuk mengolah sel-sel darah
putih yang diproduksi disum-sum tulang dan mengubahnya menjadi sel limfosit-T.
Sel ini sangat berperan penting pada pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
caranya dengan merangsang produksi antibodi pada limfosit lainnya.

Selain itu juga limfosit-T membantu pertumbuhan dan aktivitas vagosit (sel darah
putih besar yang berkontribusi dalam pertahanan kekebalan tubuh dengan menelan
mikroba, partikel asing, dan sel lainnya). Limfosit biasanya menyerang sel asing ( sel
pembunuh ) sendiri, atau sinyal lain pertahanan tubuh, melalui sinyal serangan. Ini
merupakan pengambilan besar selbreak down yang mengidentifikasi sel-sel asing
yang tersembunyi atau sel berkembang biak  tak terkendali dalam sistem kekebalan
tubuh utuh dan menghilangkan mereka atau membut mereka tidak berbahaya.

 Kekebalan Tubuh Manusia

Kekebalan tubuh terbagi dua, Kekebalan seluler diberikan pada saat kita dalam
kandungan ibu. Ibu makan protein atau disuntik kemudian akan terbentuk antibodi
yang akan diberikan ke anak sehingga anak menjadi kebal. Kekebalan humoral
diberikan setelah anak dilahirkan atau melalui vaksinasi / imunisasi mulai dari BCG,
polio, hepatitis dan lain-lain.

Struktur Kelenjar Timus


Kelenjar timus merupakan organ lembut yang terletak diatas jantung tepatnya setelah
leher pada rongga dada bagian atas. Kelenjar timus terbagi menjadi dua lobul yang
dikelilingi oleh kapsul fibrosa, ketika manusia dilahirkan ukuran kelenjar ini memiliki
panjang sekitar 5mm, lebar 4 mm dan tebal 6 mm. Kelenjar timus terdiri dari dua
bagian utama yaitu :

 Korteks

Korteks kelenjar timus merupakan bagian luar yang disusun  oleh limfosit dan sel
epitel retikular yang akan berhubungan dengan bagian redulla. Korteks merupakan
tempat awal terbentuknya sel T.
 Medulla

Medulla merupakan tempat terbentuknya sel T lanjutan, sel epitel retikullar pada
medulla bagian ini lebih kasar, juga sel limfositnya lebih sedikit. Pada bagian medulla
juga terdapat hassall’s corpus yaitu struktur yang menyerupai sarang yang merupakan
tempat berkumpulnya sel epitel retikular. Medulla merupakan tempat terbentuknya
sel T lanjutan.

Kelainan Pada Kelenjar Timus


Myasthenia gravis adalah kondisi yang mempengaruhi otot dan menyebabkan otot
melemah dalam jangka panjang, terutama otot-otot yang mngontrol mata, kelopak
mata, ekspresi wajah mengunyah, menelan, berbicara dan lain-lain. Penyakit ini
biasanya menyeran laki-laki berusia 60 tahun keatas dan wanita usia kurang dari 40
tahun.

Selain itu, Myasthenia gravis juga dapat menghancurkan sinyal atau komunikasi antar
saraf dan otot sehingga otot-otot menjadi lemah dan mudah lelah. Salah satu
penyebab mengapa kelenjar timus menyerang sel yang sehat yaitu karena ukuran
kelenjar timus yang tidak mengecil setelah  masa pubertas (menurut para ahli,
meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti).

Struktur Kelenjar Hipofisis


Kelenjar ini terletak di bawah diencephalon otak, di dalam lekukan kecil tulang
sphenoid yang disebut sella tursika (sella turcica). Kelenjar ini menyekresikan
bermacam-macam hormon yang mengatur dan mngendalikan aktivitas kelenjar
hormon dan bagian tubuh lainnya. Meskipun demikian kelenjar ini bekerja di bawah
kendali sistem saraf pusat (terutama hipotalamus) dan kelenjar endokrin yang lain
(Junqueira et al, 2012).

Berdasarkan asal perkembangannya, Junqueira et al (2012) menjelaskan bahwa


kelenjar hipofisis memiliki 2 bagian yaitu neurohipofisis berasal dari penonjolan
bagian dasar diencephalon ke arah kaudal, sedangkan adenohipofisis berasal dari
kantung Rathke,  suatu penonjolan atap mulut ke arah dorsal. Pembentukan  kelenjar
hipofisis terangkum dalam gambar di bawah ini.
Pembentukan kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis terbentuk oleh 2 struktur
embrionik yang terpisah. (a) selama minggu ke 3 perkembangan kantong hipofisis 
(kantong Ratkhe) tumbuh dari dasar faring. Bakal neurohipofisis terbentuk dari
diencephalon. (b) menjelang akhir bulan kedua kantong hipofisis terlepas dari dasar
faring dan bersatu dengan bakal neurohipofisis. (c) saat periode janin pembentukan
adenohipofisis dan neurohipofisis terselesaikan (Junqueira et al, 2012).

Sistem Portal Hipothalamo-Hipofisis dan Pelepasan Hormon di Hipofisis

Suplai darah hipofisis berasal dari dua kelompok pembuluh darah yang berasal dari
arteri carotis interna. arteri hypophysealis superior mendarahi eminentia mediana dan
tangkai infundibulum. Arteri hypophysealis inferior mendarahi neurohypofisis
dengan sejumlah kecil mendarahi tangkai. Arteri hypophysealis superior membentuk
jalinan kapiler primer. Kapiler ini kemudian bergabung menjadi venula yang
bercabang lagi menjadi jalinan kapiler sekunder di adenohipofisis.

Kapiler kedua jalinan bertingkap. Sistem ini sangat penting karena sistem tersebut
membawa neuropeptida dari eminentia mediana dalam jarak tertentu ke
adenohipofisis tempat peptida tersebut menstimulasi atau menghambat pelepasan
hormon oleh sel endokrin (Junqueira et al, 2012).
sistem portal hipotalamo-hipofisis dan pelepasan hormon di hipofisis. Sistem
portal hipotalamo-hipofisis dengan darah dari a. Hypophysealis superior dan inferior
terdiri dari dua jalinan kapiler yang berurutan: satu di pars nervosa di sekitar
infundibulum dan eminentia mediana dan yang kedua ujung di seluruh pars distalis
yang bermuara ke dalam v.

Hypophysealis pengumpul. Gambar ini juga memperlihatkan neuron (kuning) yang


menjulurkan akson ke eminentia mediana dan mensekresikan peptida yang terbawa
dalam kapiler ke pars distalis untuk mengatur pelepasan hormon dari sel di tempat
tersebut dan neuron (hijau) dari nucleus supraopticus dan paraventricularis di
hipotalamus yang menjulurkan akson ke pars nervosa untuk mensekresikan peptida
yang diambil kapiler dan dibawa sel target di distal. (sumber: Junqueira et al, 2012).

Adenohipofisis
Adenohipofisis memiliki tiga bagian, yaitu pars distalis, pars tuberalis, pars
intermedia. Pars tuberalis merupakan daerah berbentuk corong yang mengelilingi
infundibulum neurohipofisis (kelenjar posterior). Pars tuberalis berfungsi untuk
menyekresikan follikel stymulating hormon (FSH) dan hormon luteinisasi (LH). Pars
intermedia merupakan  suatu zona tipis sel basofilik di antara pars distalis dan pars
nervosa neurohipofisis yang berperan untuk menyekresikan hormon penstimulasi
melanin (MSH), γ- LPH dan β- endorfin.

MSH meningkatkan aktivitas melanosit dan sel pars intermedia dianggap sebagai sel
melanotropik. Pars distalis merupakan bagian yang membentuk 75% adenohipofisis
dan dilapisi oleh capsula fibrosa tipis. Komponen utamanya terdiri dari deretan sel
epitel yang saling berselingan dengan kapiler bertingkap, terdapat fibroblas yang
menghasilkan serat retikular yang menopang deretan sel yang menyekresikan
hormon.
Bagian ini bertugas mengatur hampir seluruh kelenjar endokrin lain, sekresi air susu,
aktivitas melanosit, dan metabolisme otot, tulang, dan jaringan adiposa (Junqueira et
al, 2012).

Tabel 1 Sel-Sel Sekretoris Pars Distalis

Hormon
Jenis Sel yang Aktivitas Fisiologis Utama
Dihasilkan

Sel Somatotropin
Pertumbuhan tulang panjang mealui faktor pertumbuhan.
somatotrop (GH)

Sel
mammatropi Prolaktin
Membantu sekresi air susu
k (sel (PRL)
akrotropik)

FSH meningkatkan perkembangan folikel ovarium, sekresi


Sel esterogen dan spermatogenesis. LH membantu pematangan
FSH dan LH
gonadotropik folikel ovarium, sekresi progesteron dan sekresi androgen sel
interestisial

Tirotropin
Sel tirotropik Menstimulus sintesis, penyimpanan, sekresi hormon tiroid
(TSH)

Kortikotropin
Sel adrenal
kortikotropik (ACTH) Menstimulus sekresi hormon korteks adrenal. Pengaturan
metabolisme lipid.
Lipotrofin

Aktivitas adenohipofisis diatur oleh hormon peptida yang dihasilkan oleh neuron
khusus di nukleus hypothalami tertentu di akson yang berjalan ke eminentia mediana.

Hormon ini merupakan hormon pelepas hipotalamik, setelah dilepaskan dari akson
hormon diangkut kapiler menuju pars distalis tempat hormon ini merangsang sintesis
dan atau pelepasan hormon (Junqueira et al, 2012).

Tabel 2 Hormon Hipotalamus yang Mengatur Hipofisis Anterior

Hormon Bentuk kimiawi Fungsi

Hormon pelepas Peptida dengan 3 Menstimulasi sintesis dan sekresi


tirotropin (TRH) asam amino Tirotropin (TSH) dan prolaktin

Hormon pelepas Peptida dengan 10 Menstimulasi sekresi LH dan FSH


gonadotropin (GnRH) asam amino

Menghambat pelepas somatotropin (GH)


Somatostatin 14 asam amino
dan Tirotropin (TSH)

Polipeptida dengan
Hormon pelepas hormon Menstimulasi sintesis dan sekresi
40 sampai 44 asam
pertumbuhan (GHRH) somatotropin (GH)
amino (2 bentuk)

Hormon penghambat Asam amino yang


Menghambat pelepasan prolaktin
prolaktin  (Dopamin) termodifikasi

Menstimulasi sintesis
Hormon pelepas Polipeptida dengan proopiomelanokortin (POMC) dan
kortikotropin (CRH) 41 asam amino adrenokortikotropin (ACTH) dan  β-
lipotropin (β-LPH)

Neurohipofisis (Hipofisis Posterior)

Neurohipofisis terdiri dari pars nervosa dan tangkai infundibulum. Pars nervosa tidak
memiliki sel sekretori, bagian ini hanya terdiri dari jaringan saraf yang mengandung
sekitar 100.000 akson tak bermielin dari neuron sekretori di nucleus supraopticus dan
nucleus paraventricularis hypothalami. Pars nervosa terdiri dari jaringan saraf
termodifikasi yang mengandung akson tak bermielin yang diselubungi sel glia yang
disebut pituisit.

Akson berjalan dari nucleus supraopticus dan paraventricularis dan memiliki


pelebaran yang disebut badan neurosekretori. Dari badan ini, oksitosin dan vasopresin
dilepaskan oleh rangsangan saraf. Hormon yang disekresikan memasuki kapiler dan
di sebarkan ke sel target. Berikut ini tabel hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
neurohipofisis beserta fungsinya (Junqueira et al, 2012).

Tabel 3 Hormon Kelenjar Hipofisis Posterior

Hormon Fungsi

Vassopresin (antidiuretik
Meningkatkan permeabilitas ductus colligentes renis
hormon/ADH)

Merangsang kontraksi sel mioepitel kelenjar mammae dan


Oksitosin
otot polos uterus
Fungsi Utama Dari Sistem Endokrin

Sistem endokrin ini berfungsi untuk membantu mengatur dan menjaga berbagai
fungsi tubuh dengan melepaskan hormon yang sering disebut sebagai pesan kimia.
Hormon-hormon ini diproduksi dan disekresi oleh apa yang dikenal sebagai kelenjar
endokrin.

Kelenjar endokrin ini membentuk sistem endokrin. Hormon yang mereka hasilkan
dan membantu mensekresikan untuk mengatur perkembangan generatif, pencernaan,
pertumbuhan, reproduksi dan fungsi jaringan. Kelenjar ini termasuk tiroid, pankreas,
kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, badan pineal dan kelenjar reproduksi.

Sistem endokrin tidak bekerja sendiri, bekerja sama dengan sistem saraf dan sistem
kekebalan tubuh untuk dapat membentu fungsi tubuh dengan cara yang benar.
Kelenjar ialah sekelompok sel yang memproduksi dan mengeluarkan atau
melepaskan bahan kimia. Menyeleksi kelenjar dan menghilangkan bahan dari darah
ialah proses yang mereka lakukan dan mengeluarkan produk kimia untuk digunakan
di suatu tempat di tubuh.

Beberapa jenis kelenjar yang melepaskan sekresinya di daerah tertentu, misalnya


kelenjar eksokrin seperti kelenjar keringat dan ludah, melepaskan sekresi pada kulit
atau di dalam mulut. Kelenjar endokrin di sisi lain, melepaskan lebih dari 20 hormon
utama langsung ke dalam aliran darah dimana mereka dapat diangkut ke sel-sel di
bagian lain dari tubuh.

Penyakit Sistem Endokrin


Penyakit atau Gangguan system endokrin terutama menimbulkan keadaan kelebihan
atau defisiensi dari hormone akibat dari hiperfungsi atau hipofungsi dari kelenjar.
Namun, ahli endokrinologi juga dihadapkan dengan tumor spesifik dan masalah lain
dengan kelenjar endokrin yang kemungkinan tidak berkaitan dengan kelebihan atau
defisiensi, kelainan primer atau sekunder dalam kepekaan terhadap hormone, dan
sindroma iatrogenik.

HIPOFUNGSI
Destruksi Kelenjar
Penyebab yang paling lazim dari destruksi kelenjar endokrin adalah penyakit
autoimun. Hal ini ditemukan pada sebagian besar dari diabetes mellitus dependen-
insulin, hipotiroidisme, insufisiensi adrenal, dan kegagalan gonad. Pada kelenjar
hipofisis, suatu gangguan seperti tumor atau hipotensi sebagai akibat syok atau
perdarahan merupakan penyebab yang lebih khas.

Setiap kelenjar endokrin dapat mengalami kerusakan, dengan akibat hipofungsi, oleh
karena neoplasma, infeksi, atau perdarahan.

Gangguan Ekstraglanduler

Gangguan ini merupakan gangguan kerusakan terhadap kelenjar endokrin yang


merupakan organ dengan fungsi utama lain. Contoh pada penyakit ginjal,
menimbulkan konversi cacat akibat kelainan metabolik, kerusakan terhadap sel
juxtaglomeruler penghasil rennin yang menyebabkan hipoaldoteronisme
hiporeninemik, dan kerusakan terhadap sel-sel penghasil eritropoietin yang
menyebabkan anemia.

HIPERFUNGSI
Hiperrfungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin biasanya timbul sebagai akibat
tupmor. Adanya tumor menghasilkan kelebihan hormon. Contoh tumor pada hipofisis
dapat menyebabkan produksi kelebihan dari sebagian besar hormone (ACTH, GH,
PRL, TSH, LH, FSH, dll).

Cacat dalam kepekaan terhadap hormon

Resistensi primer terhadap sejumlah hormone telah diketahui; hal ini dapat
disebabkan oleh sejumlah tipe yangberbeda dari cacat pada reseptor hormone ataupun
akibat fungsi di distal reseptor. Cacat genetic pada reseptor yang menimbulkan
sindroma resistensi telah dilaporkan untuk glukokortikoid, hormone tiroid, androgen,
vitamin D, PTH, ADH, GH, insulin, dan TSH. Cacat pascareseptor diketahui terjadi
pada beberapa kasus pseudohipoparatiroidisme dan juga pada diabetes mellitus non
dependen-insulin.

SINDROMA KELENJAR ENDOKRIN MULTIPEL


Kelenjar-kelenjar yang paling sering terlibat adalah paratiroid, hipofisis, pancreas,
tiroid, dan adrenal. SIndroma ini biasanya ditemukan dalam pola pewarisan
autosomal dominan.

https://www.gurupendidikan.co.id/sistem-endokrin/

Anda mungkin juga menyukai